Anda di halaman 1dari 76

Pokok Bahasan 6:

Silicon Controlled Rectifier


(SCR)
Thyristors
Kata thyristor berasal dari bahasa Yunani dan berarti “pintu,” seperti
membuka pintu dan membiarkan sesuatu melewatinya.
Thyristor adalah perangkat semikonduktor yang menggunakan
umpan balik internal untuk menghasilkan aksi switching.
Thyristor yang paling penting adalah silicon controlled rectifier
(SCR) dan TRIAC (TRIode for Alternating Current).
Seperti FET daya, SCR dan TRIAC dapat menghidupkan dan
mematikan arus besar.
Sehingga SCR dan TRIAC dapat digunakan untuk perlindungan
tegangan lebih, kontrol motor, pemanas, sistem penerangan, dan
beban arus berat lainnya.
INTRODUCTION

SCR adalah perangkat switching semikonduktor tiga terminal yang


merupakan elemen rangkaian paling penting setelah dioda dan transistor.
SCR dapat digunakan sebagai sakelar terkontrol untuk melakukan
berbagai fungsi, seperti rectification, inversion & pengaturan aliran daya.
SCR dianggap sangat penting dalam elektronik karena dapat menangani
arus hingga beberapa ribu ampere dan tegangan hingga lebih dari 1 kV.
SCR merupakan sakelar daya searah yang digunakan secara luas
sebagai switching d.c. dan a.c., rectifying a.c. untuk memberikan output
d.c. terkontrol, converting d.c. ke a.c. dst.
Silicon Controlled Rectifier (SCR)

SCR adalah piranti semikonduktor yang bertindak sebagai sakelar


elektronik, mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah, dan
mengontrol sejumlah daya yang dicatukan ke beban.
Dengan demikian SCR menggabungkan fitur penyearah dan
transistor.
Detail Konstruksi

Ketika pn junction ditambahkan ke junction transistor, piranti tiga pn


junction yang dihasilkan disebut silicon controlled rectifier.
Pada gambar (i) ditunjukkan bahwa pada dasarnya adalah ordinary
rectifier (pn) dan junction transistor (npn) yang digabungkan dalam satu
unit, membentuk piranti pnpn.
Tiga terminal diambil, yaitu: satu dari luar bahan tipe-p disebut anoda
A, kedua dari luar bahan tipe-n disebut katoda K dan yang ketiga dari
basis transistor dan disebut gate G.
Dalam kondisi operasi normal, anoda pada potensial positif tinggi,
cathode dan gate pada potensial positif rendah.
Working of SCR
Pada SCR, beban dihubungkan secara seri dengan anoda.
Anoda pada potensial positif terhadap katoda.
Working of SCR
1) Saat gate terbuka, tidak ada tegangan yang dicatukan ke gate.
Dalam kondisi ini, junction J2 bias reverse sedangkan junction J1 dan
J3 bias forward. Oleh karena itu, situasi di junction J1 dan J3 sama
seperti di transistor npn dengan base terbuka. Akibatnya, tidak ada
arus yang mengalir melalui beban RL dan SCR cut-off. Namun, jika
tegangan yang dicatukan dinaikkan secara bertahap, maka tahapan
tercapai ketika junction bias reverse J2 breaks down. SCR sekarang
conducts heavily dan dikatakan dalam keadaan ON. Tegangan yang
dicatukan di mana SCR conducts heavily tanpa tegangan gate
disebut tegangan Breakover.

2) Ketika gate positive terhadap cathode. SCR dapat dibuat conduct


heavily pada tegangan yang lebih kecil dari tegangan Breakover
dengan memberikan potensial positif kecil ke gate seperti pada
gambar berikut.
Working of SCR

J1 J2 J3

Sekarang junction J3 bias forward dan junction J2 bias reverse.


Elektron dari bahan tipe-n mulai bergerak melintasi junction J3 ke arah
kiri sedangkan hole dari tipe-p ke arah kanan. Akibatnya, elektron dari
junction J3 tertarik melintasi junction J2 dan arus gate mulai mengalir.
Working of SCR
Begitu arus gate mengalir, arus anoda meningkat.
Arus anoda yang meningkat pada gilirannya membuat lebih banyak
elektron tersedia di junction J2.
Proses ini berlanjut dan dalam waktu yang sangat singkat, junction J2
breaks down dan SCR starts conducting heavily.
Setelah SCR starts conducting, gate kehilangan semua kendali.
Bahkan jika tegangan gate dilepas, arus anoda tidak berkurang sama
sekali.
Satu-satunya cara untuk menghentikan konduksi (yaitu membuat
SCR off condition) adalah dengan mengurangi tegangan yang
diberikan sampai dengan nol.
Kesimpulan

a) SCR memiliki dua kondisi, yaitu not conduct atau conducts heavily.
Tidak ada keadaan di antaranya. Oleh karena itu, SCR berperilaku
seperti sakelar.
b) Ada dua cara untuk turn-ON SCR. Pertama, adalah menjaga gate
tetap terbuka dan membuat tegangan suplai sama dengan
tegangan breakover. Kedua, adalah mengoperasikan SCR dengan
tegangan suplai kurang dari tegangan breakover dan kemudian
menyalakannya dengan menggunakan tegangan kecil (biasanya
1,5 V, 30 mA) yang dicatukan ke gate.
c) Dengan memberikan tegangan positif kecil ke gate adalah cara
normal untuk melindungi SCR karena tegangan breakover, yang
biasanya jauh lebih besar daripada tegangan suplai.
d) Untuk membuka SCR (yaitu membuatnya non-konduksi), kurangi
tegangan suplai sampai dengan nol.
Equivalent Circuit of SCR
SCR pada Fig. (i) dapat divisualisasikan sebagai dua transistor yang
dipisahkan seperti pada Fig. (ii). Sehingga, rangkaian equivalent dari SCR
terdiri dari transistor pnp dan npn seperti pada gambar Fig. (iii). Terlihat
bahwa collector masing2 transistor dihubungkan ke base satu sama lain,
dengan demikian membuat umpan balik positif.
Equivalent Circuit of SCR
Cara kerja SCR dapat dijelaskan dari rangkaian ekuivalennya. Gambar
dibawah menunjukkan rangkaian ekuivalen SCR dengan tegangan suplai
V dan resistansi beban RL. Asumsikan tegangan suplai V kurang dari
tegangan breakover. Dengan gate terbuka (S terbuka), tidak ada arus
basis di transistor T2. Oleh karena itu, tidak ada arus yang mengalir di
kolektor T2 dan karenanya juga arus base di T1. Dalam kondisi seperti itu,
SCR open.
Equivalent Circuit of SCR

Namun jika sakelar S ditutup, arus gate kecil akan mengalir melalui
basis T2 yang berarti arus kolektornya akan meningkat.
Arus kolektor T2 adalah arus basis T1.
Oleh karena itu, arus kolektor T1 meningkat.
Tetapi arus kolektor T1 adalah arus basis T2.
Tindakan ini bersifat akumulatif karena kenaikan arus pada satu
transistor menyebabkan peningkatan arus pada transistor lainnya.
Sebagai hasil dari tindakan ini, kedua transistor didorong ke saturasi,
dan heavy current mengalir melalui beban RL.
Dalam kondisi seperti itu, SCR closes.
Important Terms
1. Breakover voltage.
Ini tegangan forward minimum, gate terbuka, dimana SCR turned
on dan starts conducting heavily.
Misal, jika tegangan breakover dari SCR adalah 200 V, itu berarti
SCR dapat memblokir tegangan forward (yaitu SCR tetap
terbuka) selama tegangan suplai kurang dari 200 V.
Jika tegangan suplai lebih dari 200 V, maka SCR akan turned on.
Dalam prakteknya, SCR dioperasikan dengan tegangan suplai
kurang dari tegangan breakover dan kemudian dihidupkan
dengan tegangan kecil yang dicatukan ke gate.
SCR memiliki tegangan breakover antara 50 V - 500 V.
Important Terms
2. Peak reverse voltage (PRV).
Adalah tegangan reverse maximum (cathode positive terhadap
anode) yang dapat diberikan ke SCR tanpa conducting pada
arah reverse.
PRV adalah hal yang penting untuk dipertimbangkan sebelum
menghubungkan SCR pada rangkaian a.c.
Ketika tegangan reverse pada SCR selama paruh negatif dari
suplai a.c., PRV terlampaui, SCR akan rusak, jika rangkaian
eksternal tidak membatasi arus.
Nilai PRV secara komersial hingga 2,5 kV.
Important Terms
3. Holding current.
Ini adalah arus anoda maksimum, gate terbuka, di mana SCR
turned off dari kondisi ON.
Ketika SCR sedang dalam keadaan konduksi, maka tidak dapat
turned OFF meskipun tegangan gate dilepas.
Satu-satunya cara untuk turn off atau open SCR adalah dengan
mengurangi tegangan suplai menjadi hampir nol pada titik
dimana transistor internal keluar dari saturasi dan open SCR.
Arus anoda dalam kondisi ini sangat kecil (beberapa mA) dan
disebut holding current.
Jadi, jika sebuah SCR memiliki holding current 5 mA, itu berarti
jika arus anoda dibuat kurang dari 5 mA, maka SCR akan turned
off.
Important Terms
4. Forward current rating.
Ini adalah arus anoda maksimum yang dapat dilewatkan oleh
SCR tanpa kerusakan.
Setiap SCR memiliki nilai arus forward yang aman yang dapat
dihantarkannya. Jika nilai arus melebihi nilai ini, SCR dapat
rusak karena pemanasan intensif di junction.
Misalnya, jika SCR memiliki forward current rating 40 A, itu
berarti bahwa SCR hanya dapat membawa 40 A. Setiap upaya
untuk melebihi nilai ini akan mengakibatkan rusaknya SCR.
SCR yang tersedia secara komersial memiliki forward current
ratings dari sekitar 30 A hingga 100 A.
Important Terms
5. Circuit fusing rating.
Ini adalah perkalian dari kuadrat lonjakan arus forward (forward
surge current) dan durasi waktu lonjakan, yaitu :
Circuit fusing rating = I2 ⋅ t
Circuit fusing rating menunjukkan kemampuan arus lonjakan
forward maksimum SCR.
Misalnya, suatu SCR memiliki circuit fusing rating 90 A2⋅s. Jika
nilai ini terlampaui di rangkaian SCR, maka piranti akan rusak
karena disipasi daya yang berlebihan.
Contoh 1.
Suatu SCR memiliki tegangan breakover 400 V, suatu arus trigger 10 mA
dan holding current 10 mA. Apa yang dapat simpulkan darinya? Apa yang
akan terjadi jika arus gate dibuat 15 mA?
Solusi.
a) Tegangan breakover 400 V. Ini berarti jika gate terbuka dan
tegangan suplai 400 V, maka SCR akan start conducting heavily.
Namun, selama tegangan suplai kurang dari 400 V, SCR tetap
terbuka yaitu not conduct.
b) Arus trigger 10 mA. Ini berarti bahwa jika tegangan suplai kurang
dari tegangan breakover (400 V) dan arus gate minimum 10 mA
dilewatkan, maka SCR akan close, yaitu mulai conducting heavily.
SCR tidak akan conduct jika arus gate kurang dari 10 mA.
Triggering adalah cara untuk close SCR karena tegangan suplai
biasanya jauh lebih kecil daripada tegangan breakover.
Solusi.
c) Holding current of 10 mA.
Ketika SCR conducting, SCR tidak akan open (yaitu stop
conducting) meskipun arus triggering dilepas.
Namun, jika tegangan suplai berkurang, arus anoda juga
berkurang.
Ketika arus anoda turun menjadi 10 mA (holding current), maka
SCR turned off.

