Anda di halaman 1dari 19

09 MODEL PEMBELAJARAN

PENGORGANISASIAN AWAL (ADVANCE ORGANIZER)


Nama: Wafiq Ali Kasyfi
NIM: 1706780
A. SKENARIO
Seorang pemandu memulai perjalanan wisata ke museum seni dengan
sekelompok siswa sekolah menengah mengatakan,"Saya ingin
memberikan gambaran yang akan membantu Anda memahami lukisan dan
patung yang kita lihat. Gagasannya sederhana, bahwa kesenian adalah
ekspresi pribadi, mencerminkan banyak budaya dengan cara beragam
ketika ia diciptakan. Hal ini akan lebih jelas jika pertama kali melihat
perbedaan-perbedaan antara seni timur dan seni barat. Namun, perlu
diingat bahwa dalam setiap kebudayaan sebagaimana sifat kebudayaan
yang selalu berubah maka seni pun mengalami perubahan. Perubahan
tersebut sering tercermin dalam teknik materi subjek, warna, dan gaya para
seniman. Perubahan yang terpenting sering kali direfleksikan dalam karya
seni yang dilahirkan. “Pemandu itu kemudian menunjukkan contoh-contoh
dari satu atau dua perubahan menurut karakteristik-karakteristiknya.
Pemandu tersebut meminta para siswa mengingat kembali masa-masa
SMP dan perbedaan-perbedaan dalam lukisan ketika mereka sudah lebih
dewasa. Pemandu tersebut menganalogikan hal tersebut dengan periode-
periode pertumbuhan yang berbeda dengan kebudayaan yang berbeda
pula. Dalam perjalanan wisata berikutnya, saat mereka melihat lukisan dan
patung, pemandu tersebut menunjukkan perbedaan-perbedaan yang
dihasilkan karena perubahan zaman. “Kalian lihat ini?” Dalam lukisan ini
ada tubuh seseorang yang hampir secara keseluruhan ditutupi oleh
jubahnya, dan hampir tidak ada tanda-tanda bahwa dia manusia. Pada
zaman pertengahan, gereja mengajarkan bahwa tubuh tidak penting dan
jiwa adalah segalanya”. Kemudian pemandu berkata,”Kalian lihat lukisan
ini, bagaimana kekekaran laki-laki menonjol dari balik bajunya dan
bagaimana dia berdiri dengan tegap di atas tanah. Ini merepresentasikan
zaman Renaissance bahwa laki-laki berada pada pusat alam semesta di
mana tubuhnya, pemikiran dan kekuatannya sangatlah penting”. Pemandu
menggunakan model pembelajaran pemandu awal. Dalam hal ini sebuah
konsep yang dipakai oleh sejarawan seni. Pemandu berisi gagasan-gagasan
yang dapat dihubungkan dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari
objek seni yang dilihat. Dalam skenario ini pemandu menyediakan apa
yang Ausubel sebut dengan “intellectual scaffolding” pada para siswa
untuk menyusun gagasan-gagasan dan fakta-fakta yang mereka temui
selama pembelajaran.

B. ORIENTASI MODEL
David Ausubel adalah teoritikus pendidikan yang luar biasa. Pertama, dia
secara langsung merumuskan tujuan pembelajaran. Kedua, dia
menganjurkan peningkatan metode-metode pembelajaran presentasional
(ceramah dan membaca) pada saat para teoritikus pendidikan dan sosial
lain tengah menentang keabsahan metode ini dan penemuan-pememuan
yang mengkritik kepasifan pembelajaran ekspositori. Berbeda dengan para
teoritikus yang menyarankan metode penemuan (discovery), pendidikan
terbuka, dan pembelajaran berbasis pengalaman. Ausubel tanpa rasa
enggan tetap berpihak pada strategi pengusaan materi akademik melalui
presentasi. Teori Ausubel tentang pembelajaran verbal berhubungan
dengan tiga hal: (1) bagaimana pengetahuan (materi kurikulum) dikelola,
(2) bagaimana pikiran bekerja memproses informasi baru, (3) bagaimana
guru dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan ini pada kurikulum dan
pembelajaran ketika mempresentasikan materi baru pada para siswa.

Tujuan dan Asumsi


Perhatian utama Ausubel adalah membantu guru dalam mengelola
dan mentransfer beragam informasi sebermanfaat dan seefisien mungkin.
Pengorganisasian awal (Advance Organizer) menyediakan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip kepada siswa secara langsung. Model itu adalah model
Pengorganisasian awal, yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan
menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.
Pendirian Ausubel fokus dalam situasi-situasi dimana guru
berperan sebagai pengelola materi pelajaran dan menyajikan informasi
melalui ceramah, membaca, dan penyediaan tugas pada peserta didik
dalam memadukan apa yang telah dipelajari. Dalam pendekatanya, guru
bertanggung jawab dalam mengelola dan mempresentasikan apa yang
akan dipelajari. Sedangkan peran utama peserta didik adalah menguasai
gagasan dan informasi.
Model pembelajaran Pengorganisasian awal adalah suatu
Pendekatan Kontsruktivis didasarkan pada prinsip mengorientasikan siswa
kepada materi sebelum dibaca atau presentasi kelas, yang digunakan untuk
memperbaiki kinerja siswa yang memiliki pemahaman rendah. Model ini
dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, pengetahuan mereka
tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan
memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Struktur kognitif yang ada
di dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah
materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang
baru ini dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik. Sebelum
penyajian materi baru, kita harus meningkatkan stabilitas dan kejelasan
struktur siswa kita. Ini dapat dilakukan dengan memberikan konsep-
konsep yang dapat menentukan informasi untuk dipresentasikan.
Organizer berisi gagasan-gagasan yang dapat dihubungkan dengan
karakteristik-karakteristik tertentu dari objek-objek seni yang dilihat. Guru
perlu menyediakan intellectual scaffolding (perancah intelektual) pada
siswa untuk menyusun gagasan-gagasan dan fakta-fakta yang mereka
temui selama pembelajaran.
Adapun dalam pengorganisasian awal, motivasi dibangkitkan
melalui keaktifan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dengan
membawa mereka agar merespon pengajaran secara produktif sehingga
mencapai metalevel disiplin dan metakognisi. Proses ini dicapai dengan
mengawali pengajaran melalui dunia persepsi mereka dan membimbing
mereka untuk merangsang dan memperkuat struktur-struktur yang telah
dimiliki melalui pengamatan benda-benda, tampilan gambar/video, peta
konsep, alat-alat, susunan kata-kata, suara dan sebagainya (Namira, 2014).
Dengan demikian, dalam kognitif siswa tersedia kerangka konseptual
untuk materi belajar baru dan konsep-konsep yang relevan dalam struktur
kognitif siswa menjadi aktif. Konsep baru yang bersifat abstrak akan
menjadi pengait pada ide-ide baru (ideational scaffolding), sehingga
terbentuk jembatan kognitif antara konsep yang dimiliki dalam kognitif
dengan materi yang dipelajari.
Pengertian model pembelajaran Advance Organizer adalah suatu
model pembelajaran yang disusun untuk memberikan arah dalam
menyusun suatu materi pembelajaran, dimana siswa dibantu oleh guru
untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai dan cara berpikir
yang pada prinsipnya siswa dapat melihat kebermaknaan materi yang akan
dipelajari dan menghubungkannya dengan materi yang sudah dipelajari.
Dalam kegiatannya siswa dapat menjelaskan kembali materi tersebut.
Model pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu cara belajar
untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan
yang telah ada pada pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan
mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari
sistem pemrosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan
(ilmu) itu.
Ausubel menolak gagasan bahwa pembelajaran dengan
mendengarkan, menonton, dan membaca hanyalah pembelajaran hafalan,
pasif dan tidak penting. Tentunya, hal ini bisa terjadi kecuali jika pikiran
siswa sudah disiapkan untuk menerima dan memproses informasi.
Metode-metode pengajaran yang dilaksanakan dengan kurang baik dapat
menggiring pada pembelajaran hafalan. Hal yang sama berlaku pada
pembelajaran ekspositori. Jika diterapkan dengan baik, pembelajaran ini
pada akhirnya juga akan mengembangkan kemampuan siswa untuk lebih
aktif dalam memproses informasi.
Untuk itu, berguna tidaknya materi lebih tergantung pada persiapan
peserta didik dan pengolahan materi dari pada sekedar menerapkan metode
presentasi saja. Jika peserta didik mengawalinya dengan persiapan yang
tepat, dan jika materi dikelola dengan solid, pembelajaran yang bermanfaat
pun pada akhirnya akan muncul.

C. MODEL PEMBELAJARAN PENGORGANISASIAN AWAL


1. Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran (Syntax)
Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap
pertama adalah presentasi advance organizer, tahap kedua adalah
presentasi tugas pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga
adalah penguatan pengolahan kognitif. Tahap terakhir ini menguji
hubungan materi pembelajaran dengan gagasan-gagasan yang ada untuk
menghasilkan proses pembelajaran aktif.

Tahap Pertama: Tahap Kedua:


Presentasi Advance Organizer Presentasi Tugas atau Materi
Pembelajaran
 Mengklarifikasi tujuan-tujuan pelajaran  Menyajikan materi
 Menyajikan organizer  Mempertahankan perhatian
 Mengidentifikasi karakteristik-  Memperjelas pengolahan
karakteristik yang konklusif  Memperjelas aturan materi
 Memberi contoh-contoh pembelajaran yang masuk akal
 Menyajikan konteks
 Mengulang
 Mendorong kesadaran pengetahuan
dan pengalaman siswa
Tahap ketiga :
Mempertkuat Pengolahan Kognitif
 Menggunakan prinsip-prinsip rekonsilasi integrative
 Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif
 Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran
 Mengklarifikasi

Aktivitas-aktivitas dirancang untuk meningkatkan kejelasan dan


kemantapan materi pembelajaran yang baru sehingga gagasan-gagasan
yang hilang tidak terlalu banyak hanya karena disebabkan ketidakjelasan
satu sama lain. Siswa seharusnya membedah materi tersebut saat mereka
menerimanya dengan menghubungkan materi pembelajaran baru dengan
pengalaman personal, struktur kognitif, dan sikap kritis pada pengetahuan.
Tahap pertama terdiri dari tiga aktivitas: mengklarifikasi tujuan-
tujuan pembelajaran adalah salah satu cara untuk memperolah perhatian
siswa dan mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan pembelajaran,
keduanya penting untuk memfasislitasi pembelajaran yang bermakna.
menyajikan advance organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan
yang relevan.
Setelah presentasi organizer dalam tahap pertama, materi
pembelajaran dipresentasikan dalam tahap kedua dalam bentuk ceramah,
diskusi, film, eksperimentasi, atau membaca. Selama presentasi,
pengolahan materi pembelajaran perlu dibuat dengan jelas pada siswa
sehingga mereka memiliki seluruh indera petunjuk dan dapat melihat
urutan logis dari materi tersebut dan bagaimana pengolahan tadi
berhubungan dengan advance organizer.
Berikut adalah penyajian langkah-langkah yang dapat
dikembangkan dalam fase kedua:
a)    Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan
dan bersifat terbuka untuk memperoleh hasil yang potensial.
b) Guru berusaha menyajikan pengenalan pengalaman yang bersifat
menantang dan memotivasi.
c)      Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil atau sebagai suatu kelompok secara
menyeluruh didalam belajar berdasarkan pengalaman.
d)     Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang
nyata yang bertentangan dengan situasi pengganti.
e)     Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalamn
baru dan membuat keputusan sendiri serta memikul konsekuensi atas
keputusan-keputusan tersebut.
f)       Kelas mengadakan diskusi kelas yang dihadiri oleh semua siswa
dengan tujuan memperluas belajar dan pemahaman terhadap bermacam
hal yang telah dialami, pertemuan ini dipimpin oleh guru yang terdiri dari
empat bagian yaitu:
- Review rincian suatu peristiwa atau kejadian, seorang siswa tertentu
menyampaikan secara lisan kejadian tersebut berdasarkan pengamatan
atau pengalamannya.
- Analisis aspek-aspek kejadian atau peristiwa. Guru harus membantu
siswa mengidentifikasi masalah pokok yang berkaitan dengan kejadian
tersebut.
-  Formulasikan prinsip-prinsip dan premis-premis nilai yang dikaitkan
dengan kejadian itu.
- Integrasikan informasi baru ke dalam kerangka belajar siswa. Guru
menghubungkan informasi baru itu dengan pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa.
Tujuan dalam tahap ketiga adalah melabuhkan materi pembelajaran
baru kedalam struktur kognitif siswa yang sudah ada yakni memperkuat
pengolahan kognitif siswa. Dalam arus pengajaran yang alamiah, beberapa
prosedur ini bisa dimasukkan ke dalam tahap kedua, namun kita ingin
menekankan bahwa menggarap kembali materi baru merupakan tugas
pengajaran yang terpisah, dengan perangkat aktivitas dan keterampilannya.
Ausubel mengidentifikasi empat aktivitas: 1) mengembangkan
pendamaian integrative, 2) mengembangkan pembelajaran resepsi aktif, 3)
memunculkan pendekatan kritis pada mata pelajaran, dan 4)
mengklarifikasi.
Ada beberapa cara untuk memfasilitasi pendamaian materi baru
dengan struktur kognitif siswa, Guru dapat:
1. Mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan.
2. Meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran
3. Mengulang definisi-definisi yang tepat
4. Meminta perbedaan-perbedaan diantara aspek-aspek materi
5. Meminta siswa mendeskripsikan bagaimana materi pembelajaran
mendukung konsep dan rancangan yang digunakan sebagai organizer.
Selain itu juga dalam proses pembelajaran Advance Organizer
terdapat beberapa aspek yang mendukung strategi dalam penerapannya,
yaitu:
1. Mengaktifkan siswa
Kegiatan pembelajaran Advance Organizer harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan, dan guru sebagai
fasilitatornya. Artinya, selama proses pembelajaran, guru berfungsi
sebagai penyedia atau pembimbing untuk mempermudah kegiatan
pembelajaran. Dengan begitu suatu materi yang dipelajari siswa bukan
sesuatu yang dicekcokkan, tetapi sesuatu yang dicari, dipahami,
kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memvariasi pengelolaan kelas
Untuk menciptakan proses pembelajaran di kelas dengan siswa yang
aktif, asyik dan senang, serta hasilnya memuaskan, guru harus
menciptakan variasi dalam pengelolaan kelas.
3. Melayani perbedaan individu
Seorang guru harus dapat melayani siswa-siswanya sesuai dengan
tingkat kecepatan mereka masing-masing. Bagi siswa-siswa yang
lamban, guru memberikan remediasi dan siswa-siswa yang sangat
pandai guru memberikan materi pengayaan.
4. Meningkatkan interaksi belajar
Kalau selama ini proses pembelajaran hanya searah, yakni dari guru ke
siswanya, sehingga guru selalu mendominasi proses pembelajaran,
akibatnya suasana belajar menjadi kaku, monoton dan membosankan.
Untuk itu, perlu diupayakan suasana belajar yang lebih hidup, yaitu
dengan cara menumbuhkan interaksi antar siswa melalui kegiatan
diskusi, tanya jawab, bermain peran, game dan sejenisnya.

2. Sistem Sosial (Social System)


Pada model pembelajaran Advance Organizer guru memegang
kontrol terhadap struktur pembelajaran. Hal ini diperlukan dalam upaya
menghubungkan materi pembelajaran dengan Advance Organizer  dan
membantu siswa untuk membedakan antara materi baru dengan materi
terdahulu. Keberhasilan penguasaan materi ini bergantung pada kekritisan
dan keinginan siswa untuk memadukan atau mengintegrasikan materi serta
bagaimana guru menyajikan Advance Organizer. Sistem sosial ini terlihat
sangat mencolok dalam tahap ketiga dengan situasi belajar yang lebih
ideal karena lebih bersifat interaktif dengan banyaknya siswa yang
berinisiatif untuk bertanya.
Peran guru dalam model ini adalah mempertahankan kontrol
struktur intektual siswa, karena ini perlu untuk menghubungkan secara
kontinu materi ajar dengan pemandu dan membantu siswa membedakan
materi baru dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Pada fase tiga,
situasi belajar secara ideal jauh lebih interaktif, siswa menyampaikan
banyak pertanyaan dan komentar. Keberhasilan menguasai materi
tergantung pada keinginan siswa untuk memadukannya dengan
pengetahuan sebelumnya, pada pembelajarnya (guru atau staf pengajar)
yang kritis dan pada penyajian dan organisasi materi pembelajar.
Sikap merupakan satu faktor yang berperan dalam menentukan
kualitas proses pembelajaran yang dikelola oleh guru. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa semakin terbukanya kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya sikap positif siswa dalam pembelajaran menunjukkan
bahwa proses pembelajaran yang dikelola guru semakin baik. Sehubungan
dengan itu, maka guru sebagai fasilitator berperan sebagai pembantu
dalam pengelaman belajar, membantu perubahan lingkungan serta
membantu terjadinya proses belajar yang serasi dengan kebutuhan dan
keinginan.
Model advance organizer merupakan seperangkat materi pelajaran
yang berfungsi menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan
pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan siswa dan
bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa untuk
memahami materi yang disajikan.
Memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran
advance organizer yaitu memperisapkan siswa menerima materi baru,
maka siswa lebih mudah menerima atau memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Dengan adanya kemudahan ini mendorong siswa
untuk mandiri serta mengurangi kegagalan yang dapat memicu sikap siswa
yang kurang positif.
3. Prinsip-Prinsip Reaksi (Principles of Reaction)
Pada model pembelajaran Advance Organizer guru
memperlihatkan responnya terhadap reaksi siswa yang diarahkan melalui
pencapaian tujuan untuk mengklasifikasikan makna materi baru,
mendiferensiasikan dan menyelaraskan dengan pengetahuan yang ada, lalu
secara pribadi dikaitkan dengan pengetahuan siswa untuk meningkatkan
pendekatan kritis terhadap pengetahuan. Idealnya siswa akan memulai
pertanyaan mereka sendiri sebagai respon terhadap informasi yang mereka
peroleh.
Agar management pembelajaran Advance Organizer dapat berjalan
dengan baik, penting sekali untuk merumuskan tugas-tugas, diantaranya:
a. Menangani situasi tugas-multi
Dalam hal ini, beraneka ragam tugas pembelajaran akan terjadi secara
serentak, maka tugas guru adalah membimbing siswa dalam kelompok
mereka. Beberapa siswa yang lain mungkin di perpustakaan atau di luar
untuk melakukan penyelidikan. Untuk itu guru harus sudah
mengajarkan bagaimana kerjasama dan bertingkah-laku pada saat
penyelidikan.
b. Penyesuaian terhadap kecepatan penyelesaian yang berbeda
Dalam penyelesaian tugasnya, tidak semua siswa dapat
menyelesaikannya untuk waktu dan kecepatan yang sama, ada yang
cepat dan ada pula yang lambat. Untuk itu guru perlu memberikan
penghargaan terhadap kecepatan siswa dalam menyelesaikan tugasnya
dan memberikan kebijaksanaan jika ada yang lambat dalam
menyelesaikan tugas.
c. Memantau dan mengelola kerja siswa
Karena dalam menyelesaikan tugas tidak semua siswa dapat
menyelesaikannya dalam waktu yang sama, maka pemantauan dan
pengelolaan kerja siswa menjadi sangat rumit. Dalam pengelolaan kerja
siswa ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Persyaratan kerja
untuk semua siswa harus ditetapkan dengan jelas. 2) Pekerjaan siswa
harus dipantau. 3) Catatan harus dilakukan.
d. Mengelola bahan dan peralatan
Dalam pembelajaran Advance Organizer, membutuhkan sejumlah
bahan atau peralatan yang diperlukan baik pada saat penyelidikan
maupun pada saat pembuatan hasil karya dan saat memamerkannya.
Untuk itu perlu pengelolaan bahan dan peralatan agar kegiatan dapat
berjalan lancar, tidak terhambat hanya karena tidak adanya bahan atau
peralatan yang dibutuhkan.

4. Sistem Pendukung (Support System)


Sistem pendukung dari model pembelajaran adalah segala
sesuatu yang diperlukan oleh siswa untuk dapat menggali informasi yang
sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran, seperti lembar kerja siswa,
media pembelajaran, dan buku penunjang.
Sarana pendukung yang diperlukan Advance Organizer adalah
materi yang terorganisasi dengan baik yaitu materi yang saling
berhubungan dengan materi terdahulu. Keefektifan Advance
Organizer tergantung pada suatu hubungan integral yang tepat antara
konsep-konsep yang diorganisasikan dan isi. Model ini memberikan
petunjuk untuk mereorganisasikan materi pembelajaran.
Dalam menyajikan bahan pelajaran ada beberapa hal yang perlu
dilakukan: 1) Membuat organisasi secara tegas, 2) Membuat urutan bahan
pelajaran secara logis dan eksplisit, 3) Memelihara suasana agar penuh
perhatian, dan 4) Menyajikan bahan.

D. PENERAPAN (Application)
Model Advance Organizer sangat berguna untuk menyusun urutan
atau kursus kurikulum yang diperluas dan untuk menginstruksikan siswa
secara sistematis dalam ide-ide utama sebuah bidang. Selangkah demi
selangkah, konsep dan proposisi utama dijelaskan dan diintegrasikan,
sehingga pada akhir periode pengajaran, peserta didik harus mendapatkan
perspektif tentang seluruh bidang yang sedang dipelajari. Kami juga
mengharapkan peningkatan, dalam pemahaman pelajar tentang informasi
faktual yang terkait dan dijelaskan oleh ide-ide kunci. Misalnya, konsep
sosialisasi dapat ditarik berulang kali dalam kajian pola sosialisasi dalam
budaya dan subkultur yang berbeda. Model Advance Organizer ini dengan
demikian membantu memperluas pengetahuan siswa tentang budaya.
Model ini juga dapat dibentuk untuk mengajarkan keterampilan
pembelajaran penerimaan yang efektif. Pemikiran kritis dan reorganisasi
kognitif dapat dijelaskan kepada peserta didik, yang menerima instruksi
langsung dalam hal yang teratur dan dalam gagasan hierarki pengetahuan.
Pada akhirnya, mereka dapat menerapkan teknik ini secara mandiri untuk
pembelajaran baru. Dengan kata lain, model ini dapat meningkatkan
efektivitas dalam membaca dan menonton film dan dalam kegiatan
"resepsi" lainnya.
Model lain juga berguna untuk mengevaluasi atau menerapkan
materi yang disajikan oleh advance organizer. Misalnya, model advance
organizer, setelah memperkenalkan materi baru dengan cara yang
deduktif, penyalur, dapat diikuti dengan kegiatan attaintment konsep
induktif yang memperkuat materi atau yang secara informal mengevaluasi
perolehan materi siswa.

E. DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING


(INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECTS)
Dampak instruksional yang mungkin dari model ini tampak jelas — ide-
ide itu sendiri yang digunakan sebagai pemandu dipelajari, serta informasi
yang disajikan kepada siswa. Kemampuan belajar dari membaca, kuliah,
dan media lain yang digunakan untuk presentasi adalah dampak pengiring,
seperti halnya minat dalam penyelidikan dan kebiasaan berpikir yang
tepat.

Gambar Dampak Instruksional dan Pengiring Advance Organizer


PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Model Pembelajaran Advance Organizer merupakan cara belajar
memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang
ada pada pembelajaran. Artinya, setiap pengetahuan mempunyai struktur
konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemrosesan
informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu. Model
pembelajaran Advance Organizer sangat berguna dalam proses
pengetahuan. Advance Organizer adalah sarana membantu siswa membuat
informasi bermakna. Menurut Ausubel (Suprijono, 2016: 132) “seseorang
memperoleh pengetahuan terutama melalui penerimaan bukan melalui
penemuan. Konsep, prinsip, dan ide atau gagasan dipresentasikan dan
diterima seseorang, bukan melalui penemuan”.
Model pembelajaran advance organizer adalah model
pembelajaran yang digunakan untuk menguatkan struktur kognitif siswa
sehingga tercipta kebermaknaan dalam belajar. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ausubel bahwa advance organizer dirancang untuk
memperkuat struktur kognitif siswa mengenai pengetahuan mereka
tentang materi pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas
dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Untuk membuat
kecocokan dalam pembelajaran suatu pelajaran yang mengikuti strategi
Ausubel selalu dimulai dengan suatu advance organizer (pengorganisasian
awal), yaitu suatu pernyataan dengan memperkenalkan konsep tingkat
tinggi yang cukup luas untuk mencakup informasi yang akan mengikuti
(Djiwandono, 1989). Dalam model ini, pembelajaran harus lebih interaktif
yaitu siswa-siswa perlu dirangsang untuk mengajukan pertanyaan dan
memberikan tanggapan. Model pembelajaran advance organizer
menyuguhkan rekomendasi kepada para guru untuk menyeleksi, mengatur
dan menyajikan informasi baru. Ausubel menyarankan guru-guru
sebaiknya menggunakan suatu pendekatan deduktif. Dengan kata lain
mereka harus mengenalkan suatu topik dengan konsep-konsep umum
kemudian perlahan-lahan menyampaikan contoh-contoh yang lebih
khusus.
Tujuan utama advance organizer adalah memberi siswa informasi
yang mereka butuhkan untuk mempelajari pelajaran atau membantu
mereka dalammengingat dan menerapkan pengetahuanyang telah mereka
miliki (Harsanto, 2007).
Gredler dan Margereth (Napsin Palisoa, 2007: 32), mengemukakan
bahwa model pembelajaran Advance Organizer memiliki tiga maksud
yaitu: 1) Memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi
berikutnya, 2) Dipilih secara saksama sehingga dapat menjadi penghubung
antara serangkaian informasi siswa sekarang dan belajar yang baru, 3)
Sebagai jembatan struktur kognitif yang akan diperoleh.
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran advance
organizer terdiri dari 3 fase yaitu:
1. Penyajian advance organizer
Tahap ini terdiri dari tiga aktivitas, yaitu: mengklarifikasi tujuan-
tujuan pembelajaran, menyajikan organizer yang disajikan sebagai materi
pengenalan yang disajikan pertama kali sebelum materi diberikan yang
bertujuan untuk mengintegrasikan, menghubungkan dan membedakan
materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya, membangun struktur kognitif siswa dengan mengarahkan
siswa untuk merespon organizer yang telah disajikan guru yang dapat
berupa pertanyaan atau pernyataan sehingga menjadi stimulus dalam
menerima materi pembelajaran yang akan dilakukan (Djiwandono, 1989).
Tahap pertama terdiri dari tiga aktivitas utama, yaitu
mengklarifikasikan tujuan-tujuan pelajaran, menyajikan advance
organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan. Dalam
fase ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini dimaksudkan untuk membangun perhatian peserta
didik dan menuntun mereka pada tujuan pembelajaran dimana
keduanya merupakan hal penting untuk membantu terciptanya
pembelajaran bermakna.
b. Menyajikan organizer
Dalam menyajikan suatu organizer tidak perlu terlalu panjang,
tetapi harus dapat dihayati, dipahami dengan jelas dan
berhubungan dengan materi yang sedang dilaksanakan. Ada
beberapa hal penting yang dapat dilakukan yakni: mengidentifikasi
istilah-istilah penting, memberi contoh-contoh, mengulang.
c. Memancing dan mendorong pengetahuan dan pengalaman dari
siswa
Pada bagian ini peran aktif siswa tampak dalam bentuk
memberikan respons terhadap presentasi organizer yang diberikan
guru. Penyajian kerangka konsep yang umum dan menyeluruh
untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih
spesifik dan gambaran konsepatau preposisi yang utama harus
dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau
melakukan eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan
contoh-contoh. Mulai memasuki kegiatan penyajian materi
diterapkan beberapa kali dalam konteks yang berbeda agar siswa
dapat memperluas wawasan (Harsanto, 2007)
2. Penyajian bahan pelajaran
Presentasi pada tahap ini dapat berupa ceramah, diskusi, film,
eksperimentasi atau membaca. Dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:
mengarahkan perhatian siswa, membuat susunan materi belajar secara
eksplisit. Dalam menyajikan bahan pelajaran ada beberapa hal yang perlu
dilakukan : a. Membuat organisasi secara tegas b. Membuat urutan bahan
pelajaran secara logis dan eksplisit c. Memelihara suasana agar penuh
perhatian d. Menyajikan bahanFase kedua ini dapat dikembangkan dalam
bentuk diskusi, ekspositori, atau siswa memperhatikan gambar-gambar,
melakukan percobaan atau membaca teks, yang masing-masing diarahkan
pada tujuan pengajaran pada langkah-langkah pertama, pengembangan
system hirarki dalam KBM. Langkah ini merupakan ciri khas dari model
pembelajaran dimana pembahasan pengalaman belajar dilakukan dengan
cara menandai dan merumuskan hal-hal yang terjadi dan menyebarkan
penemuan-penemuan kepadasemua siswa. Hal inilah yang membedakan
daribelajar mengalami (experiental learning) yang berpusat pada
pengalaman belajar yang diarahkan oleh siswa (Harsanto, 2007).
3. Penguatan struktur kognitif
Tahap terakhir bertujuan untuk menempatkan materi pelajaran baru
ke dalam struktur kognitif siswa. Pada fase ini disarankan agar guru
mencoba untuk menggabungkan informasi baru kedalam susunan
pelajaran yang sudah direncanakan untuk pelajaran permulaan dengan
mengingatkan siswa bagaimana setiap rincian khusus yang berhubungan
dengan gambar besar. Siswa juga ditanya untuk melihat apakah mereka
telah mengerti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya siswa diberi
kesempatan unutk memperluas pengertian mereka melebihi isi pelajaran
yang disampaikan guru.
Selain itu juga dalam proses pembelajaran advance organizer
terdapat beberapa aspek yang mendukung strategi dalam penerapannya,
yaitu:
1) Mengaktifkan siswa
Kegiatan pembelajaran Advance Organizer harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan, dan guru sebagai
fasilitatornya. Artinya, selama proses pembelajaran, guru berfungsi
sebagai penyedia atau pembimbing untuk mempermudah kegiatan
pembelajaran. Dengan begitu suatu materi yang dipelajari siswa bukan
sesuatu yang dicekcokkan, tetapi sesuatu yang dicari, dipahami,
kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memvariasikan pengelolaan kelas
Untuk menciptakan proses pembelajaran di kelas dengan siswa yang
aktif, asyik dan senang, serta hasilnya memuaskan, guru harus
menciptakanvariasi dalam pengelolaan kelas.
3) Meningkatkan interaksi belajar
Kalau selama ini proses pembelajaran hanya searah, yakni dari guru
kesiswanya, sehingga guru selalu mendominasi proses pembelajaran,
akibatnya suasana belajar menjadi kaku, monoton dan membosankan.
Untuk itu, perlu diupayakan suasana belajar yang lebih hidup, yaitu
dengan cara menumbuhkan interaksi antar siswa melalui kegiatan
diskusi, tanya jawab, bermain peran, game dan sejenisnya (Harsanto,
2007).

B. Penerapan dalam BK
Joyce, Weil & Calhoun (2000:105) menyatakan bahwa, “model advance
organizer merupakan suatu pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya pada siswa dan pada struktur
kognitif siswa. Model advance organizer ini dirancang untuk memperkuat
struktur kognitif mengenai pengetahuan siswa tentang pelajaran tertentu dan
bagaimana mengelola, memperjelas dan memelihara pengetahuan tersebut
dengan baik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa guru telah menyiapkan siswa
untuk dapat membangun struktur kognitif, sebelum guru memberikan konsep.
Penerapan model advance organizer membantu siswa untuk berpikir secara
sistematis dan berurutan sehingga pembelajaran tidak cenderung untuk
menghafal konsep melainkan pemahaman terhadap konsep dan mampu
mengaitkan antar konsep.
Penerapan model advance organizer dalam bimbingan dan konseling
dilakukan dengan tiga tahap kegiatan yaitu: tahap pertama adalah presentasi
advance organizer yaitu kegiatan guru dalam mengklasifikasikan tujuan
pembelajaran, menyajikan organizer dan Menghubungkan kesadaran
pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan. Tahap kedua adalah presentasi
tugas atau bahan materi pelajaran yaitu kegiatan Membuat organisasi secara jelas,
membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan jelas, memelihara suasana agar
penuh perhatian dan menyajikan bahan. Selanjutnya tahap ketiga adalah
penguatan pengolahan kognitif yaitu menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi
integratif, meningkatkan kegiatan belajar, melakukan pendekatan kritis untuk
memperjelas materi pelajaran dan mengklarifikasi (Joyce, Weil & Calhoun,
2000:105-106).
Implikasinya pada Kurikulum
Penggunaan dua prinsip yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:
1. Diferensiasi progresif untuk menuntun pengelolaan materi dalam
bidang-bidang mata pelajaran sehingga konsep-konsep tentang materi
tersebut dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif siswa.
Di dalam belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi
konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif
diperkenalkan lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti
proses pmbelajaran dari umum ke khusus.
2. Rekonsiliasi integrative untuk menggambarkan peran intelektual siswa.
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa
dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang
sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep.
Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, ausubel juga mengajukan
konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi
pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan
hirarki-hirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi
disajikan. Penyajian kerangka konsep yang umum dan menyeluruh
untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih
spesifik dan gambaran konsep atau preposisi yang utama harus
dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau melakukan
eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan contoh-contoh.
Mulai memasuki kegiatan penyajian materi diterapkan beberapa kali
dalam konteks yang berbeda agar siswa dapat memperluas wawasan.

Pendekatan penyediaan gagasan-gagasan penting ini tanpa


bertentangan dengan model-model penelitian induktif, penemuan konsep,
dan penelitian ilmiah, tetapi ada kesamaan besar dalam hal bahwa
pengembangan konsep merupakan hal utama dan siswa harus dilibatkan
secara aktif dalam menghubungkan konsep-konsep dan informasi. Selain
itu, dalam kurikulum, guru bisa saja bergantian menerpakan antara
konstruksi gagasan dengan presentasi gagasan.

Implikasinya pada Pembelajaran


Model pengorganisasian awal (advance organizer) dapat
memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penympanan informasi
baru. Ausubel mendeskripsikan advance organizer sebagai materi
pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan
dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang tinggi dari pada tugas
pembelajaran itu sendiri, tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan,
dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
Bentuk-bentuk model pembelajaran advance organizer yaitu:
1. Ekspository Advance Organizer, dirancang jika akan menjelaskan suatu
gagasan umum yang memiliki beberapa bagian yang saling
berhubungan. Bentuk ini bertujuan untuk membantu memperluas
pemahaman konsep bagi siswa. Contoh: jika kita ingin menjelaskan
tentang fungsi suatu jaringan tumbuhan, terlebih dahulu dijelaskan
tentang struktur jaringan tumbuhan.
2. Comparatif Advance Organizer, dirancang untuk mengintegrasikan
konsep baru dengan konsep lama yang telah siswa miliki dalam struktur
kognitifnya. Bentuk ini bertujuan mempertajam dan memperluas
pemahaman konsep. Contoh: konsep kultur jaringan berhubungan
dengan jaringan tumbuhan, untuk itu jika kita ingin menjelaskan kultur
jaringan, melalui pemahaman terhadap perbandingan antara
pemahaman konsep struktur dan fungsi jaringan (konsep lama) dengan
konsep kultur jaringan (konsep baru) maka siswa akan
mengintegrasikan konsep baru tersebut.
C. Perkembangan Penelitian
Tabel Perkembangan Penelitian
No Periodisasi
Aspek
. 2009-2012 2013-2016 2017-2020
1. Objek/Masalah  (Khadijeh Jafari,  (Ilam Pratitis  (Abdellah
Penelitian Fatimah Hashim, dan Achmad Ibrahim
2012) Binadja, Mohammed
2014) Elfeky, Thouqan
Efek dari Saleem Yakoub
menggunakan Penerapan Masadeh, dan
advance Model Marwa Yasien
organizer untuk Pembelajaran Helmy Elbyaly,
meningkatkan Advance 2019)
pemahaman Organizer
mendengarkan Bervisi SETS Advance
pelajar EFL: Terhadap Organizer dalam
Studi metode Peningkatan Flipped
campuran Penguasaan Classroom
Konsep melalui E-
 (Seyed-Mojtaba Kimia learning
Mortazavi, 2011) Management
 (Tiarma System dan
Hubungan antara Naibaho, Promosi
selang waktu 2016) Keterampilan
antara Proses Sains
memperkenalkan Pengaruh Terpadu
advance Model
organizer Advance  (Kiki Nia Sania
leksikal dan Organizer Effendi, 2018)
menonton video, Berbasis
dan pemahaman Kecerdasan Penerapan
di kelas bahasa Naturalis Pembelajaran
asing Terhadap Advance
Pembelajaran Organizer dalam
Menulis Puisi Peningkatan
Kemampuan
Pemahaman
Matematis dan
Motivasi Belajar
Siswa SMK
2. Metode  Metode quasi  Metode  Metode
Penelitian experimental dokumentasi, eksperimen yang
dengan post test tes, berdesain
dan kelompok observasi, kelompok kontrol
kontrol dan angket. pretest-postest

 Metode subjek  Metode  Metode penelitian


melihat enam eksperimen quasi eksperimen
program video dengan dengan desain
dengan tiga cara desain The kelompok pretes-
berbeda Matching postes.
mengenai Only Pretest-
pengenalan LAO Postest
Control
Group.
3. Hasil Guna  Hasil penelitian  Hasil  Hasil penelitian
Penelitian menunjukkan penelitian menunjukkan
bahwa siswa model bahwa prestasi dan
yang menerima pembelajaran kinerja peserta
advance advance yang mempelajari
organizer organizer konten kursus
menunjukkan bervisi SETS melalui kuliah FC
peningkatan berpengaruh dengan
signifikan pada positif penggunaan
posttest terhadap advance organizer
pemahaman peningkatan lebih baik daripada
pendengaran penguasaan kinerja dan
sementara konsep kimia prestasi rekan-
kelompok pada materi rekan mereka
kontrol tidak. larutan dalam kelompok
penyangga. kontrol yang tidak
 Hasil penelitian disediakan oleh
menunjukkan  Hasil advance organizer
signifikansi penelitian ini
perbedaan dan menyimpulka  Hasil penelitian
menunjukkan n bahwa menunjukkan
bahwa di bawah model peningkatan
kondisi LAO advance pemahaman
yang tertinggal organizer matematis siswa
waktu, subjek berbasis yang memperoleh
berkinerja lebih kecerdasan model
baik daripada naturalis pembelajaran
dalam kondisi memiliki Advance
lain. pengaruh Organizer lebih
yang baik daripada
signifikan peningkatan
terhadap pemahaman
pembelajaran matematis siswa
menulis puisi. yang memperoleh
model
pembelajaran
konvensional.

GLOSARIUM

Discovery : penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu
sudah ada, tetapi belum diketahui orang (Udin Saefudin, 2008)

Ekspositori : merupakan strategi yangdilakukan guru untuk mengatakan


ataumenjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan, dan informasi-informasipenting
lainnya kepada para peserta didik (M. Chalish, 2011).

Renaisans : satu abad keemasan (Golden Age) dalam sejarah peradaban barat.
Zaman ini merupakan fase transisi yang menjebatani zaman kegelapan (Dark
Ages) dengan zaman pencerahan (Enlightenment Age). Dengan lahirnya
Renaisans, seberkas kemilau cahaya peradaban barat mulai bersinar. Tanpa
Renaisans, Eropa mungkin tidak akan menapaki abad-abad modern dengan begitu
cepat (Ahmad Suhelmi, 2007).

Scaffolding : pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani


tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut berada dalam Zone
of Proximal Development (ZPD) yaitu perkembangan sedikit di atas
perkembangan seseorang saat ini (Trianto, 2007).

REFERENSI

B. Weil, Joyce and Calhoun. (2000). Models of Teaching. New York: A Person
Education Company.

Chalish, M. (2011). Strategi Pengajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Djiwandono, S. (1989). Psikologi pendidikan Rev-2. Jakarta: Grasindo.

Elfeky, AIM, Masadeh TSY, Elbyaly MYH. (2019). Advance Organizers in


Flipped Classroom Via E-learning Management System and the Promotion
of Integrated Science Process Skills. Thinking Skills and Creativity.
doi:https://doi.org/10.1016/j.tsc.2019.100622.

Harsanto, Radno. (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta:


Kanisius.

Jafari, Khadijeh, Hashim, Fatimah (2012). Efek dari Menggunakan Advance


Organizer Untuk Meningkatkan Pemahaman Mendengarkan Pelajar EFL:
Studi metode campuran. Department of Language and Literacy
Education,
Faculty of Education, University of Malaya, Malaysia.
doi:10.1016/j.system.2012.04.009.

Mortazavi, Seyed-Mojtaba. (2011). Hubungan Antara Selang Waktu Antara


Memperkenalkan Advance Organizer Leksikal dan Menonton Video, dan
Pemahaman di Kelas Bahasa Asing. Kar Institute for Higher Education.
Qazvin, Iran. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.047.

Namira, Zara. B. (2014). Keefektifan Strategi Metakognitif Berbantu Advance


Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa. Jurnal
inovasi
Pendidikan Kimia. 8(1): 1271-1280.

Naibaho, Tiarma. (2016). Pengaruh Model Advance Organizer Berbasis


Kecerdasan Naturalis Terhadap Pembelajaran Menulis Puisi. Riksa
Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016.

Nia, Kiki dan Effendi, Sania. (2018). Penerapan Pembelajaran Advance Organizer
Dalam Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Motivasi
Belajar Siswa SMK. Prima: Jurnal Pendidikan MatematikaVol. 2, No. 1,
Januari 2018, hal. 33-48.

Palisoa, Napsin. (2007). Strategi Advanced Organizer dalam pembelajaran kimia.


Diakses dari http://www.edel.edu/chem/napasin/finalrpt.html. pada tanggal
4 januari 2012, jam 8.30 wib.

Pratitis, Ilam dan Binadja, Achmad (2014). Penerapan Model Pembelajaran


Advance Organizer Bervisi SETS Terhadap Peningkatan Penguasaan
Konsep Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm
1370-1379.

Saefudin, Udin. (2008) Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhelmi, Ahmad. (2007). Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.
Suprijono, Agus, (2016). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai