Makalah Kepdas-Eliminasi
Makalah Kepdas-Eliminasi
KEPERAWATAN DASAR
Tentang:
ELIMINASI
Dibuat Oleh:
MARIA MAGDALENA SAGALA (1863030015)
DosenPembinbing:
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ELIMINASI”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah KEPERAWATAN DASAR. Kami harap makalah
ini dapat membantu dan menambah wawasan khususnya dalam kebersihan diri.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan pada makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan..........................................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Definsi Eliminasi.........................................................................................................................6
2.1 Karakteristik urine dan feses........................................................................................................7
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi........................................................................................9
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Eliminasi........................................................................................10
2.5 Tindakan Dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi........................................................11
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
3.1 KEIMPULAN............................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh sebab itu, semua perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling
banyak di lingkungan masyarakat harus senantiasa proaktif dalam pemberian
penyuluhan, pencegahan, penanganan bahkan rehabilitas bagi pasien yang
mengalami gangguan eliminasi. Dengan tidak terlepas dari kemampuan perawat
menguasai materi tentang eliminasi. Eliminasi berasal dari kata “elimination”
yang artinya pembuangan. Dalam tubuh kita elimasi terdapat dua istilah yaitu
eliminasi fekal (defekasi) yang melalui sistem pencernaan serta eliminasi urine
(miksi) yang melaluisistem urinaria.
Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan
dialami oleh usia lanjut, salah satunya dalam proses berkemih, seperti merasakan
keluarnya urine dalam bentuk tetes pada saat sedang batuk, jogging, atau berlari.
Bahkan ada juga yang mengalami kesulitan menahan urine sehingga keluar pada
saat sebelum berkemih. Semua gejala ini disebut dengan inkontinensia urine
(suparman dan rospas, 2008). Inkontinensia urine merupakan pengluaran urine
secara tak terkendali dan tidak pada tempatnya (mengompol) (tjokronegoro dan
utama, 2001). Sikap lansia dalam menghadapi perubahan pola eliminasi urine
merupakan suatu respon atau faktor pendorong dari lansia untuk menghadapi
perubahan pada eliminasi urine (inkontinensia urine).
Defekasi biasanya terjadi pada interval teratur ketika massa feses bergerak
masuk kedalam kolon melalui kerja otot dinding usus, yang disebut peristaltis.
5
Massa feses menyebabkan tekanan pada dinding usus, yang memberi tanda pada
individu bahwa ia harus menggosongkan ususnya. Otot abdomen membantu
mendorong feses dari rektum.
1.4 Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
6
3. Agar dapat memahami proses keperawatan pada pasien yang mengalami
gangguan eliminasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Urine adalah produk sampah dari sistem perkemihan dan feses adalah
produk sampah dari sistem pencernaan. Masing-masing memiliki karakteristik
khas ketika sistem dan proses ini terjadi secara normal. Namun, urine dan feses
dapat juga mengandung indikator disfungsi selama terjadi penyakit. Spesimen
urine dan feses seringkali diambil sebagai bagian dari pengkajian dan asuhan
keperawatan.
7
tidak diperlukan oleh tubuh. Selain itu untuk menjaga keseimbangan tubuh antara
intake dan outputnya.
8
gastrointestinal atau kandungan feses. Feses berwana abu-abu atau
berwarna seperti tanah liat biasanya mengindikasikan bahwa empedu tidak
ada, sering kali menandakan adanya penyakit kandung empedu. Darah
merah terang atau mencoret bagian luar di feses mengindifikasikan
perdarahan rektal atau anal, seringkali akibat hemoroid. Feses yang
berwarna kuning atau kehijauan mengindifikasikan adanya
mikroorganisme abnormal, yang menunjukkan infeksi.
b) Konsistensi, feses normal lunak yang berbentuk. Feses keras, kering ketika
rektum tidak dikosongkan sesuai kebutuhan dan cairan yang berlebih telah
diserap, yang disebut konstipasi. Sedangkan diare adalah pengeluaran
feses yang encer, berair, tidak berbentuk. Terkadang, individu
mengeluarkan feses encer dengan sering. Diare dapat juga bersifat
eksplosif.
c) Bentuk, secara umum, feses memiliki bentuk yang sama seperti intrior
usus: bulat,oval, atau silindres. Feses yang panjang, tipis, seperti pensil
menunjukkan penyempitan rektum atau lubang anus, yang disebabkan
oleh massa atau tumor.
d) Bau, feses memiliki bau yang khas. Terkadang, medikasi makanan
berbumbu kuat, atau adanya mikroorganisme yang tidak biasa mengubah
bau feses. Pengeluaran gas yang menyertai defekasi dapat memiliki bau
yang sangat kuat dan disebut flaktus.
e) Desintas, atau kepadatan feses adalah konsentrasi berat produk sampah
terkait dengan air. Normalnya, feses cukup berat hingga dapat tenggelam
di dalam air. Steatorea adalah istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi feses dengan kandungan lemak tinggi.
f) Komponen abnormal, adanya pus atau mukus di dalam feses
mengindikasikan inflamasi atau infeksi di suatu tempat dalam sistem
pencernaan. Feses berwarna hitam seringkali mengindikasikan hemorage
di usus atas atau hemorage nasogastrik.
g) Impaksi feses, menunjukkan feses yang sangat keras dan kering atau
seperti dempul yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien. Bahkan setelah
pemberian laksatifatau enema.
9
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi
1. eliminasi urine
a. Jumlah air yang diminum, semakin banyak air yang diminum jumlah urine
se3makin banyak. Maka sebaliknya apabila sedikit air yang diminum
maka penyerapan air kedalam darah akan banayk sehingga pembuangan
air sedikit.
b. Jumlah garam, jumlah garam yang dikeluarkan dari darah supaya tekanan
osmotik tetap, semakin banyak mengkonsumsi garam makan semakin
banyak pula urine yang keluar.
c. Suhu lingkungan, ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan tetap
berusaha menjaga tubuhnya, dengan mengurangi jumlah darahyang
mengfalir ke kulit sehingga darah akan lebih cepat menuju organ tubuh,
diantaranya ginjal.
d. Minuman alkohol dan kafein, alkohol dapat memnghambat pembentukan
hormon antidiuretika, seseorang yang banyak minum alkohpol dan kafein,
maka jumlah airnya yanga akan meningkat.
2. eliminasi feses
a. Umur, anak-anak belum bisa mengontrol defekasi dan miksi. Waktu yang
paling tepat untuk dilakukan toilete training adalah ketika umur anak 1-3
tahun, tetapi haris dikontrol juga kemampuan motorik yang lain, misalnya
jongkok. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang
dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung.
b. Makanan, adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar
volume feses. Makan yang tertur mempengaruhi defekasi. Makan yang
tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang
makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan
waktu, respon fisiologi pada pemasukana makanan dan keteraturan pola
aktivitas peristaltik di colon. Komposisi makan, jumlah makanan dapat
memengaruhi sisa makanan, apalagi kalu memang komposisi
makanannyayang mengandung zat sisa yang banyak.
10
c. Cairan (minuman), seringkali makanan yang kita konsumsi tidak cukup
mengandung air, oleh karena itu air minum harus cukup untuk membentuk
feses yang normal. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun
pengeluaran, misalnya urine dan muntah, yang berlebihan untuk beberapa
alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorsi air dari chyme ketika ia
lewat disepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya
pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang
intestinal, sehingga meningkatkan reabsorsicairan dan chyme.
d. Aktivitas fisik, adanya dari beberapa keuntungan dari beberapa fisik secara
teratur, meningkatkan kekuatan otot perut untuk membantu defekasi,
meningkatkan kekuatan otot perut untuk defekasi, meningkatkan nafsu
makan, merangsang peristaltik.
e. Obat-obatan, beberapa obat memiliki efek samping yang dapat
berpengaruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan
diare yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikuti dengan prosedur pemberian morfin dan kodein, yang menyebabkan
konstipasi.
b. Volume
11
3. hari kesepuluh – 2 bulan 250-40
12
2. Membantu pasien buang air besar menggunakan pispot
3. Memberikan huknah rendah dan tinggi
4. Memberikan gliserin
5. Mengeluarkan feses dengan jari
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KEIMPULAN
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan
buang air kecil) dan eliminasi feses (kebutuhan buang air besar). Organ yang
berperan dalam eliminasi urine adalah : ginjal, kandung kemih, dan uretra. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor yang
mempengaruhi eliminas urine adalah diet, asupan, respon, keinginan awal untuk
berkemih kebiasaan seseorang dan stres psikologi. Eliminasi feses adalah proses
pengeluaran sisa pencernaan zat-zat makanan dari sistem pencernaan melalui
anus. Faktor yang mempengaruhi eliminasi feses adalah umur, diet cairan, tonus
otot, faktor psikologi, gaya hidup, obat-obatan. Eliminasi adalah adalah proses
pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh yangmelalui ginjal berupa urine dan
melalui gastrointestinal yang berupa fekal.
3.2 Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan feses dalam
kehidupan kita sehari-hari. Serta selalu menjaga kebersihan daerah tempat
keluarnya urine dan feses.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.proses_pencernaan_makanan.html
http://www.siklus_alami_tubuh_dalam_proses_pencernaan_makanan.html
14
15