Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan Epidemi HIV (Human Immunnedeficiency Virus)/AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) terus meningkat dengan cepat di dunia
sehingga HIV/AIDS menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terkecuali di Jawa Timur dan Surabaya.
HIV adalah virus yang termasuk dalam golongan retrovirus yang dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh manusia. Acquired Immunodefficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat
penurunan daya tahan tubuh seseorang karena adanya infeksi HIV (Astindari &
Lumintang, 2014). Kasus HIV sampai dengan tahun 2016 dilaporkan sebanyak
7.416. Sedangkan untuk jumlah kasus AIDS yang dilaporkan tahun 2016
sebanyak 305 (KEMENKES RI, 2016). Kasus terbanyak ditemukan pada
kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks
dan pasangan/pelanggannya, homoseksual, dan bayi yang tertular dari ibunya
(Astindari & Lumintang, 2014).
Kasus HIV tersebar di seluruh kecamatan di Kota Surabaya sehingga
epidemiologi HIV merupakan suatu tantangan dan salah satu masalah kesehatan
yang paling rumit di Kota Surabaya, maka keberhasilan penanggulangan HIV-
AIDS di Kota Surabaya tidak saja akan memberikan manfaat bagi Kota Surabaya
tetapi juga penanggulangan AIDS di tingkat provinsi dan nasional
(Suryaningdiah, 2016).
HIV merupakan virus yang bersifat menginfeksi sel-sel dari sistem
kekebalan tubuh, Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Secara bertahap sistem
kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan menyebabkan fungsi
kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh yang rusak akan mengakibatkan daya
tahan tubuh berkurang bahkan hilang, sehingga penderita akan menampakkan
gejala-gejala akibat infeksi oportunistik (Thomas et al. 2017).

1
Pada tahun 2017 Puskesmas Sememi memiliki populasi kunci (ODHA
(Orang dengan HIV/AIDS)) dampingan sebanyak 11 orang. Berdasarkan
kunjungan poli gigi Puskesmas Sememi didapatkan hasil yang rendah pada
kunjungan ke dokter gigi yakni, sebanyak 12,5% sehingga, didapatkan kesulitan
untuk mendeteksi masalah gigi dan mulut ODHA.
Pada penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa seseorang yang
terinfeksi HIV memiliki resiko karies lebih besar dibandingkan dengan yang tidak
terinfeksi HIV, seperti pembesaran kelenjar saliva dan penurunan fungsi dari
kelenjar saliva. Pada penderita HIV terjadi penurunan yang progresif pada CD4+
limfosit T yang dapat merubah flow saliva dan merusak sistem imun sehingga
menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri pada rongga mulut yang
menunjukkan bahwa bakteri kariogenik juga meningkat (Fatmawati 2011).
Karies merupakan salah satu penyakit di rongga mulut yang prevalensinya
di Indonesia masih cukup tinggi. Karies merupakan suatu penyakit infeksi pada
jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum. Karies disebabkan aktivitas
mikroba pada suatu karbohidrat yang mengalami fermentasi. Kecepatan
pembentukan asam oleh Streptococcus mutans berhubungan dengan terjadinya
karies (Fatmawati 2011).
Hal-hal tersebut diatas, mendasari kelompok kami untuk meneliti
mengenai gambaran hubungan antara infeksi HIV dengan karies pada pasien
dengan HIV-AIDS di Puskesmas Sememi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran karies pada pasien HIV-AIDS di wilayah Puskesmas
Sememi pada periode Desember 2017?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi risiko peningkatan karies pada pasien HIV-AIDS di
wilayah Puskesmas Sememi pada periode Desember 2017.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran karies pada pasien HIV-AIDS di wilayah Puskesmas
Sememi pada periode Desember 2017.
2. Mengetahui jumlah karies pada pasien HIV-AIDS di wilayah Puskesmas
Sememi pada periode Desember 2017 menggunakan indeks DMF-T
3. Mengetahui salivary flow rate pada pasien HIV-AIDS di wilayah Puskesmas
Sememi pada periode Desember 2017.

1.3.2 Manfaat Penelitian


Data yang diperoleh mengenai gambaran karies pada pasien HIV-AIDS di
wilayah Puskesmas Sememi pada periode Desember 2017 dapat dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan upaya preventif, promotif serta kuratif karies pada
penderita HIV-AIDS sehingga dapat meningkatkan kesadaran dalam
meningkatkan kebersihan dan kesehatan rongga mulut.

Anda mungkin juga menyukai