Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL


CARE IBU HAMIL ANEMIA DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Badriah, SST, MPH

Disusun Oleh:
ADZRA RIF’AH INKANA
P2.06.20.2.19.041

2B Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN CIREBON

Jalan pemuda No. 38 Telp. (0231) 203556, 200277, 3374155

Tahun Akademik 2020/2021


A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah masa yang di mulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 10
hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. (Depkes RI, 2005)
Kehamilan adalah seorang yang mengandung sel telur yang telah
dibuahi oleh seperma. Proses kehamilan merupakan satu mata rantai yang
berkesinambungan yang dimulai dari ovulasi (pelepasan ovum), terjadi
migrasi spermatozoa dan ovum lalu terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot,
setelah itu terjadi nidasi pada uterus, pembentukan plasenta, pertumbuhan
dan perkembangan hasil konsepsi sampai aterm. (Prawiroharjo, Sarwono,
2005)
2. Fase Kehamilan
a. Menurut Varney, 2007
 Trimester pertama berlangsung pada minggu pertama sampai minggu
ke-12 (12 minggu)
 Trimester kedua berlangsung pada minggu ke-13 sampai minggu ke-
27 (15 minggu)
 Trimester ketiga berlangsung pada minggu ke-28 sampai minggu ke-
40 (13 minggu)
b. Menurut Sarwono, 2002
 Trimester pertama (antara 0-12 minggu)
 Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan
 Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
c. Menurut Hanifa, 2002
 Triwulan pertama (antara 0-12 minggu)
 Triwulan kedua (antara 12-28 minggu)
 Triwulan ketiga (antara 28-40 minggu)
3. Tanda-tanda Kehamilan
a. Presumtif / Tanda-tanda dugaan hamil
1) Amenore ( terlambat datang bulan)
 Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel degraaf dan ovulasi.
 Mengetahiu tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus
naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan
2) Mual (nausea) dan muntah
 Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan.
 Menimbulkan mual muntah terutama pagi hari yang disebutkan
morning sickness.
 Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi.
 Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang
3) Ngidam
 Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam.
4) Sinkope atau pingsan
 Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan
sinkope atau pingsan.
 Keadaan ini menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
5) Payudara tegang
 Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotropin
menimbulkan deposit lemak air, dan garam pada payudara.
 Payudara membesar dan tegang
 Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama.
6) Sering miksi
 Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi.
 Pada triwulan kedua sudah menghilang
7) Konstipasi atau obstipasi
 Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8) Pingmentasi kulit
 Sekitar pipi : cloasma gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi kulit pada muka.
 Dinding perut
Strie lividae, Strie nigra, Linea alba makin hitam
9) Perubahan sekitar payudara
 Hiperpigmentasi areola mamae
 Puting susu makin menonjol
 Kelenjar montgomery menonjol
 Pembuluh darah menifes sekitar payudara
10) Epulis
 Hipertropi gusi disebut epulis bisa terjadi bila hamil
 Varices atau penampakan pembuluh darah vena
 Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena.
 Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia
eksterna, kaki dan betis, dan payudara.
 Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah
persalinan.
b. Probabilitas / Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.

2) Pada pemeriksaan dapat dijumpai :


 Tanda Hegar’s
Konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah isthmus
uteri sedemikian lunaknya, hingga kalau kita letakkan 2 jari dalam
forniks posterior & tangan satunya pada dnding perut atas
symphyse, maka isthmus ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri
sama sekali terpisah dari cerviks.
 Tanda chadwicks (kebiruan pada vulva dan vagina)
Warna selaput lendir vulva & vagina menjadi ungu.
 Tanda piscaseck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke
jurusan pembesaran tersebut.
 Ballotement
Adanya lentingan janin dalam uterus saat palpasi
 Braxton hick’s
Pada saat palpasi atau waktu toucher, rahim yang lunak
sekonyong- konyong menjdi keras karena berkontraksi.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
Sebagian kemungkinan positif palsu
c. Absolut / Tanda pasti kehamilan
1) Terdengar denyut jantung janin (DJJ)
2) Teraba bagian anak oleh pemeriksa
3) Terlihat hasil konsepsi dengan USG
4) Teraba gerakan janin oleh pemeriksa
4. Diagnosa Banding Kehamilan
Pembesaran perut wanita tidak selamanya menjadi tanda suatu
kehamilan, sehingga perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya :
a. Hamil palsu (pseudocyesis) atau kehamilan spuria
Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih
dan tes biologis menunjukkan kehamilan.

b. Tumor kandungan atau mioma uteri


 Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil
 Bentuk pembesaran tidak merata
 Perdarahan banyak saat menstruasi
c. Kista ovarium
 Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil
 Datang bulan terus berlangsung
 Lamanya pembesaran perut dpat melampaui umur kehamilan
 Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negative
d. Hematometa
 Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur hamil
 Perut terasa sakit setiap bulan
 Terjadi penumpukkan darah dalam Rahim
 Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang positif
 Sebab himen in perforate
e. Kandung kemih yang penuh
 Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan
menghilang.
5. Perubahan Pada Kehamilan
a. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis
1) Perubahan Pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone
lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis
(Manuaba, 1998).
Melasma di wajah yang biasa di sebut cloasma atau topeng
kehamilan, adalah bercak pada kulit di derah tonjolan maksila dan
dahi khususnya pada wanita hamil berkulit hitam (Bobak, dkk. 2005).
Linea nigra adalah garis pigmentasi dari daerah symfisis pubis
sampai bagian atas fundus di garis tengah tubuh dan stria gravidarum
atau tanda regangan akan terlihat di bagian bawah abdomen (Bobak,
dkk. 2005).
2) Perubahan kelenjar
Perubahan kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu
berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada
wanita hamil.
3) Perubahan payudara
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormone
Somatomatropin, esterogen, dan progesterone, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu (Wiknjosastro, Hanifa. 2007).
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di
payudara mulai timbul sejak minggu keenam gestasi. Putting susu
dan areola menjadi lebih berpigmen dan lebih erektil. Hipertrofi
kelenjar sebasea / lemak yang muncul di areola primer dan tdisebut
Tuberkel Montgomery (Bobak, dkk. 2005).
4) Perubahan Uterus
Uterus akan membesar pada bulan – bulan pertama di bawah
pengaruh esterogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos
uterus.
Berat uterus normal < 30 gram, pada akhir kehamilan (40
minggu) berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang < 20 cm
dan dinding ± 2,5 cm (Wiknjosastro, Hanifa. 2007).
Selama minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah
uterus dan limfe mengakibatkan edema dan kongesti panggul.
Akibatnya uterus, servik dan istmus melunak secara progresif dan
servik menjadi agak kebiruan, yang disebut “Tanda Chadwick”
(Bobak, dkk. 2005).
Pada sekitar minggu ke 7 dan ke 8, terlihat pola pelunakan
uterus sebagai berikut : istmus melunak dan dapat ditekan (Tanda
Hegar), servik melunak (Tanda Goodell), dan fundus pada serviks
mulai fleksi (Tanda Mc Donald) (Bobak, dkk. 2005).

5) Vagina dan vulva


Vagina dan vulva akibat hormone esterogen mengalami
perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina
dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (livide). Tanda ini
disebut tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide
(Wiknjosastro, Hanifa. 2007).
Selama hamil, pH sekresi vagina menjadi lebih asam.
Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap
infeksi vagina. Dan peningkatan vaskularisasi vagina dan visera
panggul menyebabkan peningkatan sensitivitas yang menyolok, yang
menyebabkan peningkatan keinginan dan bangkitan seksual,
terutama selama trimester kedua (Bobak, dkk. 2005).
6) Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada
hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema
terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis
sebelah kanan atau kiri.
7) Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar
8) Sistem sirkulasi darah
Perubahan sistem sirkulasi darah menurut Mochtar, Rustam
(1998) adalah:
 Volume darah
Volume darah total dan volume plasma darah meningkat pesat
sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah
banyak, kira – kira 20 %, dengan puncaknya pada
kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung yang meningkat
sebanyak ± 30 %.
 Protein darah
Jumlah protein, albumin dan gamaglobulin menurun dalam
triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir
kehamilan. Beta – globulin dan fibrinogen terus meningkat.
 Hitung jenis dan haemoglobin (Hb)
Hematokrit cenderung menurun karena kenaikan relatif volume
plasma darah. Konsentrasi Hb menurun, ini disebabkan volume
plasma yang meningkat.
 Nadi dan Tekanan Darah
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama
trimester kedua, dan akan naik lagi seperti pra hamil. Nadi
biasanya naik, rata – rata 84 x / menit.
 Jantung
Pompa jantung mulai naik kira – kira 30% setelah kehamilan 3
bulan dan menurun lagi pada minggu terakhir kehamilan.
9) Sistem pernapasan
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan O2. Di samping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim
dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih
dalam sekitar 20 – 25% dari biasanya (Manuaba, 1998).
10) Sistem pencernaan
Saliva meningkat, dan pada trimester pertama mengeluh mual
dan muntah. Tonus otot saluran pencernaan melemah, sehingga
motilitas dan makanan lebih lama berada dalam saluran makanan.
Gejala muntah / emesis gravidarum sering terjadi biasanya pada pagi
hari, disebut sakit pagi / morning sickness (Mochtar, Rustam. 1998).
11) Traktus Urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala
bayi pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering
kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh. Filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69 –
70%. (Manuaba, 1998)
12) Metabolisme
Menurut Manuaba (1998), perubahan metabolisme pada ibu
hamil yaitu sebagai berikut :
 Metabolisme basal naik sebesar 15 – 20% dari semula
 Keseimbangan asam basa mengalami penurunan 155 mEq/liter
menjadi 145 mEq/liter
 Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi. Dalam makanan
diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur
ayam tiap hari
 Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein
 BB ibu hamil bertambah
b. Perubahan dan Adaptasi Psikologis
1) Trimester I
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan tehadap
kenyataan ini dan arti bagi semua ini bagi dirinya merupakan tugas
psikologis yang paling penting bagi dirinya. Salam trimester ini
wanita menjadi ambivalen. Kurang lebih 80% wanita mengalami
kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Akan
tetapi bagi wanita terutama mereka yang telah merencanakan
kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil, merasa suka cita
sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari bukti
kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara
wanita satu dengan wanita yang lain. Meski beberapa wanita
mengalami peningkatan hasrat seksual akan tetapi secara umum
trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunana libido dan
hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap
pasangannya masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan
kasih saying yang besar dan cinta kasih tanpa seks.

2) Trimester II
Trimester kedua sering di kenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari
segala rasa ketidaknyamanan yang normal yang dialami oleh ibu
hamil. Trimester kedua dibagi menjadi dua fase yakni fase pra-
queckning dan pasca quickening. Quickening menunjukkan
kenyataan adanya kehidupan yang terpisah , yang menjadi dorongan
bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada
trimester ini yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya
sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester
kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata
dalam hubungan seksual mereka dibandingkan dengan trimester I dan
sebelum hamil. Trimester kedua hamper terbebas dari segala
ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi
masalah besar, lubrikasi vagina menjadi semakin banyak pada masa
ini, kekemasan, kekhawatiran dan masalah – masalah yang
sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda,
dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih
sayang dari ibunya menjadi seorang pencari kasih sayang dari
pasangannya, dan semua factor ini turut mempengaruhi peningkatan
libido dan kepuasan seksual.
3) Trimester III
Trimester ketiga ini sering disebut periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Ia mulai menyadari kehadiran bayi sebagi
makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran
sang bayi. Dalam trimester ini merupakan waktu persiapan yang aktif
menantikan kelahiran bayinya. Hal ini membuat ia berjaga-jaga dan
menunggu tanda dan gejala persalinan.
Sejumlah ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu merasa
cemas dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, seperti :
apakah bayinya nanti akan lahir abnormal, terkait dengan persalinan
dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali dan hal –hal lain yang tidak
diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau
bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar,
atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan
bayi.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang
semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangannya. Hasrat untuk melakukan hubungan
seksual akan menghilang seiring dengan membesarnya abdomen
yang menjadi penghalang. Alternative possisi dalam berhubungan
seksual dan metode alternative untuk mencapai kepuasan dapat
membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa
tidak nyaman dengan cara- cara tersebut. Berbagi perasaan secara
jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan tenaga
kesehatan menjadi sangat penting.

B. Ante Natal Care (ANC)


1. Pengertian Antenatal
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari
terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga
akan terbentuk zigotyang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi
pada saat pertemuan ovumdan sperma hingga masa di mana janin siap lahir,
dalam perhitungan medis ± 40minggu (Masriroh, 2013).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat
preventif careuntuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun
janin agar melalui persalinan dengan sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik
dan mental ibu sehinggaibu dalam keadaan status kesehatan optimal, karena
kesehatan ibu berpengaruhterhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya
(Winjosastro, 2002).ANC adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. ANC
(Antenatal Care) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Guttmacher, 2007)
Antenatal care (ANC) merupakan pengawasan wanita hamil secara teratur
dan tertentu dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Dari definisi-definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan
adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan
pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan
mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas,
persiapan memberikan air susu ibu (ASI) dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Wibowo, 2013).

2. Tujuan Antenatal Care


Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil
dapat melaluimasa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat
serta menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuhkembang janin
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu.
c. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit/komplikasi
yangdapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara
umum,kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup builan dan persalinan yang aman
dengantrauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan
mempersiapkan ibuagar dapat memberi asi secara eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin
agartumbuh kembang secara normal
g. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati dan
kematianneonatal. (Bobak, 2004).

3. Standar Pelayanan Antenatal


Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7 T yaitu:
a. Timbang badan dan ukur badan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sesuaitidaknya berat badan ibu.
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap berkunjungke tempat
pelayanan kesehatan. Selama triwulan I berat badan ibu harus naik
0,5sampai dengan 0,75 kg setiap bulan, pada triwulan ketiga harus naik
0,25 kgsetiap minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu harus
naik sekitar 0,5 kg setiap minggunya, atau secara umum berat badan
meningkat sekitar 8 kgselama kehamilan.
b. Ukur tekanan darah.
Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah normalatau tidak.
Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan. Tekanan
darahyang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik ringan
maupun berat bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah
yang rendahmenyebabkan pusing dan lemah
c. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
Tujuannya untuk melindungi ibudan bayi yang dilahirkan nanti dari
tenanus neonatorum. Imunisasi TT diberikan pada kunjungan antenatal I,
TT2 deberikan empat minggu setelah TT1, TT3diberikan setelah enam
bulan TT2, TT4 diberikan 1 Tahun setelah TT3, dan TT5diberikan setelah
setahun TT4.
d. Ukur tinggi fundus uteri.
Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim, dilakukandengan cera
meraba perut dari luar, selain itu untuk mengetahui presentasi janin,serta
mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan ini juga
dilakukan pngukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan
dengan umurkehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak sesuai
dengan umur kehamilanmaka direncanakan pemeriksaan lanjutan.
e. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan.
Pemberian tablet besi diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang
berlaku diseluruh puskesmas di Indonesia. Pemberian satu tablet besi
sehari sesegera mungkin setelah rasa mualhilang pada awal kehamilan.
f. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling.
Untuk menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi
dengan suami dankeluarga diperlukan gunan mempersiapkan rujukan
nantinya. Dengan manajemenrujukan yang benar, cepat, dan tepat maka
ibu dan janin akan memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang
benar sehingga membantu menurunkanangka kematian ibu dan bayi.
Program ini lebih diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil
dan jauh dari akses transfortasi yang memadai. Test laboratorium
sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan indikasi(HbsAg, sifilis,
HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) , PMS). Wanita yang sedang
hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi terhadap
penyakitmenular seksual yang dapat menimbulkan kematian pada ibu dan
janin yangdikandungnya (Bobak, 2004)

4. Tanda dan Gejala


a. Tanda dan Gejala Presumptif (tidak pasti) Kehamilan
Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat
dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Beberapa
peneliti mengemukakan beberapa gejala presumptif kehamilan yang
meliputi:Amenorea, mual dan muntah, ngidam, singkope, sering miksi,
konstipasi (Cunningham, dkk, 2006).
1) Amenorea (berhentinya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi
pembentukkan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi
tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi dengan
memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan
untuk memperkirakan usia kehamilan dan persalinan. Tetapi,
amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu,
tumor pituitary, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan
biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.
2) Mual (nausea) dan Muntah (emesis)
Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang
terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness.
Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau
sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut
dengan hiperemesis gravidarum.
3) Ngidam (mengingini makanan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi
pada bulan – bulan pertama kehamilan dan akan menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
4) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
syncope atau pingasan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada
pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.
5) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan
kecepatan basal metabolism (basal metabolism rate-BMR) pada
kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia
kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
6) Payudara tegang
Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada
payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan
sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-
hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan
perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,
pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.
7) Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering terjadi
pada triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap kandung
kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan berkurang karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga
panggul dan menekan kembali kandung kemih.
8) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic usus
(tonus otot menurun) sehingga kesulitn untuk BAB.
9) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.
Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
10) Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/gusi sering terjadi pada triwulan
pertama
11) Varises atau penampakkan pembuluh darah vena Pengaruh
esterogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah
terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi
di sekitar genetalian eksterna, kaki dan betis serta payudara.
Penampakkan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

b. Tanda dan Gejala Kemungkinan (probability) Kehamilan


Tanda kemungkinan adalah perubahan–perubahn fisiologis yang
dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik
kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan hamil menurut Hani, ddk
(2010) terdiri dari:
1) Pembesaran Perut Terjadi akibat pembesaran uterus hal ini terjadi
pada bulan ke empat kehamilan.
2) Tanda Hegar Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya
isthmus uteri.
3) Tanda Goodel Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak
hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil
melunak seperti bibir.
4) Tanda Chadwicks Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva
dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.
5) Tanda Piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.
Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu
sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
6) Kontraksi Braxton Hicks Merupakan peregangan sel-sel otot uterus,
akibat meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini
tidak beritmik, sporadit, tidak nyeri biasanya timbul pada
kehamilam delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari
pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. kontraksi ini akan
terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatanya sampai
mendekati persalinan.
7) Teraba Ballotement Ketukan yang mendadak pada uterus
menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat
dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada
pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin
saja tidak cukup karena dapat saja merupakan mioma uteri.
8) Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (planotest) Positif ini adalah
untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama Pemeriksaan
kehamilan. Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada
plasma darah), dan dieskresi pada urine ibu. Hormon ini dapat
mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat
dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70
usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.

c. Tanda dan Gejala Pasti (positive) Kehamilan


Tanda Pasti (Positive) Kehamilan Tanda pasti adalah tanda yang
menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung
oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan menurut Hani, dkk (2010) terdiri
atas hal-hal berikut ini:
1) Gerakan Janin dalam Rahim Gerakan janin ini harus dapt diraba
dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan
pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
2) Denyut Jantung Janin Dapat didengar pada usia 12 minggu
dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya
dopler). Dengan stetoskop Laenec, DJJ baru dapat didengar pada
usia kehamilan 18-20 minggu.
3) Bagian-bagian Janin Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin
(kepala dan bokong)serta bagian kecil janin (lengan dan kaki)
dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester
akhir). Bagin janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi
menggunakan USG.
4) Kerangka Janin Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen
maupun USG.
5. Patologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung
telur (ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke
dalam sel telur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan
berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke
saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang
mengembang oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma
yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.
Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah salah satu sel
mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan
(konsepsi = fertilitas). Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri
sambil bergerak (oleh rambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini
disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6-
7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bai mudligah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan
harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi
(konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta.
a. Sel telur (ovum)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di
geneta-bridge.
b. Sel mani (spermatozoa)
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus), leher yang menghubungkan
kepala dengan bagian tengah, dan ekor yang dapat bergetar sehingga
sperma dapat bergerak dengan cepat.
c. Pembuahan (konsepsi = fertilitas)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatu antara sel mani dengan sel
telur di tuba pallofi. Terjadi pada 1/3 distal tuba. Mengalami pembelahan:
zigot- morula- balstula.
d. Nidasi (implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Terjadi hari ke 4-7 hari setelah konsepsi.
e. Plasentasi : Tumbuh kembangnya khorion dan desidua. Pembentukan
plasenta. Pada akhir bulan ke-4 plasenta terbentuk lengkap.

6. Adaptasi Fisiologi
 Perubahan Fisiologis
a. Perubahan fisiologis
1) Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram
menjadi 1000gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan
ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata,
uterus lebih cepat tumbuh didaerah implantasi dari ovum dan di
daerah insersi placenta. Pembesaran inidisebabkann oleh
hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilanmuda juga
terbentuk sel-sel otot yang baru.Uterus pada wanita hamil sering
berkontraksi tanpa perasaan nyeri. Jugasaat disentuh, misalnya pada
pemeriksaan dalam, pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu
pemeriksaan konsistensi rahim yang semula lunak dapatmenjadi
keras dan kemudian lunak kembali (Kusmiyati, et al, 2008).
2) Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan
adalahmenjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapt
ditemukan sebulan setelahkonsepsi.Pelunakan cervis terjadi karena
pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena timbulnya
oedema dari cervix dan hyperplasia kelenjar-kelenjar servix.
3) Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaputlendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang
berarti dayaregangnya bertambah sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam masa kehamilan,
reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. reaksi asam ini disebabkan
terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil penghancuran glycogen
yang berada dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil doderlein.
Reaksi asam ini mempunyai sifat bekterisida.
4) Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis ,tetapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
5) Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-
gariememanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut
striae gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga pada
buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida warnanya menbiru
disebut striae lividae. Pada seorang multigravida, di samping strie
lividae, terdapat jugagaris-garis putih agak mengkilat ialah parut
(cicatrick) dari strie gravidarumyang disebut strie albicans.
6) Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah
partus, gejalahyperpigmentasi ini akan menghilang.
7) Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi
olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-
gambaran dari vena yangmeluas. Putting susu biasanya membesar
dan lebih tua warnanya dan acapkalimengeluarkan colostrum.
Perubahan-perubahan pada payudara disebabkankarena pengaruh
hormonal.
8) Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan
proteinsedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada
kecenderungan padaketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor
bertambah untuk pembuatantulang-tulang janin begitu pula akan
ferum untuk pembentukan Hb janin.
9) Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun erytrosyt,
tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hydramia
lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
10) Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal
tersebutmungkin menyebabkan muntah dan kembung pada masa
kehamilan. Tonususus kurang, yang menimbulkan obstipasi.
11) Urinarius.
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin.Ureter jelas
melebar dalam kehamilan terutama yang kanan. Hal ini disebabkan
karena pengaruh hormon progesterone, walaupun mungkin ada juga
factor tekanan pada ureter oleh rahim yang membesar.Kapasitas
kandung kencing juga mengalami penurunan kapasitas karena
desakan oleh rahim yang membesar pada akhir kehamilan oleh
kepala janin yang yang turun ke dalam rongga panggul.
12) Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior,
dan kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.

 Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan menimbulkan
perubahan status emosional seorang calon ibu. Bagi pasangan dengan
perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dansaling mencintai,
keterlambatan datang bulan merupakan salah satu tanda
yangmenggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya semakin kokoh
denganadanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti
perasaanmual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing kepala, dan
nafsumakan berkurang mendesak keluarga untuk melakukan pemeriksaan.
Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan cinta dan gembira
semakin bertambah, diikuti pula oleh perasaan cemas karena kemungkinan
keguguran. Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan juga dapat
mempengaruhikelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam dan
perubahan kelakuan. (Masriroh, 2013)

7. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :
a. Hiperemisis gravidarum.
b. Hipertensi dalam kehamilan.
c. Perdarahan trimester I (abortus).
d. Perdarahan antepartum.
e. Kehamilan ektopik.
f. Kehamilan kembar.
g. Molahydatidosa.
h. Inkompatibilitas darah.
i. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
j. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004).

C. Ketuban Pecah Dini

1. Definisi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum


persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam
keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu
atau kurang waktu (Ida Ayu, 2010).
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi
pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang
berada diantara amnion korion (Joseph, 2010). Dari beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

2. Etiologi Ketuban Pecah Dini

Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara lain :

1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri


dimana kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di
atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin
secara mendadak.
1. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic.
2. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut
fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi

b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa


menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat

3. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu
atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung,
sepalopelvik, disproporsi.
4. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
3. Patofisiologis Ketuban Pecah Dini

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan


retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
2. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:

a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban


menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan
dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik
traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo (2010).
Pathway ketuban pecah dini :

Kala 1 Persalinan

His yang berulang Gangguan pada kala 1


persalinan

Kontraksi &
pembukaan
serviks
Kanalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gameli
Mengiritasi nervus servikalis janin (sungsang) genitalia inkompete Hidramnion
pundendalis n
selalu
terbuka
akibat Tidak ada bag. Proses Dilatasi Keteganga
Stimulus nyeri
Terendah yang biomekanik berlebi n uterus
kelainan
menutupi PAP bakteri h berlebih
serviks
yang mengeluar serviks
Nyeri Akut
menghalangi k an enzim
Mudahnya proteolitik Selapu Serviks
tekanan terhadap ketuban tidak bisa
pengeluara
Rasa mules & ingin membrane bag. menonjol menahan
n air
mengejan bawah dan tekanan
ketuban
Selaput mudah intrauteru
ketuba pecah s
Pasien n
melaporkan Air ketuban terlalu banyak
mudah
tidak nyaman keluar
pecah

Distoksia (Partus kering) Ketuban Pecah Dini (KPD)

Laserasi pada jalan lahir Pasien tidak Tidak adanya


mengetahui pelindung
penyebab dunia luar
Kecemasan ibu terhadap
dan akibat dengan daerah
janin dan dirinya
KPD rahim

Defisiensi Risiko
Ansietas Pengetahuan Infeksi
Demam

Sumber: Prawirohardjo (2010).


4. Manifestasi Klinik Ketuban Pecah Dini

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :

1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3. Janin mudah diraba

4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
6. Kecemasan ibu meningkat.

Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:

1. Terjadi pembukaan prematur servik

2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:

a. Devaskularisasi

b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang

d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang


mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

5. Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan


terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain
keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya
tes ferning dan nitrazine tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.

2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak


manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 2013)
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini
dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

6. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


A. Penatalaksanaan Medis.

Menurut Manuaba (2013) dalam buku ajar patologi obstetrik, kasus KPD
yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan
insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh
cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau
menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan
paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek
prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau
umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko
yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS
dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan
perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan.
Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru- paru sudah matang,
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau
lamanya perode laten (Manuaba, 2013).

1) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).

Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD


keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode latent = L, P = “lag” period. Makin
muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit
ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar
70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah
kulit ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada
tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal
dilakukan bedah caesar (Manuaba, 2013).
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa
penulis menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan
sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek
sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat
dikurangi (Manuaba, 2013).

Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat


terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi
semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan
mempehatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5,
dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio
sesaria (Manuaba, 2013).
2) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).

Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan


tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu dirawat
di rumah sakit,ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan
diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic
agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan (Manuaba, 2013).
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid
pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya
pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan
konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan
induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan (Manuaba, 2013).
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung
dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan
komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-
komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura
uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan
dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan sesar.
Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar
hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi
seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat
janin, partus tak maju, dll (Manuaba, 2013).

Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.


Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan
pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan
terhadap kemungkinan infeksi intrauterin (Manuaba, 2013).
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,
pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan
denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan
dan selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm
KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The
National Institutes of Health telah merekomendasikan penggunaan
kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak
ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-
masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing- masing 6 mg
tiap 12 jam (Manuaba, 2013).

B. Penatalaksanaan Keperawatan

Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut Manuaba (2013):

a. Konservatif

i. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.

ii. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.

iii. Umur kehamilan kurang 37 minggu.


iv. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.

v. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan


kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
vi. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
vii. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat
janin.
viii. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
b. Aktif

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
i. Induksi atau akselerasi persalinan.
ii. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
iii. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban

Yang harus segera dilakukan:

1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.

2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil
nafas dan tenangkan diri.

Yang tidak boleh dilakukan:

1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko
terinfeksi kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena
air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal
supaya lebih tinggi.
D. Konsep Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)


dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007).
Sedangkan menurut Pratami (2016)anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai
suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada
trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II.
Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter
laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil
dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang
dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester pertama dan < 10
g/dl pada trimester kedua dan ketiga menjadi batas bawah untuk menjadi penyebab
anemia dan kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama Hb terendah ibu-ibu hamil
yang mendapat suplemntasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl
pada trimester kedua dan ketiga (Prawirihardjo,2010).

2. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil

Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan


komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh ibu.
Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi adalah perubahan hemodinamika. Selain
itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel-sel darah berpotensi menyebabkan
komplikasi perdarahan dan trombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktor-faktor
prokoagulasi dan hemostasis (Prawirohardjo, 2010).

Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40
– 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang
dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini
sebagian besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2010).

Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20 -


30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan
mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobindari 15 g/dl
menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6% perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu
merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan
defesiensi zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya
tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat
besi dan asam folat dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan
zat besi selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 – 7 mg/hari.
Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah persalinan
(Prawirohardjo, 2010).

Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara
5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas
berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon
yang sama juga diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat
(Prawirohardjo, 2010).

Selama kehamilan juga sirkumferensia torak akan bertambah lebih kurang 6


cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru-paru karena pengaruh diagfragma yang naik lebih kurang 4 cm selama
kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama
kehamilan, perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan
kembali hampir seperti sediakala dalam minggu ke 24 minggu setelah persalinan
(Prawirohardjo, 2010).

3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan

Menurut Prawirohardjo(2010) klasifikasi anemia dalam kehamilan sebagai berikut:

a. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi berkaitan
dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan
janin yang cepat. Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritropoienis, kehilanan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang
jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah.
Sebagian perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah,
maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi.

Pencegahan anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan


suplemen besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg
zat besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis selma kehamilan.
Namun, banyak literatur menganjukan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16
minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi
anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplemen sampai 3 minggu
postpartum.

b. Defisiensi Asam Folat


Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan 9 dilepasnya cadangan
folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multiple,
diet yang buruk, infeksi, adanya nemia hemolitik. Kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya memeliki efek
penghambat terhadap absorbsi folat. Defesiensi asam folat sangat umum terjadi
pada kehamilan dan merupakan penyebab utama anemia megabolik pada
kehamilan.
Anemia tipe megabolik karena defesiensi asam folat merupakan penyebab
kedua terbanyak anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya oleh gangguan sitesis
DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk anemia
jenis ini. Defesiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomali
kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung neural (neural tube
defects). Selain itu, defesiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada
jantung, saluran kemih, alat gerak, dan organ lainya.
Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral
sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat
dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya
mendapat sedikitnya 400 ug folat perhari.
c. Anemia Plastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan
kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa
kasus eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh
kehamilan dan hanya membaik setela terminasi kehamilan. Pada kasus-
kasus lainya, aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada
kehamilan berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat
memperbaiki fungsi sumsum tulang, tetapi meliputi terminasi kehamilan
elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang
setelah persalinan.
d. Anemia Penyakit
Sel Sabit Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit
(sickle cell anemia) disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis,
infar pulmonal, pneomonia, perdaraan antepartum, prematuritas, dan
kematian janin. Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan
asam folat, terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat
frekuensinya. Beat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit
dibawah rata-rata, dan kematian janin tinggi. Mortalitas ibu dengan
penyakit sel sabit telah menurun dari sekitar 33% menjadi 1,5% pada
masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal. Pemberian tranfusi darah
profilaktin belum terbukti efektifnya walaupun beberapa pasien tampak
memberi hasil yang memuaskan.

4. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016)
penyebab anemia dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding
dengan peningkatan volume plasma.
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana
zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan
ketidaktahuan tentang pola makan yang benar
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak dan perdarahan akibat luka
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan f. Mengalami menstruasi berat
sebelum kehamilan g. Hamil saat masih remaja.

5. Tanda dan Gejalah Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil sebagai
berikut :
a. Kelelahan
b. Penurunan energy
c. Sesak nafas
d. Tampak pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Frekuensi pernapasan cepat
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah
merah
h. Sakit kepala
i. Tidak bisa berkonsentrasi
j. Rambut rontok
k. Malaise

6. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain;
kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi
(Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa
anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal
sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen
serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai
minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi
pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung
eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus
menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai
(Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume
plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma
akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali
normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang
terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak
usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah
eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III
(Pratami, 2016).

7. Komplikasi
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan
ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi
selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya
infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola
hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban
pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan
seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang
berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan
sering kali mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta
dan perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum
sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang dapat timbul
adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan perdarahan
postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera setelah persalinan,
resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko terjadinya
infeksi payudara.
b. Komplikasi Anemia Pada Janin
Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga
membahayakan janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan
plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin
adalah resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus, berat
badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi
pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Medis
Penanganan anemia yang tepat merupakan hal penting untuk mengatasi
anemia pada awal untuk mencegah atau meminimalkan konsekuensi serius
perdarahan. Penanganan anemia secara efektif perlu dilakukan. Ibu hamil
berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh
pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan
memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah
pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi
darah telah ditentang selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi
beresiko menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri
(Pratami, 2016).
Tinjauan Cochrane terhadap 17 penelitian menemukan bahwa
pemberian zat besi oral dapat menegurangi anemia defesiensi zat besi selama
trimester II kehamilan dan meningkatkan kadar Hb dan firitin seru
dibandingkan dengan pemberian plasebo. Penelitian tersebut diambil dari 101
penelitian yang sebagian besar uji cobanya berfokus pada hasil laboratorium
tentang efek perlakuan berbeda terhadap ibu hamil yang mengalami anemia
defesiensi zat besi, penilaian morbiditas ibu & bayi, parameter faal darah, dan
efek samping pengobatan. Terdapat satu uji acak terkontrol yang menyatakan
bahwa pemberian zat besi oral harian selama empat minggu memiliki hasil
yang lebih baik dalam meningkatkan kadar Hb rata-rata 19,5 g/dl. Zat besi
oral dan iron polymaltose aman diberikan dan dapat meningkatkan kadar Hb
dengan lebih efektif dibandingkan dengan pemberian zat besi oral secara
terpisah pada anemia defesiensi zat besi yang berkaitan dengan kehamilan
(Pratami, 2016).
Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan
peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu, tindakan
tersebut juga mengurangi resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu yang
mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat, baik harian maupun
intermiten, tidak menunjukan perbedaan efek yang signifikan. Konsumsi zat
besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi
meningkatkan kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang
mengkonsumsi zat besi oral pada dosis pengobatan mengalami efek saamping,
seperti mual, muntah, konstipasi atau diare. Ibu hamil yang menderita anemia
berat mungkin memerlukan tranfusi darah, yang terkadang tidak memberi
peningkatan kondisi yang signifikan. Selain itu, tranfusi darah juga
menimbulkan resiko, baik bagi ibu maupun janin (Pratami, 2016).
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak
menunjukan tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari 10,0
g/dl terbukti memberi dampak positif, yaitu prevelensi anemia selama hamil
dan enam minggu postpartum berkurang. Efek samping berupa
hemokonsentrasi, yaitu kadar Hb lebih dari 13,o g/dl lebih sering terjadi pada
ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat setiap hari
dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi supleman. Dalam menagani
anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi zat besi
yang tepat akan meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan mencegah
kebutuhan akan intervensi lebih lanjut (Pratami, 2016).
b. Penatalaksanaan Keperawatan di rumah
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
menkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang
hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun
hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu
memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk
berfungsi dengan baik. Selain itu pemebrian vitamin adalah cara terbaik untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan
tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu dengan cara
mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati, 2011).
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya,
berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
4. Aktivitas dan Istirahat

a. Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8-12


minggu)kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah
kehamilanterakhir.
b. Denyut nadi dapat meningkat 10-15 DPM.
c. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan
peningkatanvolume episode singkope.
d. Varisese
e. Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama
padatrisemester akhir)
5. Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
6. Eliminasia.
a. Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi
b. Peningkatan frekuensi perkemihan
c. Urinalisis: Peningkatan berat jenisd
d. Hemoroid
7. Makanan/cairan
a. Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati umum
terjadi
b. Penambahan berat badan sampai 4 lb trisemester pertama,
trisemesterkedua dan ketiga masing-masing 11-12 lb
c. Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah
berdarah
d. Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
e. Sedikit edema dependen
f. Sedikit glikosuria mungkin ada
g. Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir
kehamilan.
8. Nyeri dan Kenyamanan
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi Braxton
Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung
9. Pernafasan
a. Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal
b. Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi;
pernapasan torakal.
10. Keamanan
a. Suhu tubuh 98-99,5 ºF (36,1-37,6 ºC)
b. Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10-
12minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu)
c. Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu.
Sensasigerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
d. Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
11. Seksualitas
a. Penghentian menstruasi
b. Perubahan respon /aktivitas seksual
c. Leukosa mungkin ada.
d. Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis
pubis(pada 10-12 minggu) pada umbilikolis (pada 20-30 minggu) agak
ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu)
e. Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa,
peningkatanvaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter
dan pigmentasi jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery,
sensasi kesemutan(trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan
strial gravidarumkolostrum dapat tampak setelah 12 minggu
f. Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema,
spiclernevi, strial gravidarum.
g. Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.

12. Integritas Sosial


a. Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi.
b. Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur
denganstressor kehamilan
c. Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif
danmendukung sampai disfungsional.
13. Penyuluhan/Pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan tergantung
padausia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas, keinginan terhadap
anak,stabilitas ekonomik.
B. Diagnosa
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan adaptasi
kehamilan dibuktikan dengan mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh
mual, lelah, postur tubuh berubah
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, nafsu makan berubah
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
4) Risiko pendarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan dibuktikan
dengan nafsu makan menurun, membran mukosa pucat
6) Keletihan berhubungan dengan kehamilan dibuktikan dengan mengeluh
lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu
7) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
HB dibuktikan dengan warna kulit pucat, turgor kulit menurun
C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan
adaptasi kehamilan dibuktikan dengan mengeluh tidak
nyaman, gelisah, mengeluh mual, lelah, postur tubuh
berubah
Tujuan : Meningkatkan perasaan nyaman pasien
Intervensi :
a. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
Rasional: Mengetahui pengalaman nyeri pasien
b. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruangan yang
nyaman
Rasional:Lingkungan yang tenang dapat
meningkatkan kenyamanan
c. Gunakan pakaian longgar
Rasional: Pakaian longgar dapat menurunkan suhu
tubuh dan akan memberikan rasa nyaman
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis.
Tujuan: Nyeri akut berkurang atau tidak ada rasa nyeri
Intervensi:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi
dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi
komplikasi. Catatan; sakit yang kronis tidak
menimbulkan perubahan autonomik.
b. Identifikasi skala nyeri.
Rasional: Mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
diberikan.
c. Identifikasi respon nyeri non verbal.
Rasional: Keluhan nyeri dapat diamati melalui tanda-
tanda vital serta reaksi non verbal.
b. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
Rasional: Tindakan ini memungkinkan klien untuk
mendapatkan rasa control terhadap nyeri.
c. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman;
mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien atau
berdasarkan waktu 24 jam mempertahankan kadar
analgesa darah tetap stabil, mencegah kekurangan
ataupun kelebihan obat-obatan.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Tujuan: Tingkat ansietas menurun, Dukungan social
meningkat.
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda ansietas.
Rasional: Membantu memudahkan penyediaan layanan
kesehatan untuk menganalisis kondisi yang dialami klien.
b. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan.
Rasional: Hubungan saling percaya merupakan dasar dari
terjadinya komunikasi terapeutik sehingga akan
memfasilitasi dalam pengungkapan perasaan, emosi dan
harapan klien.
c. Pahami situasi yang membuat ansietas.
Rasional: Dengan mengenal ansietasnya, klien akan lebih
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
d. Diskusikan perencanaan realistis tentang tentang
peristiwa yang akan datang.
Rasional: Mempersiapkan klien menghadapi segala
kemungkinan, krisis perkembangan dan/atau situasional.
b. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien.
Rasional: Dukungan keluarga mendukung proses
perubahan perilaku sebuah ansietas.
d. Latih teknik relaksasi.
Rasional: Didapatkannya cara lain yang sehat yang akan
membantu klien untuk mencari cara yang adaptif dalam
mengurangi atau menghilangkan ansietasnya.
4. Risiko pendarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
Tujuan: Pendarahan dapat dicegah
Intervensi:
a. Monitor nilai hematokrit atau hemoglobin
Rasional: untuk mengetahui nilai hemoglobin dan hematocrit sesuai
nilai normal
b. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
Rasional: Agar kondisi klien stabil kembali dengan makanan yang
bergizi
c. Beri Fe untuk mencegah anemia
Rasional: Fe dapat meningkatkan sel pembawa oksigen
d. Mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung Fe
Rasional: Dapat meningkatkan proses penyerapan zat besi di dalam
tubuh
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan
dibuktikan dengan nafsu makan menurun, membran mukosa pucat
Tujuan: Nutrisi terpenuhi, nafsu makan membaik
Intervensi:
e. Monitor TTV
Rasional: Mengetahui perkembangan dan tanda-tanda
penurunan/peningkatan kesehatan klien
f. Monitor intake nutrisi dan kualitas konsumsi makanan
Rasional: Mengetahui pemasukan atau intake makanan
g. Beri makan sesuai dengan selera
Rasional: Meningkatkan intake makanan
e. Timbang BB setiap hari
Rasional: Mengetahui kurangnya BB dan efektifitas nutrisi yang
diberikan
6. Keletihan berhubungan dengan kehamilan dibuktikan dengan mengeluh
lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu
Tujuan: Klien tidak lagi keletihan ,mengeluh lelah, dan dapat
mempertahankan aktivitas rutin
Intervensi:
a. Monitor TTV
Rasional : Mengetahui perkembangan dan tanda-tanda
penurunan/peningkatan kesehatan klien
b. Identifikasi status nutrisi
Rasional : Mengetahui status nutrisi klien
c. Posisikan pasien semi fowler/fowler
Rasional : Mengoptimalkan pernafasan dan memudahkan pasien untuk
makan
d. Beri makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional : Makanan berkalori tinggi dan protein yang tinggi dapat
meningkan kebutuhan
e. Ajarkan diet yang diprogramkan
Rasional : Meningkatkan kebutuhan asupan makanan bergizi yang
sesuai dengan ibu hamil
f. Tetapkan jadwal tidur rutin
Rasional : Mengatur jadwal tidur pasien
g. Anjurkan menepati kebiasaan tidur
Rasional : Menepati jadwal tidur dapat meningkakan kebutuhan tidur
klien
f. Lakukan prosedur message
Rasional : Meningkatkan kenyamanan klien
7. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
HB dibuktikan dengan warna kulit pucat, turgor kulit menurun
Tujuan: Konsentrasi Hb meningkat
Intervensi:
a. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian perifer,
warna, suhu)
Rasional: Kaji kualitas setiap denyut nadi. Tidak adanya kekeruhan
perifer harus segera dilaporkan atau ditangani. Vasokonstriksi sistemik
akibat penurunan curah jantung dapat dimanifestasikan oleh perfusi
kulit yang berkurang dan hilangnya denyut nadi. Oleh karena itu,
penilaian diperlukan untuk perbandingan konstan.
b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
Rasional: Pengetahuan tentang faktor risiko memberikan alasan untuk
perawatan lebih lanjut
c. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis, rendah lemak
jenuh, minyak ikan omega
Rasional: Dengan melakukan program diet pasien dapat segera
memperbaiki sirkulasi perifernya.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Cunningham, dkk, 2006. Obstetri Williams Vol.2 Edisi 21. Jakarta : EGC

Doenges. E. Marillynn. 2001. Rencana Keperawatan Maternal Edisi 2. Jakarta: EGC.

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ida ayu, dkk 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC

Joseph, Nugroho. 2010. Ginekologi & Obstetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika

Kusmiyati, et al. 2008. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Bina Pustaka.

Manuaba. 2000. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium: Yogyakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik (SDKI). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (SIKI). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (SLKI). Jakarta: DPP PPNI.

Purwaningsih, Wahyu dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta: Nuha


Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Cetakan Keempat. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rohmah, Nikmatur dkk. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media.

Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai