Disusun Oleh:
ADZRA RIF’AH INKANA
P2.06.20.2.19.041
2B Keperawatan
2) Trimester II
Trimester kedua sering di kenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari
segala rasa ketidaknyamanan yang normal yang dialami oleh ibu
hamil. Trimester kedua dibagi menjadi dua fase yakni fase pra-
queckning dan pasca quickening. Quickening menunjukkan
kenyataan adanya kehidupan yang terpisah , yang menjadi dorongan
bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada
trimester ini yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya
sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester
kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata
dalam hubungan seksual mereka dibandingkan dengan trimester I dan
sebelum hamil. Trimester kedua hamper terbebas dari segala
ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi
masalah besar, lubrikasi vagina menjadi semakin banyak pada masa
ini, kekemasan, kekhawatiran dan masalah – masalah yang
sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda,
dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih
sayang dari ibunya menjadi seorang pencari kasih sayang dari
pasangannya, dan semua factor ini turut mempengaruhi peningkatan
libido dan kepuasan seksual.
3) Trimester III
Trimester ketiga ini sering disebut periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Ia mulai menyadari kehadiran bayi sebagi
makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran
sang bayi. Dalam trimester ini merupakan waktu persiapan yang aktif
menantikan kelahiran bayinya. Hal ini membuat ia berjaga-jaga dan
menunggu tanda dan gejala persalinan.
Sejumlah ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu merasa
cemas dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, seperti :
apakah bayinya nanti akan lahir abnormal, terkait dengan persalinan
dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali dan hal –hal lain yang tidak
diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau
bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar,
atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan
bayi.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang
semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangannya. Hasrat untuk melakukan hubungan
seksual akan menghilang seiring dengan membesarnya abdomen
yang menjadi penghalang. Alternative possisi dalam berhubungan
seksual dan metode alternative untuk mencapai kepuasan dapat
membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa
tidak nyaman dengan cara- cara tersebut. Berbagi perasaan secara
jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan tenaga
kesehatan menjadi sangat penting.
6. Adaptasi Fisiologi
Perubahan Fisiologis
a. Perubahan fisiologis
1) Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram
menjadi 1000gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan
ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata,
uterus lebih cepat tumbuh didaerah implantasi dari ovum dan di
daerah insersi placenta. Pembesaran inidisebabkann oleh
hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilanmuda juga
terbentuk sel-sel otot yang baru.Uterus pada wanita hamil sering
berkontraksi tanpa perasaan nyeri. Jugasaat disentuh, misalnya pada
pemeriksaan dalam, pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu
pemeriksaan konsistensi rahim yang semula lunak dapatmenjadi
keras dan kemudian lunak kembali (Kusmiyati, et al, 2008).
2) Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan
adalahmenjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapt
ditemukan sebulan setelahkonsepsi.Pelunakan cervis terjadi karena
pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena timbulnya
oedema dari cervix dan hyperplasia kelenjar-kelenjar servix.
3) Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaputlendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang
berarti dayaregangnya bertambah sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam masa kehamilan,
reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. reaksi asam ini disebabkan
terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil penghancuran glycogen
yang berada dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil doderlein.
Reaksi asam ini mempunyai sifat bekterisida.
4) Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis ,tetapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
5) Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-
gariememanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut
striae gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga pada
buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida warnanya menbiru
disebut striae lividae. Pada seorang multigravida, di samping strie
lividae, terdapat jugagaris-garis putih agak mengkilat ialah parut
(cicatrick) dari strie gravidarumyang disebut strie albicans.
6) Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah
partus, gejalahyperpigmentasi ini akan menghilang.
7) Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi
olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-
gambaran dari vena yangmeluas. Putting susu biasanya membesar
dan lebih tua warnanya dan acapkalimengeluarkan colostrum.
Perubahan-perubahan pada payudara disebabkankarena pengaruh
hormonal.
8) Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan
proteinsedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada
kecenderungan padaketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor
bertambah untuk pembuatantulang-tulang janin begitu pula akan
ferum untuk pembentukan Hb janin.
9) Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun erytrosyt,
tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hydramia
lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
10) Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal
tersebutmungkin menyebabkan muntah dan kembung pada masa
kehamilan. Tonususus kurang, yang menimbulkan obstipasi.
11) Urinarius.
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin.Ureter jelas
melebar dalam kehamilan terutama yang kanan. Hal ini disebabkan
karena pengaruh hormon progesterone, walaupun mungkin ada juga
factor tekanan pada ureter oleh rahim yang membesar.Kapasitas
kandung kencing juga mengalami penurunan kapasitas karena
desakan oleh rahim yang membesar pada akhir kehamilan oleh
kepala janin yang yang turun ke dalam rongga panggul.
12) Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior,
dan kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.
Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan menimbulkan
perubahan status emosional seorang calon ibu. Bagi pasangan dengan
perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dansaling mencintai,
keterlambatan datang bulan merupakan salah satu tanda
yangmenggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya semakin kokoh
denganadanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti
perasaanmual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing kepala, dan
nafsumakan berkurang mendesak keluarga untuk melakukan pemeriksaan.
Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan cinta dan gembira
semakin bertambah, diikuti pula oleh perasaan cemas karena kemungkinan
keguguran. Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan juga dapat
mempengaruhikelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam dan
perubahan kelakuan. (Masriroh, 2013)
7. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :
a. Hiperemisis gravidarum.
b. Hipertensi dalam kehamilan.
c. Perdarahan trimester I (abortus).
d. Perdarahan antepartum.
e. Kehamilan ektopik.
f. Kehamilan kembar.
g. Molahydatidosa.
h. Inkompatibilitas darah.
i. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
j. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004).
3. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu
atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung,
sepalopelvik, disproporsi.
4. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
3. Patofisiologis Ketuban Pecah Dini
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Kala 1 Persalinan
Kontraksi &
pembukaan
serviks
Kanalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gameli
Mengiritasi nervus servikalis janin (sungsang) genitalia inkompete Hidramnion
pundendalis n
selalu
terbuka
akibat Tidak ada bag. Proses Dilatasi Keteganga
Stimulus nyeri
Terendah yang biomekanik berlebi n uterus
kelainan
menutupi PAP bakteri h berlebih
serviks
yang mengeluar serviks
Nyeri Akut
menghalangi k an enzim
Mudahnya proteolitik Selapu Serviks
tekanan terhadap ketuban tidak bisa
pengeluara
Rasa mules & ingin membrane bag. menonjol menahan
n air
mengejan bawah dan tekanan
ketuban
Selaput mudah intrauteru
ketuba pecah s
Pasien n
melaporkan Air ketuban terlalu banyak
mudah
tidak nyaman keluar
pecah
Defisiensi Risiko
Ansietas Pengetahuan Infeksi
Demam
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
6. Kecemasan ibu meningkat.
Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:
a. Devaskularisasi
Menurut Manuaba (2013) dalam buku ajar patologi obstetrik, kasus KPD
yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan
insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh
cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau
menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan
paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek
prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau
umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko
yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS
dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan
perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan.
Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru- paru sudah matang,
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau
lamanya perode laten (Manuaba, 2013).
B. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Konservatif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
i. Induksi atau akselerasi persalinan.
ii. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
iii. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil
nafas dan tenangkan diri.
1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko
terinfeksi kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena
air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal
supaya lebih tinggi.
D. Konsep Anemia
1. Pengertian
Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40
– 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang
dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini
sebagian besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara
5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas
berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon
yang sama juga diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat
(Prawirohardjo, 2010).
a. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi berkaitan
dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan
janin yang cepat. Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritropoienis, kehilanan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang
jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah.
Sebagian perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah,
maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi.
4. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016)
penyebab anemia dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding
dengan peningkatan volume plasma.
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana
zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan
ketidaktahuan tentang pola makan yang benar
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak dan perdarahan akibat luka
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan f. Mengalami menstruasi berat
sebelum kehamilan g. Hamil saat masih remaja.
6. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain;
kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi
(Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa
anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal
sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen
serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai
minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi
pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung
eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus
menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai
(Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume
plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma
akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali
normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang
terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak
usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah
eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III
(Pratami, 2016).
7. Komplikasi
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan
ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi
selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya
infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola
hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban
pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan
seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang
berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan
sering kali mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta
dan perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum
sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang dapat timbul
adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan perdarahan
postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera setelah persalinan,
resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko terjadinya
infeksi payudara.
b. Komplikasi Anemia Pada Janin
Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga
membahayakan janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan
plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin
adalah resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus, berat
badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi
pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Medis
Penanganan anemia yang tepat merupakan hal penting untuk mengatasi
anemia pada awal untuk mencegah atau meminimalkan konsekuensi serius
perdarahan. Penanganan anemia secara efektif perlu dilakukan. Ibu hamil
berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh
pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan
memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah
pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi
darah telah ditentang selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi
beresiko menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri
(Pratami, 2016).
Tinjauan Cochrane terhadap 17 penelitian menemukan bahwa
pemberian zat besi oral dapat menegurangi anemia defesiensi zat besi selama
trimester II kehamilan dan meningkatkan kadar Hb dan firitin seru
dibandingkan dengan pemberian plasebo. Penelitian tersebut diambil dari 101
penelitian yang sebagian besar uji cobanya berfokus pada hasil laboratorium
tentang efek perlakuan berbeda terhadap ibu hamil yang mengalami anemia
defesiensi zat besi, penilaian morbiditas ibu & bayi, parameter faal darah, dan
efek samping pengobatan. Terdapat satu uji acak terkontrol yang menyatakan
bahwa pemberian zat besi oral harian selama empat minggu memiliki hasil
yang lebih baik dalam meningkatkan kadar Hb rata-rata 19,5 g/dl. Zat besi
oral dan iron polymaltose aman diberikan dan dapat meningkatkan kadar Hb
dengan lebih efektif dibandingkan dengan pemberian zat besi oral secara
terpisah pada anemia defesiensi zat besi yang berkaitan dengan kehamilan
(Pratami, 2016).
Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan
peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu, tindakan
tersebut juga mengurangi resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu yang
mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat, baik harian maupun
intermiten, tidak menunjukan perbedaan efek yang signifikan. Konsumsi zat
besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi
meningkatkan kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang
mengkonsumsi zat besi oral pada dosis pengobatan mengalami efek saamping,
seperti mual, muntah, konstipasi atau diare. Ibu hamil yang menderita anemia
berat mungkin memerlukan tranfusi darah, yang terkadang tidak memberi
peningkatan kondisi yang signifikan. Selain itu, tranfusi darah juga
menimbulkan resiko, baik bagi ibu maupun janin (Pratami, 2016).
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak
menunjukan tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari 10,0
g/dl terbukti memberi dampak positif, yaitu prevelensi anemia selama hamil
dan enam minggu postpartum berkurang. Efek samping berupa
hemokonsentrasi, yaitu kadar Hb lebih dari 13,o g/dl lebih sering terjadi pada
ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat setiap hari
dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi supleman. Dalam menagani
anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi zat besi
yang tepat akan meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan mencegah
kebutuhan akan intervensi lebih lanjut (Pratami, 2016).
b. Penatalaksanaan Keperawatan di rumah
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
menkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang
hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun
hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu
memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk
berfungsi dengan baik. Selain itu pemebrian vitamin adalah cara terbaik untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan
tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu dengan cara
mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati, 2011).
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya,
berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
4. Aktivitas dan Istirahat
Cunningham, dkk, 2006. Obstetri Williams Vol.2 Edisi 21. Jakarta : EGC
Ida ayu, dkk 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC
Joseph, Nugroho. 2010. Ginekologi & Obstetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Rohmah, Nikmatur dkk. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka