Anda di halaman 1dari 7

PERILAKU ORGANISASI

“KONFLIK DAN NEGOSIASI”

KELAS D10
KELOMPOK 06

1. NI PUTU ANNIE ANGELINA (1833121291)


2. NI MADE SETARI (1833121460)
3. KADEK DIAN OCTAVIANI (1833121464)
4. I KOMANG SUBAGIA VALENTINO (1833121480)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KONFLIK DAN NEGOSIASI

A. DEFINISI KONFLIK
Istilah “konflik” berasal dari bahasa Inggris, yaitu “conflict” yang artinya pertentangan
atau perselisihan. Konflik adalah proses disosiatif dalam interaksi sosial yang terjadi
ketika semua pihak dalam masyarakat ingin mencapai tujuannya dalam waktu bersamaan.
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
1. Taquiri dan Davis
Konflik adalah warisan kehidupan sosial yang terjadi dalam berbagai keadaan sebagai
akibat dari bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan di
antara dua pihak atau lebih secara terus-menerus.
2. Lewis A. Coser
Konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status dan merupakan bagian dari
masyarakat yang akan selalu ada, sehingga apabila ada masyarakat maka akan
muncul konflik.
3. Soerjono Soekanto
Konflik adalah suatu keadaan pertentangan antara dua pihak untuk
berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan.
4. Robbins
Konflik adalah proses sosial dalam masyarakat yang terjadi antara pihak berbeda
kepentingan untuk saling memberikan dampak negatif, artinya pihak-pihak yang
berbeda tersebut senantiasa memberikan perlawanan.
5. Alabaness
Konflik adalah keadaan masyarakat yang mengalami kerusakan
keteraturan sosial yang dimulai dari individu atau kelompok yang tidak
setuju dengan pendapat dan pihak lainnya sehingga mendorong
terjadinya perubahan sikap, prilaku, dan tindakan atas dasar
ketidaksetujuannya.
Jadi pengertian konflik adalah suatu proses sosial antara dua individu atau kelompok
sosial dimana masing-masing pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lain demi
mencapai tujuannya dengan cara memberikan perlawanan yang disertai dengan ancaman
dan kekerasan.
B. TIPE KONFLIK
Ada beberapa konflik yang dikenali antara lain:
1. Konflik Fungsional
Adalah semua jenis konflik yang dapat mendukung tercapainya sasaran organisasi
dan memperbaiki kinerja. Contoh: Departemen Produksi dan Departeman Pemasaran
dalam suatu perusahaan terlibatkonflik, tentang bagaimana cara menghasilkan produk
yang lebihbaik, tanpa peningkatan biaya yang berarti.
2. Konflik Disfungsional
Yaitu jenis konflik yang terjadi karena adanya sesuatu atau seseorang yang tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, sehingga akan merintangi atau menghambat
kinerja organisasi. Contoh: adanya sentiment atau rasa tidak senang individu,sehingga
saling menghambat atau menjatuhkan satu terhadap yang lain masing-masing ingin
mencari menangnya sendiri.
3. Konflik Tugas
Adalah konflik atas isi dan sasaran pekerjaan, dengan kata lain konflik yang
berkenaan dengan pekerjaanitusendiri.Contoh: konflik yang terjadi antara bagian
penjualan dan bagian keuangan, untuk menaikkan volume penjualan maka bagian
penjualan menempuh melakukan penjualan secara kredit, akan tetapi bagian
keuangan harus menjaga tingkat likuiditas, maka penjualan secarakredit harus
dibatasi.
4. Konflik Hubungan
Konflik yang terjadi berdasarkan hubungan interpersonal (antarperorangan). Contoh:
ketidaksenangan bawahan terhadap atasannya (secara pribadi) akan menimbulkan
ketidakserasian dan menghambat penyelesaian tugas
5. Konflik Proses
Yaitu konflik atas cara melakukan pekerjaan, ini bisa terjadi bila tidak ada aturan
tentang pembagian tugas dan wewenang masing-masing orang atau bagian. Konflik
akan terjadi tentang siapa dan harus berbuat apa.
C. PROSES KONFLIK
1. Tahap I: Potensi Pertentangan atau Ketidaksetaraan.
Tahap pertama dalam proses konflik adalah munculnya kondisi yang menciptakan
peluang bagi pecahnya konflik, kondisi-kondisi tersebut tidak semestinya mengarah
ke konflik, tetapi salah satu darinya diperlukan jika konflik hendak muncul. Secara
sederhana, kondisi tersebut dapat dipadatkan ke dalam tiga kategori umum sebagai
berikut:
 Komunikasi. Terlalu banyak dan terlalu sedikitnya komunikasi dapat menjadi
dasar konflik. Lebih jauh, saluran yang dipilih untuk komunikasi bisa
mempengaruhi tingkat potensi pertentangan. Proses penyaringan yang terjadi
ketika informasi disampaikan di antara para anggota, serta penyimpangan
komunikasi atau distorsi dari saluran-saluran formal atau yang dibangun
sebelumnya juga membuka keran peluang munculnya konflik.
 Struktur. Struktur dalam konteks ini mencakup variabel-variabel seperti
ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang di berikan kepada anggota
kelompok, kejelasan yurisdiksa, keserasian antara anggota dan tujuan, gaya
pemimpin, sistem imbalan, dan kadar ketergantungan antarkelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai daya
yang merangsang konflik. Semakin besar kelompok dan terspesialisasi
kegiatan-kegiatannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.
Semakin besar ambinguitas dalam mendefinisikan secara tepat di mana letak
tanggung jawab atas tindakan, semakin besar potensi munculnya konflik.
 Variabel-variabel pribadi. Variabel-variabel pribadi meliputi kepribadian,
emosi, dan nilai-nilai.
2. Tahap II: Kognisi dan Personalisasi.
Sebagaimana telah disinggung dalam definisi mengenai konflik, disyaratkan adanya
persepsi. Karena itu, salah satu pihak atau lebih harus menyadari adanya kondisi-
kondisi anteseden atau pendahulu. Namun, karena suatu konflik yang dipersepsi,
tidak berarti bahwa konflik itu dipersonalisasi. Dalam tahap ini kita harus ingat dua
hal berikut:
 Tahap II penting karena di sinilah isu-isu konflik biasanya didefinisikan. Pada
tahapan proses ini, pihak-pihak yang bersangkutan memutuskan perihal
penyebab konflik.
 Emosi memainkan peranan utama dalam membangun sebuah persepsi.
3. Tahap III: Maksud.
Maksud (intensions) mengintervensikan antara persepsi serta emosi orang dan
perilaku keluaran mereka. Maksud adalah keputusan untuk bertindak dengan cara
tertentu. Dengan menggunakan dua dimensi, sifat kooperatif dan tegas, lima maksud
penanganan konflik berhasil diidentifikasikan sebagai berikut:
 Bersaing.
 Bekerja sama.
 Menghindar.
 Akomodatif.
 Kompromis.
4. Tahap IV: Perilaku.
Ketika berpikiran tentang situasi konflik, sebagaina orang cenderung memusatkan
perhatian mereka pada tahap ini. Tahap perilaku meliputi pernyataan, aksi, dan reaksi
yang di buat pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik biasanya merupakan
upaya kasat mata untuk mengoperasikan maksud dari masing-masing pihak.
5. Tahap V: Akibat.
Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi.
Konsekuensi ini bisa bersifat fungsional, dalam arti menghasilkan perbaikan kinerja
kelompok, atau juga bersifat disfungsional kerana menghambat kinerja kelompok.
 Akibat fungsional. Sulit membayangkan situasi dimana agresi terbuka dan
kasar dapat berfungsi fungsional. Akan tetapi, ada beberapa contoh di mana
tingkat konflik yang rendah atau sedang dapat meningkatkan efektivitas
sebuah kelompok.
 Akibat disfungsional. Konsekuensi destruktif dari konflik terhadap kinerja
sebuah kelompok atau organisasi sudah banyak diketahui. Salah satu
rangkuman berbunyi: “Pertengkaran yang tak terkendali menumbuhkan rasa
tidak senang, yang menyebabkan ikatan bersama renggang, dan pada akhirnya
menuntun pada kehancuran kelompok”.
 Menciptakan konflik fungsional. Konflik fungsional merupakan tugas yang
berat, terutama di perusahaan korprasi besar Amerika. Sebagaimana
dinyatakan oleh konsultan, bahwa sebagaian orang yang berada di puncak
adalah orang yang suka menghindari konflik. Cara menciptakan konflik bisa
dengan memberikan penghargaan kepada orang yang berbeda pendapat dan
menghukum mereka mereka yang suka menghindari konflik. Di sini tantangan
bagi para manajer karena merek harus siap mendengar hal yang tidak ingin
mereka dengar.

D. NEGOSIASI
1. Pengertian Negosiasi
Negosiasi adalah suatu bentuk interaksi sosial antara beberapa pihak yang bertujuan
untuk mencapai kesepakatan bersama yang dianggap menguntungkan pihak-pihak
yang bernegosiasi. Orang yang melakukan kegiatan negosiasi disebut dengan
negosiator.
2. Tujuan Negosiasi
 Untuk mencapai suatu kesepakatan yang dianggap menguntungkan semua
pihak.
 Untuk menyelesaikan suatu masalah dan menemukan solusi dari masalah
yang tengah dihadapi pihak-pihak yang bernegosiasi.
 Untuk mencapai suatu kondisi yang saling menguntungkan bagi pihak-pihak
yang bernegosiasi dimana semuanya mendapatkan manfaat (win-win
solution).
3. Manfaat Negosiasi
 Terciptanya suatu jalinan kerjasama antara satu pihak dengan pihak lainnya
untuk mencapai tujuan masing-masing.
 Adanya saling pengertian antara masing-masing pihak yang bernegosiasi
mengenai kesepakatan yang akan diambil dan dampaknya bagi semua pihak.
 Negosiasi bermanfaat bagi terciptanya suatu kesepakatan bersama yang saling
menguntungkan bagi semua pihak yang bernegosiasi.
 Terciptanya suatu interaksi yang positif antara pihak-pihak yang bernegosiasi
sehingga jalinan kerjasama akan menghasilkan dampak yang lebih luas bagi
banyak orang.
4. Proses Negosiasi
 Persiapan dan Perencanaan
Negosiasi yang baik tentunya membutuhkan proses persiapan dan
perencanaan yang matang, dengan terlebih dahulu melakukan background
check terhadap apa yang akan di negosiasikan, dengan siapa kita akan
melakukan proses negosiasi. Proses ini juga perlu mempelajari apa yang
menjadi tujuan dari lawan, apa persepsinya, apa karakteristik. Dalam
persiapan dan perencanaan ini kita perlu memfokuskan pada kekuatan dan
kekurangan yang perlu diperbaiki. Pada intinya seorang negosiator yang baik
harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai apa yang akan
dinegosiasikan. Ini akan memudahkan negosiator dalam melakukan negosiasi.
 Mendefinisikan Aturan-Aturan Pokok
Setelah proses persiapan dan perencanaan dilakukan, selanjutnya yang perlu
ditetapkan adalah mendefinisikan aturan-aturan pokok atau pedoman dalam
negosiasi seperti apa yang boleh dan apa yang tidak. Yang paling penting
tentu saja adalah tujuan utama yang telah ditetapkan. Pedoman atau aturan-
aturan pokok perlu mendefinisikan batasan-batasan misalnya jika terjadi
deadlock atau ketidaksepakatan, apa yang perlu dilakukan, pada tingkatan apa
seorang negosiator boleh menurunkan tuntutannya.
 Klarifikasi dan Justifikasi
Dalam proses ini, para pihak yang melakukan negosiasi akan melakukan
penjelasan (clarify) terhadap maksud dan tujuan masing-masing pihak. Dalam
tahap ini, informasi akan diberikan kepada masing-masing pihak. Tentu saja
kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan tergantung pada strategi
negosiasi yang akan dipilih, apakah distributif atau integratif. Kita juga perlu
memahami bahwa dalam tahap ini, pihak lain (dan juga mungkin diri kita)
akan membesar-besarkan permasalahan (amplify), dan melakukan justifikasi
(pembenaran) terhadap apa yang akan dinegosiasikan. Bahkan tidak jarang
dapat melakukan bolstering (menghasut). Namun proses ini tidak harus
berlangsung secara konfrontatif, bahkan ketika kita menggunakan atau strategi
distributif sekalipun.
 Penawaran dan Pemecahan Masalah
Proses inilah merupakan proses paling esensial dan paling penting dalam
melakukan negosiasi. Pada proses ini kita melakukan proses give and take,
untuk membuat sebuah konsensi dan menemukan kesepahaman. Melakukan
penawaran dan pemecahan masalah kepada pihak lain yang disebabkan
adanya keinginan kita (ini biasanya pada pendekatan atau strategi integratif).
 Menutup Negosiasi dan Implementasi
Proses negosiasi dapat ditutup dengan dua pendekatan, yakni pendekatan
formal dan pendekatan informal. Pendekatan formal menekankan kepada
aspek legalitas persetujuan yang ditetapkan sebagai hasil dari proses negosiasi
dan biasanya didokumentasikan dalam bentuk perjanjian kerjasama, atau
memorandum of understanding, ataupun dalam bentuk kontrak. Ini biasanya
terjadi pada institusi ataupun organisasi resmi. Sedangkan pendekatan non
formal biasanya tidak menekankan pada aspek legalitas dan bahkan dapat
dilakukan hanya dengan berjabatan tangan semata.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.maxmanroe.com/vid/marketing/pengertian-negosiasi.html

https://www.coursehero.com/file/p77ua1rf/b-Tipe-Tipe-Konflik-Ada-beberapa-tipe-konflik-yang-harus-
dikenali-antara-lain/

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-konflik.html

https://fakhrurrojihasan.wordpress.com/2015/07/22/proses-proses-dalam-melakukan-negosiasi/

Anda mungkin juga menyukai