Anda di halaman 1dari 34

PENINGKATAN KOMPETENSI SDM

berbasis sistem informasi geografis dalam inventarisasi dan


pengelolaan sumberdaya wilayah

Oleh
Deputi Infrastruktur Informasi Geospasial – Badan Informasi Geospasial

Disampaikan Oleh
Dr Suprajaka Kepala Pusat Standardisasi dan kelembagaan IG
Dalam Acara: Seminar Nasional Magister Geografi UGM
Yogyakarta, 18 November 2017
kriteria
60

50

40

30

20

10

0
TIM A TIM B TIM C TIM D

K S A
Penguatan Infrastruktur IG Nasional, yang meliputi:
Kebijakan/Regulasi, Kelembagaan, Teknologi, SDM (percepatan sertifikasi profesi bidang IG), serta
Standar yag terkait dengan Informasi Geospasial

kriteria
60
JIGN
50

40
Hukum & Kebijakan

30
Kelembagaan
Pengaturan

Teknologi

Standar
SDM

20

10

0
TIM A TIM B TIM C TIM D

K S A
TREN MASA DEPAN: APA YANG HARUS DILAKUKAN?

OTOMATISASI:
Kesempatan atau Beban?

Strategi untuk displaced workers:


o Meningkatkan keahlian tenaga kerja:

52,6 JUTA 1. Skill baru yang mendukung otomatisasi;


2. Keahlian yang tidak dapat dilakukan mesin
(softskill, seperti berpikir logis, coaching, pemecahan
TENAGA KERJA masalah, kreativitas, dsb;
POTENSIAL
TERGANTIKAN AKIBAT 3. Meningkatkan pendidikan, terutama bidang
STEM, dan softskill;
OTOMATISASI 4. Memfasilitasi retraining dan income benefit.
o Menciptakan lapangan kerja baru dengan
pengembangan kewirausahaan yang menerapkan Sumber :
teknologi dalam proses produksi. Staff Ahli Menteri PPN 2017
o Memantapkan pelaksanaan perlindungan sosial.
MASIH DIJUMPAI SKILL MISMATCH

5.50% 10.30% 7.00%


25.90% 22.00%
80% 47.50% 39.10% 35.70% 42.00%
51.00% 37.00%
60% 77.30%
40% 88.90%
72.40% 78.00%
54.30% 58.70%
49.00% 52.50% 55.50% 56.00%
20%
22.70%
0% 6.50%
0.00%
Legislators, Professionals Technicians Office clerks Service workers Skilled Craft and Plant and Elementary Total
senior officials and associate and market andagricultural and related trade machine occupations
and managers professionals sales workers fishery workers workers operators and
assemblers
Sumber: Labour and Social Trends in Indonesia 2014-2015: Under-qualified Sesuai Over-qualified
Strengthening competitiveness and productivity through
decent work, berdasarkan Sakernas Agustus 2014

60% tenaga kerja berpendidikan SMP ke


bawah, sehingga skill mismatch tinggi.
• Sebagian besar jenis pekerjaan diisi oleh tenaga
kerja yang under-qualified (mempunyai latar
Sumber : belakang pendidikan lebih rendah daripada
Staff Ahli Menteri PPN 2017 kebutuhan).
• Tenaga profesional 77% sudah sesuai.
Pengembangan SDM Bidang Informasi Geospasial
SDM DAN INDUSTRI PELAKSANA IG YANG HANDAL
Tujuan UU-IG ( UU No. 4 Thn 2011 Pasal 3)
a. menjamin ketersediaan dan akses terhadap Informasi Geospasial (IG) yang dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Mewujudkan penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna melalui
kerjasama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
c. Mendorong penggunaan IG dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Tidak akan tercapai tanpa dukungan SDM dan industri/penyedia jasa IG yang handal

(Pasal 54 – 55 UUIG)
a. Pelaksanaan IG orang perseorangan wajib memenuhi kualifikasi kompetensi yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh kelompok orang wajib memenuhi kualifikasi
sebagai kelompok yang bergerak di bidang IG sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh badan usaha wajib memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis.
PENYELENGGARAN IG

SDM TERAMPIL DAN AHLI


 Pengumpulan,
 Pengolahan,
 Penyimpanan dan
Pengamanan.
 Penyebarluasan,
 Penggunaan IG

8
48 Tahun MEMBANGUN INFOMASI GEOSPASIAL
Menteri PPN/
Kepala Bapenas
Penyelenggaraan IGD “Untuk mendukung perencanaan
yang lengkap, akurat, pembangunan nasional, Indonesia
andal. membutuhkan informasi geospasial
dalam jumlah besar dengan berbagai
Pembinaan dan resolusi. Hingga saat ini baru 21
Pengintegrasian IGT
persen kebutuhan informasi
geospasial yang bisa dipenuhi oleh
Berbagi Pakai dan
BIG dan sejumlah instansi
Penyebarluasan serta
Penggunaan IG
(24 Oktober 2017)
48 Tahun MEMBANGUN INFOMASI GEOSPASIAL
Program Skala
Menteri PPN/
Kebijakan Satu Peta 1 : 50.000
Kepala Bapenas
Tol Laut (Pembangunan
Penyelenggaraan IGD “Untuk mendukung perencanaan 1 : 10.000
Pelabuhan Baru)
yang lengkap, akurat, pembangunan nasional, Indonesia
Pemetaan Desa 1 : 5.000
andal. membutuhkan informasi geospasial
Recana Detil Tataruang (RDTR) 1 : 5.000
dalam jumlah besar dengan berbagai
Pembinaan dan resolusi. Hingga saat ini baru 21 Pengelolaan Kawasan Gambut 1 : 2.500
Pengintegrasian IGT Pembangunan KEK dan KI 1 : 1.000
persen kebutuhan informasi
geospasial yang bisa dipenuhi oleh Pembangunan Kota Cerdas 1 : 1.000
Berbagi Pakai dan
BIG dan sejumlah instansi
Penyebarluasan serta Percepatan Sertifikasi Tanah 1 : 500 -5.000
Penggunaan IG
(24 Oktober 2017)
48 Tahun MEMBANGUN INFOMASI GEOSPASIAL
Program Skala
Menteri PPN/
Kebijakan Satu Peta 1 : 50.000
Kepala Bapenas
Tol Laut (Pembangunan
Penyelenggaraan IGD “Untuk mendukung perencanaan Pelabuhan Baru)
1 : 10.000
yang lengkap, akurat, pembangunan nasional, Indonesia
Pemetaan Desa 1 : 5.000
andal. membutuhkan informasi geospasial
Recana Detil Tataruang (RDTR) 1 : 5.000
dalam jumlah besar dengan berbagai
Pembinaan dan Pengelolaan Kawasan Gambut 1 : 2.500
resolusi. Hingga saat ini baru 21
Pengintegrasian IGT Pembangunan KEK dan KI 1 : 1.000
persen kebutuhan informasi
geospasial yang bisa dipenuhi oleh Pembangunan Kota Cerdas 1 : 1.000
Berbagi Pakai dan
BIG dan sejumlah instansi
Penyebarluasan serta Percepatan Sertifikasi Tanah 1 : 500 -5.000
Penggunaan IG
(24 Oktober 2017)
Cakupan Belum Ketersediaan
Ketersediaan
Skala Nasional Tersedia s.d 2016
s.d 2016 (NLP)
(NLP) (NLP) (%)
1:1.000 - - - -
1:2.500 - - - -
1:5.000 377824 1774 374245 0.47%
1:10.000 91547 1074 90473 1.17%
1:25.000 13036 4777 8259 36.64%
1:50.000 3899 3402 497 87.25%
1:100.000 1259 26 1233 2.07%
1:250.000 309 309 0 100.00%
1:500.000 103 103 0 100.00%
1:1.000.000 37 37 0 100.00%
PERMASALAHAN dan TANTANGAN
Pengembangan SDM IG di Indonesia

 SDM IG yang kuantitas dan kualitasnya belum mencukupi kebutuhan.


 Mandat Undang Undang No 4 tentang IG Pasal 49 (ayat 1 dan ayat 2), mengamanatkan
bahwa setiap pengguna peta berhak mengetahui kualitas IG yang diperolehnya.
Penyelenggaraan IG wajib memberitahukan kualitas setiap IG yang diselenggarakannya, hal
ini memberikan konsekwensi :
1. SDM IG yang bersertifikasi.
2. Standar Kualifikasi Kompetensi SDM sesuai dengan kebutuhan Industri.
 BIG Selaku Competent Authority Bidang Surveying, diberi mandat oleh Sekretariat ASEAN untuk MRA
dan menunjuk Indonesia untuk melakukan harmonisasi Pendidikan Surveying.
 Diperlukan suatu strategi dalam menghadapi liberalisasi jasa surveying ASEAN, mengingat:
1. Bahwa Indonesia merupakan pasar terbesar dalam bidang IG.
2. Industri IG tidak berkembang dengan baik, indikasinya perkembangan jumlah industri
sangat kecil, tidak terserapnya tenaga-tenaga lulusan SMK dan Perguruan Tinggi.
3. Lulusan SMK/PT belum siap pakai.
 Belum tersedianya strategi yang komprehensif dalam menghadapi liberalisasi jasa surveying
ASEAN,

12
Pelaksanaan IG oleh Industri (Badan Usaha) - Pasal 56
(1) Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh badan usaha wajib
memenuhi:
a. Persyaratan administratif, b. Persyaratan teknis

(3) Persyaratan teknis meliputi:


a. Memiliki sertifikat yang memenuhi klasifikasi dan kualifikasi
sebagai penyedia jasa di bidang IG dan
b. Memiliki tenaga profesional yang tersertifikasi di bidang IG.

(4) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a


dilakukan oleh lembaga independen yang telah mendapat
akreditasi dari Badan.

(5) Sertifikat tenaga profesional diterbitkan oleh lembaga yang


berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Kepala Badan.
6% Jawa
Status 2%
3%
2% Kalimantan
SDM IG 1%
Maluku
Nasional 4%
Nusa
Tenggara
Papua

82% Sumatera

Sulawesi

Tahun Proyeksi SDM IG Gap Pemenuhan Rencana


Kebutuhan Tersedia SDM IG SDM IG Pemenuhan
2015 31.500 8.584 22.917 22.917
2016 32.414 11.084 23.830 2.500 21.330
2017 33.353 13.584 22.270 2.500 19.770
2018 34.321 16.084 20.737 2.500 18.237
2019 35.316 18.584 19.233 2.500 16.733
2020 36.340 21.084 17.757 2.500 15.257
2021 37.394 23.584 16.311 2.500 13.811
2022 38.479 26.084 14.895 2.500 12.395
2023 39.594 28.584 13.511 2.500 11.011
2024 40.743 31.084 12.159 2.500 9.659

Hasil Survei BIG tahun 2015. Kebutuhan SDM untuk surveyor kadaster berlisensi, dan pemetaan
Proyeksi Kebutuhan SDM IG Berdasarkan Pendidikan
SRVTRTS HDGRFI FTGMTR INDERAJA SIG KARTO
TAHUN SMK S1 SMK S1 SMK S1 SMK S1 SMK S1 SMK S1
2015 5.322 2.281 123 288 2.622 1.748 657 986 2.745 4.118 1.014 1.014
2016 4.953 2.123 115 268 2.440 1.627 612 918 2.555 3.833 943 943
2017 4.591 1.968 106 248 2.262 1.508 567 851 2.368 3.552 874 874
2018 4.235 1.815 98 229 2.086 1.391 523 785 2.185 3.277 807 807
2019 3.886 1.665 90 210 1.914 1.276 480 720 2.004 3.006 740 740
2020 3.543 1.518 82 192 1.745 1.164 438 657 1.828 2.741 675 675
2021 3.207 1.374 74 173 1.580 1.053 396 594 1.654 2.481 611 611
2022 2.878 1.234 67 156 1.418 945 356 533 1.485 2.227 548 548
2023 2.557 1.096 59 138 1.260 840 316 474 1.319 1.978 487 487
2024 2.243 961 52 121 1.105 737 277 416 1.157 1.736 427 427

Sumber : Survei SDM IG dan Analisis Data, 2015


Keterangan : SRVTRTS (Survei Terestris), HDGRFI (Hidrografi), FTGMTR (Fotogramaetri), INDERAJA (Penginderaan Jauh), SIG (Sistem
Informasi Geografi), KARTO (Kartografi)

15
Gambaran Umum SDM IG
Kompetensi SDM IG Saat Ini

Gambaran Umum SDM IG Gambaran SDM IG Berdasarkan Fungsi Kunci KKNI IG

Sumber : Survei SDM IG dan Analisis Data, 2015


Keterangan : SRVTRTS (Survei Terestris), HDGRFI (Hidrografi), FTGMTR (Fotogramaetri), INDERAJA (Penginderaan Jauh), SIG (Sistem Informasi Geografi), KARTO (Kartografi)
KKNI – Bidang Informasi Geospasial
 Secara umum, kondisi industri IG nasional memerlukan
Penguasaan Unit Keahlian
Berdasarkan KKNI IG penguatan agar dapat mengejar kemajuan negara-negara
ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.

 Sebagian besar industri IG nasional masih sangat bergantung


dari proyek-proyek pemerintah pusat (APBN) maupun daerah
(APBD).

 Menghadapi era pasar regional dan global, dituntut kualitas


SDM IG dengan standar yang berdasarkan skema okupasi SKKNI
IG dan juga sesuai dengan kebutuhan industri IG, seperti :
Kadaster, Mining and Agriculture, Mapping/Geospatial services,
Engineering & Infrastructure Survey, Off shore and Marine
Surveying, serta Geospatial Science.

Sumber : Survei SDM IG dan Analisis Data, 2015


 Arah pengembangan SDM IG : Penguatan daya saing SDM IG
Keterangan : SRVTRTS (Survei Terestris), HDGRFI (Hidrografi), FTGMTR dan industri IG secara simultan, dengan mengedepankan
(Fotogramaetri), INDERAJA (Penginderaan Jauh), SIG (Sistem Informasi Geografi), pemenuhan standar, kompetensi softskill, dan sertifikasi yang
KARTO (Kartografi)
berlaku di pasar regional maupun dunia.
TANTANGAN LIBERALISASI SURVEYING ASEAN

1. Indonesia merupakan pasar industri surveying terbesar ASEAN dan


ke depan cenderung semakin besar.
2. Jumlah Surveyor Indonesia masih jauh dari cukup dari kebutuhan.
3. Perangkat perundang-undangan IG masih belum cukup lengkap.
dalam mengantisipasi liberalisasi surveying.
4. Industri IG Indonesia masih belum cukup tangguh dan kompetitif
pada tingkat regional dan global.
5. Belum ada data lengkap kekuatan SDM dan industri IG kompetitor.

18
48 Tahun MEMBANGUN INFOMASI GEOSPASIAL
Program Skala
Menteri PPN/
Kebijakan Satu Peta 1 : 50.000
Kepala Bapenas
Tol Laut (Pembangunan
Penyelenggaraan IGD “Untuk mendukung perencanaan 1 : 10.000
Pelabuhan Baru)
yang lengkap, akurat, pembangunan nasional, Indonesia
Pemetaan Desa 1 : 5.000
andal. membutuhkan informasi geospasial
Recana Detil Tataruang (RDTR) 1 : 5.000
dalam jumlah besar dengan berbagai
Pembinaan dan resolusi. Hingga saat ini baru 21 Pengelolaan Kawasan Gambut 1 : 2.500
Pengintegrasian IGT Pembangunan KEK dan KI 1 : 1.000
persen kebutuhan informasi
geospasial yang bisa dipenuhi oleh Pembangunan Kota Cerdas 1 : 1.000
Berbagi Pakai dan
BIG dan sejumlah instansi
Penyebarluasan serta Percepatan Sertifikasi Tanah 1 : 500 -5.000
Penggunaan IG
(24 Oktober 2017)
Tahapan Kebijakan Satu Peta
COMPILATION INTEGRATION SYNCHRONIZATION

20
Program Kebijakan Satu Peta: Jadwal dan Kawasan

2017

2016 2017
2018
2018

2018 Penyempurnaan
2017 2019
Hasil KSP

21
Data IGT Terintegrasi INDONESIA yang ada di Ina-Geoportal BIG (September 2017)
Perpres No.9/2016, KSP

Penyelenggaraan IGT
Kesepakatan Satu Peta Tematik

23
Sistem Pelaporan dari Aparat
Desa maupun Masyarakat

Integrasi Data MODEL DASHBOARD


Batas Wilayah, Persil BPN dan TNP2K SISTEM INFORMASI DESA BERBASIS GEOSPASIAL
ke Dalam SISTEM INFORMASI DESA BERBASIS GEOSPASIAL

Model Pemanfaatan SID


Untuk Analisis Pemberian Bantuan ke Desa 24
Regulasi SKKNI Bidang IG
Standard Kompetensi Kerja Nasional Bidang Informasi Geospasial

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN RI


NOMOR : 95 Tahun 2017
Tentang Konsensus Nasional KKNI
PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
KATEGORI AKTIVITAS PROFESIONAL ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK AKTIVITAS ARSIKTEKTUR DAN KEINSINYURAN, 1 Agustus 2017
ANALISIS DAN UJI TEKNIS BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

Konsensus
Nasional
KKNI
Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi
Pengembangan SDM berbasis kompetensi
sudah menjadi Tuntutan Dunia Profesional.
 Sudah ada RUU pengupahan berbasis
kompetensi.
 Sudah ada standar biaya berbasis kompetensi

Pengembangan SDM IG dilakukan melalui dua


pendekatan yaitu:
 Untuk ASN, dilakukan melalui Jabatan fungsional
Surta yang dibina oleh BIG
 Untuk Profesional, dilakukan melalui sistem
Survei
akreditasi-sertifikasi yang dilaksanakan melalui Kewilayahan
kerjasama BIG (KKPK), serta KAN dan BNSP

Perlu harmonisasi antara kebutuhan SDM


dengan kurikulum pendidikan formal dan
diklat/kursus  perlu SKKNI - IG
Harmonisasi Sistem Akreditasi dan Sertifikasi
SDM Profesional Bidang IG
 UU IG no. 4/2011 mengamanatkan bahwa setiap pelaksana Informasi Geospasial
baik perorangan, kelompok orang, badan usaha maupun tenaga profesional
dalam badan usaha harus berkualitas tinggi yang dibuktikan adanya sertifikat
kompetensi.
 78% APBN BIG untuk kegiatan pemetaan dilakukan oleh pihak ketiga/industri
geospasial. Oleh karena itu industri geospasial beserta sumberdaya manusianya
harus berkualitas baik.
 Mulai 2018 semua industri geospasial yang mengerjakan pekerjaan BIG harus
tersertifikasi. Karena itu BIG bekerja sama dengan KAN dan BNSP untuk proses
akreditasi-sertifikasinya.
 Berkaitan dengan kegiatan sertifikasi ini, ada 3 kategori pelaku yaitu pengguna
adalah BIG, penjamin mutu kelembagaan dalam bentuk akreditasi adalah KAN
dan penjamin mutu sertifikasi yaitu BNSP.
 Sistem yang dibangun dalam proses sertifikasi adalah pertama skema sertifikasi
dikembangkan oleh BIG karena BIG mengetahui apa yang dibutuhkan. Lalu KAN
akan memberikan akreditasi kepada lembaga sertifikasi. Kemudian BNSP akan
memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi tersebut.
KAN BIG BNSP
Komponen dari
Teknologi
Geospasial KONSTRUKSI
LPJK

PPT
MIGAS MIGAS

Lisensi LEMBAGA
Kadaster ATR PENILAIAN
KESESUAIAN

IG, Sawit
Tambang, LSP
Kelautan, dll
Ref.: Global Geospatial Industry Outlook 2017
BIG, KAN dan BNSP Bersinergi
Menuju Sertifikasi Profesi Bidang Geospasial

17 Oktober 2017
MENUJU ONE CERTIFICATE POLICY BIDANG IG

Lisensi BNSP Akreditasi BIG dan KAN


berdasarkan akreditasi berdasarkan skema yang
BIG dan KAN ditetapkan BNSP

Lisensi Akreditasi
BNSP LSP KAN
2 1
BIG

Registrasi
Registrasi BIG
berdasarkan Lisensi 3
BNSP

BIG
KONSEP
IGU, IHO, ONE CERTIFICATE
FIG, ICA.. etc POLICY (OCP)
Profesi Project

Jab.
SERTIF JAB Fungsio
Profesi PROJECT
nal

Sertifikasi Kompetensi
OCP Kerja
Skema
Pendidikan Sertifikasi
Konsep Pengembangan SDM Informasi Geospasial
SKKNI
Pendidikan Universitas
Akademik +
Instansi Pemerintah Profesi
BIG + KAN + BNSP SKKNI SKKNI
Memelihara
Kompetensi : Diklat/Pelatihan Lembaga
Akreditasi, Sertifikasi, Profesi Pelatihan IG
Lisensi
UNSUR
KEPROFESIAN

Memelihara Memelihara
Kode Etik Keahlian (CPD)
Asosiasi Profesi
Dewan
dan Industri
Geospasial
Sumber: Poerbandono 2016
TECHNICAL AND VOCATIONAL KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN RI NOMOR : 95 Tahun 2017 Tentang PENETAPAN
EDUCATION AND TRAINING STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI AKTIVITAS PROFESIONAL ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK AKTIVITAS
ARSIKTEKTUR DAN KEINSINYURAN, ANALISIS DAN UJI TEKNIS BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL
TVET NASIONAL
Pihak yang Terlibat

PILAR PERTAMA ▪ Asosiasi Industri


Standar Kompetensi ▪ Asosiasi Profesi
Peta Okupasi
Modul dan Kurikulum
SISTEM
AKREDITASI DAN Lembaga Diklat
▪ Instruktur
SERTIFIKASI PILAR KEDUA
▪ Tenaga
Program Diklat Berbasis Kompetensi Pengajar/Guru
▪ Koordinator dan
Pemagangan Berbasis Kompetensi Pengurus Lembaga
TENAGA KERJA DIklat
KOMPETEN BIDANG
INFORMASI
Lembaga
GEOSPASIAL PILAR KETIGA Sertifika
Sertifikasi Kompetensi si Profesi

19
TERIMA KASIH
6.490°S 106.849°E

BELAJAR 5 As (KERAS, CERDAS, TUNTAS, MAWAS, IKHLAS)


34

Anda mungkin juga menyukai