1. Iman, Islam,Ihsan
2. Islam danSains
5. Fitnah AkhirZaman
Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
Nama : FIRHAT RAMADHAN
NIM : C1G020084
Fakultas&Prodi: Pertanian dan Agribisnis
Semester : 1 (Satu)
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini,semoga dengan selesai nya hal ini bisa mendatangkan manfaat yang banyak.Sholawat
dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr.Taufiq Ramdani sebagai dosen
pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang telah membimbing dan membina
kami lebih khususnya saya pribadi.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi orang lain dan tentunya bagi
saya pribadi serta semoga di luaskan kebermanfaatannya.
NIM : C1G020084
HALAMANCOVER .............................................................................................1
KATAPENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTARISI...........................................................................................................3
BAB I. Iman,Islam,Ihsan........................................................................................4
LAMPIRAN..........................................................................................................37
IMAN,ISLAM,IHSAN
“Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhuma, ia
mengatakan: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam
dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah)
melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah;
menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa
Beliau (Nabi SAW) menjawab, “Anda beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan Anda beriman kepada takdir yang baik
maupun yang buruk.”
Beliau (Nabi SAW) menjawab, “Anda menyembah Allah seolah-olah melihatnya. Jika
Anda tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat Anda.”
❖ URGENSI
Syaikh bnu Utsaimin menyebutkan banyak 30 faidah yang bisa dipetik dari hadits ini.
Yang utama adalah bahwa Islam memiliki lima rukun dan iman mencakup enam rukun.
Jika ia tidak sampai pada tingkatan tersebut, maka kepada derajat kedua yaitu beribadah
kepada Allah karena takut dan menghindari siksa-Nya.
Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang tersebut
dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan yang
ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan. Oleh karena itu kata Mukmin secara
mutlak tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar atau
meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu istilah harus menunjukkan pengertian yang
lengkap dan tidak boleh dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan
menggunakan kata Tidak beriman sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, “Seseorang
tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri ketika dia beriman” maksudnya
seseorang dikatakan tidak beriman ketika berzina atau ketika dia mencuri.
Kata islam mencakup makna iman dan makna ketaatan, Syaikh Abu ‘Umar berkata, “kata
iman dan islam terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda. Setiap mukmin adalah
muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin” ia berkata, “pernyataan seperti ini sesuai
dengan kebenaran” Keterangan-keterangan Al-Qur’an dan Assunnah berkenaan dengan
iman dan islam sering dipahami keliru oleh orang-orang awam. Apa yang telah kami
jelaskan diatas telah sesuai dengan pendirian jumhur ulama ahli hadits dan lain-lain.
A.pengertian Iman,Islam,Ihsan
a.Iman
Iman (bahasa Arab: )اإليمانsecara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman ()إيمان
diambil dari kata kerja 'aamana' ( )أمن-- yukminu' ( )يؤمنyang berarti 'percaya' atau
'membenarkan. Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam , di
antaranya dalam ayat 62 yang bermaksud: "Dia itu membenarkan (mempercayai) kepada
Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada
Allah, kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua jenis: Iman Hak dan Iman Batil.
Rukun iman yang pertama ialah iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah
adalah yang paling pokok dan mendasari seluruh islam, dan ia harus diyakinkan dengan
ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat “laa ilaaha ilallaah”.
Qur’an sebagai sumberpokok ajaran islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam
mengenal Allah SWT. Demikian pula dikemukkakannya bukti-bukti yang pasti tentang
kekuasaan-Nya bersama seluruh sifat keagungan-Nya.
Konsep ketuhanan dalam islam menurut Qur’an berdasar atas firman Allah surah Al-
An’am 102-103 :
ار
َ ص َ ار َوه َُو يُد ِركُ األب َ علَى كُ ِل شَيء َوكِيل ال تُد ِركُهُ األب
ُ ص َ َللا َربُّكُم ال ِإلَهَ ِإال ه َُو خَا ِلقُ كُ ِل شَيء فَاعبُدُوهُ َوه َُو
ُ ّ ذَ ِلكُ ُم
ٌير ُ َِوه َُو ال ّلط
ُ يف ال َخ ِب
Artinya : Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia;
dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.
Iman kepada Allah SWT juga meyakini bahwa Allah adalah pencipta seluruh alam
semesta beserta isi-isinya, sehingga dengan itu akan menambah keimanan manusia untuk
mengenal Allah melalui ayat-ayat qauliyah dan ayat kauniah. Selain itu banyak ayat-ayat
Qur’an yang mendesak kepada manusia untuk memikirkan terbentuknya dan kejadian
alam semesta, sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.
Iman kepada malaikat adalah masalah akidah yang kedua sesudah iman kepada
Allah SWT. Pengetahuan kita kepada malaikat hanya semata-mata berdasarkan Qur’an
dan keterangan-keterangan Nabi. Para malaikat termasuk persoalan alam gaib, tidak
bersifat material namun sebahagian tabiatnya bahwa dia dapat menjelma kealam
immaterial. Kita wajib beriman kepada para malaikat oleh karena Qur’an dan Nabi
Apabila kita telah beriman kepada para malaikatnya hendaklah kita selau bersifat
optimis dalam menempuh jalan kehidupan ini , karena iman itulah yang membawa kita
untuk menuju ketenangan dan ketentraman jiwa.
Dalam analisa yang lalu telah diuraikan tentang iman kepada maliakat, meraka
sebagai makhluk tertinggi menjadi jalan turunya wahyu yang agung kepada para rasul,
dimana para rasul itulah sebagai duta-duta Allah untuk manusia. Mengenai jumlah para
nabi /rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ilama berkata Rasul itu berjumlah
“313” orang, dan nabi barjumlah “124.000” orang.
Para rasul berkewajiban menyampaikan risalah dan wahyu kepada para umat
manusia . kerena itulah iman kepada para rasul berarti mempercayai bahwa allah telah
memilih di antara manusia menjadi utusanya dengan tugas risalah kepada manusia
sebagai hamba-hamba Allah dengan wahyu yang diterima dari Allah SWT untuk
membimbing para umat manusia ke jalan yang lurus dan benar.Para rasul memiliki sifat
keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari manusia lainya dikenal dengan
istilah sifat-sifat wajib. Sifat ini sebagai bukti bagi seorang rasul Allah, yakni :
Dari sekian sifat khas seorang rasul Allah, yang paling esensial yang menjadi
bukti kerasulan ialah mukjizat. Setiap rasul mempunyai maukjizat sendiri-sendiri.
Mukjizat adalah keluarbiasaan atau perbuatan ajaib seorang rasul, menyalahi kebiasaan.
Ia tidak dapat ditiru dan ditandingi oleh manusia biasa. Sehingga dapat dengan mudah
intuk membedakan antara rasul yang benar dengan rasul atau nabi palsu.
•Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Musa, di dalamnya terdapat beberapa
syariat dan hukum agama yang sesuai dengan tempat dan kondisi masa itu.
•Kitab Zabur adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud. Isinya
mengandung beberapa doa, zikir, pengajaran dan hikmat.
• Kitab Injil adalah wahyu Allah kepada Nabi Isa. Injil bertujuan untuk mengajak umat
manusia untuk bertauhid kepada Allah. Dan untuk mengadakan perbaikan agama Bani
Israil yang telah kacau dan menyeleweng.
•Kitab Al-Qur’an yaitu wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini
sebagai kitab Allah yang terkhir yang bertujuan untuk penyempurna dari ajaran-ajaran
kitab terdahulu. Ajaranya mencakup seluruh aspek kehidupan dan sebagai pedoman
hidup umat islam sepanjang masa.
Iman kepada hari akhirat adalah masalah yang paling berat dari segala macam akidah dan
kepercayaan manusia. Sejak zaman purba, manusia telah membicarakan dan
mendiskusikan sampai ke zaman modern sekarang ini. Para ilmuwan dan para filosof
Iman kepada qadha dan qadar adalah tiang iman yang keenam atau rukun iman
yang terakhir. Qadha dan qadar dalam pembicaraan sehari-hari selalu disebut dengan
takdir. Rukun iman yang terakhir ini kalau tridak hati-hati , tidak didasari dengan iman
dan ilmu yang kuat maka akn tergelincir kepada aqidah dan cara hidup yang fatal.
Kekeliruan yang umumnya terjadi pada masyarakat terhadap qadha dan qadar ialah :
“segala nasib baik dan buruk seseorang, atau muslim/kafir, telah ditetapkan secara pasti
oleh Allah SWT” sesungguhnya pemahaman seperti itu adalah salah karena jika berbicara
takdir itu kalau kita sudah berusaha dan berdoa.
Jika kita beriman kepada takdir itu sesuai dengan ilmu yang benar maka iman
yang terakhir itu akan membawa peningkatan kepada ketakwaan, bahwa baik
keberuntungan maupun kegagalan dapat dianggap sebagai ujian dari Allah SWT.
Manusia hendaklah selalu berusaha secara maksimal sambil tawakal dan berdoa.
Kemudian yakin bahwa penentuan hasil akhir kita berada di tangan Allah SWT, Dialah
yang maha kuasa terhadap segala sesuatu.
َللا يَسِير َ َض َوال فِي أَنفُسِ كُم إِال فِي ِكتَاب مِن قَب ِل أَن نَب َرأَهَا إِنّ ذَلِك
ِ ّ علَى ِ صيبَة فِي األر
ِ اب مِن ُم
َ صَ ََما أ
Artinya : Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
b. Islam
3) Menunaikan zakat
4) Puasa Ramadhan
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap
perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-
hukum-Nya.[6] Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan
untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti
ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.[5] Seorang muslim
mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai
usaha untuk memahami hikmahnya
Kata Islam sebagai agama disebut dalam Alquran dalam surah Al Maidah ayat
3,yangartinya:
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan
kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu."
Lalu disebutkan pula dalam surah Ali Imran ayat 85 yang artinya:
"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."
Dalam Hadits, Rasulullah pernah menjelaskan arti Islam. Hadits tersebut terkenal sebagai
hadits Jibril. Karena saat itu, malaikat Jibril dengan wujud laki-laki datang dan menemui
Rasulullah. Malaikat Jibril yang bertanya tentang Islam dan meminta penjelasan pada
Rasulullah,sebagaiberikut:
"Ketika kami sedang duduk-duduk bersama dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul
seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, pada dirinya
tidak terlihat tanda-tanda seorang musafir, namun tidak ada satu pun di antara kami yang
mengenalnya. Hingga ia duduk di dekat Nabi SAW. Dia menempelkan lututnya ke lutut
Nabi SAW dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.
Dia berkata: Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam? Rasulullah SAW
menjawab: Islam adalah engkau bersyahadat bahwasannya tiada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat,
menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Bitullah jika engkau
mampu melaksanakannya." (HR. Muslim)
c.Ihsan
Menurut bahasa Ihsan (Arab: " ;احسانkesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang
yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan
kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan
kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya. Ihsan di dalam
beribadah kepada Allah.
• Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah
dari seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Nama lain dari
perbuatan ini disebut Maqam al-Musyahadah ]3).[ (مقام المشاهدةDan keadaan ini
merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan
diri kepada-Nya. Sikap seperti ini membuat hatinya terang-benderang dengan
cahaya iman dan merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu pengetahuan,
sehingga yang abstrak menjadi nyata.
• Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab
dan siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang
pertama, karena sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman.
Sehingga, dari sini, ulama salaf berpendapat bahwa, "Barangsiaa yang beramal
atas dasar melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia seorang yang arif, sedang
siapapun yang bermal karena merasa diawasi Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka
dia seorang yang ikhlas (mukhlis)."[3]
Maka suatu ibadah dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka
pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu
seseorang tidak akan bermaksud supaya di lihat orang (riya'), di dengar orang (sum'ah)
maupun menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya
itu tampak oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama saja kualitas kebagusan
Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu
• Harta
Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis perbuatan ihsan
dengan harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena dia termasuk di dalam
Rukun Islam. Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan kepada orang-orang yang
menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak, orang-tua, dll. Kemudian sedekah bagi
orang miskin dan orang yang membutuhkan lainnya.
• Kedudukan
• Ilmu
Yakni memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya kepada orang lain, dengan cara
mengajarkannya.
• Badan
❖ URGENSI
Penjelasan mengenai Islam dan sain merupakan sesuatu hal yang mutlak yang wajib di
percaya.maka untuk itu ada beberapa yang insyaallah saya tulis di bawah ini mengenai
sains dalam islam.ada beberapa poin sebagai berikut :
a) Teori Big Bang
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu.
Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam
semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang
ini.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak
dalam garis edar tertentu:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-
benar meluaskannya.”
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala
tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoretis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
FaktaFakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929.
Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauh.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan.”
14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun
dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.Gerakan gunung-gunung ini disebabkan
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni
50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam
sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan
yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea.
Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya
bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah
Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Amerika Utara dan Asia, kecuali India.
Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi
daratan-daratan yang lebih kecil.
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas
lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa
lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan
ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya.
Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-
lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi
bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih
lebar.[6] Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut
Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan
BAB 3
perintah menegakkan hukum secara adil yang penting untuk kita ketahui.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. – (Q.S An-Nisa:
58)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap kedua orangtua dan kaum
kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (untuk kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan untuk menjadi saksi, maka ketahuilah bahwa Allah Mahateliti terhadap segala
sesuatu yang kamu kerjakan. – (Q.S An-Nisa: 135)
❖ URGENSI
Ada sejumlah ayat dalam alquran yang secara jelas dan tegas memerintahkan kita untuk
menegakkan keadilan dengan sebenar-benarnya. Ini membuktikan bahwa keadilan
merupakan salah satu isu penting yang diperhatikan dalam islam. Sebagai seorang
muslim, tentu saja kita harus bisa menyerap pesan-pesan keadilan yang tersebar dalam
ayat-ayat alquran. Berikut ini beberapa ayat alquran tentang .Berbagai masalah hukum,
mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, pungutan liar, penistaan agama, hingga
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) datang silih berganti. Diperlukan kecepatan dalam
menyelesaikannya. Jika lamban, satu masalah belum selesai maka akan tumbuh masalah
baru yang lebih banyak dan pelik.
Dari penglihatan sehari-hari, sering kali kita menyaksikan keadilan masih lebih berpihak
kepada orang berduit, sehingga muncul istilah yang dipelesetkan, kasih uang habis
perkara, atau istilah wani piro.
Dalam masalah hukum, rakyat kecil sering kali terpinggirkan. Persoalan sederhana
ditangani secara berlebihan. Persoalan yang seharusnya diselesaikan menurut ukurannya,
malah menjadi lebar dan luas hanya karena tidak mampu menempatkan persoalan secara
proporsional.
Keadilan menuntut kejujuran dan objektivitas, artinya tidak berpihak kecuali kepada
kebenaran dan rasa keadilan itu sendiri. Berkaitan dengan penegakan hukum, Rasulullah
SAW berpesan secara khusus kepada penegak hukum agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dan benar.
Pertama, memutuskan perkara secara adil. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang
menjadi hakim lalu menghukumi dengan adil, niscaya ia akan dijauhkan dari keburukan."
(HR Tirmidzi).
Kedua, tipologi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga, dua di neraka dan
satu di surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak benar, padahal ia mengetahui
mana yang benar maka ia masuk neraka. Seorang hakim yang bodoh lalu menghancurkan
hak-hak manusia maka ia masuk neraka. Dan, seorang hakim yang menghukumi dengan
benar maka ia masuk surga." (HR Tirmidzi).
Ketiga, tidak meminta jabatan hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa
mengharap menjadi seorang hakim maka (tugas dan tanggung jawab) akan dibebankan
kepada dirinya. Dan barang siapa tidak menginginkannya maka Allah akan menurunkan
malaikat untuk menolong dan membimbingnya dalam kebenaran." (HR Tirmidzi).
Oleh karena itu, kita sangat menaruh hormat kepada setiap aparat penegak hukum yang
masih tegar dan setia membela kebenaran dan keadilan.
BAB 4
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung.” (Al-Imran:104).
ان
ِ اْلي َم
ِ ف ُ ََمن َرأَى مِ نكُم ُمنك ًَرا فَليُغَيِرهُ بِيَ ِد ِه فَإِن لَم يَستَطِ ع فَبِ ِل َسانِ ِه فَإِن لَم يَستَطِ ع فَبِقَلبِ ِه َوذَلِكَ أَضع
“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan
tangannya. Jika belum mampu, cegahlah dengan lisannya. Jika belum mampu, dengan
hatinya, dan pencegahan dengan hati itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no.
70 dan lain-lain)
ِسَ فَإِذَا أَبَيتُم ِإ ّال ال َمجل: قَا َل،ِّث فِيه ِ ّ يَا َرسُو َل: قَالُوا،ِط ُرقَات
ُ َما لَنَا بُد مِن َم َجالِسِ نَا نَتَ َحد،َللا ُّ وس فِي الَ ُإِيّاكُم َوال ُجل
ع ِن ُ َواألَم ُر بِال َمع ُروفِ َوالنّه، َو َردُّ الس َّل ِم،َف األَذَى
َ ي ُّ َوك،ص ِر ّ فَاعطُوا ال
َ َغَضُّ الب: َما َحقُّهُ؟ قَا َل: قَالُوا،ُط ِريقَ َحقّه
ال ُمنك َِر.
❖ URGENSI
Amar makruf nahi mungkar (bahasa Arab: األمر بالمعروف والنهي عن المنكر, al-amr bi-l-maʿrūf
wa-n-nahy ʿani-l-munkar) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang berisi perintah
menegakkan yang benar dan melarang yang salah. Dalam ilmu fikih klasik, perintah ini
dianggap wajib bagi kaum Muslim. "Amar makruf nahi mungkar" telah dilembagakan di
beberapa negara, contohnya adalah di Arab Saudi yang memiliki Komite Amar Makruf
Nahi Mungkar (Haiʾat al-amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-munkar). Di kekhalifahan-
kekhalifahan sebelumnya, orang yang ditugaskan menjalankan perintah ini disebut
muhtasib. Sementara itu, di Barat, orang-orang yang mencoba melakukan amar makruf
nahi mungkar disebut polisi syariah.
“ Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
laranglah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (Luqman 17) ”
Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan sesuai kemampuan, yaitu dengan tangan (kekuasaan)
jika dia adalah penguasa/punya jabatan, dengan lisan atau minimal membencinya dalam
hati atas kemungkaran yang ada, dikatakan bahwa ini adalah selemah-lemahnya iman
seorang mukmin.[1]
Amar ma'ruf nahi mungkar ialah mengajak, menyuruh, atau menyeru ke arah kebaikan
dan mencegah atau menghalangi kemungkaran.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung”. (QS Ali Imron:104).
ًب لَكَانَ خَيرا ِ ع ِن ال ُمنك َِر َوتُؤمِ نُونَ بِالِلِ َولَو آ َمنَ أَه ُل ال ِكتَا ِ ّكُنتُم خَي َر أ ُ ّمة أُخ ِر َجت لِلن
َ َاس تَأ ُم ُرونَ بِال َمع ُروفِ َوتَن َهون
َّل ُهم ِمن ُه ُم ال ُمؤمِ نُونَ َوأَكثَ ُرهُ ُم الفَاسِ قُون
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).
ّ َصلَةَ َويُؤتُون
َالزكَاة ّ ع ِن ال ُمنك َِر َويُقِي ُمونَ ال َ َض ُهم أَو ِليَآ ُء بَعض يَأ ُم ُرونَ بِال َمع ُروفِ َويَن َهون
ُ َوال ُمؤمِ نُونَ َوال ُمؤمِ نَاتُ بَع
َ ََويُطِ يعُونَ للاَ َو َرسُولَهُ أُوالَئِكَ َسيَر َح ُم ُه ُم للاُ ِإنّ للا
ٌُع ِزيز َحكِي ُم
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shaleh dan berkata,”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri.” )QS Fushilat :33).
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim
saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS Al-Anfal:
25).
DALAM sebuah hikayat, Nabi Musa as, pernah mengadu kepada Allah SWT, "Ya, Allah!
Mengapa Engkau menghukum orang tidak berdosa hanya karena mereka hidup bersama
di lingkungan orang-orang yang berbuat dosa."
Nabi Musa as marah kepada semua semut yang berada di sekitar batang kayu tersebut,
padahal yang menggigit pantatnya hanya seekor semut. Hal tersebut dikarenakan semut
yang berada di sekitarnya tidak peduli terhadap perbuatan buruk semut yang menggigit
Nabi Musa.
Jawaban Allah SWT atas keluhan Nabi Musa mirip dengan perumpamaan penumpang
perahu yang digambarkan Nabi Muhammad SAW.
Akibatnya, ketika perahu itu bocor, air masuk ke dalam, kemudian perahu tenggelam.
Ketika perahu tenggelam yang celaka bukan hanya pembocor perahu, melainkan semua
penumpang.
Amar makruf nahi mungkar (bahasa Arab: األمر بالمعروف والنهي عن المنكر, al-amr bi-l-maʿrūf
wa-n-nahy ʿani-l-munkar) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang berisi perintah
menegakkan yang benar dan melarang yang salah. Dalam ilmu fikih klasik, perintah ini
dianggap wajib bagi kaum Muslim. "Amar makruf nahi mungkar" telah dilembagakan di
beberapa negara, contohnya adalah di Arab Saudi yang memiliki Komite Amar Makruf
Nahi Mungkar (Haiʾat al-amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-munkar). Di kekhalifahan-
kekhalifahan sebelumnya, orang yang ditugaskan menjalankan perintah ini disebut
muhtasib. Sementara itu, di Barat, orang-orang yang mencoba melakukan amar makruf
nahi mungkar disebut polisi syariah.
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur’an dan
As-Sunnah serta Ijma’ para Ulama.
Dalil Al Qur’an
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ََولتَكُن ِمنكُم أ ُ ّم ُةٌُ يَدعُونَ ِإ َلى الخَي ِر َويَأ ُم ُرونَ ِبال َمع ُروفِ َويَن َهون
َع ِن ال ُمنك َِر َوأُوالَئِكَ هُ ُم ال ُمف ِلحُون
َ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
Dalil Sunnah
ان
ِ اْلي َم
ِ ف ُ ََمن َرأَى مِ نكُم ُمنك ًَرا فَليُغَيِرهُ بِيَ ِد ِه فَإِن لَم يَستَطِ ع فَبِ ِل َسانِ ِه فَإِن لَم يَستَطِ ع فَبِقَلبِ ِه َوذَلِكَ أَضع
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika
tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu
selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].
Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya: Ibnu
Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban
amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”.[5] Abu
Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu
dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih Islam
telah berkonsensus atas kewajibannya”.[6] An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil
Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi
mungkar” [7] Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban,
pokok serta rukun syari’at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan
tegak kejayaannya”.[8] Jelaslah kewajiban umat ini untuk beramar ma’ruf nahi mungkar
yang artinya: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan.
Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur didustakan. Pengkhianat
dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat
itu Ruwaibidhah berbicara. Ada yang bertanya, ‘Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?’.
Rasulullah menjawab, “Orang fasik dan bodoh yang turut campur dan berbicara dalam
urusan orang banyak”.(HR.Abu Hurairah RA)
❖ URGENSI
Akhir zaman adalah waktu terakhir adanya dunia ini, sebelum terjadinya kiamat. Yang
mana tanda tanda kiamat kecil (sugro) sudah banyak terjadi, jika tanda kiamat kecil sudah
Walaupun waktu terjadinya kiamat tidak ada yang tahu, tapi tanda tanda kiamat yang di
sebutkan dalam hadits sudah banyak kita jumpai, dan inilah tanda tanda akhir zaman. Dan
kita sekarang pada masa ini, sudah masuk ke dalam akhir zaman, seperti yang di jumpai
dalam banyak hadits yang menerangkan tentang akhir zaman, di antaranya adalah hadits
yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya: “Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.’” Anas Radhiyallahu
anhu berkata, “Dan beliau menggabungkan jari telunjuknya dengan jari tengah.” [HR
Muslim].
Kata fitnah berarti musibah, cobaan, dan ujian. Kata ini disebutkan secara berulang di
dalam al-Qur’an pada hampir 70 ayat (lihat al-Mu’jam al-Mufahras), dan seluruh
maknanya
berkisar pada ketiga makna di atas. Kata fitnah bisa juga bermakna sesuatu yang
mengantarkan
kepada adzab Allah, seperti firman-Nya: “Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke
dalam
Di sisi lain, kata fitnah bermakna ujian, sebab keduanya bisa digunakan dalam konteks
kesulitan maupun kesenangan yang diterima seseorang. Hanya saja, makna “kesulitan”
lebih
sering digunakan. Allah berfirman (yang artinya): “Dan Kami akan menguji kamu dengan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pengertian fitnah adalah hal-hal
cobaan yang mengandung hikmah. Biasanya fitnah terjadi secara umum, namun ada juga
fitnah
yang terjadi secara khusus. Pada akhirnya, berkat karunia Allah, fitnah itu diangkat
sehingga
meninggalkan dampak yang baik bagi orang-orang yang berbuat kebaikan dan yang
beriman,
sebaliknya meninggalkan dampak yang buruk bagi mereka yang berbuat kejahatan dan
tidak
“Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang
mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni tempat
hidangan mereka”.
Maka salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada hari itu?”
“Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir,
dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan
Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahn‘.
“La ilaha illallah, celaka (binasa) bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah
hampir menimpa mereka, Pada hari ini telah terbuka bagian dinding Ya’juj dan Ma’juj
seperti ini”, dan Baginda menemukan ujung ibu jari dengan ujung jari yang sebelahnya
(jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan.
Saya lalu bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa, sedangkan dikalangan
kami masih ada orang-orang yang shaleh?” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,
“Ya, kalau kejahatan sudah terlalu banyak dilakukan.” [HR. Bukhari dan Muslim]
3. Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash Ra. ia berkata, Aku mendengar Rasullullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang banyak akan memilih orang-orang jahil
sebagai pemimpinnya.
Apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat
dan menyesatkan orang lain.” [HR. Muslim]
4. Dari Ali bin Abi Thalib Ra, Bahwasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah
Shallallahu‘Alaihi wa Sallam di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus’ab bin Umair Ra ..
dan tidak ada di badannya kecuali hanya selembar selendang yang bertambal dengan
kulit.
Maka jawab sahabat, “Wahai Rasulullah, tentunya keadaan kami di waktu itu lebih baik
dari pada keadaan kami di hari ini. Kami akan memberikan perhatian sepenuhnya kepada
masalah ibadah saja dan tidak bersusah payah lagi untuk mencari rezeki”.
Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak! Keadaan kamu hari ini adalah
lebih baik daripada keadaan kamu pada hari itu”. [HR. Tirmizi]
Diantara fitnah akhir zaman yang dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:
1). Fitnah dalam agama, yaitu dengan mudahnya manusia berpindah dari agama Islam.
sebelum datang fitnah, seperti malam yang gelap. Seorang pada pagi harinya dalam
keadaan
mukmin, kemudian pada sore harinya menjadi kafir. Pada sore harinya dalam keadaan
mukmin,
pada pagi harinya menjadi kafir; dia menjual agamanya dengan benda-benda dunia.”
(HR. Muslim)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Zaman semakin dekat, ilmu dicabut,
(Muttafaqun ‘alaih)
Ilmu akan dicabut dari hati manusia dengan cara diwafatkannya para ulama’ ahli ilmu
agama. Maka setelah itu akan terjadilah kebodohan dimana-mana dan akan ada muncul
da’i-da’i
Hal ini merupakan tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat. Sebagaimana yang telah
di kabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam yang ketika itu datang seorang
Badui
kepada beliau dan berkata, “Kapankah hari kiamat akan terjadi?” Beliau menjawab
dengan
sabdanya: “Apabila telah disia-siakannya amanah, maka tunggulah hari kiamat! Orang
tersebut
suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tungguhlah hari
kiamat.’” (HR.
Bukhari)
sabda shallahu ’alaihi wasallam: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
diminta
Hal tersebut telah muncul di zaman ini seperti yang bisa kita amati seksama, yaitu
banyaknya para pemimpin yang tidak melaksanakan amanahnya dengan baik. Mereka
malah
menyelewengkan amanah itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya seperti
halnya
korupsi yang telah merajalela dimana-mana. Hal itu termasuk bentuk penyelewengan
amanah
Macam-macam fitnah tersebut merupakan sebagian dari tanda-tanda hari kiamat. Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda:
“Sesungguhnya di antara tanda hari kiamat ialah; diangkat ilmu (agama), tersebar
kejahilan
(terhadap agama), arak diminum (secara leluasa), dan zahirnya zina (secara terang-
terangan)”.
merupakan dinding pembatas antara kaum Muslimin dengan fitnah tersebut, sebagaimana
yang
diterangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berkata kepada ‘Umar:
“Sesungguhnya
antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka kita semua harus berhati-hati pada fitnah-fitnah tersebut, karena hal tersebut akan
kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian semata dan
ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. al-Anfal: 25)
5).Fitnah Dajjal
Para ulama berpendapat bahwa tidaklah seorang Nabi di mana pun berada dari zaman
Nabi Adam ‘alaihis salam hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
semuanya sudah memperingatkan bahayanya fitnah dajjal.
Dari Anas bin Malik dalam kitab Muslim bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidak setiap makhluk itu dari zaman Nabi Adam sampai akhir zaman, fitnah
yang terbesar yaitu fitnah dajjal.”.
Dikisahkan, ketika Nabi Muhammad sedang duduk bersama sahabat – sahabatnya yang
sedang berbincang mengenai dajjal. Lalu, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang bagaimana cara untuk menghindari fitnah Dajjal.
Ada seorang mukmin yang datang kepada Dajjal dan mengatakan dengan keras, “Saya
ingin bertemu Dajjal musuhnya Allah dan saya ingin bertemu penipu penyihir ini!” Maka
bala tentara Dajjal berkata kepada orang tersebut, “Buat apa engkau ingin menemui
Tuhan kami, mengapa engkau tidak beriman kepada Tuhan kami?” Maka dia dipukuli
oleh bala tentara Dajjal di punggungnya, lututnya, dan semua anggota badannya.
Setelah dipukuli dan diikat, barulah bala tentara membawa dirinya kepada Dajjal. Lalu
orang mukmin tersebut berteriak, “Jangan kalian ikuti!” Kemudian Dajjal marah dan
mereka menggergaji mukmin dari kepalanya hingga terbelah. Lalu badannya dipisahkan
dan Dajjal melewati tubuh mayit mukmin tersebut dan menghidupkannya kembali dan
berkata, “Bangkitlah engkau.”
Setelah membaca tasyahud akhir, sebelum salam berdoalah untuk meminta perlindungan
dari fitnah dajjal.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Artinya, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku
berlindung kepada-Mu dari fitnah al - Masih Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari
fitnah kehidupan dan sesudah mati. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari perbuatan dosa dan kerugian." (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Z. Y. bin Syaraf al-Din al-Nawawi al-Syafi’iy, & Imam N. (2009) Riyadh al-
Shalihin, Indonesia al-Haramian: Jaya Indonesia.
Abdur Rahman, “Rekonstruksi Sains Sekular dan Pengembangan Sains Islam” dalam Tri
Shubhi (ed.), Membangun Peradaban dengan Ilmu, Depok: Kalam Indonesia.
https://umma.id/article/share/id/1002/272772
http://agungsyifaul.blogspot.com/2012/02/epistemologi-islam.html?m=1
https://m.republika.co.id/berita/plokyw313/landasan-agama-dalam-pengembangan-
sains-islam-seperti-apa
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_dan_ilmu_pengetahuan
https://www.neliti.com/id/publications/76085/islam-dan-ilmu-pengetahuan-pengaruh-
temuan-sains-terhadap-perubahan-islam
https://www.neliti.com/id/publications/22774/penegakan-hukum-dalam-perspektif-
hukum-islam
https://republika.co.id/berita/oh6pth313/4-pesan-rasulullah-untuk-penegak-hukum
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_dan_ilmu_pengetahuan