J1 J2 J3
a) SCR memiliki dua kondisi, yaitu not conduct atau conducts heavily.
Tidak ada keadaan di antaranya. Oleh karena itu, SCR berperilaku
seperti sakelar.
b) Ada dua cara untuk turn-ON SCR. Pertama, adalah menjaga gate
tetap terbuka dan membuat tegangan suplai sama dengan
tegangan breakover. Kedua, adalah mengoperasikan SCR dengan
tegangan suplai kurang dari tegangan breakover dan kemudian
menyalakannya dengan menggunakan tegangan kecil (biasanya
1,5 V, 30 mA) yang dicatukan ke gate.
c) Dengan memberikan tegangan positif kecil ke gate adalah cara
normal untuk melindungi SCR karena tegangan breakover, yang
biasanya jauh lebih besar daripada tegangan suplai.
d) Untuk membuka SCR (yaitu membuatnya non-konduksi), kurangi
tegangan suplai sampai dengan nol.
Equivalent Circuit of SCR
SCR pada Fig. (i) dapat divisualisasikan sebagai dua transistor yang
dipisahkan seperti pada Fig. (ii). Sehingga, rangkaian equivalent dari SCR
terdiri dari transistor pnp dan npn seperti pada gambar Fig. (iii). Terlihat
bahwa collector masing2 transistor dihubungkan ke base satu sama lain,
dengan demikian membuat umpan balik positif.
Equivalent Circuit of SCR
Cara kerja SCR dapat dijelaskan dari rangkaian ekuivalennya. Gambar
dibawah menunjukkan rangkaian ekuivalen SCR dengan tegangan suplai
V dan resistansi beban RL. Asumsikan tegangan suplai V kurang dari
tegangan breakover. Dengan gate terbuka (S terbuka), tidak ada arus
basis di transistor T2. Oleh karena itu, tidak ada arus yang mengalir di
kolektor T2 dan karenanya juga arus base di T1. Dalam kondisi seperti itu,
SCR open.
Equivalent Circuit of SCR
Namun jika sakelar S ditutup, arus gate kecil akan mengalir melalui
basis T2 yang berarti arus kolektornya akan meningkat.
Arus kolektor T2 adalah arus basis T1.
Oleh karena itu, arus kolektor T1 meningkat.
Tetapi arus kolektor T1 adalah arus basis T2.
Tindakan ini bersifat akumulatif karena kenaikan arus pada satu
transistor menyebabkan peningkatan arus pada transistor lainnya.
Sebagai hasil dari tindakan ini, kedua transistor didorong ke saturasi,
dan heavy current mengalir melalui beban RL.
Dalam kondisi seperti itu, SCR closes.
Important Terms
1. Breakover voltage.
Ini tegangan forward minimum, gate terbuka, dimana SCR turned
on dan starts conducting heavily.
Misal, jika tegangan breakover dari SCR adalah 200 V, itu berarti
SCR dapat memblokir tegangan forward (yaitu SCR tetap
terbuka) selama tegangan suplai kurang dari 200 V.
Jika tegangan suplai lebih dari 200 V, maka SCR akan turned on.
Dalam prakteknya, SCR dioperasikan dengan tegangan suplai
kurang dari tegangan breakover dan kemudian dihidupkan
dengan tegangan kecil yang dicatukan ke gate.
SCR memiliki tegangan breakover antara 50 V - 500 V.
Important Terms
2. Peak reverse voltage (PRV).
Adalah tegangan reverse maximum (cathode positive terhadap
anode) yang dapat diberikan ke SCR tanpa conducting pada
arah reverse.
PRV adalah hal yang penting untuk dipertimbangkan sebelum
menghubungkan SCR pada rangkaian a.c.
Ketika tegangan reverse pada SCR selama paruh negatif dari
suplai a.c., PRV terlampaui, SCR akan rusak, jika rangkaian
eksternal tidak membatasi arus.
Nilai PRV secara komersial hingga 2,5 kV.
Important Terms
3. Holding current.
Ini adalah arus anoda maksimum, gate terbuka, di mana SCR
turned off dari kondisi ON.
Ketika SCR sedang dalam keadaan konduksi, maka tidak dapat
turned OFF meskipun tegangan gate dilepas.
Satu-satunya cara untuk turn off atau open SCR adalah dengan
mengurangi tegangan suplai menjadi hampir nol pada titik
dimana transistor internal keluar dari saturasi dan open SCR.
Arus anoda dalam kondisi ini sangat kecil (beberapa mA) dan
disebut holding current.
Jadi, jika sebuah SCR memiliki holding current 5 mA, itu berarti
jika arus anoda dibuat kurang dari 5 mA, maka SCR akan turned
off.
Important Terms
4. Forward current rating.
Ini adalah arus anoda maksimum yang dapat dilewatkan oleh
SCR tanpa kerusakan.
Setiap SCR memiliki nilai arus forward yang aman yang dapat
dihantarkannya. Jika nilai arus melebihi nilai ini, SCR dapat
rusak karena pemanasan intensif di junction.
Misalnya, jika SCR memiliki forward current rating 40 A, itu
berarti bahwa SCR hanya dapat membawa 40 A. Setiap upaya
untuk melebihi nilai ini akan mengakibatkan rusaknya SCR.
SCR yang tersedia secara komersial memiliki forward current
ratings dari sekitar 30 A hingga 100 A.
Important Terms
5. Circuit fusing rating.
Ini adalah perkalian dari kuadrat lonjakan arus forward (forward
surge current) dan durasi waktu lonjakan, yaitu :
Circuit fusing rating = I2 ⋅ t
Circuit fusing rating menunjukkan kemampuan arus lonjakan
forward maksimum SCR.
Misalnya, suatu SCR memiliki circuit fusing rating 90 A2⋅s. Jika
nilai ini terlampaui di rangkaian SCR, maka piranti akan rusak
karena disipasi daya yang berlebihan.
Contoh 1.
Suatu SCR memiliki tegangan breakover 400 V, suatu arus trigger 10 mA
dan holding current 10 mA. Apa yang dapat simpulkan darinya? Apa yang
akan terjadi jika arus gate dibuat 15 mA?
Solusi.
a) Tegangan breakover 400 V. Ini berarti jika gate terbuka dan
tegangan suplai 400 V, maka SCR akan start conducting heavily.
Namun, selama tegangan suplai kurang dari 400 V, SCR tetap
terbuka yaitu not conduct.
b) Arus trigger 10 mA. Ini berarti bahwa jika tegangan suplai kurang
dari tegangan breakover (400 V) dan arus gate minimum 10 mA
dilewatkan, maka SCR akan close, yaitu mulai conducting heavily.
SCR tidak akan conduct jika arus gate kurang dari 10 mA.
Triggering adalah cara untuk close SCR karena tegangan suplai
biasanya jauh lebih kecil daripada tegangan breakover.
Solusi.
c) Holding current of 10 mA.
Ketika SCR conducting, SCR tidak akan open (yaitu stop
conducting) meskipun arus triggering dilepas.
Namun, jika tegangan suplai berkurang, arus anoda juga
berkurang.
Ketika arus anoda turun menjadi 10 mA (holding current), maka
SCR turned off.
d) Jika arus gate dinaikkan menjadi 15 mA, maka SCR akan turned
on dengan tegangan suplai yang lebih rendah.
Contoh 2.
SCR di suatu rangkaian mengalami lonjakan arus 50 A yang berlangsung
selama 12 ms. Tentukan apakah lonjakan ini akan merusak piranti.
Mengingat bahwa circuit fusing rating adalah 90 A2s.
Solusi.
Solusi.
Tegangan input harus bisa mengatasi
tegangan junction antara gate dan
Cathode (0.7V) dan juga menyebabkan 7
mA mengalir melalui resistor 220 Ω.
Menurut hukum Kirchhoff tegangan, Vin
diberikan oleh;
V-I Characteristics of SCR
Adalah kurva antara tegangan anode-cathode (V) dan arus anode (I)
dari suatu SCR pada arus gate konstan.
V-I Characteristics of SCR
a) Karakteristik Forward.
Ketika anode positive terhadap cathode, kurva antara V dan I
disebut karakteristik forward.
Dari gambar diatas, OABC adalah karakteristik forward dari SCR
pada IG = 0.
Jika tegangan supply dinaikkan dari nol, titik A tercapai ketika
SCR starts conducting.
Dalam kondisi ini, tegangan yang melintasi SCR tiba-tiba turun
seperti yang ditunjukkan oleh kurva AB dan sebagian besar
tegangan suplai muncul melintasi resistansi beban RL.
Jika arus gate yang tepat untuk mengalir dibuat, maka SCR
dapat close pada tegangan suplai yang jauh lebih kecil.
V-I Characteristics of SCR
b) Karakteristik Reverse.
Ketika anode negative terhadap cathode, kurva antara V dan I
disebut karakteristik reverse.
Tegangan reverse terjadi melintasi SCR ketika dioperasikan
dengan suplai a.c.
Jika tegangan reverse secara bertahap dinaikkan, pada awalnya
arus anoda tetap kecil (yaitu arus bocor) dan pada beberapa
tegangan reverse, avalanche breakdown terjadi dan SCR starts
conducting heavily ke arah sebaliknya seperti yang ditunjukkan
oleh kurva DE.
Tegangan balik maksimum di mana SCR mulai conducting
heavily dikenal sebagai tegangan reverse breakdown.
SCR in Normal Operation
Poin-Poin yang harus diperhatikan pengoperasian normal SCR :
a) Tegangan suplai umumnya jauh lebih kecil daripada tegangan
breakover.
b) SCR turned on dengan melewatkan sejumlah arus gate yang
sesuai (beberapa mA) dan bukan dengan tegangan breakover.
c) Ketika SCR dioperasikan dengan suplai a.c., tegangan puncak
reverse yang datang selama setengah siklus negatif tidak boleh
melebihi tegangan reverse breakdown.
d) Ketika SCR akan turned OFF dari keadaan ON, arus anoda harus
dikurangi ke holding current.
e) Jika arus gate dinaikkan di atas nilai yang diperlukan, SCR akan
close pada tegangan suplai yang jauh berkurang.
SCR as a Switch
Tegangan a.c. yang dihasilkan oleh rangkaian inverter dasar ini didapat
dengan menutup dan membuka sakelar S1 dan S2 secara bergantian.
Single-Phase SCR Inverter Circuit
Dengan mengganti saklar mekanis dengan SCR, yang gate nya ditrigger
oleh generator pulsa eksternal, didapatkan inverter SCR yang praktis.
Circuit Action.
a) Ketika konduksi dimulai dengan mencatukan pulsa trigger positif ke
SCR 1 (SCR 2 diasumsikan OFF), tegangan yang melintasi SCR
menurun dengan cepat saat arus yang melaluinya meningkat. Pada
saat yang sama, kapasitor C mengisi melalui SCR 1 dalam polaritas
yang ditunjukkan. Arus beban mengalir melalui induktor L, bagian atas
dari belitan primer transformator dan SCR1.
b) Ketika pulsa tembak dicatukan ke gate SCR 2, SCR ini turns on dan
menghantarkan arus. Saat yang sama kapasitor C mulai discharge
melalui SCR 1 dan SCR 2. Arus discharge ini mengalir melalui SCR 1
dengan arah sebaliknya. Arus balik ini turns off SCR1. Pada saat SCR
1 turns off, tegangan kapasitor (kira-kira – 2E) muncul di SCR 1
sebagai tegangan reverse, cukup lama untuk pemulihan SCR ini untuk
forward blocking.
Circuit Action.
Secara bersamaan, selama interval ini, conducting SCR 2
memungkinkan kapasitor untuk discharge melalui belitan primer
transformator dan induktor L. Fungsi L adalah untuk mengontrol
discharge rate C untuk memberikan waktu yang cukup bagi SCR 1 turn
OFF. Kapasitor C discharge dengan cepat dari - 2E ke nol dan
kemudian mengisi ke arah yang berlawanan ke + 2E. Arus beban
sekarang dibawa melalui paruh kedua dari belitan primer trafo dan
SCR 2.
c) Ketika pulsa trigger dicatukan ke gate SCR 1, piranti ini akan bekerja
dan SCR 2 akan turn off. Dengan cara ini, SCR 1 dan SCR 2 secara
bergantian turn ON dan OFF. Akibatnya, output a.c. dapat diperoleh,
seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Single-Phase SCR Inverter Circuit
Kesimpulan.
Bentuk gelombang a.c. yang dihasilkan oleh rangkaian inverter
satu fase adalah gelombang sinus yang buruk dan tidak akan
cocok untuk sebagian besar beban industri, komersial, dan
domestik.
Inverter yang lebih kompleks menggunakan beberapa SCR dan
rangkaian trigger yang canggih, yang mampu menghasilkan
tegangan a.c. yang mendekati gelombang sinus murni.
Applications of SCR
Kemampuan SCR untuk mengontrol arus beban yang besar dengan
menggunakan arus gate yang kecil, membuat piranti ini berguna
dalam aplikasi switching dan kontrol.
a) SCR sebagai kontaktor statis.
Cara kerja rangkaian :
Rangkaian diatas menunjukkan penggunaan SCR untuk switch ON
atau OFF daya a.c. pada beban RL.
R1 dan R2 adalah resistansi untuk melindungi dioda D1 dan D2,
sedangkan R3 adalah resistansi untuk pembatas arus gate.
Untuk start rangkaian, switch S closed.
Selama setengah siklus positif suplai a.c., ujung A positif dan ujung B
negatif.
Kemudian dioda D2 mengalirkan arus gate melalui SCR1, sehingga
SCR1 turned ON, sementara SCR2 tetap OFF karena anoda negatif
terhadap katoda.
Konduksi arus oleh SCR1 mengikuti jalur ARLK1BA.
Demikian pula, dalam setengah siklus berikutnya, SCR2 turned ON
dan mengalirkan arus melalui beban.
Sakelar S hanya melayani beberapa mA arus gate untuk turned ON,
dan SCR melayani beberapa ratus ampere pada beban RL.
Applications of SCR
b) SCR untuk kontrol daya.
Cara kerja rangkaian :
Rangkaian diatas menunjukkan penggunaan SCR untuk mengontrol
daya pada beban RL.
Selama setengah siklus positif a.c. suplai, ujung A positif dan ujung
B negatif. Oleh karena itu, kapasitor C2 diisi melalui AD1RC2D4B.
Muatan pada kapasitor C2 tergantung pada nilai potensiometer R.
Ketika kapasitor C2 diisi melalui tegangan yang cukup, kapasitor C2
discharges melalui zener Z.
Ini memberikan pulsa ke sisi primer dan lanjut sisi sekunder
transformator T2, kemudian turns on SCR2 yang mengalirkan arus
melalui beban RL.
Selama siklus suplai negatif, kapasitor C1 charged, dan discharges
melalui zener dan menyulut SCR 1 yang mengalirkan arus melalui
beban.
Cara kerja rangkaian :
Sudut konduksi dapat dikontrol oleh potensiometer R.
Semakin besar resistansi R, semakin kecil tegangan yang melintasi
C1 atau C2 dan karenanya semakin kecil waktu di mana SCR 1 dan
SCR 2 akan berjalan dalam satu siklus penuh.
Dengan cara ini, kita dapat mengontrol daya besar beberapa kW
pada beban RL dengan bantuan potensiometer kecil R.
Applications of SCR
c) SCRs for speed control of d.c. shunt motor.
Metode konvensional kontrol kecepatan motor d.c. shunt adalah
mengubah eksitasi medan. Tapi perubahan eksitasi medan juga
mengubah torsi motor.
Kelemahan ini diatasi dalam kontrol SCR seperti yang ditunjukkan pada
gambar diatas. Dioda D1, D2, D3 dan D4 membentuk jembatan.
Rangkaian jembatan ini mengubah a.c. menjadi d.c. dan memasoknya
ke belitan medan motor.
Selama setengah siklus positif a.c. supply, SCR1 bekerja karena
mendapat arus gate dari rangkaian jembatan serta anoda nya positif
terhadap katoda.
Belitan angker motor mendapat arus. Sudut konduksi dapat diubah
dengan memvariasikan arus gate.
Selama setengah siklus negatif a.c. suplai, SCR 2 menyediakan arus
ke belitan dinamo.
Dengan cara ini, tegangan diumpankan ke dinamo motor dan
karenanya kecepatan dapat dikontrol.
Applications of SCR
d) Overlight detector.
Rangkaian dibawah menunjukkan penggunaan SCR untuk untuk
deteksi cahaya berlebih.
R adalah resistor foto, yang resistansinya menurun seiring dengan
peningkatan intensitas cahaya.
Applications of SCR
Arus maksimum (r.m.s.) dan daya (gate) untuk LASCR yang tersedia
secara komersial saat ini adalah sekitar 3 A dan 0,1 W.
LASCR sangat sensitif terhadap cahaya saat terminal gate terbuka.
Sensitivitasnya dapat dikurangi dan dikontrol dengan memasukkan
resistor gate.
Contoh 5.
Rangkaian SCR dibawah memiliki tegangan trigger gate VT = 0.7 V, arus
trigger gate IT = 7 mA dan arus holding IH = 6 mA.
a) Berapakah tegangan output saat SCR OFF ?
b) Berapakah tegangan input yang mentrigger SCR?
c) Jika VCC diturunkan sampai SCR open, berapa nilai VCC ?
Solusi.
a) Ketika SCR off (not conducting), tidak ada arus melalui resistor
100 Ω.
∴ Vout = tegangan suplai VCC = 15 V
c) Untuk open SCR, VCC harus dikurangi agar arus anoda sama
dengan IH
Contoh 6.
Rangkaian gambar dibawah, SCR memiliki tegangan trigger 0,7 V.
Hitung tegangan suplai yang turns on crowbar. Abaikan resistansi
dioda zener.
Solusi.
Tegangan breakdown dari zener adalah 5.6 V. Untuk turn on SCR,
tegangan pada 68 Ω sama dengan VT (= 0.7 V).
∴ VCC = VZ + VT = 5.6 + 0.7 = 6.3 V
Ketika tegangan suplai menjadi 6,3 V, zener breaks down dan starts
conducting. Tegangan VT (= 0,7 V) di 68 Ω memaksa SCR ke
konduksi. Ketika SCR conducts, tegangan suplai di-short oleh SCR
dan sekering dari tegangan suplai terbakar. Dengan demikian beban
(100 Ω) terlindungi dari tegangan lebih.
Contoh 7.
Zener diode pada gambar rangkaian dibawah, memiliki tolerance ±
10% dan tegangan trigger dapat setinggi 1.5 V. Berapakah tegangan
suplai maksimum dimana crowbarring terjadi ?
Solusi.
Tegangan breakdown dari zener 12 V dengan tolerance ± 10%. Artinya
tegangan breakdown zener bervariasi dari 10.8 V hingga 13.2 V.
Karena tegangan trigger dari SCR memiliki nilai maximum 1.5 V,
Vout = VCC = + 25 V
Contoh 9.
Berikan metode sederhana untuk testing suatu SCR.?
Solusi.
Lampu uji memiliki dua tujuan. Pertama adalah indikator visual dari
konduksi arus. Kedua, membatasi arus yang melalui SCR.
a) Saat sakelar S ditutup, lampu seharusnya tidak menyala agar
SCR berfungsi dengan baik. Itu karena tegangan diterapkan
hanya antara anoda dan katoda tetapi tidak ada tegangan
pemicu. Jika lampu menyala, SCR di-short.
b) Sekarang sentuh R1 sebentar antara terminal gate dan anoda.
Untuk SCR yang bagus, lampu harus menyala dan terus
menyala. Jika tidak, SCR terbuka. Perhatikan bahwa lampu
akan menyala setengah terang karena SCR hanya berjalan
setiap setengah siklus lainnya.
Pertanyaan Pilihan Ganda
25. When SCR starts conducting, then .... loses all control.
(i) gate
(ii) cathode
(iii) anode
(iv) none of the above
Review Topics
Fig. 1
Problems
6. In Fig. 2, if the trigger current of the SCR is 1.5 mA, what is the
input voltage that triggers the SCR? Given VT = 0.7 V.
[7.3 V]
Fig. 2
Fig. 2