Anda di halaman 1dari 10

STUDI KEPUSTAKAAN MENGENAI

PENDEKATAN METODE PENELITIAN ILMIAH


DALAM ILMU PSIKOLOGI

Evi Oktaviana
Prodi Psikologi Islam IAIN Kediri
Email : evioktaviana50@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana metode penelitian ilmiah dalam ilmu psikologi.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi putaka dengan teknik pengumpulan data metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, makalah atau
artikel, jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2010). Dengan hasil analisis diantaranya : Obyek ilmu
psikologi berkaitan dengan aspek-aspek tingkah laku manusia yang dapat diamati dan dinalar
sebagai suatu fakta empiris, dalam memahami objek, pengamat menjauh-jauhkan subyektivitasnya
untuk memperoleh hasil pengamatan yang obyektif, sehingga peramalan dan generalisasi dapat
dibuat pada perilaku manusia. Metodologi penelitian ini mengambil nama penelitian kuantitatif
dalam pengumpulan dan analisis datanya. Langkah-langkah penelitian ilmiah dalam psikologi
diantaranya : 1. Mengidentifikasi problem penelitian, 2. Mereviu kepustakaan, 3. Menetapkan
tujuan penelitian, 4. Mengumpulkan data, 5. Menganalisa dan menginterpretasi data, 6. Melaporkan
dan mengevaluasi penelitian.

Abstract
The purpose of this research is to find out how scientific research methods are in psychology.
The research method used is a putaka study with data collection techniques using the
documentation method, which is looking for data about things or variables in the form of
notes, books, papers or articles, journals and so on (Arikunto, 2010). With the results of the
analysis include: The object of psychology is related to aspects of human behavior that can be
observed and reasoned as an empirical fact, in understanding the object, the observer moves
away from his subjectivity to obtain objective observations, so that predictions and
generalizations can be made on behavior human. This research methodology takes the name
quantitative research in data collection and analysis. The steps of scientific research in
psychology include: 1. Identifying research problems, 2. Reviewing the literature, 3. Setting
research objectives, 4. Collecting data, 5. Analyzing and interpreting data, 6. Reporting and
evaluating research.

Kata Kunci :
PENDAHULUAN
Salah satu perdebatan dalam sejarah psikologi adalah penggunaan metode untuk meneliti
fenomena psikologis. Hal ini disebabkan oleh permasalahan yang mendasar, yakni pada bidang
kajian psikologi : apakah psikologi harus dipahami sebagai ilmu tentang jiwa? Ataukah ilmu
tentang perilaku?. Dengan kata lain apakah psikologi disini mempelajari peristiwa peristiwa mental
pribadi seperti perasaan, fikiran, kesan, atau mempelajari perilaku yang nampak seperti semangat
kerja, perilaku agresif dll. Secara lebih fokusnya apakah psikologi meneliti “perasaan” atau
“perilaku”. Para ahli telah secara tegas menempatkan dirinya mengikuti salah satu dari “dua” bidang
kajian tersebut, sedangkan yang lain berperpendapat bahwa “kedua” bidang kajian tersebut wajib
dipelajari. Dari adanya dua bidang kajian psikologi tersebut memberikan konsekuensi terdapatnya
lebih dari satu metode atau pendekatan di dalam meneliti fenomena psikologi. Beberapa psikolog
sosial percaya bahwa fenomena sosial harus diteliti dalam laboratorium. Menurut mereka cara ini
harus ditempuh karena perkembangan dan kemajuan pengetahuan berkaitan dengan kemampuan
peneliti fenomena dalam eksperimen yang terkontrol. Para psikolog sosial lain beranggapan bahwa
realitas sosial tidak dapat direplikasika dalam situasi eksperimen. Maka dari itu, untuk mengetahui
fenomena yang terjadi harus diteliti dalam pengaturan alamiahnya. Metode pada esensinya yakni
spekulasi/ perjudian yang dapat memberi hasil atau tidak. Seluruh orientasi sistematik utama dalam
psikologi menggunakan strategi yang berbeda. Para psikolog berusaha keras menawarkan
interpretasi koheren mengenai pembuktian empirik. Kemunculan Aliran positivistic dengan tokoh
August Comte, ia menolak pengalaman batiniah menjadi sumber ilmu pengetahuan. Comte dapat
menerimapsikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan jika kajiannyaadalah ilmu batiniah. Pengaruh
positivisme pada psikologi justru terjadi pada pengukuran kemampuan fisiologis dan fungsi indra.
Pengaruh positivism terlihat menonjol setelah Wilhem Wundt (1832-1920) pada tahun 1897
mendirikan laboratorium psikologi di Universitas Lepzing Jerman. Dengan menggunakan
eksperimen dalam meneliti fenomena psikologis, ia membebaskan psikologi dari pengaruh filsafat.
Disisi lain kelompok fungsionalis seperti Sir Francis Galton (1822-1911) , James McKeen Cattell
(1860-1944), dan Alfred Binet (1857-1911) mengatakan ilmu pengetahuan diperoleh berdasar
penelitian empirik dengan menggunakan eksperimen yang datanya bersifat kuantitatif. Selanjutnya
kelompok fungsionalisme mempengaruhi kelompok behavioris seperti John B. Watson (1878-1959)
dan Edward L. Thorndike (1874-1949) yang mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari perolaku yang nampak Untuk menunjukkan bahwa psikologi dapat menjadi ilmu tanpa
harus meneliti proses mentsl, psikologi selanjutnya banyak melakukan penelitian terhadap perilaku
yang dapat diamati secara obyektif, termasuk perilaku makhluk tingkat rendah, atau bayi yang tidak
mampu melakukan observasi diri (Creswell, 2002). Pemakaian pendekatan kuantitatif dalam
penelitian psikologi semakin berkembang pesat sejak diciptakannya tes mental yang pertama kali
dan dikenalkannya statistic korelasi pertama kali pada tahun 1890, selanjutnya dengan
perkembangan metodologi dan statistika dimana variabel-variabel psikologi dapat dibuat
instrumennya dan metode statistika yang semakin canggih, maka pendekatan kuantitatif dibidang
psikologi semakin menempatkan diri. Mwtode ilmiah dalam psikologi saat ini sangat diperulukan
dapam penyusunan jurnal-jurnal departemen-departemen akademik. Dengan tujuan penelitian
adalah menyusun dan mendeskrispsikan kajian mengenai : 1. Bagaimana metode penelitian ilmiah
dalam ilmu psikologi?

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peneltian
kepustakaan (Library Research). Penelitian kepustakaan adalah salah satu metode peneli tian
kualitatif yang tempat penelitiannya dilakukan di pustaka, dengan dokumen, arsip dan jenis
dokumen lainnya sebagai bahan penelitiannya (Prastowo, 2012). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam
material yang terdapat di ruang perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan
kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya. Zed (2008) berpendapat bahwa metode kepustakaan bukan
hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering
dipahami oleh banyak orang selama ini. Metode kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah
bahan penelitian. Penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literaturliteratur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang
ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2003). Penelitian kepustakaan menurut
Syaibani (2012) adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi
yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Metode penelitian
kepustakaan ini digunakan untuk menemukan teori -teori yang mendasari masalah dan bidang yang
akan diteliti khususnya metode penelitian ilmiah dalam dalam ilmu psikologi.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, makalah atau
artikel, jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2010).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content
analysis). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang
berdasarkan konteksnya (Kripendoff, 1993). Dalam analisis ini, dilakukan dengan proses memilih,
membandingkan, menggabungkan, memilah berbagai pengertian, hingga ditemukan yang relevan
(Sabarguna, 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pokok-Pokok Fikiran
Metode ilmiah dalam ilmu sosial
Istilah metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti sesudah dan
kata hodos yang berarti jalan. Jadi metode adalah langkah-langkah yang diambil menurut urutan
tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan paai dalam proses memperoleh
pengetahuan jenis apapun (Sri Soeprapto, 2003: 128). Jadi metode ilmiah pada hakikatnya
merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu ilmu
tertentu dengan mengikuti suatu struktir logis kinerja ilmiah. Pola umum dalam metode ilmiah
mencakup penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan kesimpulan, dan
verifikasi. Studi ilmu-ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kehiduapn
bersama Taufik Abdullah (2006:31). Secara umum ilmu pengetahuan yang termasuk dalam
kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial adalah psikolog, sosiologi, antropologi, ilmu geografi, ilmu
sejarah, ilmu ekonomi dan ilmu politik. Pengkajian metode ilmiah dalam studi ilmu-ilmu sosial
tidak lepas dari sifat-sifat objeknya. Masing-masing ilmu memiliki sifat objek formal dan metode
yang digunakan didasarkan pada susunan dan hukum-hukum seperti yang ada pada objek tersebut
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007:130-131). Berdasarkan hubungan obyek-metode ini maka
untuk memahami metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial harus dipahami ciri-ciri dasar yang berlaku
dalam obyek ilmu tersebut. Objek ilmu-ilmu sosial adalah aspek-aspek tingkah laku manusia yang
dapat diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris yang sekaligus termuat didalamnya arti nilai,
dan tujuan. Menurut Rickman (dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007: 133), metode ilmiah
dalam ilmu-ilmu sosial menjadi hal-hal yang diperbuat manusia dalam dunianya tersebut, ilmu-ilmu
sosial mempunyai karakteristik normative, teleologis dengan metode linier dan analisinua untuk
menemukan arti nilai dan tujuan. Metode linier memiliki 3 tahap yakni persepsi, konsepsi dan
prediksi. Dan untuk mengungkap kebenarannya menggunakan metode kuantitatif dan metode
kualitatif dalam ilmu sosial tidak dipertentangkan secara radikal, namunperlu pemanduan agar
hasilnya optimal. Metode tersebut ciri khas dari ilmu-ilmu sosial, dimana dalam menjelaskan
peristiwa tidak sebatas wujud fisik/gerak dari suatu peristiwa, tetpai juga pikiran-pikiran yang ada
dibalik peristiwa itu.1 Sedangkan pendekatan penelitian dalam ilmu sosial yang dikemukakan oleh
Neuman (2003) yakni pendekatan positivistik, pendekatan interpretif, pendekatan kritis.2

Ilmu psikologi dan metode ilmiah


Ilmu psikologi tidak lepas dari sifat-sifat objek formalnya dan metode yang digunakan didasarkan
pada susunan dan hukum yang ada pada obyek tersebut. Obyek ilmu psikologi diantara berkaitan
tentang aspek-aspek tingkah laku manusia yang dapat diamati dan dinalar sebagai suatu fakta
empiris. Untuk menunjukkan bahwa psikologi dapat menjadi ilmu tanpa harus meneliti proses
mental, psikologi selanjutnya banyak melakukan penelitian terhadap perilaku yang dapat diamati
secara obyektif, termasuk perilaku makhluk tingkat rendah, atau bayi yang tidak mampu melakukan
observasi diri (Creswell, 2002). Dalam psikologi terdapat metode ilmiah yang mencakup
perumusan hipotesis spesifik atau pertanyaan spesifik untuk menyelidiki, perencanaan
penyelidikan, pengumpulan data, pengolahan data, penggolongan data, dan pengembangan
generalisasi serta pemeriksaan kebenaran. Ilmu psikologi dalam menjelaskan peristiwa tidak sebatas
wujud fisik/gerak dari suatu peristiwa, tetapi juga pikiran-pikiran yang ada dibalik peristiwa
tersebut. Ilmu psikologi menggunakan pendekatan holistic untuk mengungkap universalitas dan
kekhususan sebagai bagian dari kebenaran ilmiah ilmunya. Para psikolog menggunakan metode
ilmiah ini guna menyelidiki pertanyaan secara sistematis dan fakta yang empiris.3

Metode ilmiah dalam menjelaskan perilaku manusia


Pengalaman datangnya dari indera kita, oengalaman inderawi adalah sumber utama
pengetahuan dan perubahan perilaku secara umum. Menurut paham behaviorisme (Dahar, 1988),
1
John Sabari, “Metode Ilmiah dalam Ilmu-Ilmu Sosial”, Agastya, Vol. I Januari 2011, 118-122.
2
Nanang Martono, “Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Aalisis Data Sekunder ”, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2011), 11-12.
3
Asmadi Alsa, “Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi ”, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2011), 10-13.
“manusia adalah organisme pasif yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada dalam
lingkungan”. Akal hanyalah tempat penampungan pasif yang menerima hasil-hasil penginderaan. “
Semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai pada pengalaman indera
yang pertama, seperti atom-atom yang menyusun objek material. Apa yang tidak dapat dilacak
kembali bukanlah pengetahuan” (Katsoff, 1996: 137). Menurut Comte ilmu haruslah positif, bebas
dari nilai dan prasangka penafsiran, objektif, dan terbuka untuk selalu diuji.
Metode penelitian dipengaruhi oleh model penelitian alam. Gejala alam bersifat objektif
sangat dipengaruhi oleh hukum alam sebab-akibat atau stimulus respon. Setiap perubahan objek
selalu disebabkan oleh suatu stimulus yang diterimanya. Penelitian kuantitatif memandang bahwa
gejala sosial berupa perilaku manusia, sebagaimana juga dalam penelitian alam, bersifat objektif,
terukur, dan dapat diramalkan karena gejala sosial juga terikat hukum alam di mana respons
perilaku objek merupakan pengaruh dari stimulus yang datang kepadanya.Perilaku manusia bersifat
objektif maka perilaku manusia dapat dipahami sebagaimana objek. Dalam memahami objek,
pengamat menjauh-jauhkan subyektivitasnya untuk memperoleh hasil pengamatan yang obyektif,
sehingga peramalan dan generalisasi dapat dibuat pada perilaku manusia. Metodologi penelitian ini
mengambil nama penelitian kuantitatif dalam pengumpulan dan analisis datanya. Prosedur ini
ditempuh untuk menghilangkan subjektivitas dalam hasil penelitian. Bilangan merupakan bahasa
artifisial yang objektif tanpa emosi sehingga dipandang tepat untuk mewakili komunikasi penelitian
yang menjunjung objektivitas dan netralitas.4

Sains, Non sains dan Pseudosains


Sains seperti psikologi, fisika, kimia, dan biologi bergantung pada metode ilmiah untuk
memperoleh data dalam menentukan validitas informasi yang diperoleh. 5 Sains mampu
menguraikan penyebab-penyebab perilaku dan pemikiran-pemikiran sosial, keberadaan gay,
pelacuran, kekerasan kelompok lainnya dan masalah konflik sosial. Segalanya berasal dari data atau
fakta empiris dari pengalaman untuk menjawan berbagai permasalahan.6
Non sains dapat menjadi disiplin yang sah (seperti filsafat) non sains menerapkan teknik sistematis
untuk memperoleh data informasi. Para filosofis berbeda dalam pandangan yang mereka anggap
sebagai perilaku etis dan mendukung melalui argumen logis. Namun, mereka kekurangan tes

4
Purwanto, “Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi & Pendidikan ”, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008),
14-16.
5
Knneth S. Bordens dan Bruce B. Abbot, “Research Design and Methods A Process Approach ”, (New York: McGraw-
Hill, 2008), 9-21.
6
Koentjoro Soeparno dan Lidia Sandra, “ Social Psychology: The Passion Of Psychology ”, Buletin Psikologi, Vol. 19
No. 1, 2011, 17-22.
empiris. Serta pertanyaan tentang apa y ang etis tidak dapat diatasi melalui sarana ilmiah. 7
Kebenaran dapat ditemukan melalui proses ilmiah dan non ilmiah , proses nono ilmiah melalui: (1)
akal sehat (common senses), (2) intuitif, (3) trial and error, (4) otoritas, (5) prasangka, dan (6)
wahyu.8
Pseudosains, menurut Robbert Carroll (2006) adalah “ilmu semu” atau sekumpulan gagasan
yang diajukan sebagai ilmiah padahal tidak ilmiah. Metode pseudosains tidak memiliki standart
yang dibutuhkan dari sebuah ilmu. Seringkali pseudasains tidak peduli dengan fakta, penelitian
yang dilakukan atas suatu ide atau klaim biasanya ceroboh dan tidak memasukkan investigasi
independen untuk memeriksa sumbernya, pseudosains pasti gagal dalam memberika penjelasan
terkait hal yang tidak masuk akal ketika diminta untuk menejlaskan ide atau klaim, selain itu
pseudosains mengesampingkan fakta kritis. Contoh pseudosains yakni phrenology (menentukan
kepribadian dengan membaca benjolan di kepala seseorang), gerakan mata desentisisasi dan terapi
pemrosesan ulang (EMDR-menggerakkan mata kedepan dan kebelakang) dan astrologi
(menggunakan posisi bintang-bintang dan planet untuk menjelaskan perilaku dan memprediksi
masa depan). Pseudosains menggunakan bukti anekdot non-ilmiah dan testimonial untuk
mendukung ide atau klaim, pseudosains juga mengandalkan keyakinan seseorang daripada
mendiskonfirmasinya,9

Metode Ilmiah dengan Pendekatan Kuantitatif


Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan
(skor atau nilai, perangkat atau frekuensi) yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk
menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya sepsifik dan untuk melakukan prediksi
bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Creswell, 2002). Pendekatan
kuantitatif melaksanakan penelitian dengan cara yang sistematik, terkontrol, empirik dan kritis
mengenai hipotesis hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam. Peneltian kuantitatif
secara tipikal dikaitkan dengan proses induksi enumerative, yaitu menarik kesimpulan berdasar
angka dan melakukan abstraksi berdasar generalisasi. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan
seberapa banyak karakteristik yang ada dalam populasi induk mempunyai karakteristik seperti yang
terdapat pada sampel.10
7
Ibid.
8
Husain Usman dan Purnomo Setiady A, “ Metodologi Penelitian Sosial”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 1.

9
Ibid.
10
Asmadi Alsa, “Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi ”, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2011), 12-13.
Langkah-Langkah Implementasi Penelitian Ilmiah dalam Psikologi
1. Mengidentifikasi Problem Penelitian
Pada tahap ini peneltian kuantitatif perlu menguraikan tentang kecenderungan atau menjelaskan
tentang keterkaitan antara variabel dan pengembangannya serta menjelaskan sejauh mana dua
variabel berhubungan.
2. Mereviu Kepustakaan
Dalam penelitian kuantitatif, kepustakaan memegang peranan penting yakni untuk
mengidentifikasi arah penelitian dan mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang layak dan
berhubungan serta memiliki kecenderungan potensial yang perlu diuji dalam penelitian.
3. Menetapkan Tujuan Penelitian
Statmen tujuan, pertanyaan penelitian dan hipotesis adalah spesifik dan sempit karena peneliti
mengisolasi variabel-variabel yang akan diteliti.
4. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data didasarkan instrument yang sudah ditetapkan sebelum penelitian, datanya
berwujud bilangan, dan instrument diberika kepada sejumlah besar individu., untuk
menegaskan keabsahan atau menggeneralisasikan informasi dari subyek yang diteliti (sampel)
kepada jumlah subyek yang lebih banyak (populasi), semakin banyak jumlah subyek yang
diteliti, semakin kuat keabsahan generalisasi tersebut.
5. Menganalisa dan menginterpretasi data
Analisis data menggunakan analisis statistik yang meliputi uraian kecenderungan ,
perbandingan kelompok yang berbeda , atau hubungan antar variabel., serta melakukan
interpretasi perbandingan antara hasil penelitian dengan yang diprediksikan sebelum penelitian.
Analisis ini terdiri atas pembagian data ke dalam bagian-bagian untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
6. Melaporkan dan mengevaluasi penelitian
Keseluruhan format laporan penelitian mengikuti suatu pola yang dapat diprediksi yaitu
pendahuluan, review kepustakaan, metode, hasil dan pembahasan. Selain itu juga menjamin
tidak ada bias dan nilai personal peneliti yang mempengaruhi hasil penelitian dengan memakai
instrument yang memiliki standard obyektif (seperti validitas dan reliabilitas).11

Kesimpulan

11
Ibid.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan dapat
disimpulkan bahwa, Pengkajian metode ilmiah dalam studi ilmu-ilmu sosial tidak lepas dari sifat-
sifat objeknya. Masing-masing ilmu memiliki sifat objek formal dan metode yang digunakan
didasarkan pada susunan dan hukum-hukum seperti yang ada pada objek tersebut (Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, 2007:130-131). Berdasarkan hubungan obyek-metode ini maka untuk
memahami metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial harus dipahami ciri-ciri dasar yang berlaku dalam
obyek ilmu tersebut. Objek ilmu-ilmu sosial adalah aspek-aspek tingkah laku manusia yang dapat
diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris yang sekaligus termuat didalamnya arti nilai, dan
tujuan. Menurut Rickman (dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007: 133).
Obyek ilmu psikologi diantara berkaitan tentang aspek-aspek tingkah laku manusia yang
dapat diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris. Untuk menunjukkan bahwa psikologi dapat
menjadi ilmu tanpa harus meneliti proses mental, psikologi selanjutnya banyak melakukan
penelitian terhadap perilaku yang dapat diamati secara obyektif, termasuk perilaku makhluk tingkat
rendah, atau bayi yang tidak mampu melakukan observasi diri (Creswell, 2002)
Perilaku manusia bersifat objektif maka perilaku manusia dapat dipahami sebagaimana
objek. Dalam memahami objek, pengamat menjauh-jauhkan subyektivitasnya untuk memperoleh
hasil pengamatan yang obyektif, sehingga peramalan dan generalisasi dapat dibuat pada perilaku
manusia. Metodologi penelitian ini mengambil nama penelitian kuantitatif dalam pengumpulan dan
analisis datanya
Pendekatan kuantitatif melaksanakan penelitian dengan cara yang sistematik, terkontrol,
empirik dan kritis mengenai hipotesis hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam.
Langkah-Langkah Implementasi Penelitian Ilmiah dalam Psikologi di antaranya 1.Mengidentifikasi
Problem Penelitian, 2. Mereviu Kepustakaan, 3. Menetapkan Tujuan Penelitian, 4. Mengumpulkan
Data, 5. Menganalisa dan menginterpretasi data, 6. Melaporkan dan mengevaluasi penelitian.

Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. (2011) Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi.
Yogyakarta. Yoyakarta: Pustaka Belajar

Bordens ,Knneth S. dan Bruce B. Abbot. (2008). Research Design and Methods A Process Approach. New
York: McGraw-Hill

Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Aalisis Data Sekunder. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi & Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Belajar

Sabari, John. (2011 ). Metode Ilmiah dalam Ilmu-Ilmu Sosial. Agastya. Vol. I Januari

Soeparno, Koentjoro dan Lidia Sandra (2011). Social Psychology: The Passion Of Psychology. Buletin
Psikologi, Vol. 19 No. 1

Usman, Husain dan Purnomo Setiady A. (2014 ). Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai