Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN PENYESUAIAN AKADEMIK DITINJAU DARI

KATEGORISASI ADVERSITY INTELLIGENCE PADA SANTRI


MTs PONDOK PESANTREN DAAR el-QOLAM 1 JAYANTI,
TANGERANG
Anggi Novadelian1, Yuli Asmi Rozali2
1,2
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jalan Arjuna Utara Nomor 9, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
anggynovadelian10@gmail.com

ABSTRAK
Kehidupan di pondok pesantren yang baru dan berbeda dengan sekolah umum, membuat
para santri khususnya santri baru harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan-
tuntan akademik yang diberikan. Agar santri mampu menyesuaikan diri dan bertahan
dalam menghadapi tuntutan akademik maka, santri perlu memiliki kemampuan
penyesuaian akademik. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian akademik
adalah adversity intelligence. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
adversity intelligence terhadap penyesuaian akademik pada santri MTs pondok
pesantren Daar el-Qolam 1 Jayanti, Tangerang. Rancangan penelitian ini adalah studi
kuantitatif yang berjenis kausal komparatif dengan teknik Simpel Random Sampling
dengan jumlah sample 86 santri kelas 1 pondok pesantren Daar el-Qolam 1. Alat ukur
yang digunakan adalah skala penyesuaian akademik dengan reliabilitas (α)=0,925
dengan 55 item valid dan skala adversity intelligence dengan reliabilitas (α)=0,886
dengan 36 item valid. Hasil uji one way anova diketahui bahwa terdapat pengaruh
adversity intelligence terhadap penyesuaian akademik ((p) = 0,000 ; (p) < 0,05) artinya,
hipotesis diterima. Diketahui juga adversity intelligence climbers memiliki peluang
besar dalam mempengaruhi penyesuaian akademik yang baik. Selain itu ditemukan juga
bahwa santri dengan penyesuaian akademik yang baik, banyak di dominasi oleh
adversity intelligence climbers (25,6%). Jenis kelamin dan urutan anak dalam keluarga
tidak berpengaruh terhadap penyesuaian akademik.

Kata Kunci: Adversity intelligene, penyesuaian akademik, santri

ABSTRACT
A new life in islamic boarding school is different compared to public school, this made
the santri, especially new santri has to adjust themself to various academic demands
which has been given to them. For the santri to be able to adjusted themself and
withstand various academic demands, students need to have academic adjustment ablity.
One of the factor which is affecting academic adjustment ability is adversity intelligence.
The purpose of this research is to found out the influence of adversity intelligence
towards academic adjustment on santri MTs Islamic Boarding School Daar el-Qolam 1.
This research is quantitative study with causal comparative type. The sampling
technique is using Simple Random Sampling technique, with 86 grade 1 students of
islamic boarding school Daar el-Qolam 1 as sample. The instruments scale used in this
research is academic adjustment scale with reliability .925 and 55 valid items. For
adversity intelligence, this research used adversity intelligence scale with reliability .886
and 36 valid items. From the result of one way anova test, this research found out there
is significant effect from adversity intelligence to academic adjustment ((p) = .000 ; (p)
< .05), which means the research hypothesis is accepted. This research also found out
the students who have adversity intelligence climber has a big chance to formed a good
academic adjustment. Moreover, we found out that santris with good academic
adjustment is dominated by adversity intelligence climbers (25.6%). Gender and the
order of birth did not have any effect to academic adjustment.

Key word: Adversity intelligene, academic adjustment, santri

1
PENDAHULUAN Tafsir dan Mahfuzot, serta mempunyai
jadwal pembelajaran yang lebih padat.
Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tingginya beban akademik yang
adalah salah satu jenis pondok pesantren yang diberikan kepada santri khususnya santri
mengembangkan sistem pendidikan pondok baru, membuat beberapa santri menghadapi
modern (khalafi). Sistem pendidikan pondok kesulitan sehingga, tidak sedikit para santri
pesantren modern (khalafi) merupakan sistem bolos mengikuti pelajaran bahkan ingin kabur
pendidikan yang mengkombinasikan antara karena merasa tidak betah belajar di pondok
sistem pendidikan tradisional seperti pesantren (Tak betah di ponpes, 2016).
pembelajaran ilmu-ilmu agama dengan sistem Menurut Zhen Rui (2014) (Christanto, 2015),
pendidikan pembelajaran disekolah umum. ketidakmampuan individu dalam
Dengan demikian, santri yang menempuh menyelesaikan tugas-tugas akademik
pendidikan di pondok pesantren Daar el- disebabkan karena individu tersebut memiliki
Qolam tidak hanya belajar dan dibekali ilmu- penyesuaian akademik yang buruk.
ilmu agama tetapi juga belajar tentang ilmu- Menurut Schneiders (1964)
ilmu pengetahuan umum. Pondok pesantren penyesuaian akademik adalah kemampuan
Daar el-Qolam 1 merupakan pondok seorang individu dalam menghadapi tuntutan-
pesantren dengan program pembinaan yang tuntutan dan syarat-syarat kehidupan
dikhususkan untuk santri tamatan SD/MI akademik agar tuntutan-tuntutan tersebut
dengan masa belajar enam tahun. Pola terpenuhi secara cukup, tuntas, dan
pendidikan Daar el-Qolam 1 mengacu kepada memuaskan. Artinya, santri yang dikatakan
pola pendidikan formal Madrasah mampu memenuhi tuntutan atau kewajiban
Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah akademik adalah santri yang mampu
(MA) dan berorientasi pendidikan lanjutnya menghadapi dan mengganggap hambatan
pada perguruan tinggi agama khususnya di sebagai tantangan bagi dirinya untuk mampu
Timur Tengah (Pondok pesantren daar el- menyelesaikan tuntutan akademik yang
Qolam 1, 2017). diberikan, memandang hambatan bukan
Dalam pengaplikasiannya, integrasi sebagai halangan, tetap berjuang walau dalam
sistem pendidikan menjadi ciri khas sistem keadaan kesusahan, mempunyai rasa
pendidikan di Pondok Pesantren Daar el- tanggung jawab terhadap tuntutan yang
Qolam. Sistem tersebut berada pada dua jalur, diberikan, mau mencari bantuan ketika
yakni jalur ajar dan jalur asuh. Jalur ajar (atau menghadapi kesulitan saat mengerjakan
Jalur Pengajaran) merujuk pada jalur tugas, serta memandang kesalahan sebagai
pendidikan yang memfokuskan pada pembelajaran.
kegiatan-kegiatan yang mampu Menurut Schneiders (1964) salah satu
meningkatkan tingkat dan kualitas intelektual faktor yang membentuk penyesuaian
santri. Kedua adalah Jalur Asuh (atau Jalur akademik adalah kondisi mental individu
Pengasuhan) menitikberatkan pada dalam menghadapi konflik, berupa daya
pengawasan kehidupan santri di lingkungan juang dan usaha yang dimiliki individu
asrama selama 24-jam. Pada jalur pengasuhan sehingga mampu memberikan respon yang
santri juga dibekali dengan kegiatan selaras dengan tuntutan lingkungan.
kokulikuler. Dalam kegiatan kokulikuler Kemampuan, usaha, dan daya juang yang
tersebut, santri diberikan pembelajaran dimiliki oleh santri ini disebut dengan
tambahan seperti latihan pidato dan adversity intelligence.
percakapan menggunakan bahasa asing. Menurut Stoltz (2000) adversity
Santri di pondok pesantren Daar el-Qolam intelligence merupakan kemampuan yang
dituntut untuk mampu berkomunikasi dimiliki individu dalam menghadapi dan
menggunakan bahasa asing seperti bahasa mengatasi hambatan menjadi suatu peluang
Arab dan bahasa Inggris dalam kesehariannya keberhasilan untuk mencapai tujuan. Dalam
dan merupakan salah satu keunggulan dari merespon kesulitan, Stoltz mengelompokkan
pondok pesantren. Santri juga dituntut untuk adversity intelligence menjadi 3 kategori,
mampu menghafal 10 ayat Al-Quran, Hadist, pertama adalah Quitters yaitu individu yang
memiliki adversity intelligence rendah, kedua

2
adalah Campers yaitu individu yang memiliki Christanto (2015) mengenai Adversity
adversity intelligence sedang, dan ketiga intelligence dengan penyesuaian akademik.
adalah Climbers yaitu individu yang memiliki Dari hasil penelitian tersebut, dapat diperoleh
adversity intelligence tinggi. hasil bahwa Adversity intelligence memiliki
Santri dengan adversity intelligence korelasi positif yang signifikan dengan
quitters adalah santri yang ketika menghadapi penyesuaian akademik pada mahasiswa UEU
kesulitan dan tuntutan yang ada pondok angkatan 2008-2010 yang belum lulus pada
pesantren akan mudah menyerah, pesimis, tahun ajaran 2014/2015. Sejalan dengan
tidak percaya diri dengan kemampuan yang penelitian yang dilakukan oleh Christanto,
dimiliki, tidak memiliki daya juang dan penelitian yang dilakukan oleh Jannah (2015)
motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan memperoleh hasil bahwa adversity memiliki
pendidikan di pondok pesantren, serta korelasi positif yang signifikan dengan
menolak untuk mengikuti aturan yang penyesuaian sosial pada siswa SMP Negri 4
diterapkan di pondok pesantren. Santri Kalasan. Selain itu penelitian yang dilakukan
dengan adversity intelligence campers diduga Parvaaty dan Praseeda (2014) juga
memiliki daya juang untuk menghadapi menunjukkan bahwa masalah akademik
kesulitan dan tuntutan yang ada dipondok memiliki korelasi negatif yang signifikan
pesantren serta mempunyai target untuk dengan adversity intelligence. Artinya,
mencapai suatu keberhasilan. Namun saat semakin tinggi adversity intelligence yang
target sudah tercapai, santri tersebut akan dimiliki individu maka semakin rendah
cepat puas terhadap apa yang telah mereka masalah akademiknya.
peroleh. Tidak hanya itu, ketika tuntutan yang Berdasarkan penjabaran diatas maka,
diberikan di pondok pesantren dirasa sulit dan peneliti ingin mengetahui “apakah terdapat
menjadi hambatan bagi santri, santri tersebut pengaruh adversity intelligence terhadap
memilih menyerah, tidak mampu melakukan penyesuaian akademik pada santri MTs
usaha secara maksimal, dan mencari alternatif pondok pesantren Daar el-Qolam?”.
solusi untuk masalah tersebut. Sedangkan
santri dengan adversity intelligence climbers Kajian Teori
adalah santri yang ketika menghadapi Penyesuaian Akademik
kesulitan akan terus berusaha, gigih, dan Schneider (1964) mendefinisikan
mampu mencari serta menemukan alternatif penyesuaian akademik merupakan
solusi terhadap permasalahan yang mereka kemampuan seorang individu dalam
hadapi. Selain itu ketika menghadapi menghadapi tuntutan-tuntutan dan syarat-
perubahan, santri dengan adversity syarat kehidupan akademik agar tuntutan-
intelligence climbers akan menyambut tuntutan tersebut terpenuhi secara cukup,
tantangan-tantangan atau hambatan tersebut tuntas, dan memuaskan. Menurut Schneiders
dengan baik, tidak takut, mampu memotivasi (1964) penyesuaian akademik yang baik
diri sendiri dan meningkatkan memiliki aspek sebagai berikut:
kemampuannya dengan terus belajar. 1. Successful Performance
Dari uraian diatas diduga, santri 2. Adequate effort
dengan adversity intelligence climbers 3. Aquisition of Worth-While Knowledge
diprediksi akan memiliki penyesuaian
4. Intellectual Development
akademik yang lebih baik dari pada santri
dengan adversity intelligence quitters ataupun
5. Achievement of Academic Goals
campers, karena santri tersebut tidak mudah 6. Satisfaction Of Needs, Desires, And
menyerah dan memiliki dorongan untuk Interests
menuntaskan tuntutan-tuntutan akademik
yang ada. Serta mampu bertahan untuk Schneiders (1964) mengelompokkan
mencapai kesuksesan dan lulus dari pondok penyesuaian akademik menjadi lima faktor,
pesantren (Putra, Hidayati, & Nurhidayah, yaitu: Kondisi fisik; Perkembangan dan
2016). kematangan individu dalam segi intelektual,
Hal ini didukung pula dari hasil sosial, moral, dan emosi mempengaruhi
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh bagaimana penyesuaian seseorang; Keadaan

3
psikologis; Kondisi lingkungan; Agama dan kausalitas adalah penelitian yang ingin
Budaya. melihat hubungan sebab akibat antara
variabel bebas terhadap variabel terikat
Adversity intelligence (Azwar, 1998). Penelitian ini dikatakan
Konsep Adversity intelligence kausalitas karena, peneliti ingin mengetahui
dikembangkan dengan memanfaatkan tiga hubungan sebab akibat khususnya melihat
cabang ilmu pengetahuan yaitu psikologi bagaimana pengaruh antara adversity
kognitif, psikoneurologi, dan neurofisiologis. intelligence terhadap penyesuaian akademik
Menurut Stoltz (2000) tidak hanya IQ dan EQ pada santri MTs Pondok Pesantren Daar el-
yang memerankan peran dalam mencapai Qolam 1. Selain itu, peneliti juga ingin
keberhasilan tetapi, AI juga memiliki mengetahui katagori adversity intelligence
pengaruh yang luar biasa dalam mewujudkan mana yang lebih berpengaruh dalam
suatu keberhasilan seseorang. Stoltz (2000) membentuk penyesuaian akademik.
mendefinisikan Adversity intelligence adalah
kemampuan yang dimiliki individu dalam Populasi dan Sampel
mengatasi hambatan menjadi suatu peluang Populasi dari penelitian ini adalah
keberhasilan untuk mencapai tujuan. seluruh santri MTs kelas 1 Pondok Pesantren
Dalam merespon kesulitan Stoltz Daar el-Qolam 1 sebanyak 638 santri.
(2000) mengelompokkan adversity Sedangkan sampel dalam penelitian ini
intelligence meenjadi tiga kategori kelompok, berjumlah 86 santri yang diperoleh dari
yaitu : (a). Quitters. Seorang quitters rumus Slovin. Namun, saat melakukan z-
memiliki AI rendah; (b). Campers. Seorang score dikhawatirkan jumlah sampel tidak
campers memilik AI sedang; (c). Climbers. mencapai jumlah minimal yaitu sebanyak 86
Seorang climbers memiliki AI tinggi. santri, maka peneliti menambahkan jumlah
Adversity Intelligence terdiri atas empat sampel penelitian menjadi 260 santri. Teknik
dimensi yang dikenal dengan sebutan CO2RE pengambilan sampel dengan probability
yaitu control, origin-ownership, reach, dan sampling yang berjenis jenis Simpel Random
endurance (Stoltz, 2000). Sampling.
Stoltz (2000) menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi Intrumen Penelitian
adversity intelligence antara lain: Intrumen penelitian adalah kuisioner
1. Faktor Internal: genetika, keyakinan, dalam bentuk skala Likert. Terdapat dua
bakat dan kemauan, karakter, kinerja, instrumen penelitian yaitu instrumen
dan kesehatan adversity intelligence dan penyesuaian
2. Faktor eksternal: pendidikan dan akademik.
lingkungan
Validitas dan Reliabilitas
Santri Uji validitas menggunakan teknik
Menurut Dhofier (Rosyidah, 2016) Pearson Product Moment sedangkan uji
santri adalah para siswa yang mendalami validitas dengan teknik Alfa Cronbach. Dari
ilmu-ilmu agama di pesantren baik dia tinggal hasil uji pada alat ukur adversity intelligence
di pondok maupun pulang setelah selesai diperoleh 36 aitem valid dengan nilai
waktu belajar. Sejalan dengan yang reliabilitas (a) = 0,886. Sedangkan untuk alat
disampaikan oleh Dhofier, Mangunjaya ukur penyesuaian akademik diperoleh 55
(Rosyidah, 2016) santri merupakan orang- aitem valid dengan nilai reliabilitas (a) =
orang yang terdidik di pesantren yang 0,925.
mengerti dan memahami kitab-kitab yang
bertuliskan bahasa arab. Uji Normalitas
Sedangkan untuk memastikan data
Metode Penelitian sebaran normal maka peneliti melakukan uji
Penelitian ini adalah kuantitatif yang normalitas data dengan menggunakan teknik
berjenis kausal komparatif. Penelitian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dari

4
hasil uji normalitas adversity intelligence perbedaan antara 3 atau lebih kelompok data
diperoleh nilai sig. = 0,584 (p value > 0,05) berskala interval atau rasio yang berasal dari
dan penyesuaian akademik diperoleh nilai 1 variabel bebas (Winarsunu, 2002).
sig. = 0,425 (p value > 0,05). Maka dapat Dikatakan signifikan apabila nilai p < 0,05,
diartikan bahwa distribusi data adversity maka ada pengaruh adversity intelligence
intelligence dan penyesuaian akademik terhadap penyesuaian akademik. Jika nilai p
adalah tersebar merata dan terdistribusi > 0,05 maka tidak signifikan yang berarti,
normal. tidak ada pengaruh adversity intelligence
terhadap penyesuaian akademik. Setelah
Kategorisasi melihat pengaruh antar variabel, peneliti
Pengkategorisasian adversity melakukan uji post hoc untuk mengetahui
intelligence menggunakan perhitungan Z- kategori adversity intelligence mana yang
score berdasarkan nilai rata-rata (mean) dan memliki peluang dalam membentuk
standar deviasi atau simpangan baku (Azwar, penyesuaian akademik.
2012). Adversity intelligence dikategorikan
menjadi 3 kategori: quitters, campers, dan Hasil dan Pembahasan
climbers. Adapun tabelnya sebagai berikut: Gambaran Responden Penelitian
1. Jenis kelamin
Tabel 1
Kategorisasi adversity intelligence Laki-laki Perempuan
Adversity Intelligence Jumlah Persentase
Quitters 69 31,5%
41%
Campers 65 29,7%
Climbers 85 38,8% 59%
Total 219 100%

Pengkategorisasian penyesuaian
akademik menggunakan perhitungan nilai Diagram 1
rata-rata (mean). Apabila skor yang diperoleh Jenis kelamin
lebih besar dari mean maka akan
dikategorikan sebagai penyesuaian akademik Dari 260 subjek penelitian, 153
yang baik. Sebaliknya, apabila skor yang orang (59%) berjenis kelamin laki-laki.
diperoleh lebih kecil dari mean maka akan Sedangkan 107 orang (41%) berjenis
dikategorikan sebagai penyesuaian akademik kelamin perempuan.
yang buruk (Azwar, 2012) seperti tabel
dibawah ini: 2. Urutan anak dalam keluarga

Tabel 2 Keempat Kelima Ketujuh


(4,2%) (0,8%) (0,4%)
Kategorisasi penyesuaian akademik Ketiga
Kategori Jumlah Persentase (16,1%) Pertama
(45%)
Baik 113 51,6%
Kedua
Buruk 106 48,4% (33,5%)
Total 219 100%

Analisis Pengaruh Adversity


Intelligence terhadap Penyesuaian Diagram 2
Akademik pada Santri SMP Pondok Urutan anak dalam keluarga
Pesantren Daar El-Qolam
Pengolahan data dilakukan peneliti Dari 260 subjek penelitian, 117
menggunakan teknik Anova 1 jalur (one way orang (45%) merupakan anak pertama,
anova) Anova 1 jalur adalah teknik statistik 87 orang (33,5%) merupakan anak ke-2,
parametik yang digunakan untuk menguji 42 orang (16,2%) merupakan anak ke-3,

5
11 orang (4,2%) merupakan anak ke-4, 2 Square
orang (0,8%) merupakan anak ke-5, 1 N of Valid Cases 219
orang (0,4%) merupakan anak ke 7.
Berdasarkan hasil chi square
Pengaruh Adversity Intelligence diperoleh nilai signifikan (p) = 0,000 ; ((p) <
terhadap Penyesuaian Akademik 0,05). Artinya, adversity intelligence
memiliki pengaruh terhadap penyesuaian
Tabel 3 akademik pada santri MTs Pondok Pesantren
Uji anova adversity intelligence terhadap Daar el-Qolam 1.
penyesuaian akademik
Sig. Tabel 6
Between Groups 0,000 Tabulasi silang adversity intelligence
terhadap penyesuaian akademik
Berdasarkan hasil pengujian diatas, Kategori Penyesuaian Akademik
diperoleh nilai signifikan 0,000 ; ((p) < 0,05) Adversity Total
yang berarti hipotesis diterima. Artinya, Intelligence Baik Buruk
terdapat pengaruh adversity intelligence Quitters 23 (10,5%) 46 (21%)
69
terhadap penyesuaian akademik pada santri (31,5%)
MTs Pondok Pesantren Daar el-Qolam 1. 65
Campers 34 (15,5%) 31 (14,2%)
(29,7%)
85
Tabel 4 Climbers 56 (25,6%) 29 (13,2%)
(38,8%)
Uji Post Hoc Total 113 106 219
(I) (J) Mean Difference
Katagori_AI Katagori_AI (I-J)
Tabel diatas menunjukkan bahwa,
Climbers Campers 3,952
santri dengan kategori adversity intelligence
Quitters 11,981*
climbers lebih banyak yang memiliki
Campers Climbers -3,952
penyesuaian akademik yang baik yaitu
Quitters 8,029*
sebanyak 56 orang (25,6%). Sedangkan santri
Quitters Climbers -11,981*
Campers -8,029*
dengan kategori adversity intelligence
campers dan quitters lebih banyak yang
Dari hasil post hoc test terlihat bahwa memiliki penyesuaian akademik yang buruk.
kategori climbers, campes, dan quitters
secara signifikan memiliki karakteristik yang Gambaran Data Penunjang
berbeda. Kategori adversity intelligence Berdasarkan Penyesuaian Akademik
climbers secara signifikan berbeda dengan 1. Jenis kelamin
kategori campers dan quitters. Begitupun Tabel 7
dengan kategori adversity intelligence Pengaruh jenik kelamin terhadap
campers secara signifikan berbeda dengan penyesuaian akademik
climbers dan quitters. Selain itu, kategori Asymp. Sig. (2-sided)
adversity intelligence quitters juga secara Pearson Chi-Square 0,135
signifikan berbeda dengan kategori climbers N of Valid Cases 219
dan campers.
Berdasarkan hasil chi square
Tabulasi silang adversity intelligence diperoleh nilai signifikan (p) = 0,135 ; ((p) <
dengan penyesuaian akademik 0,05). Artinya, jenis kelamin tidak memiliki
pengaruh terhadap penyesuaian akademik
Tabel 5 pada santri MTs Pondok Pesantren Daar el-
Pengaruh adversity intelligence terhadap Qolam 1.
penyesuaian akademik
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi- 0,000

6
2. Urutan anak dalam keluarga harapan atas kinerja dan memanfaatkan
Tabel 8 potensi dalam dirinya dengan maksimal,
Pengaruh urutan anak dalam sehingga individu tersebut dapat berprestasi
keluarga terhadap penyesuaian dalam bidang akademiknya.
akademik Menurut Schneiders (1964)
Asymp. Sig. (2- penyesuaian akademik adalah kemampuan
sided) indvidu dalam menghadapi tuntutan
Pearson Chi-Square 0,676 akademiknya sehingga dapat terpenuhi secara
N of Valid Cases 219 tuntas dan memuaskan. Santri dengan
penyesuaian akademik yang baik adalah
santri yang mampu menyelesaikan segala
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh
tuntutan tugasnya seperti, mampu
nilai signifikan (p) = 0,676 ; ((p) > 0,05). Hal
menyelesaikan hafalan dan memahami makna
ini mengartikan bahwa, tidak ada pengaruh
dari ayat-ayat Al-Qur’an, Hadist, Tafsir, atau
urutan anak dalam keluarga terhadap
Mahfudzot serta mampu memenuhi nilai
penyesuaian akademik pada santri MTs
sesuai KKM. Mampu masuk kelas dengan
Pondok Pesantren Daar el-Qolam.
tepat waktu, disiplin, bertanggung jawab
menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu
Pembahasan menaati peraturan yang diterapkan di pondok
Berdasarkan hasil uji analisis data
pesantren, dan memiliki motivasi untuk
dengan menggunakan one way anova
menyelesaikan setiap tugas atau masalah
diperoleh nilai signifikan (p) = 0,000 ; ((p) <
yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut
0,05), hipotesis diterima. Artinya, terdapat
Semium (Mazaya, 2013) siswa yang memiliki
pengaruh adversity intelligence terhadap
penyesuaian diri akademik yang baik, maka
penyesuaian akademik pada santri MTs
siswa tersebut dapat bereaksi secara efektif
Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Hasil
terhadap situasi yang berbeda, dapat
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
memecahkan konflik, frustasi dan masalah
yang dilakukan oleh Supardi (2013) tentang
tanpa menggunakan tingkah laku simtomatik,
“Pengaruh Adversity Quotient Terhadap
begitu juga sebaliknya.
Prestasi Belajar Matematika” yang
Di dalam melakukan penyesuaian
menunjukkan hasil bahwa, terdapat pengaruh
akademik, kondisi internal yang berupa usaha
positif dan signifikan adversity quotient
dan daya juang yang dimiliki oleh individu
terhadap prestasi belajar matematika.
merupakan faktor yang mempengaruhi
Didalam penelitian Supardi (2013)
perilaku dan usahanya untuk menuntaskan
menjelaskan bahwa, siswa dengan adversity
tuntutan atau tugas akademik yang diberikan
quotient yang tinggi dalam belajar akan lebih
(Schneiders, 1964). Sedangkan, kemampuan
disiplin dan menghargai waktu sehingga, santri untuk terus berusaha dan mememiliki
siswa tersebut dapat mengasilkan prestasi daya juang yang tinggi untuk mengubah
belajar yang lebih baik dan nilai yang hambatan menjadi peluang bagi dirinya agar
memuaskan. berhasil disebut dengan adversity intelligence
Dari hasil uji post hoc test diperoleh (Stoltz, 2000).
hasil bahwa adversity intelligence climbers Santri yang memiliki adversity
memiliki peluang yang lebih besar dalam intelligence yang tinggi atau climbers akan
mempengaruhi penyesuaian akademik yang terus berusaha dengan maksimal dalam
baik. Hasil post hoc test ini juga sejalan menghadapi kesulitan terkait tugas-tugas
dengan hasil crosstab antara adversity yang menjadi tanggung jawabnya, gigih, dan
intelligence dengan penyesuaian akademik. mampu mencari alternatif solusi terhadap
Santri dengan penyesuaian akademik yang masalah yang dihadapi. Sehingga, dalam
baik lebih banyak di dominasi oleh santri melakukan penyesuaian akademik santri
dengan adversity intelligence climbers yaitu tersebut mampu mengeluarkan usaha dan
sejumlah 56 orang (25,6%). Menurut Huda & potensi dalam dirinya dengan maksimal
Mulyana (2017) individu dengan adversity dalam menghadapi tuntuan akademiknya.
quotient tinggi akan mampu melampaui Selain itu, santri tersebut merasa optimis dan

7
mempunyai motivasi yang tinggi untuk penyesuaian akademik yang baik sebanyak
menghadapi setiap tuntutan akademik yang 51,6% merupakan santri yang menyatakan
diberikan di pondok pesantren. Hal ini sesuai bahwa; Saya selalu belajar hingga larut
dengan hasil wawancara yang dilakukan malam untuk mendapatkan nilai yang
peneliti sebelumnya, maksimal (item no. 8), Saya terus mencoba
berkomunikasi menggunakan bahasa asing
“Kesulitannya ngafal. Susahnya itu walaupun tidak lancar (item no. 12), Saya
kalau dihafalan di Tafsir kayak ayat- senang membaca buku untuk meningkatkan
ayat Al-Quran yang ada makna- pemahaman saya (item no.11), Saya rajin
maknanya. Cara ngatasinnya ngamalin
mengulang kembali pelajaran (item no. 16),
manjadda wajadda, ngafalin ditempat
sepi enggak ada orang, kalau udah dan Saya selalu belajar dengan maksimal
hafal baru istirahat. Kalau ngafal (item no. 52). Santri yang memiliki
dikelas berisik, lari ke pojok kelas terus penyesuaian akademik yang buruk sebanyak
ngafal di pojok kelas.” 48,4% merupakan santri yang menyatakan
bahwa; Saya mengantuk setiap
Berbeda dengan santri yang memiliki ustadz/ustazah menjelaskan materi (item no.
adversity intelligence campers atau quitters 7), Saya terbebani dengan jadwal belajar
adalah santri yang mudah menyerah saat yang padat di pondok pesantren (item no.
menghadapi kesulitan dalam kehidupan 26), Saya malas membaca kembali materi
mereka, pesimis, tidak yakin akan yang di ajarkan oleh ustadz/ustadzah (item
kemampuan yang dimiliki, cepat merasa puas no. 37), dan Saya tidak mampu menerapkan
akan hasil yang diperoleh, memiliki motivasi ilmu yang saya pelajari (item no. 45).
yang rendah, tidak mampu melakukan usaha Selain itu, santri dengan adversity
yang maksimal untuk menuntaskan tugas- intelligence climbers sebanyak 38,8%
tugasnya dan mudah putus asa. Dalam merupakan santri yang menyatakan bahwa;
melakukan penyesuaian akademik, santri Saya mampu menyelesaikan tugas dengan
dengan adversity intelligence campers atau maksimal (item no. 2), Saya mengikuti
quitters akan memandang tugas-tugas ekstrakurikuler bahasa untuk melatih
akademik yang diberikan sebagai hal yang kemampuan berkomunikasi (item no. 10),
sulit untuk diselesaikan dan memilih Walaupun berbeda pendapat dengan teman
menyerah kerena tidak mampu untuk sekelompok, saya tetap bekerja dalam
menyelesaikannya, tidak mampu kelompok tersebut (item no.23), dan Saya
menuntaskan hafalan dan memilih langsung meminta maaf kepada teman saat
menghindari kesulitan atau tugas yang saya melakukan kesalahan (item no. 13).
diberikan, tidak mampu menguasai bahasa Sedangkan santri dengan adversity
asing dengan maksimal, menolak mengikuti intelligence campers sebanyak 29,7% dan
aturan di pondok pesantren, serta sering quitters sebanyak 31,5% merupakan santri
mendapatkan hukuman. yang menyatakan bahwa; Saya memiliki
Di dalam penelitian yang dilakukan keinginan untuk mampu berbahasa asing
oleh Huda & Mulyana (2017) tentang (Arab/Inggris) (item no. 15), Saya sering
“Pengaruh Adversity Quotient Terhadap menunda-nunda mengerjaan tugas (item no.
Prestasi Akademik Mahasiswa Angkatan 22), Setiap hukuman yang saya dapatkan
2013 Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung” adalah mutlak karena kesalahan saya (item
ditemukan bahwa mahasiswa dengan katagori no. 17), Saya mengeluh ketika saya tidak
campers atau quitters ketika menghadapi dapat menghafal Hadist ataupun Mahfudzot
tugas yang dirasa cukup berat bagi dirinya, (item no. 34).
mereka akan meninggalkan tugas tersebut Menurut Schneiders (1964) kondisi
karena merasa frustrasi. Akan tetapi saat fisik, perkembangan dan kematangan
individu tersebut dituntut harus mengerjakan individu dalam segi intelektual, keadaan
tugas, hasil yang dikerjakan akan kurang psikologis, kondisi lingkungan, agama dan
sempurna. budaya, merupakan faktor-faktor yang dapat
Berdasarkan data yang diperoleh mempengaruhi penyesuaian akademik
dilapangan, beberapa santri dengan individu. Dalam penelitian ini, kondisi fisik

8
diwakili dengan jenis kelamin dan kondisi individu melainkan dapat dipengaruhi oleh
lingkungan diwakili dengan urutan anak beberapa faktor lainnya. Faktor tersebut
dalam keluarga. Penelitian ini awalnya diantaranya seperti kepercayaan diri,
menduga bahwa jenis kelamin memiliki penerimaan diri, emosi, agama dan budaya,
pengaruh terhadap penyesuaian akademik. ataupun intelektual.
Namun, berdasarkan hasil uji tabulasi silang Berdasarkan hasil penelitian yang
antara jenis kelamin terhadap penyesuaian dilakukan oleh Khoirunnisa (2016) mengenai
akademik, diperoleh hasil nilai signifikan “Pengaruh Urutan Kelahiran dan Jenis
sebesar 0,135 ; ((p) > 0,05) yang berarti, tidak Kelamin Terhadap Motivasi Belajar Siswa di
ada pengaruh jenis kelamin terhadap SMP An-Nur Bululawang” menunjukkan
penyesuaian akademik pada santri MTs Kelas bahwa urutan anak dalam keluarga tidak
1 Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Hasil memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar.
penelitian ini menjadi temuan baru bagi Anak dalam keluarga memiliki status atau
peneliti dan didukung dengan hasil penelitian kedudukan sesuai dengan urutan
sebelumnya yang dilakukan oleh Anchez, kelahirannya. Dengan urutan atau posisi anak
Colon, & Esparza (2005) tentang “The Role dalam keluarga maka, setiap anak memiliki
of Sense of School Belonging and Gender in cara, usaha, dan dorongan atau motivasi yang
the Academic Adjustment of Latino bebeda dalam menyelesaikan tuntutan
Adolescents”. Penelitian tersebut akademik yang ada dipondok pesantren.
menghasilkan bahwa jenis kelamin tidak Santrock (dalam Khoirunnisa, 2016)
memiliki hubungan dalam rasa memiliki dan menyatakan bahwa urutan kelahiran bukanlah
penyesuaian akademik. Penelitian tersebut satu-satunya faktor yang mempengaruhi
juga menjelaskan bahwa dalam melakukan perkembangan kepribadian seorang anak.
penyesuaian akademik, hasil akademik yang Menurutnya masih banyak faktor lain yang
diperoleh laki-laki atau perempuan tidak ikut berperan dalam pembentukan perilaku
memiliki perbedaan yang signifikan. seorang anak. Hasil penelitian dari Ha & Tam
Namun jika dilihat dari jumlah (2011) mengenai “A Study of Birth Order,
penyesuaian akademiknya, laki-laki lebih Academic Performance, and Personality”
banyak memiliki penyesuaian akademik yang menghasilkan bahwa, ketika individu mampu
baik (32,8%) dari pada perempuan (18,7%). melakukan penyesuaian akademik dan
Artinya, laki-laki lebih banyak yang mampu menghasilkan prestasi yang tinggi maka,
melakukan penyesuaian akademik dari pada urutan anak dalam keluarga tidak memiliki
perempuan. Hasil penelitian ini didukung perngaruh terhadap prestasi akademik yang
pula dari hasil penelitian oleh Tangkudung diperoleh oleh individu tersebut.
(2014) mengenai “Proses Adaptasi Menurut
Jenis Kelamin Dalam Menunjang Studi
Mahasiswa Fisip Universitas Sam Ratulangi” Simpulan
yang menghasilkan bahwa laki-laki lebih Berdasarkan hasil pengolahan data
mudah menyesuaikan dalam proses belajar yang telah dilakukan maka, dapat
mengajar dibandingkan perempuan. disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Selain itu pada hasil uji tabulasi adverisity intelligence terhadap penyesuaian
silang antara urutan anak dalam keluarga akademik pada santi MTs Pondok Pesantren
dengan penyesuaian akademik, diperoleh Daar el-Qolam 1.
nilai signifikan sebesar 0,676 ((p) > 0,05).
Hal ini mengartikan bahwa, tidak ada Saran
pengaruh urutan anak dalam keluarga Berdasarkan hasil temuan dari
terhadap penyesuaian akademik pada santri penelitian ini bahwa, santri laki-laki lebih
MTs Kelas 1 Pondok Pesantren Daar el- banyak memiliki penyesuaian akaemik yang
Qolam. Dalam melakukan penyesuaian baik dan perempuan lebih banyak yang
akademik kondisi lingkungan atau dalam memiliki penyesuaian akademik yang buruk.
penelitian ini diwakili oleh urutan anak dalam Maka disarankan untuk diteliti apakah ada
keluarga, bukan salah satu faktor yang perbedaan atau pengaruh antara jenis kelamin
mempengaruhi penyesuaian akademik terhadap penyesuaian akademik pada santri.

9
Bagi santri yang memiliki Huda, T. N., & Mulyana, A. (2017).
penyesuaian akademik yang buruk, Pengaruh adversity quotient terhadap
disarankan untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa
kemampuannya dengan cara, aktif mengikuti angkatan 2013 fakultas psikologi
kegiatan yang ada dipondok pesantren seperti UIN SGD Bandung. Psympathic,
organisasi bahasa, membentuk kelompok Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 115 –
belajar, dan mau mencari informasi mengenai 132.
materi yang tidak dipahami baik kepada
ustad/ustadzah, teman, atau membaca buku. Isrami, Laili. (2015). Perbedaan adversity
Sedangkan bagi pondok pesantren disarankan intelligence antara siswa pribumi di
untuk memberikan suatu program atau waktu sekolah pembauran dengan siswa
yang lebih panjang untuk pengenalan pribumi di sekolah negeri di kota
mengenai pondok pesantren seperti masa Medan (Skripsi tidak diterbitkan,
oreintasi siswa dan memberikan suasana Fakultas Psikologi Universitas
pembelajaran yang lebih berpusat pada santri Sumatera Utara, Medan, Sumatera
agar dapat mendorong para santri lebih aktif Utara). Diambil dari: https://text-
dalam pembelajaran. id.123dok.com/document/rz3168yx-
perbedaan-adversity-quotient-antara-
Daftar Pustaka siswa-pribumi-di-sekolah-
Anchez, B. S., Colon, Y., Esparza, P. (2005). pembauran-dengan-siswa-pribumi-di-
The role of sense of school belonging sekolah-negeri-di-kota-medan.html.
and gender in the academic
adjustment of latino adolescents. Jannah, R. (2015). Hubungan antara
Journal of Youth and Adolescence, kecerdasan adversity dengan
34(6), 619–628. penyesuaian sosial pada siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri 4
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala Kalasan. Jurnal Bimbingan dan
psikologi. Yogyakarta : Pustaka Konseling, 4(7).
Pelajar.
Khoirunnisa, N. (2016). Pengaruh urutan
Christanto, S. T. (2015). Hubungan antara kelahiran dan jenis kelamin terhadap
adversity intelligence dengan motivasi belajar siswa di SMP An-
penyesuaian akademik pada Nur Bululawang (Skripsi tidak
mahasiswa Universitas Esa Unggul diterbitkan, Fakultas Psikologi
(Skirpsi tidak diterbitkan). Fakultas Universitas Islam Negri Maulana
Psikologi Universitas Esa Unggul, Malik Ibrahim Malang, Malang, Jawa
Jakarta Barat. Timur). Diambil dari:
http://etheses.uin-malang.ac.id/4940/.
Christyanti, D., Mustami’ah, D., & Sulistiani,
W. (2010). Hubungan antara Mazaya, N. I. (2013). Hubungan penyesuaian
penyesuaian diri terhadap tuntutan diri akademik terhadap
akademik kecenderungan stres pada kecenderungan somatisasi di SMA Al
mahasiswa fakultas kedokteran Islam 1 Surakarta (Skripsi tidak
Universitas Hang Tuah Surabaya. diterbitkan, Falkultas Psikologi
INSAN, 12(3),153-159. Universitas Muhammadiyah
Surakarta). Diambil dari:
Ha, T. S., & Tam, C. L. (2011). A study of http://eprints.ums.ac.id/27021/.
birth order, academic performance,
and personality. Journal of Nurhayati, & Fajrianti, N. (2015). Pengaruh
International Conference on Social adversity intelligence (aq) dan
Science and Humanity, 5(6), 28-32. motivasi berprestasi terhadap prestasi
belajar matematika. Jurnal Formatif,
3(1), 72-77.

10
Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan statistika Sugiyono. (2014). Metode penelitian
modern untuk ilmu sosial. Jakarta: kuantitatif kualitatif dan R&D.
Salemba Humanika. Bandung: Alfabeta.

Tak Betah di Ponpes, Alasan Santri Depok Supardi, U. S. (2013). Pengaruh adversity
Kabur (2016, 7 April). Okezone. qoutient terhadap prestasi belajar
Dilihat dari matematika. Jurnal Formatif, 3(1),
http://news.okezone.com/read/2016/0 61-71.
4/07/338/1356824/tak-betah-di-
ponpes-alasan-santri-depok-kabur. Tangkudung, J. P. M. (2014). Proses adaptasi
menurut jenis kelamin dalam
Parvathy, U., & Praseeda, M. (2014). menunjang studi mahasiswa FISIP
Relationship between adversity Universitas Sam Ratulangi. Journal
intelligence and academic problems “Acta Diurna”, 3(4).
among student teachers. IOSR Journal
Of Humanities And Social Science, Utami, I.B, Hardjono, & Karyanta. N.A.
19(7), 23-26. (2014). Hubungan antara optimisme
dengan adversity quotient pada
Pondok Pesantren Daar el-Qolam 1 (2017, 10 mahasiswa program studi psikologi
Januari). Daarelqolam. Dilihat dari fakultas kedokteran UNS yang
http://daarelqolam.ac.id/darqo1/Pages/ mengerjakan skripsi. Jurnal Ilmiah
default.aspx#. Psikologi CandraJiwa, 2(5), 154-167.

Putra, G.R., Hidayati, O.N., & Nurhidayah, I. Winarsunu, T. (2002). Statistik dalam
(2016). Hubungan motivasi berprestasi penelitian psikologi dan pendidikan.
dengan adversity intelligence warga Malang: UMM Press.
binaan remaja di LPKA Kelas II
Sukamiskin Bandung. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia,
2(1), 52-60.

Rosyidah. (2016). Hubungan dukungan sosial


dengan penyesuaian akademik pada
santri pesantren Al-Hidayah (Skirpsi
tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi
Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat.

Sarjono, H., & Julianita, W. (2011). SPSS vs


Lisrel: sebuah pengantar, aplikasi
untuk riset. Jakarta: Salemba Empat.

Schneiders, A. A. (1964). Personal


adjustment and mental health. New
York, Amerika Serikat : Holt,
Reinhart & Winston Inc.

Stoltz, P. G. (2000). Adversity intelligence:


mengubah hambatan menjadi
peluang (T. Hermaya, Penerjemah).
Jakarta: Grasindo.

11

Anda mungkin juga menyukai