Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar
sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan
(kompetisi) pada tanaman menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan
pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi lebih dari satu tanaman dan
tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana
pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan
tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau
menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.

Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan


kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan
bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing, sedangkan
Molles (2002) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat
pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu
(intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik.

Gulma merugikan manusia dalam keadaan,tempat dan waktu


tertentu.Tetapi,pada prinsipnya,gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki
tumbuh atau hidup di suatu tempat.Hal ini disebabkan karena gulma biasanya
tumbuhan tersebut dapat  berkompetisi dengan tanaman pokok yang dibudidayakan
oleh manusia.Gulma dan tanaman budidaya mengadakan kompetisi dalam rangka
mendapatkan factor – factor tumbuh yang terbatas di suatu Agro-ekosistem.

Apabila tanaman tersebut kalah dalam kompetisinya dengan gulma,biasanya


tumbuhnya kurang atau terhambat pertumbuhannya,sehingga kurang mampu untuk
berproduksi dengan baik.

Kompetisi diartikan sebagai perjuangan dua organisme atau lebih untuk


memperebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai
keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, yaitu
unsure hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi bila unsur-
unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi
keduanya. Persaingan antara gulma dengan tanaman adalah persaingan interspesifik
karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan persaingan yang
terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakan persaingan intra spesifik.

Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti “satu sama lain” dan
pathos yang berarti “menderita”. Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena
alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa
biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati
terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil
alelopati tidak dapat tumbuh atau mati, contoh tanaman alelopati adalah Ekaliptus
(Eucalyptus spp.). Hal ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan
tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karena itu, alelopati dapat
diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi penggunaan herbisida
sintetik yang berbahaya bagi lingkungan.

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit


sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji.[6] Fungsi
dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen
tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya
dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta
perkembangannya.

B. Tujuan

Adapun tujuan praktikum adalah untuk mengetahui pengertian alelopati,


mengetahui pengaruh alelopati terhadap tumbuhan lain, serta mengetahui kegunaan
alelopati.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki
yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung
merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena
bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air. Pengenalan suatu
jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologi, habitat, dan bentuk
pertumbuhanya

Kompetisi diartikan sebagai perjuangan antara dua organisme atau lebih


dalam memperebutkan objek yang sama. Gulma maupun tanaman mempunyai
keperluan dasar yang sama untuk dapat tumbuh dan berkembang secara normal, baik
terhadap unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi
bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang
cukup bagi keduanya. Persaingan antara gulma dengan tanaman merupakan
persaingan interspesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda,
sedangkan persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakan
persaingan intra spesifik

Derajat persaingan antara gulma dan tanaman tergantung pada densitas gulma
jenis gulma, varietas tanaman dan tingkat pemupukan. Spesies yang berbeda
mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik morfologi
dan fisiologi yang berbeda. Sedangkan densitas gulma berpengaruh pada penurunan
hasil tanaman, yaitu semakin tinggi densitas maka hasil tanaman semakin menurun

Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar


tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada
lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan
hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air,
hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono, 2005).

Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan
organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang
berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing
berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau
apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber
yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya
makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton, 1990).

Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme


memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke
lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan
dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak dapat tumbuh
atau mati, contoh tanaman alelopati adalah Eucalyptus spp.

Alelopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu


menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di
sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal
sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat
menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu
(Willis, 2007).

Mekanisme dan fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia


antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme.
Interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak
langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan,
hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain.
Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. (Weston,
1996).

Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar,


batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat
spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit
sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air,
lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat
dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam
amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya
terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres
biotik maupun abiotik (Einhellig, 1995).

Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme


sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap
jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ
pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya. Mekanisme pengaruh alelokimia
(khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme
(khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks,
namun proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan
struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini
akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian
mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. (Einhellig, 1995).

Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya,


namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang
menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga
populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia.
Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat
terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang
toleran terhadap senyawa ini (Rohman, 2001).

Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi


antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu
organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan
organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya
(Rohman, 2001).
BAB III BAHAN DAN METODA

A. Waktu dan Tempat

Adapun praktikum mengenai kompetisi dan alelopati ini dilaksanakan pada


hari Jumat, 00-00-2019 pada pukul 16.00-17.40 di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

C. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini adalah cup sterofoam,gulma
alang alang,benih jagung dan tanah steril.

D. Cara Kerja

Cup sterofoam dilubangi dan diisi dengan tanah steril 2/3 bagian,lalu ditanam
gulma alang alang dan rumput teki dengan berbagai macam kerapatan (1-4 propagul)
dan benih jagung secara bersamaan didalam satu pot, lalu diamati perkecambahan
benih jagung selama 2-3 minggu.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai