AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
1. Pola Tanam Lahan Gambut
Pada prinsipnya pengaturan pola tanam di lahan gambut bertujuan mengurangi lamanya
waktu tanah dalam keadaan terbuka yang memicu terjadinya emisi. Relay planting adalah salah
satu contoh penerapan pola tanam yang memungkinkan tanah gambut tidak terbuka saat
penggantian tanaman berikutnya. Menanam tanaman sela diantara tanaman pokok (tahunan)
dapat mengurangi emisi sekaligus meningkatkan sekuestrasi karbon.
Pengaturan pola tanam dan pola usahatani merupakan alternatif yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan intensitas pertanaman dan memperpendek masa bera. Pola
usahatani yang diterapkan petani dapat berupa monokultur seperti padi – bera, padi +
palawija/sayuran, sayuran+palawija, sayur-sayuran, sangat tergantung pada tipologi lahan.
Pengaturan jenis tanaman dan pola tanam yang dapat dikembangkan bisa berupa tumpang
sari, seperti halnya kelapa dan padi pada sistem wanatani dan sistem terpadu. Wanatani
merupakan sistem budidaya tanaman tahunan dan semusim dalam waktu bersamaan dimana
tanaman semusim ditanam di antara satu hingga dua barisan tanaman tahunan. Guludan surjan
yang ditanami tanaman tahunan (berupa tanaman perkebunan buah-buahan, atau kayu-kayuan),
sedangkan tabukannya ditanami tanaman semusim (seperti padi atau kangkung) juga termasuk
budidaya wanatani. Kelebihan sistem wanatani adalah petani akan memperoleh penghasilan dari
tanaman semusim dan tanaman tahunan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh petani
dalam penerapan sistem wanatani adalah barisan tanaman tahunan harus membujur ke arah timur
dan barat dan jarak tanamnya tidak terlalu rapat. Tujuan hal itu adalah agar distribusi sinar
matahari merata sehingga tanaman semusim akan tetap memperolehnya.
Tegalan dapat didefinisikan sebagai suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung
pada pengairan air hujan, yang ditanami tanaman musiman atau tahunan, dengan letak terpisah
dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan dari
irigasi sebab permukaan yang tidak merata. Ketika musim kemarau, lahan tegalan akan kering
dan sulit untuk ditumbuhi tanaman pertanian.
Teknologi budidaya tanaman yang biasa diusahakan di lahan kering berupa sistim
tumpang sari.
Dengan adanya perbedaan karakteristik ekosistem antara lahan kering beriklim basah
dengan lahan kering beriklim kering, maka pola tanam tentunya akan berbeda. Pada lahan kering
beriklim basah, curah hujan merata sepanjang tahun, maka dapat dipilih komoditi tanaman sela
yang dapat menutup tanah sepanjang tahun seperti jagung dan kacangkacangan. Urutan
penanamannya diatur secara tumpang sari.
Pengaturan pola tanam yang dianjurkan yaitu pada awal musim hujan ditanami padi gogo
yang lebih banyak kebutuhan airnya, kemudian diikuti oleh tanaman palawija yang lebih tahan
kering. Pada pelaksanaannya setiap musim tanam dapat dilakukan dengan sistem tumpang sari
(padi gogo + jagung) - kacang-kacangan.
Pengembangan kolam penampung air hujan berupa embung (small farm reservoir) lebih
menjamin ketersediaan air bagi padi gogo pada musim hujan dan tanaman palawija (kedelai,
jagung, sayuran dan sebagainya) pada musim kemarau. Dengan demikian intensitas tanam
meningkat dengan pola tanam padi gogopalawija-palawija.
Di lahan kering, pertumbuhan gulma merupakan masalah yang cukup berat, karena
bersaing dengan tanaman pangan, dalam hal cahaya, hara, air, dan ruangan. Keberhasilan
tanaman pangan tergantung dari keberhasilan pengendalian gulma. Pola tanam sepanjang tahun
yang sesuai, dapat secara efektif mengendalikan gulma selain perberantasan caracara mekanis
dan kimiawi.
Lahan kering yang dibahas disini adalah lahan kering yang memproduksi tanaman
pangan yaitu tegalan dan ladang.
Pola tanam pada daerah tegalan dataran tinggi dapat dilakukan dengan tanaman tunggal
ataupun dengan tumpeng sari. Pola tanam tumpeng sari dapat dilakukan untuk mengatasi
kegagalan panen pada salah satu jenis tanaman. Pola tanam tunggal jika sebidang tanah hanya
ditanami dengan satu jenis tanaman dan pola tanam ganda jika ditanami lebih dari satu jenis
tanaman.
Pola tanam tumpeng sari yang dapat diusahakan pada daerah tegalan dataran tinggi antara
lain :
a. Tumpang sari seumur (inter cropping)
Apabila dua jenis tanaman atau lebih ditanam secara serentak dan membentuk larikan.
Dengan pola tanam tumpang sari seumur, satu kali musim tanam petani bisa mendapatkan hasil
lebih dari satu macam komoditi. Jika tanaman B belum dapat dipanen, maka tanaman A sudah
lebih dulu dipanen. Contoh: tembakau dan kacang merah.
b. Inter Culture
Pada pola tanam ini, tanaman semusim ditanam diantara tanaman tahunan. Contohnya
adalah tanaman kopi dikombinasikan dengan tembakau.
c. Mixed Cropping
Pola tanam campuran yaitu jika lahan ditanami dengan dua atau lebih jenis tanaman
dengan sebaran tidak beraturan dan ditanam pada waktu yang sama. Misalnya kubis, kopi, dan
cabe. Ini dilakukan dengan maksud dalam satu kali tanam bisa mendapatkan hasil 3 komoditi
dengan waktu panen berbeda.
Inter planting adalah pola tanam dengan kombinasi jenis tanaman berumur pendek dan
tanaman lain yang berumur lebih Panjang pada sebidang tanah yang sama. Misalnya kombinasi
antara tanaman bawang merah, buncis, dan tembakau. Tanaman tembakau berumur lebih
Panjang daipada tanaman bawang merah dan buncis. Setelah bawang merah dan buncis habis
dipanen, petani masih punya harapan panen tembakau sehingga penghasilan mereka
berkelanjutan.
Pada lahan sawah dataran rendah dan medium, selain ditanami dengan padi, dapat juga
ditanam dengan kedelai. Dalam upaya mendapatkan keuntungan yang maksimal, masing-masing
petani mempunyai cara yang berbeda dalam mengusahakan tanamannya sehingga dalam satu
areal dapat diusahakan beberapa tanaman pangan. Dalam musim yang bersamaan dengan pola
tanam kedelai ditanam pula tanaman lain yaitu jagung, kacang tanah, dan kacang hijau.
Tanaman-tanaman tersebut merupakan komoditas alternatif selain kedelai sehingga dapat disebut
sebagai tanaman pesaing kedelai.