Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN MINGGUAN

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

LSU TANAMAN KELAPA SAWIT

TALITHA AZZURA BALINDA


1906124552
AGRIBISNIS B
KELOMPOK 13

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting

di Indonesia dan masih memiliki prosppek pengembangan yang cukup cerah

(Sastrosayono, 2003). Sebagai tanaman produksi, tentunya kelapa sawit perlu

diperhatikan perawatannya terutama dalam hal pemupukan. Diagnosis kebutuhan

pupuk untuk tanaman kelapa sawit dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk

yang harus diaplikasikan. Hal ini penting untuk diperhatikan agar diperoleh hasil

(produk) yang optimal. Untuk itu, perlunya suatu metode sebelum dilakukan

pemupukan yaitu pengambilan sampel daun yang disebut dengan metode LSU

(Leaf Sampling Unit).

Analisis daun merupakan salah satu indikator dalam mengetahui apakah suatu

unsur dalam keadaan optimal atau tidak. Penggunaan analisa kimiawi terhadap

material tanaman untuk keperluan diagnosis didasarkan pada asumsi bahwa

terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan tanaman dan kandungan berat

kering atau berat basah atau dengan kata lain konsentrasi hara di dalam jaringan

tanaman. Kandungan hara di daun terbukti lebih baik dalam merefleksikan status

hara tanaman dibandingkan organ tanaman yang lain (Marschner, 1995).

Setelah dilakukan pengambilan sampel, kemudian dilakukan analisa unsur

hara. Dengan demikian akan diketahui kesesuaian unsur hara dengan kebutuhan

tanaman kelapa sawit serta sebagai acuan untuk menentukan dosis pemupukan

periode selanjutnya.

Pohon yang memenuhi syarat sebagai sampel pohon adalah posisi pohon tidak

terletak di pinggir jalan, sungai atau parit atau perumahan, bukan

merupakan pohon sisipan, bukan pohon kerdil atau pun pohon steril, pohon
bebas dari hama dan penyakit, tumbuhnya lurus, pohon yang pelepah ke

17 nya sehat. Pohon dihitung setiap kelipatan 10 pohon pada baris yang sama.

Pada kelapa sawit TM 2, diambil daun pada pelepah ke 17 karena pelepah

membentuk sudut 450 dan pada pelepah tersebut merupakan titik maksimal

pertumbuhan unsur hara (Sastrosayono, 2003).

Pelepah kelapa sawit tersusun dalam formasi spiral (spiral kanan dan kiri)

dengan rumus duduk daun 1/8, artinya untuk sampai kepada pelepah dengan

posisi yang sejajar vertical 91 spiral) didapati ada 8 posisi pelepah/ duduk daun.

Penentuan letak daun sesuai dengan Handayani (2012), cara menentukan letak

daun ke 17 yaitu di bawah daun ke 9 agak ke kiri pada pokok yang berspiral

kanan dan agak ke kanan pada pokok yang berspiral.

Pengambilan sampel daun dilakukan pada pukul 08.00 – 11.00 WITA, dan

tidak boleh dilakukan pada hari hujan. Hal ini karena jika ada uap air yang masih

menempel pada daun, maka akan mengganggu proses persiapan sampel. Daun

yang diambil adalah daun pada pelepah ke 17. Pelepah yang akan diambil

daunnya dipotong. Empat helai daun dipotong dari bagian tengah pelepah yaitu 4

helai daun sisi kiri dan 4 helai daun sisi kanan. Helai daun yang telah diambil,

dipotong 3 bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Daun dan lidinya dipisahkan.

Menurut Hakim (2010) dalam Sugianto (2015), proses LSU sangat penting

guntuk diperhatikan pelaksanaannya karena biaya yang dikeluarkan untuk

kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi yaitu sebesar

40-60% dari total biaya pemeliharaan atau 30 % dari total biaya produksi.

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki tingkat produksi

bobot kering tertinggi karena mampu mengubah energi matahari menjadi bahan
kering dan minyak lebih baik dibanding tanaman C3 yang lain, proses ini

membutuhkan hara dalam jumlah besar yang harus disediakan melalui tanah dan

pupuk yang diberikan ke tanaman. Oleh karena itu seringkali ditemukan gejala

defisiensi hara pada tanaman kelapa sawit di lapangan akibat suplai hara yang

berasal dari tanah dan pupuk yang tidak mencukupi kebutuhan tanaman (Goh and

Teo, 2008). Dengan demikian, rekomendasi pemupukan untuk periode berikutnya

perlu dievaluasi agar kebutuhan unsur hara tanaman terpenuhi.


PEMBAHASAN

Pada praktikum penanaman kakao telah diambil 5 sampel dari 50 populasi

tanaman kakao yang ditanam untuk diteliti tinggi tunas, jumlah daun, dan hari

muncul tunas. Sampel yang diambil, dipilih dari tanamam kakao yang paling baik

tumbuhnya. Hasil dari penelitian pada minggu selanjutnya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

N Tinggi Tunas Jumlah Daun Hari Muncul Tunas


O
1 19 cm 7 Daun Hari ke 4
2 20 cm 5 Daun Hari ke 4
3 19 cm 6 Daun Hari ke 4
4 19 cm 5 Daun Hari ke 4
5 21 cm 8 Daun Hari ke 4

Dapat dilihat pada tabel diatas, tanaman kakao memiliki tinggi tunas yang

bervariasi dan juga mengalami pertumbuhan dari minggu sebelumnya, begitu pula

dengan jumlah daun pada tanaman kakao tersebut. Jumlah daun pada tanaman ini

ada yang mengalami pertambahan. Tanaman kakao ini harus selalu diberikan

perawatan seperti penyiraman dan pengendalian gulma dengan cara mencabut

tumbuhan tumbuhan liar sekitar tanaman kakao yang tidak diinginkan agar

tanaman kakao tidak mati.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan nya adalah tanaman kakao yang ditanam memiliki tinggi tunas

yang bervariasi begitu pula dengan jumlah daun pada tanaman kakao tersebut.

Saran yaitu praktikan selalu harus memperhatikan tanaman kakao yang ditanam

dengan diberikan perawatan seperti penyiraman dan pengendalian gulma.


DAFTAR PUSTAKA

Apriyaldi, Redi. 2015. Analisis intensitas serangan hama kumbang tanduk (Orycte

rhinceros) pada kelapa sawit di PTPN V SEI.Galuh Kabupaten Kampar

Provinsi Riau. Skripsi. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Derektorat Jendral Perkebunan .2017 Statistik Perkebunan Indonesia, Sekretariat

Direktorat Jenderal Perkebunan.

Fauzi, Y., et al., 2008, Kelapa sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil & Limbah

Analisis Usaha & Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Adicita

Satyawibawa, I. dan Y. E. Widyastuti. 1999. Kelapa sawit belum menghasilkan :

Usaha budidaya, pemanfaatan hasil, dan aspek pemasaran. Penebar

Swadaya. Jakarta. 218 hlm.

Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma dan Tekhnik Pengendaliannya. Jakarta:

Rajawali Pers.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 1994. Kelapa sawit belum menghasilkan Usaha

Budidaya, Pemanfaatan, Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya.

Jakarta. 218 hlm.

Tim Penulis PS, 1998. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan

Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai