Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR
Tentang:
ELIMINASI
Dibuat Oleh:
MARIA MAGDALENA SAGALA (1863030015)

DosenPembinbing:

Ns. Yanti Aritonang, S.Kep, M.Kep

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TAHUN 2018/2019
Jl. MajenSeutoyo No.2 RT.5/RW.11, Cawang, Kramatjati Jakarta Timur
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ELIMINASI”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah KEPERAWATAN DASAR. Kami harap makalah
ini dapat membantu dan menambah wawasan khususnya dalam kebersihan diri.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan pada makalah ini.

Jakarta, April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan..........................................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Definsi Eliminasi.........................................................................................................................6
2.1 Karakteristik urine dan feses........................................................................................................7
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi........................................................................................9
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Eliminasi........................................................................................10
2.5 Tindakan Dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi........................................................11
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
3.1 KEIMPULAN............................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak orang yang tidak dapat buang air besar (BAB) serta buang air kecil
(BAK) yang menimbulkan masalah besar. Pada pasien yang mengalami hambatan
dalam BAB terkadang memerlukan tindakan operasi untuk mengatasinya.
Demikian halnya dengan pasien yang mengalami diare yang sering kali
mengharuskan mendapat perawatan yang intensive, bahkan bila tidak segera
mendapatkan pertolongan bisa menimbulkan kematian apalagi di daerah yang
terpencil yang jauh dari pelayanan kesehatan.

Oleh sebab itu, semua perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling
banyak di lingkungan masyarakat harus senantiasa proaktif dalam pemberian
penyuluhan, pencegahan, penanganan bahkan rehabilitas bagi pasien yang
mengalami gangguan eliminasi. Dengan tidak terlepas dari kemampuan perawat
menguasai materi tentang eliminasi. Eliminasi berasal dari kata “elimination”
yang artinya pembuangan. Dalam tubuh kita elimasi terdapat dua istilah yaitu
eliminasi fekal (defekasi) yang melalui sistem pencernaan serta eliminasi urine
(miksi) yang melaluisistem urinaria.

Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan
dialami oleh usia lanjut, salah satunya dalam proses berkemih, seperti merasakan
keluarnya urine dalam bentuk tetes pada saat sedang batuk, jogging, atau berlari.
Bahkan ada juga yang mengalami kesulitan menahan urine sehingga keluar pada
saat sebelum berkemih. Semua gejala ini disebut dengan inkontinensia urine
(suparman dan rospas, 2008). Inkontinensia urine merupakan pengluaran urine
secara tak terkendali dan tidak pada tempatnya (mengompol) (tjokronegoro dan
utama, 2001). Sikap lansia dalam menghadapi perubahan pola eliminasi urine
merupakan suatu respon atau faktor pendorong dari lansia untuk menghadapi
perubahan pada eliminasi urine (inkontinensia urine).

Data di amerika serikat diperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa


mengalami inkontinensia urine. Penduduk dunia sekitar 200 juta mengalami
inkontinensia urine (WHO, dalam Collein, 2012). Penderita inkontinensia
mencapai 13 juta dengan 85% diantaranya perempuan di amerika serikat. Sekitar
50% usia lanjut diinstalasi perawatan kronis dan 11-30% dimasyarakat mengalami
inkontinensia urine. Prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan umur.
Perempuan lebih sering mengalami inkontinensia urine pada laki-laki dengan
perbandingan 1,5 : 1 (Yuliana, 2011). Survey yang dilakukan di poli klinik
geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo (2003) terhadap 179 pasien Geriatri
didapatkan angka kejadian inkontinensia urine pada laki-laki sebesar 20,5% dan
pada perempuan sekitar 32,5%. Hasil survey yang dilakukan dirumah-rumah sakit
menunjukkan penderita inkontinensia di seluruh indonesia mencapai 4,7% atau
sekitar 5-7 juta penduduk dan 60% diantaranya adalah wanita (Jurnal Keperwatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), dalam Collein).

Salah satu komplikasi dari inkontinensia urine adalah infeksi saluran


kemih (ISK). Pasien yang di diagnosa dengan ISK sekitar 10,8 juta, khususnya
infeksi kandung kemi, infeksi ginjal, atau keduanya. Pasien yang dilarikan ke unit
gawat darurat di tahun 2006 hinga 2009, hampir 17% pernah dirawat di rumah
sakit (Jurnal World Journal of Urology, dalam kompas.com). Fungsi spingter
yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila bauk atau bersin,
biasanya juga disebabkan oleh kelainan disekeliling daerah saluran kencing,
fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih,
terjadi hambatan pengeluaran urine sehingga urine yang keluar sedikit (Brunner &
Suddarth, 2002).

Eliminasi fekal adalah proses pengeluaran sisa pencernaan zat-zat


makanan dari sistem pencernaan melalui anus. Eliminasi urine merupakan proses
pengeluaran sisa metabolisme berupa zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh
melalui sistem perkemihan dalam bentuk urine. Tujuan dari eliminasi agar
tubuhtidak terganggu atau keracunan oleh zat-zat/ampas makanan yang sudah
tidak diperlukan oleh tubuh. Selain itu untuk menjaga keseimbangan tubuh antara
intake dan outputnya.

Defekasi biasanya terjadi pada interval teratur ketika massa feses bergerak
masuk kedalam kolon melalui kerja otot dinding usus, yang disebut peristaltis.

5
Massa feses menyebabkan tekanan pada dinding usus, yang memberi tanda pada
individu bahwa ia harus menggosongkan ususnya. Otot abdomen membantu
mendorong feses dari rektum.

Pola eliminasi unik pada setiap individu. Banyak individumengalami


defekasi di pagi hari setelah sarapan. Feses terakumulasi selama malam hari dan
makanan yang dimakan menstimulasi peristalsis. Kumpulan data keperawatan
menentukan frekuensi (seberapa sering) dan reguleritas (interval di antara
defekasi) defekasi masing-masing klien. Dokumentasikan apabila klien
melaporkan mengalami perubahan frekuensi, reguleritas, atau karakteristik feses.
Misalnya perubahan dalam kebiasaan defekasi adalah salah satu tanda terjadinya
kanker.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam BAB ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah pengertian tentang eliminasi?


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal dan urine?
3. Bagaimana proses keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
eliminasi.

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Penulis ingin menjelaskan pengertian tentang eliminasi.


2. Penulis ingin menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
3. Penulis ingin menjelaskan proses keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan eliminasi.

1.4 Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Supaya kita dapat mengetahui pengertian tentang eliminasi.


2. Penulis ingin menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

6
3. Agar dapat memahami proses keperawatan pada pasien yang mengalami
gangguan eliminasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definsi Eliminasi


Eliminasi berasal dari kata “elimination” yang artinya pembuangan.
Dalam tubuh kita elimasi terdapat dua istilah yaitu eliminasi fekal (defekasi) yang
melalui sistem pencernaan serta eliminasi urine (miksi) yang melaluisistem
urinaria.

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak


diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu: eliminasi urine
dan eliminasi fekal. Eliminasi adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
tubuh. Pembuangan ini dapat melalui urine dan bowel ( tartowo, wartonah, 2006).

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh


yangmelalui ginjal berupa urine dan melalui gastrointestinal yang berupa fekal.
Urine adalah produk sampah cair dari tubuh. Mengeluarkan urine dari tubuh
disebut urinasi, miktirisi, atau berkemih. Feses yang disebut bowel movement
(BM) atau kotoran (stool), adalah produk sampah padat dari tubuh. Atau defekasi
adalah pengeluaran feses.

Urine adalah produk sampah dari sistem perkemihan dan feses adalah
produk sampah dari sistem pencernaan. Masing-masing memiliki karakteristik
khas ketika sistem dan proses ini terjadi secara normal. Namun, urine dan feses
dapat juga mengandung indikator disfungsi selama terjadi penyakit. Spesimen
urine dan feses seringkali diambil sebagai bagian dari pengkajian dan asuhan
keperawatan.

Eliminasi fekal adalah proses pengeluaran sisa pencernaan zat-zat


makanan dari sistem pencernaan melalui anus. Eliminasi urine merupakan proses
pengeluaran sisa metabolisme berupa zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh
melalui sistem perkemihan dalam bentuk urine. Tujuan dari eliminasi agar
tubuhtidak terganggu atau keracunan oleh zat-zat/ampas makanan yang sudah

7
tidak diperlukan oleh tubuh. Selain itu untuk menjaga keseimbangan tubuh antara
intake dan outputnya.

2.1 Karakteristik urine dan feses


Perawat melakukan observasi ini sebagai bagian dari rutinitas
pengumpulan data. Setiap penyimpangan dapat mengindikasikan abnormalitas.
Berikut karakteristik eliminasi urine:

a) Warna, urine yang baru dikeluarkan berwarna kuning terang atau


kecoklatan. Derajat warna urine beragam sesuai dengan tingkat hidrasi
tubuh. Hidrasi berlebihan (overhidrasi) atau cairan terlalu banyak (edema)
menyebabkan urine yang menjadi encer yang hampir tidak berwarna.
Dehidrasi atau cairan terlalu sedikit menghasilkan urine pekat yang
berwarna kuning kecoklatan atau jingga kecoklatan. Selain itu, obat-
obatan dan makanan tertentu dapat mengubah warna urine.
b) Kejernihan, urine yang baru dikeluarkan jernih atau transparan. Urine
tampak keruh jika mengandung zat abnormal, seperti bakteria, darah,
serpihan mukosa, atau nanah atau jika disimpan dalam periode waktu
tertentu dalam wadah penampung.
c) Bau, urine yang baru dikeluarkan memiliki baukhas yang terkadang
disebut aromatik. Urine encer memiliki lebih sedikit bau dari pada urine
pekat. Ketika udara dalam beberapa waktu, urine membusuk dan
mengeluarkan bau yang kuat seperti anomia. Biasanya bauyang sangat
kuat dari urine yang baru dikeluarkan menunjukkan adanya abnormalitas,
seperti injeksi saluran kemih.
d) Volume, jumlahurine yang biasa dikeluarkan oleh orang dewasa pada satu
waktu berkisar 250 dan 400 Ml.

Feses (kotoran besar, defekasi) produk sampah padat dari pencernaan,


terdiri dari produk akhir metabolisme dan pencernaa makanan.

a) Warna, normalnya, feses berwarna coklat kekuningan (karena adanya


empedu). Perubahan warna menunjukkan perubahan fungsi

8
gastrointestinal atau kandungan feses. Feses berwana abu-abu atau
berwarna seperti tanah liat biasanya mengindikasikan bahwa empedu tidak
ada, sering kali menandakan adanya penyakit kandung empedu. Darah
merah terang atau mencoret bagian luar di feses mengindifikasikan
perdarahan rektal atau anal, seringkali akibat hemoroid. Feses yang
berwarna kuning atau kehijauan mengindifikasikan adanya
mikroorganisme abnormal, yang menunjukkan infeksi.
b) Konsistensi, feses normal lunak yang berbentuk. Feses keras, kering ketika
rektum tidak dikosongkan sesuai kebutuhan dan cairan yang berlebih telah
diserap, yang disebut konstipasi. Sedangkan diare adalah pengeluaran
feses yang encer, berair, tidak berbentuk. Terkadang, individu
mengeluarkan feses encer dengan sering. Diare dapat juga bersifat
eksplosif.
c) Bentuk, secara umum, feses memiliki bentuk yang sama seperti intrior
usus: bulat,oval, atau silindres. Feses yang panjang, tipis, seperti pensil
menunjukkan penyempitan rektum atau lubang anus, yang disebabkan
oleh massa atau tumor.
d) Bau, feses memiliki bau yang khas. Terkadang, medikasi makanan
berbumbu kuat, atau adanya mikroorganisme yang tidak biasa mengubah
bau feses. Pengeluaran gas yang menyertai defekasi dapat memiliki bau
yang sangat kuat dan disebut flaktus.
e) Desintas, atau kepadatan feses adalah konsentrasi berat produk sampah
terkait dengan air. Normalnya, feses cukup berat hingga dapat tenggelam
di dalam air. Steatorea adalah istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi feses dengan kandungan lemak tinggi.
f) Komponen abnormal, adanya pus atau mukus di dalam feses
mengindikasikan inflamasi atau infeksi di suatu tempat dalam sistem
pencernaan. Feses berwarna hitam seringkali mengindikasikan hemorage
di usus atas atau hemorage nasogastrik.
g) Impaksi feses, menunjukkan feses yang sangat keras dan kering atau
seperti dempul yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien. Bahkan setelah
pemberian laksatifatau enema.

9
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi
1. eliminasi urine

a. Jumlah air yang diminum, semakin banyak air yang diminum jumlah urine
se3makin banyak. Maka sebaliknya apabila sedikit air yang diminum
maka penyerapan air kedalam darah akan banayk sehingga pembuangan
air sedikit.
b. Jumlah garam, jumlah garam yang dikeluarkan dari darah supaya tekanan
osmotik tetap, semakin banyak mengkonsumsi garam makan semakin
banyak pula urine yang keluar.
c. Suhu lingkungan, ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan tetap
berusaha menjaga tubuhnya, dengan mengurangi jumlah darahyang
mengfalir ke kulit sehingga darah akan lebih cepat menuju organ tubuh,
diantaranya ginjal.
d. Minuman alkohol dan kafein, alkohol dapat memnghambat pembentukan
hormon antidiuretika, seseorang yang banyak minum alkohpol dan kafein,
maka jumlah airnya yanga akan meningkat.

2. eliminasi feses

a. Umur, anak-anak belum bisa mengontrol defekasi dan miksi. Waktu yang
paling tepat untuk dilakukan toilete training adalah ketika umur anak 1-3
tahun, tetapi haris dikontrol juga kemampuan motorik yang lain, misalnya
jongkok. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang
dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung.
b. Makanan, adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar
volume feses. Makan yang tertur mempengaruhi defekasi. Makan yang
tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang
makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan
waktu, respon fisiologi pada pemasukana makanan dan keteraturan pola
aktivitas peristaltik di colon. Komposisi makan, jumlah makanan dapat
memengaruhi sisa makanan, apalagi kalu memang komposisi
makanannyayang mengandung zat sisa yang banyak.

10
c. Cairan (minuman), seringkali makanan yang kita konsumsi tidak cukup
mengandung air, oleh karena itu air minum harus cukup untuk membentuk
feses yang normal. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun
pengeluaran, misalnya urine dan muntah, yang berlebihan untuk beberapa
alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorsi air dari chyme ketika ia
lewat disepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya
pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang
intestinal, sehingga meningkatkan reabsorsicairan dan chyme.
d. Aktivitas fisik, adanya dari beberapa keuntungan dari beberapa fisik secara
teratur, meningkatkan kekuatan otot perut untuk membantu defekasi,
meningkatkan kekuatan otot perut untuk defekasi, meningkatkan nafsu
makan, merangsang peristaltik.
e. Obat-obatan, beberapa obat memiliki efek samping yang dapat
berpengaruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan
diare yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikuti dengan prosedur pemberian morfin dan kodein, yang menyebabkan
konstipasi.

2.4 Asuhan Keperawatan Pada Eliminasi


a. Frekuensi

Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak


orang-orang berkemih kira-kira 70% dariurinr setiap hari pada waktu bangun
biasanya berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama
kali pada saat bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu malam.

b. Volume

Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi

Usia jumlah perhari:

1. hari pertama dan kedua (baru lahir) 15-60 ml

2. Hari ketiga dan kesepuluh (100-300 ml

11
3. hari kesepuluh – 2 bulan 250-40

4. dua bulan -1 tahun kehidupan 400-500 ml

5. 1-3 tahun 500-600ml

6. 8-14 tahun 700-1000

7.14 dewasa tua 1400,l

c. Warna normal urine berwarna kekuning-kunuingan. Obat-obatan dan


mengubah warna urin seperti orange gelap.warna kuning, coklat
merupakan indikasi adanya penyakit.
d. Bau normal urine berbau aromatik. Bau yang merupakan indikasi adanya
masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tersebut.
e. Berat jenis adalah berat atau jenis jenis konsentrasi bahan (zat) di
bandingkan dengan suatu bahan yang lain seperti air yang di suling
sebagai standar.
f. Kejernihan, normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh
karena ada mukus dan pus.
g. pH, normal pH urine sedikit asam (4,5-7,5). Urine yang telah melewati
temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena
aktivitas bakteri vegetarian urinenya sedikit alkali.
h. Protein : normal, molekul-molekul protein yang besar seperti: albumin,
fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal.
i. Darah, darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak
jelas. Adanya darah dalam urine disebut hematuria.
j. Glukosa, adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya
bersifat sementara, misalny6a pada seseorang yang makan gula banyak
menetap pada pasien DM. Sistem yang berperan dalam eliminasi feses
(buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus
halus dan usus besar.

2.5 Tindakan Dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi


A. Tindakan mengatasi masalah eliminasi BAB / defekasi
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaaan

12
2. Membantu pasien buang air besar menggunakan pispot
3. Memberikan huknah rendah dan tinggi
4. Memberikan gliserin
5. Mengeluarkan feses dengan jari

Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan:

1. Memberikan privasi kepada klien saat defekasi


2. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defekasi
3. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti
sayuran, buah-buahan, nasi, mempertahankan minum 2-3liter/hari.
4. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
5. Positioning

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menangani pasien saat eliminasi:

a) Privacy, selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang.


Perawat seharusnya menyediakan waktu sebanyak mungkin kepada
klien yang perlu menyendiri untuk defekasi. Pada beberapa klien
yang mengalami kelemahan, perawat mungkin menyediakan air
atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam
jangkauan pembicaraan dengan klien.
b) Waktu, klien seharusnya dianjurkan untuk defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat
berdiskusi ketika terjadi peristaltik normal dan menyediakan waktu
untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi dan ambulasi
seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.
c) Nutrisi dan cairan, untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet,
tergantung jenis feses klien yang terjadi, frekuensi defekasi dan
jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu defekasi
normal. Klien untuk minum cairan hangat dan jus buah, juga
masukkan serat dalam diet.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KEIMPULAN
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan
buang air kecil) dan eliminasi feses (kebutuhan buang air besar). Organ yang
berperan dalam eliminasi urine adalah : ginjal, kandung kemih, dan uretra. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor yang
mempengaruhi eliminas urine adalah diet, asupan, respon, keinginan awal untuk
berkemih kebiasaan seseorang dan stres psikologi. Eliminasi feses adalah proses
pengeluaran sisa pencernaan zat-zat makanan dari sistem pencernaan melalui
anus. Faktor yang mempengaruhi eliminasi feses adalah umur, diet cairan, tonus
otot, faktor psikologi, gaya hidup, obat-obatan. Eliminasi adalah adalah proses
pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh yangmelalui ginjal berupa urine dan
melalui gastrointestinal yang berupa fekal.

3.2 Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan feses dalam
kehidupan kita sehari-hari. Serta selalu menjaga kebersihan daerah tempat
keluarnya urine dan feses.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.proses_pencernaan_makanan.html

http://www.siklus_alami_tubuh_dalam_proses_pencernaan_makanan.html

Perry, Potter.2005. Fundamental Keperawatan, edisi4, volume 1. Jakarta : EGC

Kowalski, Rosdahl.2014.Buku Ajar Keperawatan Dasar,edisi 10. Jakarta : EGC

14
15

Anda mungkin juga menyukai