OLEH:
DANIAL BULU
1805030121
E-4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbagai produk olahan daging antara lain bakso, nugget, dendeng, sosis, abon dan lain-
lain. Produk olahan susu antara lain ice cream, yogurt, keju, susu skim dan lain-lain. Untuk
produk olahan telur antara lain telur asin, telur pindang, egg nog, tepung telur dan lain-
lain. Bahan pangan hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan pangan
nabati. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada bahan
pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya simpan ini terkait
dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan hewani tidak memiliki jaringan
pelindung yang kuat dan kokoh sebagaimana pada hasil tanaman. Bahan pangan hewani
bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.
Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa
digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur. Nugget adalah suatu
bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang dicetak dalam bentuk
potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dan braded). Nugget
dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam (deep fat frying). Nugget dibuat dari daging
giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk tertentu,
dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti tepung roti (breading).
Nugget digoreng setengah matang dan dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama
penyimpanan. Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu
produk yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian
dibekukan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama 1 menit
pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung dari bahan asalnya.
Nugget merupakan suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling
yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi. Potongan ini kemudian dilapisi tepung
berbumbu (battered dan breaded). Nugget dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam
(deep frying). Produk nugget dapat dibuat dari daging sapi, ayam, ikan dan lain-lain, tetapi yang
populer di masyarakat adalah nugget ayam. Bahan baku daging untuk nugget, dapat
menggunakan bagian daging dari karkas. Jenis daging ini bernilai ekonomis rendah (misalnya
karena cacat, bukan karena telah rusak atau tidak segar) jika dijual dalam bentuk utuh. Dengan
dibuat ke dalam bentuk nugget maka nilai ekonomisnya menjadi jauh lebih tinggi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara mengolah hasil ternak
yaitu pembuatan nugget dari daging ayam agar hasil olahan ternak bernilai ekonomis dan gizi
yang tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daging Ayam
Nuggets dibuat dari daging ayam (65 %) dengan penambahan pati (20 %) dan bumbu-
bumbu seperti garam, bawang putih, merica dan air (15 %). Menurut Hui (1991), penambahan
pati atau (tapioka) berfungsi sebagai binding (pengikat) dan shaping (pembentuk) serta
berperan mengurangi biaya produksi. Tapioka adalah pati dari singkong, kandungan
amilopektinnya tinggi, tidak mudah menggumpal, daya letaknya tinggi, tidak mudah pecah atau
rusak, suhu gelatinisasi yang relative rendah. suhu geletanisasi tapioka berkisar 52-64º C.
Gelatinisasi merupakan proses pengembangan granula pati yang terjadi akibat dari pemanasan
yang terjadi pada proses pembuatan nuggets dimana pemanasan dilakukan pada suhu sekitar
95º C selama 50 menit(Nurzainah,2006). Pembuatan chicken nugget pada umumnya hanya
menggunakan daging dari bagian dada. Daging dari bagian ini banyak disukai konsumen karena
kandungan lemaknya rendah, serabut dagingnya seragam dan warnanya yang terang. Namun
hal ini akan mengakibatkan tingginya biaya produksi yang pada akhirnya akan menyebabkan
tingginya harga jual produk chicken nugget. Oleh karena itu perlu diupayakan alternatif
pembuatan chicken nugget dengan tanpa mengurangi nilai gizi maupun daya terima konsumen
dengan cara pembuatan chicken nugget dari berbagai bagian karkas broiler, sehingga bisa
menekan biaya produksi yang pada akhirnya akan lebih bisa diterima konsumen karena
harganya yang terjangkau (Sutaryo,2006).
B. Chicken Nugget
Nugget ayam sangat kaya akan asam amino lisin, yaitu suatu asam amino esensial yang
kadarnya sangat rendah pada bahan pangan pokok, seperti beras, jagung, ubi, sagu, dan lain-
lain. Mengkonsumsi nasi dengan menggunakan nugget ayam sebagai lauknya, merupakan hal
yang sangat tepat ditinjau dari segi gizi. Nugget ayam sesekali juga baik untuk dijadikan sumber
protein untuk mendukung proses tumbuh kembang anak-anak balita.Nugget ayam juga
merupakan bahan pangan sumber niasin (vitamin B3), vitamin B6, asam pantotenat dan
riboflavin (vitamin B2), dengan sumbangan masing-masing terhadap kebutuhan per hari
mencapai 68, 34, 16, dan 16 persen. Selain itu nugget ayam juga sumber mineral selenium,
fosfor, dan zinc (Amertaningtyas, 2003)
Rasa nugget sangat bervariasi, tergantung dari komposisi bahan dan jenis bumbu yang
digunakan. Pada dasarnya nugget merupakan suatu produk olahan daging berbentuk emulsi,
yaitu emulsi minyak di dalam air, seperti halnya produk sosis dan bakso. Nugget dibuat dari
daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk
tertentu, dikukus, dipotong, dan diselimuti perekat tepung (batter) dan dilumuri tepung roti
(breading). Selanjutnya digoreng setengah matang dan dibekukan untuk mempertahankan
mutunya selama penyimpanan (Anonimous, 2009)
C. Bahan Tambahan
Susu bubuk skim dan Tepung adalah Bahan pengikat memiliki kandungan protein yang
lebih tinggi dan dapat meningkatkan emulsifikasi lemak dibandingkan dengan bahan pengisi.
Bahan pengikat dalam adonan emulsi dapat berfungsi sebagai bahan pengemulsi. Bahan
pengikat juga berfungsi mengurangi penyusutan pada waktu pengolahan dan meningkatkan
daya ikat air. Protein dalam bentuk tepung dipercaya dapat memberikan sumbangan terhadap
sifat pengikatan. Pengikat terdiri menurut asalnya bahan dari bahan pengikat yang berasal dari
hewan dan tumbuhan. Bahan pengikat hewani antara lain susu bubuk skim dan tepung ikan
(Anonymous, 2012).
Merica atau lada (Paperningrum) termasuk divisi Spermathophyta yang sering
ditambahkan dalam bahan pangan. Tujuan penambahan merica adalah sebagai penyedap
masakan dan memperpanjang daya awet makanan. Lada sangat digemari karena memiliki dua
sifat penting yaitu rasa pedas dan aroma khas. Rasa pedas merica disebabkan oleh adanya zat
piperin dan piperanin, serta chavicia yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan
alkaloida (Rismunandar, 1993).
Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan dan berguna untuk meningkatkan
konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk
dan rupa produk (Winarno et al. 1980).
Pembuatan nugget memerlukan bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih dan
merica (Aswar, 1995). Garam merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan dan
digunakan sebagai penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam tidak boleh
terlalu banyak karena akan menyebabkan terjadinya penggumpalan (salting out) dan rasa
produk menjadi asin. Garam biasanya terdapat secara alamiah dalam makanan atau
ditambahkan pada waktu pengolahan dan penyajian makanan. Makanan yang mengandung
kurang dari 0,3% garam akan terasa hambar dan tidak disukai (Winarno dan Fardiaz, 1973).
Konsentrasi garam yang ditambahkan biasanya berkisar 2 sampai 3% dari berat daging yang
digunakan (Aswar, 1995).
Bawang putih (Allium sativum L.) berfungsi sebagai penambah aroma serta untuk
meningkatkan cita rasa produk. Bawang putih merupakan bahan alami yang ditambahkan ke
dalam bahan makanan guna meningkatkan selera makan serta untuk meningkatkan daya awet
bahan makanan. Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengandung
komponen sulfur (Palungkun dan Budiarti,1992).
D. Pembuatan Nugget
Pembuatan nugget mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang disertai oleh
pencampuran bumbu, es dan bahan tambahan, pengukusan dan pencetakan, pelapisan perekat
tepung dan pelumuran tepung roti, penggorengan awal (pre-frying) dan pembekuan (Aswar,
2005). Tahapan pembuatan nugget adalah sebagai berikut :
1. Penggilingan
Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15ºC, yaitu dengan menambahkan
es pada saat penggilingan daging (Tatono, 1994). Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah
denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Pada proses penggilingan daging terjadi gesekan-
gesekan yang dapat menimbulkan panas. Air yang ditambahkan ke dalam adonan nugget pada
waktu penggilingan daging keong sawah dalam bentuk serpihan es. Air es digunakan untuk
mempertahankan temperatur selama pendinginan. Air es selain berfungsi sebagai fase
pendispersi dalam emulsi daging, juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan
sebagai pelarut garam yang akan melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).
2. Pengukusan
Menurut Fellow (2000), perekat tepung (batter) adalah campuran yang terdiri dari air,
tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk sebelum dimasak.
Pelumuran tepung roti (breading) merupakan bagian yang paling penting dalam proses
pembuatan produk pangan beku dan industri pangan yang lain. Coating adalah tepung yang
digunakan untuk melapisi produk–produk makanan dan dapat digunakan untuk melindungi
produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpangan. Breading dapat membuat produk
menjadi renyah, enak dan lezat. Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya
menggunakan batter dan breading. Batter yang digunakan dalam pembuatan nugget berupa
tepung halus dan berwarna putih, bersih dan tidak mengandung benda–benda asing. Tepung
roti harus segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, warnanya cemerlang,
serpihan rata, tidak berjamur dan tidak mengandung benda-benda asing (BSN, 2002).
4. Penggorengan
E. Bahan Pengikat
Bahan pengikat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan
emulsifikasi lemak dibandingkan dengan bahan pengisi. Bahan pengikat dalam adonan emulsi
dapat berfungsi sebagai bahan pengemulsi (Afrisanti, 2010). Bahan pengikat juga berfungsi
mengurangi penyusutan pada waktu pengolahan dan meningkatkan daya ikat air. Protein dalam
bentuk tepung dipercaya dapat memberikan sumbangan terhadap sifat pengikatan. Pengikat
terdiri menurut asalnya bahan dari bahan pengikat yang berasal dari hewan dan tumbuhan.
Bahan pengikat hewani antara lain susu bubuk skim dan tepung ikan (Afrisanti, 2010).
F. Bahan Pengisi
Bahan pengisi merupakan sumber pati yang ditambahkan dalam produk restrukturisasi
untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi sebagian daging sehingga biaya dapat
ditekan (Rahayu, 2007). Fungsi lain dari bahan pengisi adalah membantu meningkatkan volume
produk. Menurut Winarno (1997) pati terdiri atas dua fraksi yang dapat terpisah dengan
airpanas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut
disebutamilopektin.Fraksiamilosa berperan penting dalam stabilitas gel, karena sifathidrasi
amilosa dalam pati yang dapat mengikat molekul air dan kemudian membentuk massa yang
elastis. Stabilitas ini dapat hilang dengan penambahan air yang berlebihan. Bahan pengisi yang
umum digunakan pada pembuatan nugget adalah tepung (Afrisanti, 2010).
G. Bumbu-bumbu
H. Organoleptik
Sifat sensoris ini tidak dapat dikenal dengan mudah, dapat dirasakan tapi sulit untuk
dilukiskan. Kesulitannya terletak dalam memilih pernyataan yang tepat secara utuh yang dapat
memperjelas sifat tersebut. Uji organoleptik yang dilakukan pada percobaan ini memakai
difference test dengan metode scoring. Pada metode ini sample-sampel yang akan diuji telah
diberi kode terlebih dahulu. Panelis independent akan menguji warna, rasa, aroma, mouth feel
dan finger feel dari “chicken nugget” bahan uji, dan mencatat hasilnya berdasarkan tingkat
skala yang diberikan (Marsudi,2008)
2. Loyang, 7. Wajan
3. Kompor 8. Spatula
4. Pisau 9. Piring
5. Garpu
4. Tepung sagu
6. Garam secukupnya
9. Gula secukupnya
C . Cara Kerja:
2. Setelah daging ayam matang, suir – suir daging ayam didalam baskom sambil di dinginkan.
3. Masukkan tepung sagu, 1 butir telur, garam, gula, merica, bubuk kaldu ayam dan susu cair
kedalam baskom yang berisi daging ayam dan aduk hingga rata.
4. Setelah rata, siapkan loyang dan ratakan dengan sedikit minyak. Kemudian masukkan adonan
nugget kedalam loyang lalu kukus sampai matang kurang lebih 30 menit.
5. Angkat dan dinginkan adonan nugget yang telah dikukus. Lalu potong – potong sesuai selera.
6. Siapkan piring dan kocok telur. Lumuri potongan nugget dengan telur dan lumuri dengan
tepung roti hingga merata.
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang
dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan sebagainya. Potongan ini kemudian dilapisi
tepung berbumbu (battered dan breaded). Produk nugget dapat dibuat dari daging sapi, ayam,
ikan dan lain-lain, tetapi yang populer di masyarakat adalah nugget ayam. Bahan baku daging
untuk nugget, dapat menggunakan bagian daging dari karkas. Jenis daging ini bernilai ekonomis
rendah (misalnya karena cacat, bukan karena telah rusak atau tidak segar) jika dijual dalam
bentuk utuh.
Nugget memiliki cita rasa yang enak sehingga menghasilkan produk yang bernilai
ekonomis tetepi kandungan nutrisi tetep tinggi. Seperti yang dikatakan Amertaningtyas, 2003
bahwa nugget mengandung asam amino yang tinggi, merupakan bahan pangan niasin (vitamin
B3), Vitamin B6, asam pantotenat dan ribovlavin (B2) serta mengandung banyak mineral
seperti selenium, fosfor dan Zinc.
Penggilingan daging dilakukan dalam keadaan daging ayam dingin (tidak telalu panas).
Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15ºC Pendinginan ini bertujuan untuk
mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Pada proses penggilingan daging terjadi
gesekan gesekan yang dapat menimbulkan panas. Air berfungsi sebagai fase pendispersi
dalam emulsi daging, juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut
garam yang akan melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).
Pada pengolahan nugget ditambahkan tepung sagu sebagai bahan pengikat agar daging
tercampur dengan telur dan bahan – bahan yang lain. Sama seperti Arfisanti . 2010 bahan
pengikat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan dapat mengemulsi lemak,
emngurangi penyusutan pada waktu pemgolahan dan meningkatkan daya ikat air. Didalam
nugget juga ditambahkan bumbu – bumbu sepeti gula, garam dan merica segai bahn penyedap
rasa untuk nugget yang dihasilkan. Garam biasanya ditambahkan dengan kadar 2 - 3% dari
berat daging yang digunakan (Aswar. 2005). Garam dan bumbu dapat memperbaiki rasa dan
aroma nugget yang dibuat. Gula dapat mempengaruhi aroma dan teksur daging dan
menetralisir rasa garam yang berlebihan (Buckle, et al, 1987) sehingga nugget yang dihasilkan
mempunyai rasa yang berimbang. Merica digunakan untuk menambahkan rasa yang sedikit
pedas dan beraroma pada nugget yang kami buat. Tujuan penambahan merica sebagai
penyedap masakan dan memperpanjang daya awet makanan (Rismunandar, 2003).
Dari hasil pengamatan, chicken nugget yang dihasilkan berwarna kuning keemasan
dengan tekstur yang lembut, padat dan enak. Adapun aroma dari nugget tersebut normal,
tekstur normal, dan rasa normal. Rasa chicken nugget sangat khas dengan rasa daging
ayam. Begitu pula dengan aroma yang dihasilkan yaitu aroma khas daging ayam sebagai bahan
baku utama pembuatan nugget. Tekstur nugget tergantung dari bahan asalnya. Nugget
dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam (deep fat frying).
Tekstur merupakan parameter yang sangat penting dalam menjaga mutu daging dan
produk turunannya. Keempukan daging adalah karakter yang krusial bagi daya terima
konsumen.Menurut (Hendronoto, 2009), kesan kekenyalan pada nugget secara keseluruhan
meliputi tekstur dan melibatkan beberapa aspek diantaranya mudah atau tidaknya gigi
berpenetrasi awal ke dalam nugget, mudah atau tidaknya dikunyah menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil, dan jumlah residu yang tertinggal setelah dikunyah.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembuatan nugget dilakukan untuk menamabah nilai nutrisi dan ekonomis pada ayam sebagai
hasil ternak. Karena didlamnya terdapat gizi selain daging ayam.
2. Didalam nugget ditambahkan telur, susu dan tepung sagu sebagai pengikat antara bahan –
bahan nugget yang tercampur dan sebagai penambah nilai protein dan pati dalam nugget dan
tepung roti untuk menghindari dehidrasi dari nugget selama pemasakan.
3. Penambahan garam, gula dan bumbu – bumbu lain seperti merica dan kaldu bubuk di
tambahkan sebagai cita rasa, penambah awet makanan dan flavour pada nugget.
B. Saran
Agar praktikum pembuatan nugget ayam ini selanjutnya bisa ditambahkan dengan
campuran bahan lain seperti sayur atau jamur untuk menambah nilai gizi pada kualitas nugget
ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Anjarsari, B. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Astawan, M. 2011. Efek atau Dampak Positif dan Negatif Mengkonsumsi Jeroan. www.
adipedia.com/2011/02/efek-dampak-positif-dannegatif.html. Diakses tanggal 28 Februari 2013.
Amertaningtyas, 2003. Peran Bawang Putih (Allium sativum) dalam Meningkatkan Kualitas Daging
Ayam Pedaging. Bagian Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner , Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Airlangga. Surabaya
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683-2002. Jakarta : Badan Standardisasi
Nasional.
Bintoro, P. 2008. Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk. Universitas Diponegoro,
SemarangMarsudi,Artikel Pembuatan Chicken Nugget. http://www.stpp-
bogor.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=36 diakses pada tanggal 10 juni 2013
Depkes, 2005. Piranti Lunak Nutriclin Versi 2.0 Edisi Kedua Subdit Gizi Klinis. Departemen Kesehatan
Indonesia, Jakarta.
Hidajati, Nove. 2005. Peran Bawang Putih (Allium sativum) dalam Meningkatkan Kualitas Daging
Ayam Pedaging. Bagian Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner , Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Airlangga. Surabaya
Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. Universitas Indonesia Press, Jakarta. (Diterjemahkan oleh :
Aminuddin Parakkasi).
Legowo, A., Nurwantoro dan Sutaryo. 2005. Analisis Pangan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugitha, 1995 Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama Penyimpanan
Temperatur Ruang. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang
Sutaryo dkk. 2006. Kadar Kolesterol, Keempukan dan Tingkat Kesukaan Chicken Nugget Dari
Berbagai Bagian Karkas Broiler.Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Diponegoro, Kampus Baru UNDIP Tembalang
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jtptunimus-gdl-trilistian-6432-3-babii.pdf (Diakses Tanggal
11 Juni 2013)