d) Jika arus gate dinaikkan menjadi 15 mA, maka SCR akan turned
on dengan tegangan suplai yang lebih rendah.
Contoh 2.
SCR di suatu rangkaian mengalami lonjakan arus 50 A yang berlangsung
selama 12 ms. Tentukan apakah lonjakan ini akan merusak piranti.
Mengingat bahwa circuit fusing rating adalah 90 A2s.

Solusi.

Circuit fusing rating = I2t = (50)2 × (12 × 10-3) = 30 A2s


Karena nilai nya jauh di bawah nilai maksimum 90 A2s, maka
piranti tidak akan rusak.
Contoh 3.
Sebuah SCR memiliki circuit fusing rating 50 A2s. Piranti ini digunakan di
rangkaian yang dapat mengalami lonjakan 100 A. Tentukan durasi
maksimum yang masih diperbolehkan dari lonjakan tersebut.
Solusi.

dimana Is = nilai dari surge current yang diketahui.


Contoh 4.
Sebuah resistor 220 Ω dihubungkan seri dengan gate dari suatu SCR,
seperti gambar dibawah. Arus gate yang diperlukan untuk menyulut SCR
adalah 7 mA. Berapakah tegangan input (Vin) yang diperlukan untuk
turned-on SCR?

Solusi.
Tegangan input harus bisa mengatasi
tegangan junction antara gate dan
Cathode (0.7V) dan juga menyebabkan 7
mA mengalir melalui resistor 220 Ω.
Menurut hukum Kirchhoff tegangan, Vin
diberikan oleh;
V-I Characteristics of SCR
Adalah kurva antara tegangan anode-cathode (V) dan arus anode (I)
dari suatu SCR pada arus gate konstan.
V-I Characteristics of SCR

a) Karakteristik Forward.
Ketika anode positive terhadap cathode, kurva antara V dan I
disebut karakteristik forward.
Dari gambar diatas, OABC adalah karakteristik forward dari SCR
pada IG = 0.
Jika tegangan supply dinaikkan dari nol, titik A tercapai ketika
SCR starts conducting.
Dalam kondisi ini, tegangan yang melintasi SCR tiba-tiba turun
seperti yang ditunjukkan oleh kurva AB dan sebagian besar
tegangan suplai muncul melintasi resistansi beban RL.
Jika arus gate yang tepat untuk mengalir dibuat, maka SCR
dapat close pada tegangan suplai yang jauh lebih kecil.
V-I Characteristics of SCR

b) Karakteristik Reverse.
Ketika anode negative terhadap cathode, kurva antara V dan I
disebut karakteristik reverse.
Tegangan reverse terjadi melintasi SCR ketika dioperasikan
dengan suplai a.c.
Jika tegangan reverse secara bertahap dinaikkan, pada awalnya
arus anoda tetap kecil (yaitu arus bocor) dan pada beberapa
tegangan reverse, avalanche breakdown terjadi dan SCR starts
conducting heavily ke arah sebaliknya seperti yang ditunjukkan
oleh kurva DE.
Tegangan balik maksimum di mana SCR mulai conducting
heavily dikenal sebagai tegangan reverse breakdown.
SCR in Normal Operation
Poin-Poin yang harus diperhatikan pengoperasian normal SCR :
a) Tegangan suplai umumnya jauh lebih kecil daripada tegangan
breakover.
b) SCR turned on dengan melewatkan sejumlah arus gate yang
sesuai (beberapa mA) dan bukan dengan tegangan breakover.
c) Ketika SCR dioperasikan dengan suplai a.c., tegangan puncak
reverse yang datang selama setengah siklus negatif tidak boleh
melebihi tegangan reverse breakdown.
d) Ketika SCR akan turned OFF dari keadaan ON, arus anoda harus
dikurangi ke holding current.
e) Jika arus gate dinaikkan di atas nilai yang diperlukan, SCR akan
close pada tegangan suplai yang jauh berkurang.
SCR as a Switch

SCR hanya memiliki dua status, ON dan OFF.


Ketika arus gate yang tepat dilewatkan, SCR mulai conducting
heavily dan tetap dalam posisi ON tanpa batas waktu meskipun
tegangan gate dilepas.
Namun, ketika arus anoda dikurangi sampai dengan arus holding,
SCR turned OFF.
Sehingga perilaku SCR mirip dengan sakelar mekanis.
Karena SCR adalah piranti elektronik, maka lebih tepat disebut
sebagai sakelar elektronik.
Keunggulan SCR sebagai saklar.

SCR memiliki keunggulan dibandingkan dengan sakelar mekanis


atau elektromekanis (relay):
a) Tidak ada bagian yang bergerak. Sehingga noiseless operation
dengan efisiensi tinggi.
b) Kecepatan switching sangat tinggi hingga 109 operations per
detik.
c) Memungkinkan kontrol arus besar (30–100 A) pada beban
melalui arus gate yang kecil (beberapa mA).
d) Memiliki ukuran kecil dan memberikan layanan bebas masalah.
SCR Switching
Metode yang digunakan untuk turn-on atau turn-off SCR :
1. Metode turn-on SCR.
Untuk turn-on SCR, tegangan gate VG dinaikkan hingga nilai
minimum untuk initiate triggering.
Nilai minimum tegangan gate di mana SCR turn-on disebut
tegangan gate triggering VGT.
Arus gate yang dihasilkan disebut arus gate triggering IGT.
Jadi untuk turn-on SCR, yang harus dilakukan adalah memberikan
tegangan gate positif sama dengan VGT atau melewatkan arus gate
yang sama dengan IGT.
Untuk sebagian besar SCR, VGT = 2 - 10 V dan IGT = 100 µA - 1500
mA.
SCR Switching
a) D.C. gate trigger circuit.
Ketika sakelar closed, gate menerima tegangan positif yang
cukup (= VGT) untuk turn on SCR.
Resistansi R1 yang terhubung di rangkaian menyediakan
peredam noise dan meningkatkan waktu turn on.
Waktu turn on terutama bergantung pada besarnya arus gate.
Semakin tinggi arus trigger gate, semakin pendek waktu turn-on.
SCR Switching
b) A.C. gate trigger circuit.
Fig. (ii) menunjukkan bahwa SCR juga dapat turned on dengan
siklus positif arus gate a.c..
Fig. (i) menunjukkan selama setengah siklus positif arus gate, di
beberapa titik IG = IGT, piranti turned on.
SCR Switching
2. Metode turn-off SCR.
Turn-off SCR menimbulkan lebih banyak masalah daripada turn-on
SCR. Karena begitu piranti ON, gate kehilangan semua kendali.
a) Anode current interruption.
Ketika arus anoda berkurang di bawah nilai minimum yang disebut
holding current, SCR turns off. Cara sederhana untuk turn off SCR
adalah dengan membuka saklar S.
b) Forced commutation.
Metode discharging kapasitor secara paralel dengan sebuah SCR
untuk turn off SCR disebut dengan forced commutation. Dengan
asumsi SCR adalah sakelar dengan SCR1 ON dan SCR2 OFF, arus
mengalir melalui beban dan C. Saat SCR2 diaktifkan, C secara efektif
diparalelkan di SCR1.
Muatan pada C
kemudian berlawanan
dengan tegangan
forward SCR1,
sehingga SCR1
dimatikan dan arus
ditransfer ke jalur R –
SCR2.
SCR Half-Wave Rectifier
Tegangan a.c. yang akan disearahkan disuplai melalui trafo. Resistansi
beban RL dihubungkan seri dengan anoda. Sebuah resistansi variabel r
disisipkan ke dalam rangkaian gate untuk mengontrol arus gate.
Operation.
Untuk memastikan bahwa SCR tidak akan rusak selama setengah siklus
negatif a.c., maka tegangan puncak reverse yang muncul di sisi
sekunder trafo harus lebih kecil dari tegangan reverse-breakdown SCR.
Selanjutnya operasi penyearahan sebagai berikut:
a) Selama setengah siklus tegangan negatif a.c. muncul di sekunder,
SCR tidak conduct terlepas dari tegangan gate. Karena pada kondisi
ini anoda bernilai negatif terhadap katoda dan juga PRV kurang dari
tegangan reverse breakdown.
b) SCR akan conduct selama setengah siklus positif, asalkan arus gate
yang tepat untuk mengalirkan dibuat. Semakin besar arus gate,
semakin kecil tegangan suplai di mana SCR turned ON. Arus gate
dapat diubah dengan resistansi variabel r seperti pada Gambar (i).
c) Misalkan arus gate diatur sedemikian rupa sehingga SCR closes
pada tegangan positif V1 yang kurang dari tegangan puncak Vm.
Operation.
Mengacu gambar (ii), bahwa SCR akan mulai conducting saat
tegangan sekunder a.c. menjadi V1 dalam setengah siklus positif. Di
luar ini, SCR akan terus conducting sampai tegangan menjadi nol di
mana ia turned OFF. Selanjutnya di awal dari setengah siklus positif
berikutnya, SCR akan mulai conducting ketika tegangan sekunder
menjadi V1.
d) Mengacu gambar (ii), bahwa sudut tembak α adalah sudut dalam
setengah siklus positif, SCR memulai konduksi. Sudut konduksi
adalah φ (= 180° − α)
Penyearah setengah gelombang biasa akan melakukan setengah siklus
positif penuh, sedangkan penyearah setengah gelombang SCR dapat
dibuat penuh atau sebagian dari setengah siklus positif, yaitu dengan
penyesuaian arus gate yang tepat. Oleh karena itu, SCR dapat
mengontrol daya yang diumpankan ke beban dan karenanya disebut
penyearah terkontrol.
SCR Full-Wave Rectifier
Gambar dibawah persis seperti rangkaian center-tap biasa kecuali dua
dioda telah dengan dua SCR. Gate dari kedua SCR mendapatkan suplai
dari dua kontrol gate. Satu SCR bekerja selama siklus positif dan yang
lainnya selama siklus negatif. Akibatnya, output penyearahan full-wave
diperoleh di seluruh beban.
Single-Phase SCR Inverter Circuit
SCR inverter mengubah arus atau tegangan searah menjadi bolak-balik.
SCR bertindak sebagai sakelar yang dikendalikan, secara bergantian
membuka dan menutup sebuah rangkaian d.c.

Tegangan a.c. yang dihasilkan oleh rangkaian inverter dasar ini didapat
dengan menutup dan membuka sakelar S1 dan S2 secara bergantian.
Single-Phase SCR Inverter Circuit

Dengan mengganti saklar mekanis dengan SCR, yang gate nya ditrigger
oleh generator pulsa eksternal, didapatkan inverter SCR yang praktis.
Circuit Action.
a) Ketika konduksi dimulai dengan mencatukan pulsa trigger positif ke
SCR 1 (SCR 2 diasumsikan OFF), tegangan yang melintasi SCR
menurun dengan cepat saat arus yang melaluinya meningkat. Pada
saat yang sama, kapasitor C mengisi melalui SCR 1 dalam polaritas
yang ditunjukkan. Arus beban mengalir melalui induktor L, bagian atas
dari belitan primer transformator dan SCR1.
b) Ketika pulsa tembak dicatukan ke gate SCR 2, SCR ini turns on dan
menghantarkan arus. Saat yang sama kapasitor C mulai discharge
melalui SCR 1 dan SCR 2. Arus discharge ini mengalir melalui SCR 1
dengan arah sebaliknya. Arus balik ini turns off SCR1. Pada saat SCR
1 turns off, tegangan kapasitor (kira-kira – 2E) muncul di SCR 1
sebagai tegangan reverse, cukup lama untuk pemulihan SCR ini untuk
forward blocking.
Circuit Action.
Secara bersamaan, selama interval ini, conducting SCR 2
memungkinkan kapasitor untuk discharge melalui belitan primer
transformator dan induktor L. Fungsi L adalah untuk mengontrol
discharge rate C untuk memberikan waktu yang cukup bagi SCR 1 turn
OFF. Kapasitor C discharge dengan cepat dari - 2E ke nol dan
kemudian mengisi ke arah yang berlawanan ke + 2E. Arus beban
sekarang dibawa melalui paruh kedua dari belitan primer trafo dan
SCR 2.
c) Ketika pulsa trigger dicatukan ke gate SCR 1, piranti ini akan bekerja
dan SCR 2 akan turn off. Dengan cara ini, SCR 1 dan SCR 2 secara
bergantian turn ON dan OFF. Akibatnya, output a.c. dapat diperoleh,
seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Single-Phase SCR Inverter Circuit

Kesimpulan.
Bentuk gelombang a.c. yang dihasilkan oleh rangkaian inverter
satu fase adalah gelombang sinus yang buruk dan tidak akan
cocok untuk sebagian besar beban industri, komersial, dan
domestik.
Inverter yang lebih kompleks menggunakan beberapa SCR dan
rangkaian trigger yang canggih, yang mampu menghasilkan
tegangan a.c. yang mendekati gelombang sinus murni.
Applications of SCR
Kemampuan SCR untuk mengontrol arus beban yang besar dengan
menggunakan arus gate yang kecil, membuat piranti ini berguna
dalam aplikasi switching dan kontrol.
a) SCR sebagai kontaktor statis.
Cara kerja rangkaian :
Rangkaian diatas menunjukkan penggunaan SCR untuk switch ON
atau OFF daya a.c. pada beban RL.
R1 dan R2 adalah resistansi untuk melindungi dioda D1 dan D2,
sedangkan R3 adalah resistansi untuk pembatas arus gate.
Untuk start rangkaian, switch S closed.
Selama setengah siklus positif suplai a.c., ujung A positif dan ujung B
negatif.
Kemudian dioda D2 mengalirkan arus gate melalui SCR1, sehingga
SCR1 turned ON, sementara SCR2 tetap OFF karena anoda negatif
terhadap katoda.
Konduksi arus oleh SCR1 mengikuti jalur ARLK1BA.
Demikian pula, dalam setengah siklus berikutnya, SCR2 turned ON
dan mengalirkan arus melalui beban.
Sakelar S hanya melayani beberapa mA arus gate untuk turned ON,
dan SCR melayani beberapa ratus ampere pada beban RL.
Applications of SCR
b) SCR untuk kontrol daya.
Cara kerja rangkaian :
Rangkaian diatas menunjukkan penggunaan SCR untuk mengontrol
daya pada beban RL.
Selama setengah siklus positif a.c. suplai, ujung A positif dan ujung
B negatif. Oleh karena itu, kapasitor C2 diisi melalui AD1RC2D4B.
Muatan pada kapasitor C2 tergantung pada nilai potensiometer R.
Ketika kapasitor C2 diisi melalui tegangan yang cukup, kapasitor C2
discharges melalui zener Z.
Ini memberikan pulsa ke sisi primer dan lanjut sisi sekunder
transformator T2, kemudian turns on SCR2 yang mengalirkan arus
melalui beban RL.
Selama siklus suplai negatif, kapasitor C1 charged, dan discharges
melalui zener dan menyulut SCR 1 yang mengalirkan arus melalui
beban.
Cara kerja rangkaian :
Sudut konduksi dapat dikontrol oleh potensiometer R.
Semakin besar resistansi R, semakin kecil tegangan yang melintasi
C1 atau C2 dan karenanya semakin kecil waktu di mana SCR 1 dan
SCR 2 akan berjalan dalam satu siklus penuh.
Dengan cara ini, kita dapat mengontrol daya besar beberapa kW
pada beban RL dengan bantuan potensiometer kecil R.
Applications of SCR
c) SCRs for speed control of d.c. shunt motor.
Metode konvensional kontrol kecepatan motor d.c. shunt adalah
mengubah eksitasi medan. Tapi perubahan eksitasi medan juga
mengubah torsi motor.
Kelemahan ini diatasi dalam kontrol SCR seperti yang ditunjukkan pada
gambar diatas. Dioda D1, D2, D3 dan D4 membentuk jembatan.
Rangkaian jembatan ini mengubah a.c. menjadi d.c. dan memasoknya
ke belitan medan motor.
Selama setengah siklus positif a.c. supply, SCR1 bekerja karena
mendapat arus gate dari rangkaian jembatan serta anoda nya positif
terhadap katoda.
Belitan angker motor mendapat arus. Sudut konduksi dapat diubah
dengan memvariasikan arus gate.
Selama setengah siklus negatif a.c. suplai, SCR 2 menyediakan arus
ke belitan dinamo.
Dengan cara ini, tegangan diumpankan ke dinamo motor dan
karenanya kecepatan dapat dikontrol.
Applications of SCR
d) Overlight detector.
Rangkaian dibawah menunjukkan penggunaan SCR untuk untuk
deteksi cahaya berlebih.
R adalah resistor foto, yang resistansinya menurun seiring dengan
peningkatan intensitas cahaya.
Applications of SCR

Ketika cahaya yang jatuh pada R memiliki intensitas normal, nilai


R cukup tinggi dan tegangan pada R1 tidak cukup untuk
mentrigger SCR.
Namun, ketika R dalam cahaya yang kuat, resistansinya
menurun dan drop tegangan pada R1 menjadi cukup tinggi untuk
memicu SCR.
Akibatnya, bel membunyikan alarm.
Perlu diperhatikan bahwa meskipun cahaya kuat menghilang,
alarm terus membunyikan. Itu karena begitu SCR ditembakkan,
gate kehilangan semua kendali.
Applications of SCR
e) SCR Crowbar.
Crowbar adalah rangkaian yang digunakan untuk melindungi
sensitive-tegangan beban dari kelebihan output tegangan d.c. Power
suplai. Rangkaian crowbar Ini terdiri dari dioda zener, resistor gate
RG dan SCR, serta snubber, yaitu untuk mencegah false triggering.
Operation.
a) Dalam kondisi normal, dioda zener dan SCR dalam keadaan OFF.
Dengan dioda zener dalam kondisi cut-off, tidak ada arus yang
melalui RG dan tidak ada penurunan tegangan yang terjadi pada
resistor ini. Artinya gate SCR berada pada 0 V sehingga SCR dalam
keadaan off. Oleh karena itu, selama dioda zener off, SCR
berperilaku sebagai “open” dan tidak akan mempengaruhi baik catu
daya d.c. atau beban.
b) Misalkan tegangan output catu daya d.c. tiba-tiba meningkat. Hal ini
menyebabkan dioda zener break down dan mengalirkan arus. Saat
arus mengalir melalui dioda zener, tegangan dikembangkan
melintasi resistor RG yang menyebabkan SCR menghantarkan arus.
Ketika SCR conducts, sumber tegangan di-short oleh SCR. Fuse
tegangan suplai putus dan beban dilindungi dari tegangan lebih.
Light-Activated SCR

The light-activated SCR (LASCR) adalah piranti peka cahaya yang


setara dengan SCR normal. Seperti namanya, statusnya dikontrol oleh
cahaya yang jatuh pada depletion layers.

