Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Dosen Dr.Ni Wayan Ekawati,S.E.,M.M. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dengan menyediakan dokumen
atau sumber informasi,serta memberikan masukan.
Kami menyadari dalam tugas ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. hal
ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan , pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki. oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan tugas ini di waktu yang akan datang. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan juga pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku konsumen merupakan sebuah fenomena yang unik untuk dipelajari dan
diamati. Perilaku konsumen dapat dikatakan adalah muara dari berbagai teori
ekonomi,karena semua kegiatan ekonomi akan berkaitan dan berakhir kepada sikap atau
perilaku konsumen. Berbagai teori mengenai perilaku konsumen , salah satu perilaku
konsumen yang berpengaruh dalam kegiatan ekonomi adalah keputusan pembelian ,
karena tujuan dari sebuah kegiatan ekonomi mulai dari produksi hingga pemasaran
bertujuan agar konsumen melakukan keputusan pembelian ia akan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhinya atas produk tersebut , dan faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari internal konsumen sendiri maupu eksternal konsumen tersebut.
Apabila apa yang ditawarkan dan diberikan oleh produsen dapat mempengaruhi
konsumen sehingga melakukan keputusan pembelian atas produknya , maka produsen
tersebut akan mendapatkan keuntungan dan meraih apa yang di targetkan dalam
penjualannya serta memperoleh keuntungan dibandingkan dengan pesaingnya,dan
begitupun terjadi sebaliknya
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Komponen input dari model pengambilan keputusan konsumen mencakup tiga jenis
pengaruh eksternal:
1. Butuh Pengakuan
Untuk sementara waktu, para peneliti telah meneliti bagaimana Internet telah
mempengaruhi cara konsumen membuat keputusan. Hal ini sering dianggap
karena konsumen memiliki pemrosesan informasi yang terbatas kapasitas,
mereka harus mengembangkan strategi untuk mencari informasi secara online.
Strategi didasarkan pada baik individu (misalnya, pengetahuan, ciri
kepribadian, demografi) dan faktor kontekstual (karakteristik tugas
pengambilan keputusan). Tiga faktor kontekstual utama yang telah diteliti
adalah:
Porsi keluaran dari model pengambilan keputusan konsumen terdiri dari perilaku
pembelian dan evaluasi pembelian setelah pembelian. Konsumen melakukan tiga
jenis pembelian. Saat menjadi konsumen membeli produk (atau merek) untuk
pertama kalinya dan membeli jumlah yang lebih kecil dari biasanya, pembelian
adalah percobaan. Jadi, uji coba adalah fase eksplorasi perilaku pembelian yang
coba dilakukan konsumen mengevaluasi produk melalui penggunaan langsung.
Misalnya, ketika konsumen membeli cucian merek baru deterjen yang mereka
mungkin tidak pasti, mereka cenderung membeli dalam jumlah yang lebih kecil
daripada jika itu adalah merek yang sudah dikenal. Konsumen juga dapat didorong
untuk mencoba produk baru melalui taktik promosi seperti sampel gratis, kupon,
dan / atau harga jual.
Ketika merek baru dalam kategori produk mapan (kue kering, sereal dingin,
yogurt) ditemukan oleh uji coba agar lebih memuaskan atau lebih baik dari merek
lain, konsumen cenderung mengulangi pembelian. Perilaku pembelian berulang
mewakili loyalitas merek. Berbeda dengan uji coba, di mana konsumen
menggunakan produk dalam skala kecil dan tanpa komitmen apapun, pembelian
berulang biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen
dan bahwa dia bersedia untuk menggunakannya lagi dan lebih besar jumlah.
Hadiah adalah bagian yang sangat menarik dari pengambilan keputusan konsumen.
Hadiah mewakili pembelian "sehari-hari" yang lebih dari biasanya, karena bersifat
simbolis, dan sebagian besar terkait dengan peristiwa penting (misalnya, Hari Ibu,
ulang tahun dan kelahiran, pertunangan, pernikahan, wisuda, dan banyak pencapaian
dan pencapaian lainnya). Perilaku pemberian hadiah adalah pertukaran hadiah yang
terjadi antara pemberi dan penerima. Definisi ini bersifat luas dan mencakup hadiah
yang diberikan secara sukarela, serta hadiah yang merupakan kewajiban. Itu termasuk
hadiah yang diberikan kepada (dan diterima dari) orang lain dan hadiah untuk diri
sendiri ("hadiah sendiri"). Selain itu, sebagian besar produk yang kita sebut sebagai
"hadiah" sebenarnya adalah barang yang kita beli untuk diri kita sendiri. Pemberian
merupakan komunikasi simbolis, dengan arti mulai dari ucapan selamat, cinta, dan
penyesalan hingga kewajiban dan dominasi. Sifat hubungan antara pemberi dan
penerima hadiah menentukan hadiah yang dipilih, tetapi juga dapat berdampak pada
hubungan selanjutnya antara pemberi dan penerima. Ada beberapa jenis hadiah seperti :
Peneliti menemukan bahwa pemberi hadiah pria dan wanita merasa lebih nyaman
memberikan hadiah kepada sesama jenis. Namun, mereka juga mengalami perasaan yang
lebih intens sehubungan dengan hadiah yang diberikan kepada lawan jenis. Selain itu,
meskipun wanita mendapatkan lebih banyak kesenangan daripada pria dalam memberikan
hadiah, dan secara umum memainkan peran dominan dalam pertukaran hadiah, kedua jenis
kelamin sangat dimotivasi oleh perasaan kewajiban. Lebih jauh lagi, semua orang tahu bahwa
memilih dan memberi hadiah sering kali menyebabkan “kecemasan pemberi hadiah” di pihak
pemberi, penerima, dan situasi pemberian hadiah. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
perbedaan gender berguna bagi pemasar, karena hal itu menyiratkan bahwa dukungan
tambahan mungkin dihargai pada saat pembelian (saat berada di toko) ketika konsumen
sedang mempertimbangkan hadiah untuk penerima lawan jenis.
Satu penelitian tentang hadiah yang dibeli secara online menemukan bahwa pencarian variasi
meluas ke pemberian hadiah, karena subjek dengan sifat ini mempertimbangkan kategori
produk yang lebih luas ketika membeli hadiah untuk orang lain. Sebuah penelitian di Hong
Kong mengidentifikasi rangkaian penerima hadiah: "Lainnya yang romantis", "teman dekat",
dan "hanya teman". Misalnya, hadiah yang diberikan kepada "orang lain yang romantis"
melibatkan ekspektasi emosional yang tinggi, tetapi hadiah yang diberikan kepada seorang
teman memiliki ekspektasi emosional yang rendah. Pemberian intrapersonal, atau hadiah diri,
terjadi ketika pemberi dan penerima adalah sama individu. Pemberian diri adalah keadaan
pikiran. Jika konsumen melihat pembelian sebagai "membeli sesuatu yang saya butuhkan",
maka itu hanyalah pembelian. Sebaliknya, jika konsumen yang sama melihat pembelian yang
sama sebagai "hadiah sendiri", maka itu adalah sesuatu yang istimewa, dengan makna
khusus. Konsumen dapat memanjakan diri dengan hadiah sendiri yang berupa produk
(pakaian, compact disk, atau perhiasan), layanan (tata rambut, makanan restoran,
keanggotaan spa), atau pengalaman (bersosialisasi dengan teman). Misalnya, saat membeli
hadiah liburan untuk orang lain, beberapa konsumen mendapati diri mereka berada di toko
yang mungkin tidak mereka kunjungi atau mendapati diri mereka melihat barang dagangan
(seperti syal) yang mereka inginkan tetapi biasanya tidak akan mereka beli. Proses pemberian
hadiah dimulai dengan pertanyaan: "Haruskah saya memberikan hadiah kepada X?"
Jawabannya bisa ya atau tidak tergantung pada berbagai faktor (misalnya, hubungan,
peristiwa). Jika jawabannya ya, pemberi hadiah melanjutkan dengan menanyakan: “Apa yang
harus saya berikan X sebagai hadiah?” Ini mengarah ke pertanyaan berikutnya: “Apakah saya
ingin memberi X sesuatu yang diinginkan X (yaitu, apakah saya ingin melakukan upaya
nyata untuk meneliti hadiah itu)? ” Jika jawabannya ya, pemberi hadiah dihadapkan pada
pertanyaan: “Bagaimana cara mengetahui apa yang diinginkan X sebagai hadiah?” Di sini
ada dua pilihan: memprediksi preferensi penerima atau menanyakan apa yang diinginkan
penerima. Jika konsumen menjawab tidak untuk pertanyaan, "Apakah saya ingin memberi X
sesuatu yang diinginkan X?" maka pemberi hadiah memiliki dua pilihan (sesuai dengan
modelnya):
1. untuk memberikan hadiah yang dia inginkan (yaitu, "Untukku untukmu"), atau
Pesan simbolis yang terkait dengan hadiah ini cenderung kurang dihargai oleh penerimanya.
Jika prediksi preferensi daripada pertanyaan langsung kepada penerima ide hadiah dipilih,
maka akan ada unsur kejutan. Selain itu, jika pemberi tidak mau repot-repot mempelajari
preferensi penerima, hasilnya juga bisa menjadi kejutan — tetapi mungkin bukan kejutan
yang baik.
Difusi inovasi adalah proses makro di mana penerimaan inovasi (yaitu, produk
baru, layanan baru, ide baru, atau praktik baru) terjadi di antara anggota sistem sosial (atau
segmen pasar), dari waktu ke waktu. Proses ini mencakup empat elemen:
4. Waktu.
Definisi "produk baru" bervariasi di antara pengembang produk dan ahli strategi
pemasaran. Dari perspektif konsumen, sebuah inovasi mewakili barang apa pun yang
dianggap baru oleh konsumen. Banyak pemasar berpendapat bahwa produk baru harus
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang mencerminkan sejauh mana mereka
membutuhkan konsumen untuk mengubah perilaku konsumsi atau pola pembelian yang ada
Tidak semua produk baru sama-sama cenderung diadopsi oleh konsumen. Beberapa
produk menjadi populer dengan sangat cepat (misalnya, telepon seluler yang terjangkau),
sedangkan yang lain membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diterima atau tampaknya
tidak pernah diterima secara luas oleh konsumen (misalnya, mobil listrik). Peneliti difusi
telah mengidentifikasi lima karakteristik produk yang mempengaruhi penerimaan konsumen
terhadap produk baru, yang selanjutnya akan dijelaskan secara rinci.
Kompatibilitas bervariasi antar budaya. Misalnya, meskipun susu yang stabil di rak
(susu yang tidak memerlukan pendinginan kecuali jika dibuka) telah berhasil dijual selama
bertahun-tahun di Eropa, sejauh ini orang Amerika umumnya menolak kemasan susu aseptik
Dapat dicoba (Trialability) mengacu pada sejauh mana produk baru dapat dicoba
secara terbatas. Semakin besar kesempatan untuk mencoba produk baru, semakin mudah bagi
konsumen untuk mengevaluasi produk dan akhirnya mengadopsinya. Secara umum, produk
rumah tangga yang sering dibeli cenderung memiliki kualitas yang membuat percobaan
relatif mudah, seperti kemampuan untuk membeli dalam ukuran kecil atau ukuran
"percobaan". Karena program komputer tidak dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil,
banyak perusahaan perangkat lunak komputer menawarkan model kerja gratis (versi demo)
dari perangkat lunak terbaru mereka untuk mendorong pengguna komputer mencoba program
dan kemudian membeli program tersebut.
Sadar akan pentingnya uji coba, pemasar produk supermarket baru biasanya
menggunakan kupon diskon atau sampel gratis yang substansial untuk memberikan
pengalaman produk langsung kepada konsumen. Sebaliknya, barang tahan lama, seperti
lemari es atau oven, sulit untuk dicoba tanpa membuat komitmen yang besar. Ini mungkin
menjelaskan mengapa publikasi seperti Consumer Reports begitu luas dikonsultasikan untuk
peringkat barang tahan lama yang jarang dibeli.
Observabilitas (penularan) adalah kemudahan di mana manfaat atau atribut produk
dapat diamati, dibayangkan, atau dijelaskan kepada konsumen potensial. Produk yang
memiliki tingkat visibilitas sosial yang tinggi, seperti item fesyen, lebih mudah disebarkan
daripada produk yang digunakan secara pribadi, seperti deodoran jenis baru. Demikian pula,
produk berwujud dipromosikan lebih mudah daripada produk tak berwujud (seperti layanan)
Proses adopsi inovasi terdiri dari lima tahap yang dilalui oleh calon konsumen dalam
upaya mencapai keputusan untuk mencoba atau tidak mencoba produk baru atau inovatif.
Lima tahap tersebut adalah:
2. Bunga (Interest) : Konsumen menjadi tertarik pada produk atau layanan yang
inovatif.
3. Evaluasi (Evaluation): Konsumen melakukan "uji coba mental" dari inovasi tersebut.