Anda di halaman 1dari 7

JURNAL MKMI, Desember 2013, hal 205-211

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA


ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PESISIR KOTA MAKASSAR

The Relationship between the Macronutrient Intake and Nutritional Status of


Elementary School Children in the Coastal Region of Makassar City

Yulni
Puskesmas Malangke Barat Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara
(yuniselon@yahoo.co.id)

ABSTRAK
Masalah gizi dapat berupa masalah gizi makro dan masalah gizi mikro. Salah satu golongan yang memer-
lukan perhatian dalam konsumsi makanan dan zat gizi adalah anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi anak sekolah dasar di wilayah pesisir Kota
Makassar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan besar sampel 150 siswa. Jenis Data yang dikumpul-
kan yaitu data primer, dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, kuesioner recall 24 jam dan pengu-
kuran Antropometri (TB, BB). Data sekunder diperoleh di instansi terkait. Pengolahan dan analisis data dengan
menggunakan program komputer, yaitu SPSS, Nutrisurvey dan WHO antro plus 2007. Hasil penelitian disimpul-
kan bahwa ada hubungan antara asupan energi (p=0,034), karbohidrat (p=0,011) dengan status gizi menurut indi-
kator IMT/U, tidak ada hubungan antara asupan protein (p=0,349), lemak (p=0,548) dengan status gizi berdasar-
kan IMT/U dan asupan energi (p=0,353), protein (p=0,934), lemak (p=0,185) dan karbohidrat (p=0,293) dengan
status gizi berdasarkan TB/U. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara asupan energi dan status gizi menurut
indikator IMT/U dan tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi menurut indikator TB/U.
Kata kunci : Asupan zat gizi makro, status gizi

ABSTRACT
Nutritional problems can be in the form of macro and micronutrient problems. One group that requires
attention in terms of food consumption and nutrients are school-age children. This study aims to uderstand the
relationship between the macronutrient intake andnutritional status of elementary school children in the coastal
region of Makassar City. This study was conducted using the analytical survey method with cross sectional study.
150 samples were selected using purposive sampling. Primary data were collected from interviews, 24-hour recall
questionnaires and anthropometric measurements (height, weight). Secondary data were collected from related
institutions. Collected data were processed and analyzed using computer programs namely SPSS, Nutrisurvey and
WHO antro plus 2007. Results of this study show that there were relationships between energy intake (p=0.034),
carbohydrate (p=0.011) and nutritional status according to BMI/A, there were no significant associations be-
tween protein intake (p=0.349), fat (p=0.548), and indicators of nutritional status based on BMI/A, energy intake
(p=0.353), protein (p=0.934), fat (p=0.185) and carbohydrate (p=0.293) with the nutritional status based on
BMI/A. In conclusion, there was a relationship between energy intake and nutrition status according to BMI/U
indicator and there was no relationship between energy intake and nutrition status according to BMI/U.
Keywords : Macronutrient intake, nutritional status

205
Yulni : Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

PENDAHULUAN antropometri sampel. Penelitian observasional


Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, ini menunjukkan bahwa anak-anak di negara
karena anak usia tersebut adalah generasi penerus berkembang mengonsumsi diet yang mengan-
bangsa. Pertumbuhan anak usia sekolah yang op- dung nutrisi bioavailable dalam jumlah banyak,
timal tergantung pemberian nutrisi dengan kuali- seperti yang ditemukan pada sumber makanan
tas dan kuantitas yang benar. Dalam masa per- hewani, tumbuh lebih baik. Studi ini menunjuk-
tumbuhan tersebut pemberian nutrisi pada anak kan pertumbuhan yang positif diprediksi oleh
tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempur- energi dan nutrisi yang disediakan dalam jumlah
na.1 tinggi dan dalam bentuk bioavailable dalam da-
ging dan susu.5
Anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun)
Wilayah pesisir merupakan kawasan yang
termasuk salah satu kelompok yang rentan me-
mempunyai karakteristik, problem yang unik dan
ngalami masalah gizi yaitu kekurangan energi
kompleks. Lingkungan permukiman nelayan di
protein. Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjuk-
kawasan pesisir pada umumnya merupakan ka-
kan sekitar 44,4% anak sekolah, tingkat konsum-
wasan kumuh dengan tingkat pelayanan akan
si energinya kurang dari 70% dari Angka Kecu-
pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana dasar
kupan Gizi (AKG) dan terdapat sebanyak 59,7%
lingkungan yang sangat terbatas, khususnya ke-
anak usia sekolah tingkat konsumsi proteinnya
terbatasan untuk memperoleh pelayanan sarana
kurang dari 80% berdasarkan AKG.2
air bersih, drainase dan sanitasi, serta prasarana
Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi
dan sarana untuk mendukung kesehatan.6
kurus pada anak umur 6-14 tahun menurut jenis
Mayoritas masyarakat pesisir hidup de-
kelamin dan provinsi di Indonesia, yaitu pada la-
ngan mata pencaharian sebagai nelayan dan pe-
ki-laki sebesar 13,3% dan perempuan 10,9%, se-
nyelam tradisional. Kesejahteraan nelayan pada
dangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 9,5%
umumnya sangat minim dan identik dengan ke-
dan perempuan 6,4%. Adapun prevalensi kurus
miskinan, menurut data Badan Pusat Statistik
di Sulawesi Selatan pada laki-laki sebesar 15,5%
(BPS), penduduk miskin 49 juta jiwa dan 60%
dan perempuan 13,4%, sedangkan prevalensi BB
diantaranya adalah masyarakat yang hidup di
lebih pada laki-laki 7,4% dan perempuan 4,8%.3
kawasan pesisir pantai. Problema yang dihadapi
Menurut data Riskesdas 2010, status gizi umur
masyarakat nelayan sangatlah kompleks salah
6-12 tahun (IMT/U) di Indonesia, yaitu preva-
satunya menyangkut penghasilan mereka. Tidak
lensi sangat kurus sebesar 4,6%, kurus sebesar
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga
7,6%, gemuk sebesar 9,2% dan normal sebesar
akan turut menentukan hidangan yang disajikan
78,6%. Angka prevalensi, sangat kurus di Su-
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun
lawesi Selatan sebesar 4,2%, kurus sebesar 8,4%,
jumlah makan. Sungguhpun demikian, hendak-
gemuk sebesar 3,9% dan normal sebesar 83,5%,
lah dikesampingkan anggapan bahwa makanan
sedangkan prevalensi (TB/U) di Indonesia yaitu,
yang memenuhi persyaratan gizi hanya mungkin
sangat pendek sebesar 15,1%, pendek sebesar
disajikan di lingkungan keluarga yang berpeng-
20,5% dan normal sebesar 64,5%. Angka preva-
hasilan cukup saja. Pemanfaatan sumber daya
lensi sangat pendek Sulawesi Selatan sebesar
keluarga secara baik dan berdayaguna akan dapat
13,2%, pendek sebesar 26,9% dan normal sebe-
membantu keluarga sehingga memungkinkan
sar 59,9% .2
keluarga yang berpenghasilan terbatas mampu
Faktor yang memengaruhi status gizi se-
menghidangkan makanan yang cukup memenuhi
cara langsung adalah asupan makanan dan in-
syarat gizi bagi anggota keluarganya.7
feksi.4 Beberapa penilitian yang menunjukkan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disim-
hubungan antara asupan zat gizi dan status gizi
pulkan bahwa prevalensi masalah gizi pada anak
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Monika et
khususnya anak sekolah dasar masih tingginya
al, di Kenya dengan sampel 544 anak dengan
dan masih sangat kurangnya data dan informasi
umur rata-rata 7 tahun dengan melihat hubung-
diperoleh tentang gambaran asupan makan dan
an antara asupan makanan hewani dan status
status gizi anak sekolah di wilayah pesisir. Pene-

206
JURNAL MKMI, Desember 2013, hal 205-211

litian ini menilai hubungan asupan zat gizi makro perempuan, sedangkan berdasarkan umur, 40
dengan status gizi pada anak sekolah dasar di siswa (26,7%) umur 10 tahun, 54 siswa (36%)
wilayah pesisir Kota Makassar. umur 11 tahun, dan 56 siswa (37,3%) umur 12
tahun. Kelompok umur yang paling banyak dite-
BAHAN DAN METODE mukan adalah umur 11 sampai 12 tahun (Tabel
Lokasi penelitian ini terletak di 5 sekolah, 1). Status gizi responden berdasarkan IMT/U
yaitu SD Inp Mariso II, SDN Ujung Tanah I, SD yang diperoleh pada penelitian ini yaitu respon-
Tallo Tua 69, SDN Barombong, SD Inp. Lae-lae den yang sangat kurus (3,3%), kurus (16,7%),
II. Penelitian ini merupakan penelitian survey normal (77,3%), gemuk (1,3%) dan sangat ge-
analitik dengan desain cross sectional study. Po- muk (1,3%), sedangkan berdasarkan TB/U diper-
pulasi pada penelitian ini adalah semua siswa ke- oleh status gizi Responden sangat pendek 13,3%,
las IV, V dan VI di SD Inp.Tallo Tua 69, SDN
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Ujung Tanah I, SDN Barombong, dan SD Inp.
Lae-lae II, Mariso II. Sebanyak 1039 siswa. Sam- di Wilayah Pesisir Kota Makassar
pel dalam penelitian ini berjumlah 150 siswa. Karakteristik Responden n %
Pengambilan sampel menggunakan metode Jenis Kelamin
non random (non probability sampling) dengan Laki-laki 75 50
teknik purposive sampling. Siswa yang dicakup Perempuan 75 50
Umur
adalah semua siswa yang telah memenuhi kriteria
10 tahun 40 26,7
yang ditentukan peneliti. Adapun kriteria adalah
11 tahun 54 36,0
siswa sekolah dasar kelas IV, V, VI, pekerjaan 12 tahun 56 37,3
utama orang tua responden adalah nelayan, ber-
Total 150 100
sedia menjadi responden dalam penelitian, res-
Sumber : Data Primer, 2013
ponden yang berada di lokasi penelitian pada saat
pengumpulan data. Data hasil penelitian diper-
oleh jenis data primer dan data sekunder. Data Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
primer diambil dari data hasil penelitian langsung Status Gizi IMT/U di Wilayah Pesisir
di lapangan dengan metode wawancara. Asupan Kota Makassar
zat gizi diperoleh dengan menggunakan kue- Status Gizi n %
sioner recall 24 jam, status gizi diperoleh dengan IMT/U
melakukan pengukuran antropometri yaitu berat Sangat Kurus 5 3,3
badan dan tinggi badan. Data sekunder diperoleh Kurus 25 16,7
diinstansi yang terkait. Data dianalisis meng- Normal 116 77,3
gunakan analisis bivariat dan univariat. Analisis Gemuk 2 1,3
Sangat Gemuk 2 1,3
univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel
TB/U
dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel Sangat Pendek 20 13,3
distribusi frekuensi sehingga menghasilkan dis- Pendek 46 30,7
tribusi dan presentase setiap variabel penelitian Normal 84 56
dengan menggunakan software program kom- Tinggi 0 0
puter, yaitu SPSS versi 16. Analisis bivariat di- Total 150 100
lakukan untuk melihat perbedaan asupan zat gizi Sumber : Data Primer, 2013
makro dengan status gizi anak sekolah kemudian
dilakukan uji hipotesis chi square test.
pendek (30,7%), normal (56%) dan tidak ada res-
ponden yang tinggi (Tabel 2).
HASIL Berdasarkan persentase rata-rata asupan
Responden penelitian ini berjumlah 150 zat gizi makro diperoleh adalah 1530,17 Kkal,
siswa dari kelas IV, V, dan VI, yang terdiri dari protein 52,16 gr, lemak 37,67 gr, karbohidrat
75 siswa (50%) laki-laki dan 75 siswa (50%) 231,97 gr (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisis

207
Yulni : Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

Tabel 3. Distribusi Berdasarkan Rata-rata Asupan Energi dan Zat Gizi Makro Responden
Kategori Asupan Rata-rata asupan ± SD Maks Min Rata-rata % AKG ±SD
Energi 1530,17±282,19 2275 768 74,89±13,9
Protein 52,16±15,026 146 28 90,87±26,57
Lemak 37,67±16,721 94 10 22,47±9,3
KH 231,97±58,012 391 109 82,87±21,57
Sumber : Data Primer, 2013

bivariat dengan menggunakan uji statistik chi pan energi dengan status gizi berdasarkan TB/U.
square diperoleh hubungan antara asupan zat Diperoleh nilai p value=0,934 pada α=0,05 yang
gizi makro dengan status gizi dimana hubungan berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan
asupan energi, protein, lemak karbohidrat dengan antara asupan protein dengan status gizi ber-
status gizi berdasarkan IMT/U diperoleh nilai dasarkan TB/U. Diperoleh nilai p value=0,185
p value=0,034 pada α=0,05 yang berarti bahwa pada α=0,05 yang berarti tidak terdapat hubung-
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan an yang signifikan antara asupan lemak dengan
energi dengan status gizi berdasarkan IMT/U. Di- status gizi berdasarkan TB/U. Diperoleh nilai p
peroleh nilai p value=0,349 pada α=0,05 yang value=0,293 pada α=0,05 yang berarti tidak ter-
berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang dapat hubungan yang signifikan antara asupan
signifikan antara asupan protein dengan status karbohidrat dengan status gizi berdasarkan TB/U
gizi berdasarkan IMT/U. Diperoleh nilai p va- (Tabel 5).

Tabel 4. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Responden Berdasarkan IMT/U
Status Gizi Berdasarkan Indikator IMT/U
Total
Zat Gizi Makro Kurus Normal p value
n=30 % n=120 % n=150 %
Energi
Kurang 24 16,0 71 47,3 95 63,3 0,034
Cukup 6 4,0 49 32,7 55 36,7
Protein
Kurang 13 8,7 41 27,3 54 36,0 0,349
Cukup 17 11,3 79 52,7 96 64,0
Lemak
Kurang 24 16,0 101 67,3 125 83,3 0,584
Cukup 6 4,0 19 12,7 25 16,7
KH
Kurang 19 12,7 45 30,0 64 42,7 0,011
Cukup 11 7,3 75 50,0 86 57,3
Sumber : Data Primer, 2013

lue=0,584 pada α=0,05 yang berarti bahwa tidak PEMBAHASAN


terdapat hubungan yang signifikan antara asupan Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutu-
lemak dengan status gizi berdasarkan IMT/U, han zat gizi seseorang adalah jenis kelamin, umur,
diperoleh nilai p value=0,011 pada α=0,05 yang ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), ke-
berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan adaan fisologis, aktivitas fisik serta metabolisme
antara asupan karbohidrat dengan status gizi ber- tubuh.8 Pada dasarnya status gizi ditentukan oleh
dasarkan IMT/U (Tabel 4). faktor internal dan faktor eksternal. Faktor inter-
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai nal yang berperan pada status gizi adalah asupan
p value =0,453 pada α=0,05 yang berarti tidak zat-zat makanan kedalam tubuh, penyerapan dan
terdapat hubungan yang signifikan antara asu- penggunaan zat gizi, aktivitas yang dilakukan

208
JURNAL MKMI, Desember 2013, hal 205-211

Tabel 5. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Responden Berdasarkan Indika-
tor TB/U
Status Gizi berdasarkan Indikator TB/U
Zat Gizi Total
Pendek Normal p value
Makro
n=86 % n=84 % n=150 %
Energi
Kurang 44 29,3 51 34,0 95 63,3 0,453
Cukup 22 14,7 33 22,0 55 36,7
Protein
Kurang 24 16,0 30 20,0 54 36,0 0,934
Cukup 42 28,0 54 36,0 96 64,0
Lemak
Kurang 58 38,7 67 44,7 125 83,3 0,185
Cukup 8 5,3 17 11,3 25 16,7
KH
Kurang 25 16,7 39 26,0 64 42,7 0,293
Cukup 41 27,3 45 30,0 86 57,3
Sumber : Data Primer, 2013

sehari-hari dan pola konsumsi sehari-hari. Faktor satu faktor secara tidak langsung yang meme-
eksternal yang memengaruhi status gizi adalah ngaruhi status gizi adalah tingkat pendapatan.10
faktor sosial budaya seperti kebiasaan makan dan Faktor lain yang dapat memengaruhi konsumsi
larangan mengonsumsi bahan makanan tertentu, energi dan protein rendah adalah makanan ja-
faktor ekonomi seperti pendapatan keluarga, janan karena dalam usia anak sekolah ini gemar
pengetahuan tentang gizi, ketersediaan bahan sekali jajan.11 Hal ini didukung oleh penelitian di
makanan, pelayanan kesehatan setempat, peme- Magelang yang menyatakan ada hubungan antara
liharaan kesehatan dan besar keluarga.9 pola konsumsi makanan jajan dengan status gizi
Hasil penelitian dari analisis statistik chi siswa, status gizi kurang lebih banyak ditemukan
square diperoleh nilai p=0,034 yang berarti, ter- pada anak yang sering jajan.13
dapat hubungan yang signifikan antara asupan Hasil analisis hubungan asupan protein
energi dengan status gizi berdasarkan IMT/U. dengan status gizi IMT/U diperoleh nilai p=0,349
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan pada α=0,05. Karena nilai p(0,349)>0,05 yang
bahwa faktor utama yang memengaruhi status berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang sig-
gizi adalah konsumsi makanan.10 Hal ini sejalan nifikan antara protein dan status gizi berdasarkan
dengan penelitian terhadap siswa SD Inpres Pan- indikator IMT/U. Hal ini diduga disebabkan kon-
nampu Kecamatan Tallo Kota Makassar yang tribusi asupan protein dari responden termasuk
menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan dalam kategori kurang, karena sumber makanan
energi siswa SD terhadap status gizi anak ber- yang dikonsumsi responden kurang bervariasi
dasarkan indikator IMT/U dengan nilai p=0,009.11 karena responden kurang mengonsumsi lauk na-
Penelitian ini pula sejalan dengan penelitian yang bati seperti yang tedapat pada kacang-kacangan,
menyatakan ada hubungan antara asupan energi biji-bijian yang merupakan sumber protein yang
dengan status gizi pada anak sekolah dasar di SD tinggi.14 Jumlah konsumsi makanan yang kurang
Arjowinangun I Pacitan.12 dan pola konsumsi yang salah dapat menyebab-
Hasil yang menunjukkan bahwa siswa kan konsumsi makanan yang kurang.15
dengan tingkat asupan yang kurang dengan status Penelitian ini seiring dengan penelitian
gizi kurus sebanyak 24 siswa (16%), yang dapat yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubun-
menjelaskan situasi ini diduga adanya kemam- gan antara asupan protein dan status gizi pada
puan daya beli siswa kurang karena responden anak sekolah di SDIT Ar-Raihan Trirenggo Ban-
dalam penelitian ini adalah anak nelayan, salah tul Yogyakarta.15 Namun, tidak sejalan dengan

209
Yulni : Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

penelitian yang menyatakan bahwa ada hubung- nyak dikonsumsi karena sesuai dengan teori yang
an antara asupan protein di SD Arjowinangun I mengatakan bahwa karbohidrat adalah merupa-
Pacitan.12 Situasi ini mungkin dapat dijelaskan kan penyedian energi utama dan sumber makan-
bahwa kemampuan daya beli siswa di SD Ar- an relatif lebih murah dibanding dengan zat gizi
Jowinangun berbeda dengan siswa di wilayah lain.17 Penelitian ini seiring dengan penelitian
pesisir Kota Makassar dimana pekerjaan orang yang mengatakan bahwa ada hubungan yang sig-
tua responden pada penelitian ini adalah nelayan, nifikan antara asupan karbohidrat dan status gizi
sehingga dapat memengaruhi penghasilan dari pada siswa SD Inpres Pannampu.11
orang tua masing-masing siswa yang secara lang- Penelitian ini menunjukkan bahwa asupan
sung memberikan kontribusi terhadap daya beli energi dan semua zat gizi makro tidak memiliki
dari siswa tersebut.15 hubungan yang signifikan dengan status gizi ber-
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,584 dasarkan indikator TB/U dengan hasil uji statistik
yang berarti tidak ada hubungan antara asupan untuk asupan energi dengan TB/U, nilai p=0,453,
lemak dengan status gizi. Dari hasil recall yang hasil uji statistik hubungan antara protein dengan
dilakukan didapat gambaran bahwa sumber le- status gizi berdasarkan TB/U, nilai p=0,934, ha-
mak pada responden sebagian besar tidak berva- sil uji statistik hubungan lemak dan status gizi
riasi hanya berasal minyak dari makanan yang berdasarkan TB/U nilai p=0,185. Demikian juga
digoreng dan ditumis saja. Hanya sebagian kecil hasil uji statistik hubungan asupan karbohidrat
responden yang mengonsumsi sumber lemak dari dengan status gizi menurut TB/U dengan nilai
bahan makanan lain seperti pada kacang-kacang- p=0,293. Hal tersebut disebabkan oleh faktor ter-
an dan biji-bijian. Sumber lemak yang tinggi jadinya stunting pada masa pertumbuhan bukan
terdapat pada makanan junk food atau fast food hanya disebabkan oleh asupan zat gizi makro saja
dan jajanan yang kaya akan lemak yang biasanya (protein) akan tetapi adanya asupan zat gizi mik-
disediakan diberbagai mall, plaza, pasar atau lo- ro juga memberikan kontribusi seperti vitamin A,
kasi-lokasi strategis.10 kalsium, vitamin D, zink.18
Hal ini didukung oleh penelitian yang me-
ngatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi KESIMPULAN DAN SARAN
fast food terhadap status gizi anak sekolah di SD Terdapat hubungan antara asupan energi
Al-Mutaqin Tasikmalaya, selain itu dikatakan dan status gizi menurut indikator IMT/U, serta
pula bahwa siswa SD tersebut berasal dari ke- terdapat hubungan yang signifikan antara asu-
luarga ekonomi menengah ke atas dan letaknya pan karbohidrat dan status gizi menurut indika-
di dalam kota, sehingga mempunyai akses yang tor IMT/U. Tidak terdapat hubungan antara asu-
tinggi terhadap makanan yang tergolong fast pan energi dengan status gizi menurut indikator
food.8 Hal ini disebabkan oleh lokasi tempat ting- TB/U yang menunjukkan bahwa asupan energi
gal responden yang jauh dari tempat-tempat stra- kurang memberikan kontribusi terhadap terjadi-
tegis dan faktor lain, seperti tingkat penghasilan nya status gizi kurus dan tidak berkontibusi terha-
orang tua dan daya beli yang menjadi penyebab dap terjadinya status gizi pendek pada anak seko-
kurangnya konsumsi lemak. lah dasar. Tidak terdapat hubungan antara asupan
Hasil uji statistik dari penelitian ini di- protein dan lemak dengan status gizi berdasarkan
peroleh nilai p=0,011 pada α=0,05 karena ni- indikator IMT/U dan TB/U, berarti asupan protein
lai p(0,011)<0,05 yang berarti bahwa terdapat dan lemak tidak memberikan kontribusi terhadap
hubungan yang signifikan antara asupan karbo- terjadinya status gizi kurus dan pendek pada anak
hidrat dengan status gizi berdasarkan IMT/U. Hal sekolah dasar. Tidak ada hubungan antara asupan
ini disebabkan oleh asupan karbohidrat respon- karbohidrat dengan status gizi menurut indikator
den sebagian besar cukup sebanyak 86 siswa. TB/U, berarti asupan karbohidrat kurang mem-
Kecukupan asupan karbohidrat ini dikarenakan berikan kontribusi terhadap terjadinya status gizi
keragaman makanan sumber karbohidrat respon- kurus dan tidak berkontibusi terhadap terjadinya
den sudah bervariasi ini dapat dilihat pada hasil status gizi pendek pada anak sekolah dasar di
recall 24 jam. Konsumsi karbohidrat lebih ba-

210
JURNAL MKMI, Desember 2013, hal 205-211

wilayah pesisir kota Makassar. fisik, Konsumsi Pangan serta Tingkat ke-
Pada siswa sekolah dasar disarankan agar cukupan Energi dan Zat Gizi Anak Sekolah
mengonsumsi makanan yang bervariasi sehingga Dasar di Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Per-
tidak mengalami defisit zat gizi makro dan di- tanian Bogor; 2009.
harapkan kepada guru dan orang tua siswa agar 9. Riyadi H. Diktat Metode Penilaian Status
lebih memperhatikan pola makan anak-anak di gizi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Per-
sekolah. Pada pihak sekolah agar menggiatkan tanian Bogor; 2001.
monitoring status gizi siswa disekolah untuk me- 10. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk
mantau pertumbuhan dan perkembangan siswa. Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Departe-
Serta bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lan- men Pendidikan Nasional; 2000.
jut pada variabel yang berbeda, agar dapat diper- 11. Permana A. Hubungan Asupan Zat Gizi
oleh informasi lebih konkrit berhubungan dengan Makro dengan Status Gizi Siswa SD Inpres 2
masalah kesehatan dan gizi di wilayah pesisir Pannampu Kecamatan Tallo Kota Makassar.
dan untuk pengambilan data recall 24 jam agar Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012.
dilakukan lebih dari 2 hari agar asupan makan 12. Isdaryanti. Asupan Energi, Protein, Sta-
siswa lebih tergambar. tus Gizi dan Prestasi Belajar Anak Sekolah
Dasar Arjowinnangun I Pacitan [Skripsi].
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2007.
13. Luwih SH. Hubungan Antara Pola Konsumsi
1. Judarwanto. Hubungan Pola Konsumsi
Makanan Jajanan dengan Status Gizi Siswa
Makanan Jajanan dengan Status Gizi dan
Sekolah Dasar Negeri di Kota Magelang [Te-
Fungsi Kongnitif Anak Sekolah Dasar
sis]. Semarang: Universitas Negeri Sema-
[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehat-
rang; 2011.
an Universitas Muhammadiyah; 2006.
14. Romauli S. Pengaruh Pola Konsumsi, Akti-
2. Kementerian Kesehatan Indonesia. Laporan vitas Fisik dan Keturunan Terhadap Kejadian
Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembang- di Kecamatan Medan Baru [Tesis]. Medan:
an Kesehatan Kementerian Kesehatan Re- Universitas Sumatera Utara; 2008.
publik Indonesia; 2010. 15. Mayasari D. Perbedaan Asupan Energi, Pro-
3. Kementerian Kesehatan Indonesia. Laporan tein Frekuensi Jajan di Sekolah dengan Sta-
Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). tus Gizi Antara Sekolah Penerima dan Bukan
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembang- Penerima Program Makanan Tambahan Anak
an Kesehatan Kementerian Kesehatan Re- Sekolah [Artikel Penelitian]. Semarang: Uni-
publik Indonesia; 2007. versitas Diponegoro; 2011.
4. Supariasa IDN, Fajar I, Bakri B. Penilaian 16. Fidiani A. Kontribusi Zat Gizi Makro Makan
status gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; Siang Terhadap Status Gizi di SDIT Ar Rai-
2002. han Trirenggo, Bantul, Yogyakarta [Skripsi].
5. Monika M, Santosh A, Veenu N. Nutritional Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2007.
health status of primary school children. In- 17. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakar-
dian Educational Review. 2011; 48(1): 18-29 ta: Gramedia Pustaka Utama; 2009.
6. Mahmud A. Model Komunikasi Pembangun- 18. Taharuddin. 2012. Masalah Stunting (Anak
an dalam Penyediaan Prasarana Perdesaan di Pendek) di Dunia. [diakses pada 08 Januari
Kawasan Pesisir Utara Jawa Tengah [Tesis]. 2013]. Available at : http://taharuddin.com/
Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. efek-gizi-terhadap-status-gizi-anak.html.
7. Ipa A, Sirajuddin. Status Gizi Anak Sekolah
Keluarga Nelayan di SDN 40 Lumpangang
Desa Biangkeke Kabupaten Bantaeng. Media
Gizi Pangan. 2010; 9(1): 58-62.
8. Masti SE. Keragaan Status Gizi, Aktivitas

211

Anda mungkin juga menyukai