Dalam SCR normal, arus gate turns on


piranti. Di LASCR, alih-alih menerapkan
arus gate eksternal, penyinaran cahaya
pada piranti sudah bisa turns it ON.
Sama seperti SCR normal, LASCR akan
terus bekerja meskipun sumber cahaya
dilepas.
Banyak aplikasi LASCR, termasuk kontrol lampu optik, relai,
kontrol fase, kontrol motorik, dan sejumlah besar aplikasi
komputer.
Light-Activated SCR

Arus maksimum (r.m.s.) dan daya (gate) untuk LASCR yang tersedia
secara komersial saat ini adalah sekitar 3 A dan 0,1 W.
LASCR sangat sensitif terhadap cahaya saat terminal gate terbuka.
Sensitivitasnya dapat dikurangi dan dikontrol dengan memasukkan
resistor gate.
Contoh 5.
Rangkaian SCR dibawah memiliki tegangan trigger gate VT = 0.7 V, arus
trigger gate IT = 7 mA dan arus holding IH = 6 mA.
a) Berapakah tegangan output saat SCR OFF ?
b) Berapakah tegangan input yang mentrigger SCR?
c) Jika VCC diturunkan sampai SCR open, berapa nilai VCC ?
Solusi.
a) Ketika SCR off (not conducting), tidak ada arus melalui resistor
100 Ω.
∴ Vout = tegangan suplai VCC = 15 V

b) Tegangan input voltage Vin harus mengatasi VT (= 0,7 V)


dan juga menyebabkan 7 mA mengalir melalui resistor 1 kΩ

∴ Vin = VT + IT ⋅ R = 0.7 + (7 mA) (1 kΩ) = 7.7 V.

c) Untuk open SCR, VCC harus dikurangi agar arus anoda sama
dengan IH
Contoh 6.
Rangkaian gambar dibawah, SCR memiliki tegangan trigger 0,7 V.
Hitung tegangan suplai yang turns on crowbar. Abaikan resistansi
dioda zener.
Solusi.
Tegangan breakdown dari zener adalah 5.6 V. Untuk turn on SCR,
tegangan pada 68 Ω sama dengan VT (= 0.7 V).
∴ VCC = VZ + VT = 5.6 + 0.7 = 6.3 V

Ketika tegangan suplai menjadi 6,3 V, zener breaks down dan starts
conducting. Tegangan VT (= 0,7 V) di 68 Ω memaksa SCR ke
konduksi. Ketika SCR conducts, tegangan suplai di-short oleh SCR
dan sekering dari tegangan suplai terbakar. Dengan demikian beban
(100 Ω) terlindungi dari tegangan lebih.
Contoh 7.
Zener diode pada gambar rangkaian dibawah, memiliki tolerance ±
10% dan tegangan trigger dapat setinggi 1.5 V. Berapakah tegangan
suplai maksimum dimana crowbarring terjadi ?
Solusi.
Tegangan breakdown dari zener 12 V dengan tolerance ± 10%. Artinya
tegangan breakdown zener bervariasi dari 10.8 V hingga 13.2 V.
Karena tegangan trigger dari SCR memiliki nilai maximum 1.5 V,

Jadi nilai maximum dari tegangan


supply untuk crowbarring
= 13.2 V + 1.5 V = 14.7 V
Contoh 8.
Rangkaian mula-mula berada di ruangan gelap. Saat lampu dinyalakan,
LASCR menyala. Berapa perkiraan tegangan output? Jika lampu
dimatikan, berapa tegangan outputnya?
Solusi.
Ketika cahaya jatuh, piranti mulai konduksi dan
tegangan output idealnya,
Vout = 0 V
Jika memperhitungkan drop anoda-katoda, Vout =
0.7 V. Ketika lampu dimatikan, LASCR stops
conducting dan tegangan output sama dengan
tegangan suplai VCC yaitu.

Vout = VCC = + 25 V
Contoh 9.
Berikan metode sederhana untuk testing suatu SCR.?
Solusi.
Lampu uji memiliki dua tujuan. Pertama adalah indikator visual dari
konduksi arus. Kedua, membatasi arus yang melalui SCR.
a) Saat sakelar S ditutup, lampu seharusnya tidak menyala agar
SCR berfungsi dengan baik. Itu karena tegangan diterapkan
hanya antara anoda dan katoda tetapi tidak ada tegangan
pemicu. Jika lampu menyala, SCR di-short.
b) Sekarang sentuh R1 sebentar antara terminal gate dan anoda.
Untuk SCR yang bagus, lampu harus menyala dan terus
menyala. Jika tidak, SCR terbuka. Perhatikan bahwa lampu
akan menyala setengah terang karena SCR hanya berjalan
setiap setengah siklus lainnya.
Pertanyaan Pilihan Ganda

1. An SCR has … pn junctions.


(i) two (iii) four
(ii) three (iv) none of the above

2. An SCR is a solid state equivalent of …


(i) triode (iii) gas-filled triode
(ii) pentode (iv) tetrode

3. An SCR has …. semiconductor layers.


(i) two (iii) four
(ii) three (iv) none of the above

4. An SCR has three terminals viz. ....


(i) cathode, anode, gate (iii) anode, cathode, drain
(ii) anode, cathode, grid (iv) none of the above
Pertanyaan Pilihan Ganda
5. An SCR behaves as a .... switch.
(i) unidirectional (iii) mechanical
(ii) bidirectional (iv) none of the above

6. An SCR is sometimes called ....


(i) Triac (iii) unijunction transistor
(ii) Diac (iv) thyristor

7. An SCR is made of ....


(i) Germanium (iii) carbon
(ii) Silicon (iv) none of the above

8. In the normal operation of an SCR, anode is .... w.r.t. cathode.


(i) at zero potential (iii) positive
(ii) negative (iv) none of the above
Pertanyaan Pilihan Ganda
9. In normal operation of an SCR, gate is .... w.r.t. cathode.
(i) positive (iii) at zero potential
(ii) negative (iv) none of the above

10. An SCR combines the features of ....


(i) a rectifier and resistance (iii) a rectifier and capacitor
(ii) a rectifier and transistor (iv) none of the above

11. The control element in an SCR is ....


(i) cathode (iii) anode supply
(ii) Anode (iv) gate

12. The normal way to turn on an SCR is by ....


(i) breakover voltage (iii) appropriate gate current
(ii) appropriate anode current (iv) none of the above
Pertanyaan Pilihan Ganda

13. An SCR is turned off by ....


(i) reducing anode voltage to zero (iii) reverse biasing the gate
(ii) reducing gate voltage to zero (iv) none of the above
14. An SCR is a .... triggered device.
(i) voltage (iii) voltage as well as current
(ii) current (iv) none of the above
15. In an SCR circuit, the supply voltage is generally .... that of
breakover voltage.
(i) equal to (iii) greater than
(ii) less than (iv) none of the above
16. When an SCR is turned on, the voltage across it is about ....
(i) zero (iii) 0.1 V
(ii) 10 V (iv) 1V
Pertanyaan Pilihan Ganda
17. An SCR is made of silicon and not germanium because silicon ....
(i) is inexpensive (iii) has small leakage current
(ii) is mechanically strong (iv) is tetravalent

18. An SCR is turned off when ....


(i) anode current is reduced to zero (iii) gate is reverse biased
(ii) gate voltage is reduced to zero (iv) none of the above

19. In an SCR circuit, the angle of conduction can be changed by ....


(i) changing anode voltage (iii) reverse biasing the gate
(ii) changing gate voltage (iv) none of the above

20. If firing angle in an SCR circuit is increased, the output ....


(i) remains the same (iii) is decreased
(ii) is increased (iv) none of the above
Pertanyaan Pilihan Ganda
21. If gate current is increased, then anode-cathode voltage at which
SCR closes ....
(i) is decreased (iii) remains the same
(ii) is increased (iv) none of the above

22. When SCR is OFF, the current in the circuit is ....


(i) exactly zero (iii) large leakage current
(ii) small leakage current (iv) none of the above

23. An SCR can exercise control over .... of a.c. supply.


(i) positive half-cycles only
(ii) negative half-cycles only
(iii) both positive and negative half-cycles
(iv) positive or negative half-cycles
Pertanyaan Pilihan Ganda

24. We can control a.c. power in a load by connecting ....


(i) two SCRs in series
(ii) two SCRs in parallel
(iii) two SCRs in parallel opposition
(iv) none of the above

25. When SCR starts conducting, then .... loses all control.
(i) gate
(ii) cathode
(iii) anode
(iv) none of the above
Review Topics

1. Explain the construction and working of an SCR.


2. Draw the equivalent circuit of an SCR and explain its working
from this equivalent circuit.
3. Explain the terms breakover voltage, holding current and forward
current rating as used in connection with SCR analysis.
4. Draw the V-I characteristics of an SCR. What do you infer from
them ?
5. Explain the action of an SCR as a switch. What are the
advantages of SCR switch over a mechanical or electro-
mechanical switch ?
6. Discuss some important applications of SCR.
Discussion Questions

1. How does SCR differ from an ordinary rectifier ?


2. Why is SCR always turned on by gate current ?
3. Why SCR cannot be used as a bidirectional switch ?
4. How does SCR control the power fed to the load ?
5. Why are SCRs usually used in a.c. circuits?
6. Name three thyristor devices.
7. Why is SCR turned on by high-frequency radiation ?
Problems

1. An SCR has a breakover voltage of 450 V, a trigger current of 15


mA and holding current of 10 mA. What do you infer from it?
2. An SCR in a circuit is subjected to a 50 A current surge that lasts
for 10 ms. Determine whether or not this surge will destroy the
device. Given that circuit fusing rating of SCR is 90 A2s.
[will not be destroyed]
3. An SCR has a circuit fusing rating of 70 A2s. The device is being
used in a circuit where it could be subjected to a 100 A surge.
Determine the limit on the duration of such a surge.
[7 ms]
4. An SCR has a circuit fusing rating of 60 A2s. Determine the highest
surge current value that SCR can,withstand for a period of 20 ms.
[54.77 A]
Problems

5. In Fig. 1, what value of input voltage would be required to cause


the SCR to break down if the gate current required for firing is 10
mA ? [3.7 V]

Fig. 1
Problems

6. In Fig. 2, if the trigger current of the SCR is 1.5 mA, what is the
input voltage that triggers the SCR? Given VT = 0.7 V.
[7.3 V]

Fig. 2
Fig. 2

7. A 24 V r.m.s. supply is connected to a half-wave SCR circuit that is


triggered at 50°. What is the d.c. voltage delivered to the load ?
[8.88 V]

Anda mungkin juga menyukai