Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA PENYAKIT STROKE

DI SUSUN OLEH:
ARDITA INDASARI(N21018018)

UNIVERITAS TADULAKO
PRODI D111 KEPERAWATAN TAHUN
AJARAN 2020/2021
A. Definisi Stroke
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.
(Smeltzer C., 2002)
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Susilo, 2000)
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
1. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu
perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat
anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah,
pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non
haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke
trombotik (Wanhari, 2008).
2. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan
adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda
yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi
cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk
(Wanhari, 2008).
B. . Gejala Stroke
Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda-beda, sehingga gejala
stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Gejala atau
tanda stroke bervariasi pada setiap orang, namun umumnya muncul secara tiba-tiba. Ada
3 gejala utama stroke yang mudah untuk diingat, yaitu:

 Face (wajah). Wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu tersenyum
karena mulut atau mata terkulai.
 Arms (lengan). Orang dengan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah satu
lengannya karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi
dengan lengan tersebut juga mengalami kelemahan.
 Speech (cara bicara). Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara
sama sekali meskipun penderita terlihat sadar.

Selain itu, ada beberapa gejala dan tanda stroke lain yang mungkin muncul, antara lain:

 Mual dan muntah.
 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo).
 Penurunan kesadaran, yang bisa berujung ke koma atau kondisi vegetatif.
 Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
 Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
 Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.

C. Penyebab Stroke
Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:

 Stroke iskemik. Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi
ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat
berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke
dalam 2 jenis, di antaranya:
o Stroke trombotik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di
salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Pembentukan gumpalan
darah ini disebabkan oleh timbunan lemak atau plak yang menumpuk di arteri
(aterosklerosis) dan menyebabkan menurunnya aliran darah.
o Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau gumpalan
yang terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa melalui aliran darah
dan tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan arteri otak menyempit.
Jenis gumpalan darah ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama jantung,
yaitu fibrilasi atrium, sering menyebabkan stroke embolik.
 Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan
menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang
memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi:
o Hipertensi yang tidak terkendali.
o Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak).
o Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah).

Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain:

o Perdarahan intraserebral. Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah di


otak pecah dan menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak
sel otak.
o Perdarahan subarachnoid. Pada perdarahan  subarachnoid, pembuluh darah
arteri yang berada dekat permukaan otak, pecah dan menumpahkan isinya ke
rongga subarachnoid, yaitu ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak.

Transient Ischemic Attack (TIA)


TIA memiliki gejala yang serupa dengan jenis stroke lainnya, namun TIA umumnya
hanya berlangsung selama lima menit. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan suplai
darah ke otak akibat gumpalan darah yang menghambat aliran darah ke otak. TIA tidak
mengakibatkan kerusakan jaringan otak secara permanen dan gejalanya pun tidak
berlangsung lama. Meskipun demikian, segera hubungi dokter untuk mencegah
serangan stroke dan mengendalikan faktor risikonya.

Faktor Risiko Stroke


Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor
risiko di bawah ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor
tersebut meliputi:

 Faktor kesehatan, yang meliputi:


o Hipertensi.
o Diabetes.
o Kolesterol tinggi.
o Obesitas.
o Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung,
atau aritmia.
o Sleep apnea.
o Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.
 Faktor gaya hidup, yang meliputi:
o Merokok.
o Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
o Konsumsi obat-obatan terlarang.
o Kecanduan alkohol.
 Faktor lain yang berhubungan dengan risiko stroke, antara lain:
o Faktor keturunan. Jika anggota keluarga pernah mengalami stroke, maka risiko
terkena stroke juga semakin tinggi.
o Usia. Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan orang yang lebih muda.

D. Pengobatan Stroke
Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada
jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang
menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan perdarahan di dalam
atau di sekitar otak (stroke hemoragik).

 Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk


menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
o Penyuntikkan rtPA. Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen
activator) melalui infus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak
semua pasien dapat menerima pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah pasien
merupakan kandidat yang tepat untuk diberikan rtPA.
o Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat
antiplatelet, seperti aspirin.
o Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan
obat-obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja dengan cara mengubah
komposisi faktor pembekuan dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada
penderita stroke dengan gangguan irama jantung.
o Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak
diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan
stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga digunakan
untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko
terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat enzim
pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta
(alpha- dan beta-blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium
channel blocker).
o Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin,
seperti atorvastatin, untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk
menghambat enzim penghasil kolesterol di dalam organ hati.
o Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah
berulangnya stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui
prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter
dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang
terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi
endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur
ini tidak sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya,
terutama penyakit jantung.
o Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan
dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang dimasukkan
melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis.
Kateter ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri
karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu disangga
dengan ring atau stent.

 Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal


bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada
beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik, antara lain:
o Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat
antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau
obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
o Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan
operasi. Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila
memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang pecah

E. Pemulihan Stroke
Stroke berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Proses rehabilitasi tergantung pada
gejala yang dialami dan seberapa parah gejala tersebut. Selama melalui masa
rehabilitasi, pasien akan didampingi dan dibantu oleh sejumlah ahli yang meliputi
dokter, psikolog, terapis bicara, fisioterapis, dan perawat.
Dampak stroke dapat bersifat meluas dan berlangsung lama. Untuk dapat benar-benar
pulih, penderita harus melakukan rehabilitasi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Namun, sebagian besar penderita stroke sangat sulit untuk bisa pulih sepenuhnya.
Beberapa dampak yang ditimbulkan akibat stroke, antara lain:

 Dampak fisik serangan stroke. Ada beberapa dampak fisik yang dapat terjadi akibat
serangan stroke, antara lain:
o Kelumpuhan pada salah satu bagian tubuh.
o Terganggunya koordinasi dan keseimbangan tubuh.

Kelumpuhan pada bagian tubuh sebaiknya diperiksa oleh dokter spesialis rehabilitasi
medik yang nantinya akan menyusun rencana fisioterapi. Fisioterapi biasanya akan
dimulai setelah kondisi kesehatan pasien stabil. Postur tubuh dan keseimbangan adalah
hal utama yang akan diperbaiki. Pasien akan menjalani sesi fisioterapi secara rutin oleh
fisioterapis dengan durasi yang semakin meningkat seiring pulihnya kendali dan
kekuatan otot pasien.
Umumnya, ada dua target dalam fisioterapi, yaitu target jangka pendek dan target jangka
panjang. Dalam target jangka pendek, pasien akan dilatih untuk melakukan gerakan
sederhana, seperti mengambil sebuah objek. Sementara, untuk target jangka panjang,
pasien dilatih untuk berdiri dan berjalan.
Dalam prosesnya, dokter rehabilitasi medik dan petugas fisioterapi tidak hanya bekerja
sendiri. Anggota keluarga pasien pun bisa dilibatkan. Hal ini dilakukan agar anggota
keluarga pasien tersebut mampu melatih pasien saat berada di rumah.
Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan fisik cenderung relatif. Fisioterapi bisa
berlangsung beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan biasanya terapi dihentikan
jika kondisi pasien tidak lagi menunjukkan kemajuan.

 Dampak kognitif serangan stroke. Stroke juga dapat mengganggu fungsi kognitif


penderita. Fungsi kognitif sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kemampuan otak mengolah informasi. Fungsi kognitif meliputi:
o Daya ingat.
o Konsentrasi.
o Komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
o Kemampuan melakukan aktivitas fisik seperti mandi atau makan.
o Kemampuan melakukan fungsi pengambilan keputusan, seperti memecahkan
masalah, membuat rencana, dan mempertimbangkan situasi.

Sebelum rencana rehabilitasi dan pengobatan dibuat, seluruh fungsi kognitif pasien akan
diperiksa.
Selama rehabilitasi, pasien akan diajarkan berbagai teknik pemulihan fungsi kognitif, salah
satunya adalah terapi untuk memulihkan kemampuan berkomunikasi. Sebagian fungsi
kognitif akan pulih setelah rehabilitasi, meskipun tidak seratus persen.
Kerusakan otak akibat stroke juga bisa meningkatkan risiko terjadinya demensia vaskular.
Demensia vaskular bisa terjadi langsung atau beberapa waktu setelah serangan stroke.

 Dampak psikologis serangan stroke. Setelah orang mengalami stroke, mereka mungkin


akan mengalami gangguan psikologis, seperti depresi atau gangguan kecemasan.
Gangguan psikologis ini ditandai dengan rasa marah, cemas, bingung, depresi, dan
frustrasi.

Psikolog dapat memberikan nasihat dan motivasi agar stroke tidak terlalu berdampak pada
kehidupan pasien, terutama dalam kehidupan keluarga.
Salah satu terapi psikologis setelah stroke adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini
bertujuan membantu pasien beradaptasi dengan keadaan yang terjadi. Selain terapi dari
psikolog, dukungan orang-orang terdekat juga sangat penting untuk mengembalikan
kondisi jiwa pasien seperti semula.

 Masalah pada kemampuan berkomunikasi. Salah satu masalah utama yang banyak


dihadapi penderita stroke adalah kemampuan berbicara, memahami, membaca, dan
menulis. Kondisi ini disebut afasia atau disfasia. Afasia terjadi akibat rusaknya bagian
otak yang mengatur kemampuan bicara atau rusaknya otot-otot yang mendukung
kemampuan tersebut. Untuk memulihkan kemampuan komunikasi, pasien akan
ditangani oleh ahli terapi terkait.
 Masalah pada daya penglihatan. Sebagian penderita stroke mengalami gangguan
penglihatan pascastroke, seperti hilangnya penglihatan (buta) pada salah satu mata.
Kondisi ini disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang menerima, mengolah, dan
menerjemahkan informasi yang dikirim oleh mata.

 Masalah buang air kecil. Stroke dapat menyerang bagian otak yang mengendalikan
pembuangan urine. Karena itu orang yang pernah terserang stroke dapat
mengalami inkontinensia urine.

 Kehidupan seks pascastroke. Meski beberapa bagian tubuh orang yang pernah


terserang stroke mengalami kelumpuhan, namun mereka masih bisa menikmati saat-saat
intim bersama pasangan mereka. Mereka dapat mencoba sejumlah posisi yang sesuai
dengan keadaan mereka. Berhubungan intim tidak membuat penderita lebih berisiko
terkena stroke lagi, jadi penderita tidak dilarang untuk berhubungan intim. Beberapa
obat stroke dapat menurunkan libido, karena itu diharapkan pasien berkonsultasi dengan
dokter jika mengalami masalah tersebut

 Mengemudi kendaraan pascastroke. Biasanya setelah terserang stroke, orang tidak


dianjurkan untuk mengemudi selama satu bulan. Cepat atau lambatnya seseorang boleh
mengemudi kembali tergantung pada kerusakan jangka panjang yang mereka alami dan
kendaraan apa yang akan mereka kemudikan. Dokter bisa membantu memutuskan
apakah penderita boleh mengemudi kembali atau sebaiknya menjalani pemeriksaan
lanjutan terlebih dahulu.

Untuk anggota keluarga atau kerabat penderita stroke, ada banyak yang dapat dilakukan
untuk memberikan dukungan dan semangat agar penderita dapat melalui proses
rehabilitasi dengan cepat, antara lain:

 Membantu memotivasi penderita dalam mencapai target jangka panjang.


 Beradaptasi dengan kondisi penderita, seperti berbicara perlahan jika penderita
mengalami masalah komunikasi.
 Ikut terlibat dalam latihan fisioterapi.
 Memberikan dukungan moril dan keyakinan bahwa kondisi penderita akan pulih seiring
waktu.

Rasa frustrasi dan kesepian kerap dialami oleh mereka yang merawat penderita
pascastroke. Karena itu beberapa saran yang diuraikan di bawah ini diharapkan bisa
membantu.

 Siapkan hati untuk menghadapi perubahan perilaku. Kepribadian orang yang pernah


terserang stroke kerap mengalami perubahan dan kadang-kadang perilakunya bisa tidak
rasional. Contohnya mereka bisa menjadi pemarah dan pembenci. Hal tersebut
disebabkan oleh dampak psikologis dan kognitif. Meski menjengkelkan, cobalah untuk
tidak diambil hati. Ingat bahwa kepribadian asli mereka akan kembali setelah
rehabilitasi mereka mengalami kemajuan.
 Berusaha untuk tetap sabar dan berpikiran positif. Sikap sabar dan pikiran positif
sangat dibutuhkan untuk mendukung pemulihan orang yang pernah terserang stroke.
Sering kali rehabilitasi berjalan lama dan membuat kita frustrasi. Namun percayalah,
akan ada periode di mana kemajuan tercapai. Berusahalah untuk menyemangati dan
memuji sekecil apa pun kemajuan yang ada. Karena dengan begitu, penderita akan terus
termotivasi untuk mencapai target jangka panjang mereka.

 Penting untuk sedikit meluangkan waktu untuk diri sendiri. Jangan abaikan


kesehatan fisik maupun psikologis Anda sendiri, meski Anda sedang merawat orang
yang pernah mengalami stroke. Bersosialisasi dengan teman-teman atau rekreasi dapat
menjernihkan pikiran dan membantu Anda mengatasi situasi dengan lebih baik.

 Peluang penderita stroke untuk dapat hidup normal kembali. Walaupun penderita


telah menjalani pengobatan, stroke tidak bisa pulih sepenuhnya. Berikut adalah peluang
yang dimiliki oleh penderita stroke secara umum:
o Sepertiga pasien stroke pulih sepenuhnya meski harus terus didukung agar dapat
menjalani hidup normal.
o Sepertiga pasien stroke pulih, namun mengalami kelumpuhan. Mulai dari
kelumpuhan ringan, seperti perlu dibantu saat mandi, hingga kelumpuhan berat,
seperti tidak bisa bangun sama sekali.
o Sepertiga pasien stroke tidak pulih sama sekali dan meninggal dalam kurun waktu
satu tahun, bahkan sebagian besar dari mereka meninggal di rumah sakit pada beberapa
minggu awal.

F. Pencegahan Stroke
Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu,
kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:

 Menjaga pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak


dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan hipertensi
yang dapat memicu terjadinya stroke. Jenis makanan yang rendah lemak dan tinggi
serat sangat disarankan untuk kesehatan. Hindari konsumsi garam yang berlebihan.
Konsumsi garam yang baik adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari.

Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein,
vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian
utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit.
 Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem
peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar
kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah normal.

Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan melakukan aktivitas aerobik setidaknya
150 menit seminggu yang dibagi dalam beberapa hari, ditambah dengan latihan
kekuatan otot setidaknya dua kali seminggu. Yang termasuk aktivitas aerobik antara
lain jalan cepat atau bersepeda. Sementara yang termasuk latihan kekuatan, antara lain
angkat beban, yoga, ataupun push-up dan sit-up
Namun bagi mereka yang baru sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya
mustahil dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan pertama setelah stroke.
Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi mengalami kemajuan.

 Berhenti merokok. Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang merokok,
karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah
menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai masalah
kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
 Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung kalori tinggi.
Jika minuman beralkohol dikonsumsi secara berlebihan, maka seseorang rentan
terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi
minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak
teratur.
 Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain
dan methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran
darah.

Referensi: eprints.poltekesjogja.ac.id

Anda mungkin juga menyukai