Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KELAS

PROSEDUR MANAJEMEN KELAS

OLEH:
KELOMPOK 5 :

HAVIZA IZZATUL QAWIYYAH


M. ALDI ARRAHMAN
TIFANNY RESKI AURELLIA

18 BKT 10

DOSEN PEMBIMBING:

Dra. Rahmatina, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen atau pengelolaan diartikan proses penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran. Manajemen kelas adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan. Pengelolaan kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru
dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar
berlangsung efektif.
Masalah pengelolaan kelas dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
masalah individual dan masalah kelompok (meskipun perbedaan keduanya
merupakan tekanan saja). Tindakan pengelolaan kelas yang dilakukan guru akan
efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakekat masalah yang
sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi
penanggulangan yang tepat pula.
Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan dan atau
tindakan yang bersifat korektif. Tindakan yang bersifat pencegahan (preventif)
yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio
emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan
untuk belajar. Sedangkan tindakan yang bersifat korektif merupakan tindakan
terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses
belajar mengajar yang sedang berlangsung. Tindakan yang bersifat korektif
terbagi dua , yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi
gangguan (dimensi tindakan) dan penyembuhan (kuratif) terhadap tingkah laku
yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak
berlarut-larut.

B. Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiama pengertian prosedur pengelolaan kelas?
2. Bagaiama prosedur dimensi pencegahan?
3. Bagaimana prosedur dimensi penyembuhan?
4. Bagaimana kendala prosedur dan rancangan pengelolaan kelas?
5. Bagaimana solusi prosedur dan rancangan pengelolaan kelas?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian prosedur pengelolaan kelas
2. Untuk mengetahui prosedur dimensi pencegahan
3. Untuk mengetahui prosedur dimensi penyebumbuhan
4. Untuk mengetahui kendala prosedur dan rancangan pengelolaan kelas
5. Untuk mengetahui solusi prosedur dan rancangan pengelolaan kelas
BAB II
PEMBAHASAN

A. . Pengertian Prosedur Pengelolaan Kelas


Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, prosedur adalah cara
mengerjakan suatu pekerjaan menurut tingkat-tingkatnya.Prosedur pada dasarnya
adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama
lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan
kegiatan utama dari suatu organisasi.
Menurut Ismail Masya “prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang
saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara
tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang”.
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya prosedur ialah suatu rangkaian cara kerja
atau kegiatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang sistematis dengan urutan
waktu dan memiliki pola kerja yang tetap dan telah ditentukan.
Kata Pengelolaan berasal dari Bahasa Inggris yang berarti “management”.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengelolaan ialah pengurusan,
penyelenggaraan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisie Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kelas
artinya pangkat, tingkat, ruang, golongan, kalangan. Kelas dalam arti sempit yaitu
ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul
untuk mengikuti proses pembelajaran. Kelas dalam arti luas adalah suatu
masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah sebagai
kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis yang menyelenggarakan
kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Syaiful Bahri dan Aswan Zain menyatakan bahwa “pengelolaan kelas
adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran”. Sedangkan Menurut Wragg, “Pengelolaan kelas adalah segala
sesuatu yang dilakukan guru agar anak-anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran, bagaimanapun cara dan bentuknya
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran
dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar sebagaimana yang diharapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa prosedur
pengelolaan kelas merupakan serangkaian langkah kegiatan pengelolaan kelas
yang dilakukan agar tercipta kondisi kelas yang optimal supaya proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

B. Prosedur Dimensi Pencegahan


Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya
tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal
berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan
merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya
adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas
harus merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.
Menurut Maman Rahman (dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan,
2012:119) mengemukakan langkah-langkah pencegahan sebagai berikut:
(a) Peningkatan kesadaran diri sebagai guru, merupakan langkah yang
strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran diri akan
meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksankan tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap
guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis
dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan
respon dan tanggapan positif dari peserta didik.
(b) Peningkatan kesadaran peserta didik, interaksi positif antara guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua
kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya
kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah
tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik
melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat
mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu
melaksanakan hal-hal berikut: (1) memberitahukan akan hak dan
kewajibannya sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan,
keinginan dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana
saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan guru dan
peserta didik.
(c) Sikap polos dan tulus dari guru, sikap ini mengandung makna
bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura,
bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap ini sangat membantu dalam
mengelola kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat
mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingka laku, cara menyikapi
dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon atau
diberikan reaksi oleh peserta didik. Sikap hangat, terbuka, mau
mendengarkan harapan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru,
akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi
wajar antar guru dan peserta didik.
(d) Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan, langkah ini
menuntut guru, (1) melakukan tindakan identifikasi berbagai
penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual
maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik
individual maupun kelompoktersebut termasuk penyimpangan yang
disengaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik
perhatian guru atau teman-temannya, (2) mengenal berbagai
pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha
menggunakan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk
mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang
dipilihnya, (3) mempelajari pengalaman guru guru lainnya yang gagal
atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi
dalam menangani berbagai manajemen kelas.
(e) Menciptakan kontrak sosial, berkaitan dengan standar tingkah laku
yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta
keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Standar
tingkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru
dan peserta didik. Norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak
dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang
dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka mengelola kelas
norma berupa kontrak sosial (tata tertib) dengan sangsinya yang
mengatur kehidupan di dalam kelas, perumusannya harus dibicarakan
atau disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi
bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal dari atas
(sekolah/guru). Para peserta didik menerima saja apa yang ada.

Menurut Ahmad Rohani (2010:158) mengemukakan adanya berbagai


cara yang dapat ditempuh guru dalam pencegahan pelanggaran disiplin,
sebagai berikut:
1)Pengendalian peserta didik, setiap peserta didik mempunyai
daya atau tenaga untuk mengontrol dirinya. Pengenalan terhadap
mereka dan latar belakangnya merupakan usaha penanggulangannya
pelanggaran disiplin. Beberapa alat yang bisa digunakan misalnya:
a) interest-inventory, alat ini berupa sejumlah pertanyaan tentang
buku apa yang senang kamu baca, hobby. b) Sosiogram yang dibuat
untuk melihat bagaimana persepsi mereka dalam rangka hubungan
sosial psikologis dengan teman-temannya. c) Fredback letter, peserta
didik diminta untuk membuat suatu karangan atau satu surat tentang
perasaan mereka terhadap sekolahnya.
2) Melakukan tindakan korektif, dimensi tindakan merupakan
kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah
pengelolaan. Cara melakukan dimensi tindakan korektif ini adalah,
a) lakukan tindakan dan bukan ceramah, cara berteriak atau
memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat peserta didik
pada saat itu akan membuat peserta didik malah menjadi bimbang.
Pesan-pesan nonverbal atau body languange baik berupa isyarat
tangan, bahu, kepala , alis dapat membantu guru dalam
memanajemen kelas. b) do not bargain, bila terjadi pelanggran yang
dilakukan seorang peserta didik dan melibatkan atau menyalahkan
peserta didik lainnya guru harus segera melakukan tindakan atau
menghentikan gangguan tersebut. c) gunakan “Kontrol” kerja,
pendekatan pada peserta didik sangat diperlukan karena kalau
mereka merasa dekat dengan guru akan memperkecil kesempatan
mereka untuk berbuat “nakal” dan melanggar tata tertib sekolah. d)
Nyatakan peraturan dan konsekuensinya, bila ada peserta didik
melanggar peraturan tata tertib sekolah, komunikasikan kembali apa
aturan yang dilanggarnya secara jelas dan kemukakan akibatnya bila
peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama dilanggar.

Menurut Mulyani Sumantri (dalam Abdul Majid, 2013:119) dalam


mengembangkan keterampilan mengelola siswa yang bersifat preventif,
guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara:
a)Menunjukkan sikap tanggap, dalam tugas mengajarnya guru
harus terlibat secara fisik maupun mental dalam arti guru selalu
memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik, baik peserta
didik yang mempunyai perilaku posesif maupun perilaku yang
bersifat negatif,
b) membagi perhatian, guru harus mampu membagi perhatian
kepada semua peserta didik. Perhatian itu dapat bersifat visual
maupun verbal,
c) memusatkan perhatian kelompok, mempertahankan dan
meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan cara memusatkan
kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu ke waktu,
d) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, petunjuk ini dapat
dilakukan untuk materi yang disampaikan,
e) Menegur, tegurlah peserta didik bila mereka menunjukkan
perilaku yang mengganggu atau menyimpang,
f) Memberikan penguatan, perilaku peserta didik baik yang possif
maupun negatif perlu diberi penguatan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prosedur dimensi pencegahan itu bisa
berupa sikap guru dalam mengatasi masalah peserta didik seperti
menunjukkan siakp tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan
memberikan penguatan.

C. Prosedur Dimensi Penyembuhan


Dalam kegiatan memanajemen kelas, pelanggaran yang sudah
terlanjur dilakukan peserta didik atau sejunmlah peserta didik perlu
ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual
maupun secara kelompok.
Menurut Johar Permana (dalam Abdul Majid 2013:122)
mengemukakan kegiatan yang bersifat penyembuhan mengikuti langkah
sebagai berikut:
(a)Mengidentifikasi masalah, guru mengenal atau mengetahui
masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Guru
mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar
belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan
tersebut.
(b) menganalisis masalah, guru menganalisis penyimpangan
peserta didik dan menyimpulkan latar-belakang dan sumber-sumber
dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan alternatif-alternatif
penanggulannya.
(c) Menilai alternatif-alternatif pemecahan, guru menilai dan
memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam
menanggulangi masalah.
(d) Mendapatkan balikan, guru melaksanakan monitoring, dengan
maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan
yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai yang direncanakan.
Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksankan dengan mengadakan
pertemuan dengan para peserta didik. Maksud pertemuan perlu
dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta
menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan,
semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun
sekolah.

Menurut Ahmad Rohani (2010:162) mengemukakan langkah-


langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan
untuk menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima
konsekuensi dan pelanggaran yang dibuatnya,
b) Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan
kontrak dengan peserta didik,
c) Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut
yang disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang
bersangkutan,
d) bila saatnya pertemuan dengan peserta didik jelaskanlah
maksud diperoleh baik oleh peserta didik maupun oleh
sekolah,
e) Tunjukkanlah kepada peserta didik bahwa guru pun bukan
orang yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan
kelemahan dalam berbagai hal. Akan tetapi yang penting
antara dan peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-
sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingatkan
bagi kepentingan bersama,
f) guru berusaha untuk membawa peserta didik kepada
masalahnya yaitu pelanggaran terhadap peraturan yang
berlaku di sekolah,
g) bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik
responsif maka guru bisa mengajak peserta didik untuk
melaksankan diskusi pada saat lain tentang masalah yang
dihadapinya,
h) pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada
pemecahan masalah dan sampai kepada “kontak individual”
yang diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki
tingkah laku peserta didik tentang pelanggaran yang
dibuatnya,
i) melakukan kegiatan tindak lanjut.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prosedur dimensi penyembuhan


berupa mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menilai
alternatif-alternatif pemecahan, dan mendapatkan balikan.

D. Kendala Prosedur dan Rancangan Pengelolaan Kelas


Berbagai konsep mengenai prosedur dan rancangan pengelolaan kelas telah
dibahas sebelumnya. Implementasi dari konsep dan realisasi usaha tersebut
bukan merupakan suatu hal yang dapat terwujud begitu saja tanpa ada
kendala/rintangan yang akan dijumpai oleh para guru di sekolah. Ini berarti
bahwa terdapat sejumlah faktor yang dapat berpengaruh dalam
merealisasikan konsep-konsep tersebut.
Kendala-kendala yang biasa dijumpai diantaranya:
1. Masih ada guru yang kurang memahami konsep-konsep mengenai
prosedur dan rancangan pengelolaan kelas secara global.
2. Ada beberapa guru yang tidak dapat meningkatkan kesadarannya sendiri
sebagai guru.
3. Guru kurang memahami berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas,
sehingga guru tidak dapat memilih pengelolaan yang tepat pada
pelaksanaan prosedur pengelolaan kelas.
4. Guru tidak melaksanakan pengelolaan kelas sesuai prosedur dan
rancangan yang telah disusun.

E. Solusi Prosedur dan Rancangan Pengelolaan Kelas


Setiap kendala atau permasalahan selalu ada solusinya, begitu juga dalam
permasalahan pengelolaan kelas. Solusi dari berbagai kendala di atas adalah
sebagai berikut:
1. Pengajar harus selalu memperdalam pengetahuan dan pemahamannya
mengenai prosedur, rancangan dan strategi pengelolaan kelas.
2. Pengajar harus dapat meningkatkan kesadarannya sendiri sebagai guru dan
kepribadian yang dimiliki guru harus disenangi siswa.
3. Pengajar harus mendalami konsep-konsep berbagai pendekatan
pengelolaan kelas.
4. Pengajar harus melaksanakan pengelolaan kelas berdasarkan prosedur,
rancangan dan strategi yang telah disusunnya agar pengelolaan kelas
berjalan lancar dan efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan Strategi penanganan masalah sebagai bagian
dari kegiatan manajemen kelas yang dapat dilakukan yaitu sebelum
masalah muncul dengan menggunakan pendekatan preventif berupa
pencegahan terhadap kemungkinan munculnya masalah dimana, siapa dan
kapan. Bila permasalahan telah muncul maka strategi yang dapat
diterapkan dengan menggunakan pendekatan kuratif berupa pengobatan
dan perbaikan terhadap masalah-masalah yang muncul sehingga tidak
terjadi pengulangan dan tidak memberikan dampak buruk terhadap hal
lainnya.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami dapat mengetahui dan
memahami tentang “Prosedur dimensi pencegahan dan penyembuhan”.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu bagi
pembaca, meskipun kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangannya. Untuk itu kami mohon maaf dan mengharapkan
saran dari pembaca.
DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Rohani. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahastya


Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2012. Manajemen pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Abdil, Majid. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai