DOSEN PEMBIMBING:
Ns.MASYITAH WAHAB,S.KEP.,M.Kes
OLEH :
Nama :HASMILA
Nim :P.18.006
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul ..................................................................................................i
Daftar isi...........................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B.Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Tinjauan Teori .............................................................................................4
1. Defenisi dibetes militus.........................................................................4
2. Etiologi .................................................................................................6
3. Patofisiologi .........................................................................................6
4. Manifestasi klinis .................................................................................7
5. Penatalaksanaan ...................................................................................8
6. Komplikasi ...........................................................................................10
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan....................................................................12
1. Pengkajian ............................................................................................12
2. Patway ..................................................................................................16
3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................17
4. Intervensi Dan Rasional........................................................................17
5. Implementasi ........................................................................................20
6. Evaluasi ................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi
pada membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes.
Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap
tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di
dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes.
Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan
rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus
pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah
memerlukan perhatian dan bantuan. Diabetes pada anak umumnya disebut
tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam
jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes
pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh
meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif
insulin.
1
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada
anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua
penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di
Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya
sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena
sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien sudah
mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul secara
mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak segera
ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri )
dan kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi
menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya
tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya
dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal
tersebut diatas kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak
dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode masalah
yang sistematis melalui proses keperawatan.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
a. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus.
2
2. Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
3. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
4. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
5. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes
mellitus.
6. Mengetahui komplikasi diabetes mellitus.
7. Mengetahui Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan
diabetes mellitus.
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
a. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2009, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh
darah.
b. Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung
kronik progresif, dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya
(Darmono, 2010).
c. Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2009).
5
d. Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme
karbohidrat primer dan ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute)
dari hormon insulin. (Dona L. Wong, 2013)
e. Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang
merupakan hasil dari proses destruksi sel pankreas sehingga insulin
mengalami kekurangan. (Suriadi. 20010).
f. Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang bermanifestasi
sebelum umur 15 tahun. (FKUI, 2010)
2. ETIOLOGI
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia
sebelum 15 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I ),
gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar
glukosa darah plasma >200mg/dl). Etiologi DM tipe I adalah sebagai
berikut :
1) Faktor genetic
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya
penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002). Penderita diabetes tidak
mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe 1
meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada individu yang memiliki salah
satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan
yang diturunkan secara resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30
dan penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk
wanita.
2) Faktor lingkungan
6
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu
insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus
penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini
menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta. Virus atau mikroorganisme akan menyerang
pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan
produksi insulin.
3) Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel
bata pankreas.
3. PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1) Periode pra diabetes
Pada periode ini gejala gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel β pankreas. Predisposisi genetik
tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi
insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-
pankreas yang berfungsi.Kadar C peptide mulai menurun.Pada
periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
2) Periode manifestasi klinis diabetes
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β- pankreas. Karena sekresi
insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi /
meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan
menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi,
7
polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di ( uptakekedalam sel,
penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan
semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari
luar agar gula darah di uptakekedalam sel.
3) Periode honeymoon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa -sisa sel β pankreas akan bekerja optimal sehingga
akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini
kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari
0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung
sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu
adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi
yang menetap
4) Periode ketergantungan insulin yang menetap
Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini
merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini
penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur
hidupnya
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
( diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita
biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang
klasik seperti:
a) Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl )
b) Polifagi
c) Poliuria
d) Polidipsi
e) Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM
tipe 1 pada anak.
8
f) Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
g) Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
h) Ketonemia dan ketonuria Penumpukan asam lemak keton dalam darah
dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber
energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
i) Mata kabur, Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa –
sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat
terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
j) Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau
aseton, nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran
( koma)
5. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi
pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal -hal lain selain insulin yang
perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas
hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang
(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines.
2009). Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:
1. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada
penderita DM Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis
insulin, dosis insulin, regimen yang digunakan, caramenyuntik serta
penyesuaian dosis yang diperlukan
a) Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin
kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun
insulin campuran (campuran kerja cepat/pendek dengan kerja
menengah). Penggunaan jenis insulin ini tergantung regimen yang
digunakan.
b) Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1
unit/kg berat badan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini
9
selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor- faktor yang ada,
baik pada penyakitnya maupun penderitanya.
c) Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen
konvensional serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-
split regimendapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga
kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian
regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara
insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis
bolus.
d) Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik
dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik
absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak
dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.
e) Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari
beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga,
maupun usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2
unit/kg berat badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit.
2. Diet
pada upaya untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu
pemberian diet terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein dan
30% lemak.Pada anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau
ketat karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan selain
monitoring pertumbuhannya.Kebutuhan kalori perharisebagaimana
kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan
persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25% makan siang serta 25%
makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing 10% total
kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan
regimen yang digunakan. Pada regimen basal bolus, pasien harus
mengetahui rasio insulin:karbohidrat untuk menentukan dosis
pemberian insulin
3. Aktivitas fisik/exercise
10
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan
berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,
menurunkan berat badanapabila menjadi obes serta meningkatkan
percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah
serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu
diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis).Sehingga pada anak DM
memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan
olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan
untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah
yang aman. Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl
serta didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila
kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu
menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia
4. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk
penderita maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang
penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada
penderita DM, insulin(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi
menyuntik serta efek samping penyuntikan), monitor gula darah dan
juga target gula darah ataupun HbA1c yang diinginkan.
5. Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan
sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki
kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan
gula darah berkala dalam sehari. Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di
samping itu, efek samping pemberian insulin, komplikasi yang terjadi,
serta pertumbuhan dan perkembangan perlu dipantau
6. KOMPLIKASI
11
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
menyerang beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes
tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan.
Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):
b. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu
tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik
yang sering timbul adalah:
a). Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu
makan yang besar)
b). Minum banyak, kencing banyak Kemudian disusul rasa mual,
muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta berbau
aseton
c). Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan
penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
12
2. Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi
setelah tahun ke-5) berupa :
a. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik
dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
b. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya:
13
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat
atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b) Keluhan utama
Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum
dan berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran,
perubahan perilaku.
c) Riwayat penyakit sekarang
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
d) Riwayat penyakit dahulu.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan
seperti oleh virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4,
oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan
antibodi.
e) Riwayat kesehatan keluarga.
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang
menderita diabetes melitus. Riwayat kehamilan karena stress saat
kehamilan dapat mencetuskan timbulnya diabetes melitus.
Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit diabetes melitus.
Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit diabetes
melitus.
Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
Koping keluarga dan tingkat kecemasan.
f) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Usia
Tingkat perkembangan
Toleransi / kemampuan memahami tindakan
14
Koping
Pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua
Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
g) Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istrahat.
Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus
otot menurun. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya
aktivitas. Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan darah postural :
hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel : DVJ
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
c. Pernapasan
d. Neurosensori
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk,
lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan,
kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan
memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam
(RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah
meringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
f. Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
g. Eliminasi
15
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat). Abdomen keras,
bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
h. Integritas Ego
Stress, ansietas
i. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik
h) Psikososial
Dapat menyelesaikan tugas – tugasnya sampai menghasilkan sesuatu
Belajar bersaing dan koperatif dengan orang lain
i) Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d.. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
e. Elektrolit : ·Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun ·
Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun. · Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4
bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat
bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
16
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ;
leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress
atau infeksi.
17
2. PATWAY
Faktor genetik respon auto umun firus masuk ketubuh infeksi L
Resiko
kekurangan
volume cairan
18
poliuri Polidipsi poliphagi
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
peningkatan gula darah kronik
gangguan
penyembuhan luka
nekrosis Kerusakan
integritas kulit
pembedahan amputasi
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
19
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan
metabolisme protein, lemak.
2. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
( trauma )
3. Resiko Infeksi ganguan penyembuhan luka berhubungan dengan
penurunan fungsi leucosit/ gangguan sirkulasi
4. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis meningkat,
hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.
4. RENCANA INTERVENSI
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan
metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
a. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
R/ untuk mengetahui peningkatan berat badan pasien.
b. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
R/ untuk mengetahui bising usus dan perkembangan penyakit.
c. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
R / untuk mengetahui gula darah pasien
d. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
R / untuk mengobati pasien
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
R / memenuhi kebutuhan nutris tubuh
f. Kaji ttv
20
R/: untuk mengetahui keadaan umum pasien
g. Catat intake dan output
R/: memantau jumlah cairan masukan dan keluar
2. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
( trauma )
Intervensi :
21
R/ mempercepat peroses penyembuhan
Criteria hasil :
a. Luka sembuh
b. Tidak ada edema sekitar luka.
c. Tidak terdapat pus, luka cepat mongering.
Intervensi :
22
4. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis meningkat,
hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler
baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam
batas normal.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
R/ Untuk mengetahui keadaan umu pasien
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
R/ untuk mengetahui tanda tanda dehidrasi
c. Pantau masukan dan pengeluaran
R / untuk mengetahui haluan cairan
d. Kaloborasi pemberian cairan·
R/ untuk menentukan cairan yang akan di berikan pasien
5. 1IMPLEMENTASI
6. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
23
2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak
ada tanda-tanda malnutrisi
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit terkait dengan sistem
endokrinologi dan pankreas sebagai penghasil insulin yang menjadi pusat
kajian serta studi penyakit ini. Insulin memegang peranan pokok dalam
metabolisme glukosa serta alur energi tubuh manusia. Diabetes Mellitus
24
adalah penyakit dengan banyak gejala yang menyertai dan memiliki faktor
dalam dan faktor luar sebagai pencetusnya. Ada 2 etiologi utama dari diabetes
mellitus yang menjadi dasar klasifikasi penyakitnya. Diabetes mellitus tipe 1
yang dicetuskan oleh tidak cukupnya jumlah insulin sampai tidak
terbentuknya insulin oleh pankreas ( Sel Beta Pulau Langerhans ) disebabkan
oleh proses autoimunitas yang menghancurkan sel beta pulau langerhans
pankreas. Diabetes tipe 1 menyerang anak dengan umur < 18 tahun dengan
rataan umur penderita 4 - 10 tahun. T1DM menyebabkan ketergantungan
abosolut insulin eksogenik untuk mengatur kadar gula darah, dan menjaga
status diabetes tidak berkembang menjadi penyakit dengan banyak
komplikasi. Penatalaksanaan dengan insulin bertujuan untuk menghentikan
proses pembentukan gula hati dan menghentikan ketogenesis.
B. Saran
Penulis menyadari makalah yang dibuat masih banyak kekurangan,
maka dari itu saran kami bacalah buku, tidak hanya berasal dari satu sumber
saja dan terkait dengan DM. Tujuannya agar lebih mudah dimengert
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27