Anda di halaman 1dari 7

 

 Hukum leksikologis, Pengertian hukum diartikan menjadi 4 yaitu:

a) Peraturan / adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah.
b) Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat.
c) Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu.
d) Keputusan (pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan) vonis. 

      Hukum Allah (Syari’at) adalah hukum syari’at menurut para ulama adalah seperangkat
aturan yang berasal dari Pembuat syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan
manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau
yang memberikan pilihan antara mengerjakan atau meninggalkan.

Contoh Q.S Al-‘Ankabut/29:45  "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-
Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya, mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan."

2)   Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi 5 macam.

1. Wajib

suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang mengerjakannya
akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan mendapat
siksa. Contoh : sholat fardhu, puasa Ramadhan.

a. Ayat yang mulia tersebut berbunyi:

َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

2. Sunnah

perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala
dan apabila ditinggalkan maka orang yang meninggalkan tersebut tidak mendapat
siksa. Contoh: sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud, memelihara jenggot
untuk laki-laki. Q.S Al-Baqarah//2:282

3. Haram

segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan mendapat pahala
sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat siksa. Contoh :
mencuri, berzina, mabuk-mabukan. Contoh Surah Al-An’aam/6:151

4. Makruh
satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang
yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut
tidak mendapat siksa. Contoh: makan minum sambil berdiri, makan menggunakan
tangan kiri. Surat Al-Maai’dah/5:101

5. Mubah

suatu perbuatan yang apabila apabila dikerjakan tidak mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa. Contoh : belanja berlebihan tidak sesuai kebutuhan,
melamun, bercanda diluar batas kewajaran. Contoh surat Al-Baqarah/2:235

 3)   Prinsip prinsip Hukum Islam, prinsip tersebut adalah

1. Prinsip tauhid, menjelaskan bahwa seluruh manusia ada di bawah ketetapan yang
sama sebagai hamba Allah.
2. Prinsip keadilan, mengandung pengertian bahwa hukum Islam yang mengatur
persoalan manusia dari berbagai aspeknya harus dilandaskan kepada prinsip keadilan
yang meliputi hubungan antara individu dengan manusia dan masyarakat serta
hubungan antara individu dengan lingkungannya. 
3. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar, merupakan konsekuensi dari prinsip pertama
dan kedua. Amar ma’ruf mengandung arti bahwa hukum Islam ditegakkan untuk
menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar
sebagaimana dikehendaki Allah SWT. Sedangkan nahi munkar mengandung arti
hokum tersebut ditegakkan untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk yang dapat
meruntuhkan kehidupan bermasyarakat. 
4. Prinsip kemerdekaan dan kebebasan, mengandung maksud bahwa hokum Islam
tidak diterapkan berdasarkan paksaan, akan tetapi penjelasan yang baik dan
argumentatif yang meyakinkan. Apakah manusia pada akhirnya menolak atau
menerima sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing individu. 
5. Prinsip persamaan, mengandung arti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah
sama meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyahnya. Kesamaan tersebut terletak
pada nilai kemanusiaannya. Hukum Islam memandang perbedaan secara lahiriyah
tidak menjadikan manusia berbeda dari segi kemanusiaannya. 
6. Prinsip tolong-menolong, mengajarkan bahwa warga masyarakat harus saling
menolong demi tercapainya kemaslahatan bersama. 
7. Prinsip toleransi, mengajarkan bahwa hukum Islam mengharuskan kepada umatnya
untuk hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Tolernsi ini harus menjamin
tidak dilanggarnya hukum Islam dan hak umat Islam. 

4)   Pengertian sunnah atau hadits baik secara etimologis maupun secara istilah dan bentuk
bentuk sunnah / hadist

      Secara etimologis sunnah diartikan sebagai perjalanan, cara hidup atau tradisi yang baik
maupun yang buruk.

      Secara istilah yang disebut dengan sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari
Muhammad SAW selain al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan yang
layak menjadi sumber hukum syariat. 

Terdapat 3 (tiga) bentuk sunnah/hadits yaitu


1.  Qouliyah (perkataan) Segala sesuatu yang memang berupa perkataan Nabi SAW.
Biasanya qouliyah ini dalam bentuk sederhananya diungkapkan dengan kata-kata “Nabi
bersabda”.

2.  Fi’liyah (perbuatan) Fi’liyah adalah segala sesuatu yang dilakukan Nabi SAW yang
berkaitan dengan urusan agama kemudian para sahabat melaporkan hal tersebut. 

3. Taqririyah (ketetapan) Taqririyah adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh para
sahabat kemudian Nabi SAW tidak melarangnya justru membenarkannya.

 5)  Urgensi sunnah Nabi Muhammad SAW dalam hukum Islam

Urgensi sunnah Nabi SAW dalam hukum Islam ditegaskan dengan beberapa argument, di
antaranya adalah: 

    -   Iman 

Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima segala sesuatu yang
bersumber dari para utusan-Nya (khususnya Nabi Muhammad SAW). 

    -   Al-Qur’an. 

Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasulullah SAW. 

   -   Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam dijelaskan
sendiri oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa haditsnya. 

 1.A

Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang
berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan . Atau dalam bahasa yang
lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Diantara poin-poin
pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Al-qur'an terhadap orang-orang yang
berilmu diantara nya:
 Wahyu Al-qur'an yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh
ilmu pengetahuan. 

 Tugas manusia sebagai khalifah Allah dibumi akan sukses kalau memiliki ilmu
pengetahuan. 

 Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu .

 Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. 

Disamping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin penting lain yang
dijelaskan Al-qur'an adalah bahwa :

 Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu, demikian
juga dengan amal shalih. 

 Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak dilandasi dengan
ilmu. 

 Karakter seorang muslim yang berbudaya akdemik adalah orang yang selalu
mengingat Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya
untuk memikirkan ciptaan Allah . Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan
membuka diri terhadap setiap informasi yang baik dan kemudian memilih yang
terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikuti nya. 

B. Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap positif juga dimiliki .
Diantara sikap positif yang harus dimiliki adalah etos kerja yang tinggi. Untuk dapat
meningkatkan etos kerja seorang muslim harus lebih dulu memahami tugasnya sebagai
manusia yaitu sebagai khalifah Allah dimuka bumi dan juga sebagai hamba yang
berkewajiban untuk beribadah kepada Allah . Beberapa petunjuk Al-qur'an agar
meningkatkan etos kerja yaitu :

• Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. 

• Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja
yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT. 

Adapun sikap positif lainnya yaitu sikap terbuka atau jujur yaitu seseorang tidak mungkin
akan dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak
memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung
menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan yang lain. Apalagi kalau tidak jujur
maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan . Maka Al-qur'an
dan Hadits memberi apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur. Buah dari
keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil yang diperkenalkan Al-qur'an bukan
hanya dalam spektrum yang luas . Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan Al-
qur'an memberi pentunjuk bahwa sikap adil disamping kepada Allah dan orang lain atau
sesama makhluk juga kepada diri sendiri. 
 2. a. Sikap terbuka

Sikap terbuka disebut juga dengan jujur. Seseorang tidak mungkin memiliki sifat yang
terbuka kalua tidak bersikap jujur terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Ayat-ayat Al-
quran yang memerintahkan agar kita bersifat jujur adalah Q.S Al-Ahzab ayat 70dan Q.S At-
taubah ayat 119 . Sikap terbuka yang dimilki seseorang akan menjadikan hidupnya merasa
nyaman, karena tidak ada yang perlu ditutupi, sehingga etos kerja dan kinerjanya akan
menjadi maksimal

b. Sikap Adil

Bersikap adil yang dibicarakan Al-quran , khususnya dan islam pada umumnya mengandung
berbagai sprektum makna, tidak hanya pada proses penetapan hukum atau terhadap pihak
yang berselisih melainkan menyangkut segala aspek kehidupan beragama. Diantaranya
adalah:

 Adil dalam aspek aqidah;


 Adil dalam aspek syariah;
 Adil terhadap orang lain dan diri sendiri.

Capacity Building untuk pemerintahan didefinisikan sebagai serangkaian strategi yang


ditunjukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan resposivitas dari kinerja pemerintah,
dengan memusatkan perhatian kepada pengembangan dimensi sumber daya manusia,
penguatan organisasi, dan reformasi kelembagaan atau lingkungan. Capacity building
(pengembangan kapasitas ) adalah proses di mana individu dan organisasi memperoleh,
meningkatkan, dan mempertahankan keterampilan, pengetahuan, peralatan, peralatan dan
sumber daya lain yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka secara kompeten atau
untuk kapasitas yang lebih besar (skala yang lebih besar, audiens yang lebih besar, dampak
yang lebih besar, dll). Pengembangan kapasitas dan pengembangan kapasitas sering
digunakan secara bergantian. Peningkatan kapasitas masyarakat adalah pendekatan
konseptual untuk perubahan perilaku sosial dan mengarah ke pembangunan infrastruktur. Ini
secara bersamaan berfokus pada pemahaman hambatan yang menghambat orang, pemerintah,
organisasi internasional dan organisasi non-pemerintah (LSM) dari mewujudkan tujuan
pembangunan mereka dan meningkatkan kemampuan yang akan memungkinkan mereka
untuk mencapai hasil yang terukur dan berkelanjutan. Istilah pengembangan kapasitas
masyarakat muncul dalam leksikon pembangunan internasional selama tahun 1990-an. Saat
ini, "pembangunan kapasitas masyarakat" termasuk dalam program-program organisasi
internasional yang bekerja dalam pembangunan, seperti Bank Dunia , PBB dan organisasi
non-pemerintah seperti Oxfam International . Penggunaan luas dari istilah tersebut telah
menghasilkan kontroversi atas makna sebenarnya.

Capacity Building saat ini belum dapat dikatakan 100% berhasil akan tetapi mulai
berkembang kearah keberhasilan dengan seiring perkembangan zaman. Hal ini dapat
dibuktikan dari penerapan elemen-elemen capacity building tersebut. Menurut saya untuk
mewujudkan suatu Capacity building yang baik diperlukan beberapa hal sebagai berikut :

• Penentuan secara jelas Visi dan Misi daerah dan lembaga pemerintahan daerah
• Perbaikan sistem kebijakan publik daerah
• Perbaikan struktur organisasi pemerintah daerah
• Pengembangan sistem akuntanbillitas internal dan eksternal pemerintahan
• Pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan lingkungan dll

Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua diberikan oleh Negara Republik Indonesia melalui
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun 2001 No. 135 dan
Tambahan Lembaran Negara No. 4151) yang telah diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 2008
(LN Tahun 2008 No. 57 dan TLN No. 4843). UU 21/2001 yang terdiri dari 79 pasal ini
mengatur kewenangan-kewenangan Provinsi Papua dalam menjalankan Otonomi Khusus.
Untuk materi lengkap bisa dilihat di dalam UU 21/2001. Selain hal-hal yang diatur secara
khusus dalam UU ini, Provinsi Papua masih tetap menggunakan UU tentang Pemerintahan
Daerah yang berlaku secara umum bagi seluruh daerah di Indonesia Setelah 15 tahun UU
Otorita Khusus (Otsus) seperti mangkrak karena isinya tidak konsisten dijalankan. Paling
tidak ada empat instrumen dalam UU Otsus Papua yang bisa menjadi sarana untuk
menuntaskan permasalahan Papua jika dijalankan secara konsisten. 

1. pendirian partai lokal (parlok) di Papua. Jika parlok ini difasilitasi pemerintah
pembentukannya sejak awal, kelompok-kelompok perlawanan politik dan kelompok
bersenjata mungkin akan mentransformasikan diri mereka ke dalam ruang demokrasi
untuk mencapai tujuan-tujuan politik mereka. Karena pembentukan parlok dihalangi,
maka saluran politik tersumbat. 
2. pembentukan Pengadilan HAM. Pemerintah pernah punya kesempatan emas untuk
mendirikan Pengadilan HAM untuk Papua pada 2003/2004 seusai Komisi Penyelidik
Pelanggaran HAM dari Komnas HAM menuntaskan penyelidikan pelanggaran HAM
berat di Wamena dan Wasior. Kesempatan emas itu sirna begitu saja karena Jaksa
Agung enggan menyidiknya. Akibatnya, kasus pelanggaran HAM berat di Wamena
dan Wasior terkatung-katung dan membebani pemerintah sampai kini. Begitu pula
dengan puluhan peristiwa pelanggaran HAM lain, yang belum sempat diperhatikan
Komnas HAM. 
3. pembentukan KKR Papua sama sekali tidak pernah mendapat perhatian dari
pemerintah. Padahal, KKR ini bisa menjadi kanalisasi bagi luapan perasaan
diperlakukan tidak adil pada masa lalu. Melalui KKR, para korban dan peyintas bisa
merasakan suara mereka didengar dan kondisi mereka dipulihkan. Ada kesempatan
ketika UU tentang KKR disahkan pada 2004. Sayangnya, UU KKR dibatalkan oleh
MK pada 2005. Sejak itu untuk KKR pintu tertutup rapat. Singkatnya, karena
inkonsisten dalam penanganan pelanggaran HAM, masalah HAM itu kini menjadi
amunisi bagi kelompok perlawanan Papua di fora internasional. 
4. pembentukan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai pilar pembaharuan budaya politik
di Papua. MRP adalah semacam ruang partisipasi politik yang diperluas. Dengan
konsep dasar, semua komponen masyarakat Papua bisa berpartisipasi melalui jalur
kultural. Karena itu, MRP berisikan tokoh agama, adat dan perempuan. MRP baru
dibentuk pada 2004. 

Namun, dalam menjalankan kewenangannya banyak mendapat kendala, apalagi setelah MRP
dianggap beraroma separatis. Bahkan, ada anggota MRP untuk periode 2011-2014, yaitu
Agus Alua dan Hanna Hikoyabi tidak dilantik karena dianggap proseparatis. Kemudian MRP
juga dipecah menjadi dua, yaitu di Manokwari dan Jayapura. Bahkan, untuk keanggotaan
baru MRP telah tertunda setahun. Kini MRP sudah tidak signifikan dan lumpuh. Satu-satunya
instrumen UU Otsus yang jalan adalah instrumen ekonomi, yaitu dana Otsus yang setara 2%
DAU Nasional, yang jumlahnya rata-rata Rp4 triliun per tahun untuk pengembangan
pendidikan, kesehatan, dan perekonomian rakyat serta dana tambahan infrastruktur sekitar
Rp1 triliun per tahun. Jika dihitung rata-rata, Dana Otsus yang sudah masuk ke Papua Rp60
triliun dan dana tambahan infrastruktur Rp15 triliun, jadi total keseluruhan Rp75 triliun. Jika
saat ini sekolah-sekolah masih banyak tanpa guru dan buku, puskesmas tanpa dokter dan obat
serta tingkat kemiskinan masih tinggi, ke mana saja dana Otsus sebesar itu? Data BPS Papua
pada 2016 menunjukkan persentase kemiskinan masih tinggi, yaitu Papua 28,54% dan Papua
Barat 25,43% yang terkonsentrasi di pedesaan dan tertinggi di Indonesia. Sementara
kekurangan dokter di Papua Barat 77,3% (111 puskemas) dan Papua 55,9% (219 puskesmas).
Kekurangan bidan di Papua Barat 71,6% (102 puskesmas) dan Papua 70,8% (277
puskesmas). Itu menunjukkan bahwa Dana Otsus yang begitu besar belum mampu
memperbaiki secara signifikan pelayanan publik dalam bidang kesehatan dan pengurangan
jumlah penduduk miskin Papua. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang atau urusan
pemerintahan pusat kepada pemerintah otonom atau setempat pemerintah pusat memberikan
kebijakan atau wewenang seperti masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) papua masih
rendah terutama bila dibandingkan dengan provinsi di Indonesia, yang ukurannya berbeda
kualitas pendidikan dan kesehatan masih rendah, serta tingkat kemiskinan masih tinggi,
sedangkan provinsi papua masih tetap menggunakan UU tentang pemerintah daerah yang
berlaku secara umum bagi seluruh daerah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai