Disusun Oleh:
ADZRA RIF’AH INKANA
P2.06.20.2.19.041
2B Keperawatan
2. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri, berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
3. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti
ataujelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
a. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan ketentraman otot rahim.
b. Penurunan kadar progesteron
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu
timbul kontraksi otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot
rahim makinrentan.
d. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada encephalus kehamilan sering lebih lama
dan biasa.
e. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan.
4. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera postpartum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desi dua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desi dua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
5. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai
berikut :
a. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak
begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari
uterus, kadang disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan
bisa bercampur darah (bloody shoe).
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan
perinium; luka episiotomi; infolusi uteri; hemoroid; pembengkakan
payudara.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
d. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
C. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan
perinium; lika episiotomi; infolusi uteri; hemoroid; pembengkakan
payudara.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien
menunjukan tidak adanya nyeri. Dengan kriteria hasil: TTV dalam
batas normal, klien menunjukan peningkatan aktifitas, keluhan nyeri
terkontrol.
Intervensi:
Kaji lokasi dan karakteristik dari tingkat ketidaknyamanan/ nyeri
Rasional : Untuk menentukan intervensi keperawatan sesuai
skala nyeri
Jelaskan pada ibu bahwa nyeri pasca persalinan adalah fisiologis.
Rasional : Nyeri yang dirasakan ibu pasca melahirkan adalah
fisiologis
Instruksikan ibu dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas
dalam.
Rasional : Mengalihkan perasaan nyeri dan menurunkan
ketidaknyamanan.
Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan mengalihkan
nyeri.
Rasional : Dapat membantu dalam menurunkan
ketidaknyamanan.
Berikan kompres hangat lokal menggunakan handuk kecil.
Rasional : Kompres hangat membantu meningkatkan sirkulasi
pada area yang sakit dan meningkatkan kenyamanan lokal.
Kolaborasi pemberian analgetik atau antipireutik.
Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan akibat nyeri.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak
terjadi dengan kriteria hasil: tidak ada tanda infeksi, luka episiotomi
kering dan bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital dan tanda infeksi
Rasional: Mengidentifikasi penyimpangan dankemajuan sesuai
intervensi yang dilakukan
Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
Rasional : mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara
dini
Kaji luka perinium dan keadaan jahitan.
Rasional : Keadaan luka perinium berdekatan dengan daerah
basah mengakibatkan kecendrungan luka untuk selalu kotor dan
mudah terkena infeksi
Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan
cara yang benar dan mengganti PAD tiga kali perhari atau setiap
kali pengeluaran lochea banyak.
Rasional : Mencegah infeksi secara dini
Pertahankan teknik septik dan aseptik dalam merawat pasien
(merawat luka perinium, merawat payudara, merawat bayi)
Rasional : Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan; diuresis; keringat berlebihan
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat
menunjukan status cairan membaik dengan kriteria hasil: tidak ada
manifestasi dehidrasi, haluran urine diatas 30 ml/jam turgor kulit
elastis
Intervensi:
Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam, warna urine, berat badan
setiap hari, serta keadaan umum setiap 8 jam
Rasional : Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
Pantau cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam
Rasional : Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara
adekuat dan teratur
Konsultasi dengan dokter bila manifestasi kelebihan cairan
terjadi
Rasional : Mencegah pasien jatuh dalam kondisi kelebihan
cairan yang beresiko terjadinya oedema paru.
d. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat
mencapai kepuasan menyusui dengan kriteria hasil : ibu
mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang
cukup.
Intervensi :
Kaji ulang tingkat pengetahuan ibu tentang menyusui
sebelumnya
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat
ini agar memberikan intervensi yang tepat
Berikan penkes tentang teknik menyusui dan perawatan puting
dan payudara
Rasional : Membantu klien menjamin suplai susu adekuat,
mencegah puting pecah dan luka, memberikan kenyamanan
Libatkan keluarga dalam proses penyuluhan
Rasional : Keluarga merupakan orang terdekat yang akan
membantu sepenuhnya.
Demonstrasikan teknik menyusui yang baik dan benar.
Rasional : Posisi yang tepat mencegah luka pada puting, tanpa
memperhatikan lamanya menyusui.
Evaluasi teknik menyusui yang telah diajarkan
Rasional : Sebagai indikator keberhasilan penyuluhan yang
telah diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Barbara ,R.S. (2002). Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC