Anda di halaman 1dari 25

LABA (INCOME)

Dalam keenyataannya, pera pemakai mempunyai konsep laba dan model


pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara pengukurannya,
laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain
sebagai :
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan
dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital)
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
9. Dasar pembagian deviden
Teori akuntansi tentang laba akan melibatkan pengukuran dan penyajian laba yang
dapat memenuhi berbagai tujuan di atas. Untuk melayani berbagai kebutuhan di atas, ada
dua pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam akuntansi laba yaitu satu laba untuk
berbagai tujuan (single income for different purpose) atau beda tujuan beda laba (different
incomes for different purposes). Pendekatan pertama berusaha untuk memformulasi konsep
laba tungga (umum) dan menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum.
Inilah pendekatan yang ingin dicapai dalam merekayasa pelaporan keuangan umum
(general purpose financial reporting).
Walaupun teori tentang konsep laba lebih berkaitan dengan pendekatan ini,
akuntansi juga berusaha untuk menyediakan informasi agar tujuan khusus dapat dipenuhi
dengan menyediakan informasi yang memungkinkan pemakai untuk menentukan konsep
laba sesuai dengan kebutuhan spesifiknya. Pendekatan kedua menggunakan berbagai
konsep laba dan menyajikannya secara jelas berbagai konsep laba tersebut secara khusus.
Kebutuhan khusus ini dapat dipenuhi dengan menyertai statement keuangan umum
(khususnya statemen laba- rugi) dengan berbagai laporan pelengkap.
2.1 Konsep Laba Konvensional
Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang
sekarang berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi
mempunyai beberapa kelemahan berikut (halaman 309) :
1. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara
intuitif dan ekonomik bermakna
2. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual
3. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya inkonsistensi antarperusahaan
4. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga
5. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor
memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih
bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang mendesak.
Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi di atas, maka berikutnya akan
dibahas dua aspek pokok teori laba, yaitu (1) interpretasi laba dan implikasinya dalam
tataran teori dan (2) lingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas.

2.2 Konsep Laba dalam Tataran Semantik


Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang
harus direkatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini, teori berusaha untuk
menjawab pertanyaan apakah yang harus dipresentasi oleh laba. Pemkanaan laba akhirnya
akan menentukan pemaknaan laba secara sintaktik yaitu pengukuran dan penyajiannya.

1. Pengukur Kinerja
Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan
keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu
untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa datang. Kinerja perusahaan
merupakan manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat pula
diinterpretasi sebagai pengukur keaktifan dan keefisienan manajemen dalam
mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Secara umum, efisiensi adalah kemampuan menciptakan keluaran (output)
tertinggi dengan sumber daya tertentu sebagai masukan (input). Bila keluaran atau
sasaran tertentu telah ditentukan, efisiensi adalah kemampuan mencapai keluaran
tersebut dengan sumber daya terendah (minimum) yang dimungkinkan. Dalam
akuntansi, laba dimaknai dan diinterpretasi sebagai pengukur efisiensi oleh investor
dalam bentuk kembalian atas investasi (return on investment atau ROI). Bagi
manajemen, efisiensi dapat diinterpretasikan sebagai pengukur efisiensi penggunaan
sumber daya dalam bentuk kembalian atas aset (return on asset atau ROA). Bagi
kreditor, efisiensi dapat ditunjukkan dengan tingkat bunga (return on loan atau ROL).
Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI,
ROA dan ROL sebagai pengukur efisiensi. Karena kegiatan usaha sangat kompleks,
laba dipandang cukup kaya (komprehensif) untuk merepresentasi pengukur
efisiensi. Namun validitas pengukur efisiensi tersebut bergantung pada bagaimana
laba dan tingkat investasi diukur serta dari sudut pandang siapa informasi efisiensi
ditujukan.

2. Konfirmasi Harapan Investor


Perekayasaan pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk
meyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu
tentang kinerja perusahaan memang terealisasi. Dengan demikian, laba dapat
diinterpretasi sebagai sarana untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut.
Asumsinya adalah para investor telah menggunakan segala informasi yang tersedia
secara publik sebagai basis keputusan investasinya melalui prediksi laba. Bila
diasumsi bahwa pasar cukup efisien, laba yang diprediksi investor harus mendekati
atau sama dengan laba yang dilaporkan. Bila hal ini terjadi, laba merupakan sarana
untuk mengkonfirmasi harapan investor dan investor diharapkan tidak bereaksi
terhadap pengumuman laba.

3. Estimator Laba Ekonomik


Akuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih
bermakna secara ekonomik daripada sekedar kenaikan atau penurunan kas dalam
suatu periode. Angka laba akan bermakna kalau ia merepresentasi perubahan
kemakmuran (wealth) atau penciptaan nilai (value creation) sebagai hasil kinerja
ekonomik suatu kesatuan usaha. Secara teknis, perubahan kemakmuran atau nilai
diwujudkan dalam kegiatan produktif (menghasilkan barang dan jasa).
Perekayasaan akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan
mendekati laba ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk
laba ekonomik. Artinya, perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksi pula
perubahan ekonomik perusahaan. Dengan demikian, laba akuntansi masih tetap
bermanfaat bagi investor yang mungkin lebih berkepentingan dengan laba
ekonomik
Laba akuntansi adalah laba dari kacamata perrekayasa akuntansi atau
kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan
terandalkan. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi
bukannya data hipotesis yang dapat berupa kos kesempatan (opportunity cost).
Pengetian ekonomik dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik (economic
resonableness) jangka panjang dan bukan penilaian ekonomik (economic valuation)
jangka pendek. Oleh karena itu, depresiasi dalam akuntansi merupakan proses
alokasi dan bukan proses penilaian.
Sementara itu, laba ekonomik adalah laba dari kacamata investor karena
keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat
subjektif bergantung pada karakteristik investor. Dalam menilai investasinya,
investor selalu mendasarkan diri pada kos kesempatan yang diwujudkan dalam
bentuk tingkat pengembalian pasar (market rate of return). Dengan demikian, laba
dimata investor adalah tingkat kembalian internal (internal rate of return) aliran-aliran
kas masa datang yang dapat dihasilkan seandainya investor menanamkan asetnya di
tempat lain (kos kesempatan). Di mata investor, penilaian aset lebih banyak
didasarkan informasi pasar yang berubah-ubah setiap saat dan depresiasi dipandang
sebagai proses penilaian aset (penurunan nilai).
Perbedaan sudut pandang di atas, menjadikan laba akuntansi berbeda
dengan laba ekonomik. Hendriksen dan van Breda (1992, 316) menyederhanakan
perbedaan laba akuntansi dan ekonomik atas dasar konsep depresiasi. Laba
akuntansi dihitung atas dasar depresiasi akuntansi (alokasi) dan laba ekonomik
dihitung atas dasar depresiasi ekonomik (penurunan nilai).
Laba akuntansi juga berbeda dengan laba ekonomik karena konsep dasar
yang dianut. Laba akuntansi dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha yang
memandang aset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis
pengukurannya. Sementara itu, laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang
melihat aset sebagai simpanan atau sediaan nilai (store of value) setiap saat sehingga
nilai sekarang menjadi basis pengukurannya. Dengan demikian, laba dipandang
sebagai perubahan nilai dalam suatu periode.
Jadi, dari beberapa aspek, laba akuntansi memang dan harus berbeda dengan
laba ekonomik. Namun, laba akuntansi diharapkan dapat menjadi estimator atau
indikator laba ekonomik. Berikut adalah ringkasan perbedaan antara laba akuntansi
dan laba ekonomik :
Aspek Pembeda Laba Akuntansi Laba Ekonomik
Sudut pandang pemaknaan Perekayasaan akuntansi Pemegang saham
penyusunan , standar
penyusunan ata
keuangan u statemen
Dasar pengukuran Kos historis Kos kesempatan, nilai pasar,
nilai likuidasi
Pengertian “ekonomik: Kelayakan ekonomik jangka Penilaian ekonomik jangka
panjang pendek
Makna depresiasi Alokasi kos Penurunan nilai ekonomik
Unit pengukur Rupiah nominal Daya beli
Sasaran pengukuran atau Laba uang/nominal Laba real
sifat laba
Konsep dasar yang melandasi Kontinuitas usaha, asas Likuidasi, nilai tunai
akrual
Fungsi Aset Sisa potensi jasa Simpanan/sediaan nilai

Karena reliabilitas menjadi sasaran akuntansi, akuntansi tidak harus menentukan


laba ekonomik yang subjektif. Akan tetapi, akuntansi harus berusaha untuk menyajikan dan
memformulasi laba akuntansi yang dapat membantu investor dalam menentukan laba
ekonomik sesuai dengan persepsi para investor. Jadi, akuntansi cukup menyediakan
informasi laba dan aliran kas yang layak dan menyerahkan semua analisis dan perhitungan
laba ekonomik kepada investor atau pemakai lainnya.
2.3.1 Makna Laba

1. Pengantar Konsep Laba


Dalam praktiknya fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran kinerja atau
prestasi management perusahaan. Produk akuntansi yaitu laporan keuangan
diharapkan dapat memberikan tolak ukur secara jelas terhadap prestasi perusahaan.
Banyak faktor dalam laporan keuangan yang dapat menjadi tolak ukur, salah satu
faktor yang digunakan adalah pengukuran income atau laba. Laba merupakan
elemen penting yang menjadi perhatian para pemakai laporan keuangan karena
diharapkan laba cukup besar untuk menunjukkan kinerja perusahaan dinilai baik
secara keseluruhan.
2. Definisi Laba
Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang,
tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut.
Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda
tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :
“Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai
kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi
perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan
keputusan, dan unsur prediksi.”
(Belkaoui : 1993)

“Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian
dari penghasilan atau penghasilan operasi.”
(Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)

“Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat
diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi
awalnya.”
(Stice, Skousen : 2009)

“Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian
pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan,
maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.”
(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)

3. Karakteristik Laba
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual
memiliki karakteristik umum sebagai berikut :
1) Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2) Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir
3) Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham, kekayaan,
investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai dengan uang.

2.3.2 Laba dan Kapital


Kapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu,
sementara laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensi
jasa yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan
tingkat potensi jasa mula-mula.

2.3.2.1 Konsep Pemertahanan Kapital


Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas berhak mendapatkan kembalian/
imbalan atau return dan menikmati iya setelah kapital dipertahankan keutuhannya atau
pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti penting dan konsekuensi dalam
beberapa hal yang saling berkaitan, sebagai berikut :
1. Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
2. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan
transaksi pendanaan dari pemilik.
3. Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi.
4. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomi.
5. memungkinkan penggunaan berbagai dasar pemikiran untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu.
6. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam
pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba
ekonomi.
Atas dasar uraian di atas, laba kemudian didefinisikan secara umum, formal dan
semantik sebagai berikut : Laba adalah tambahan kemampuan ekonomi yang ditandai
dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam
arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/ pemilik kapital tanpa
mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal periode).

2.3.2.2 Konsep Laba Dalam Sintatik


Makna semantik laba yang dikembangkan pada akhirnya harus dapat dijabarkan
dalam tataran sintaktik. Salah satu bentuk penjabarannya adalah mendefinisi laba sebagai
selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam
tataran sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan.
Terdapat beberapa criteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu pendekatan transaksi,
pendekatan kegiatan, dan pendekatan pemertahanan kapital.
1. Pendekatan Transaksi
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi
dan kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan
pengakuan laba juga akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan
dan biaya. Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan
pengakuan pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan
pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan ini
memiliki berbagai keunggulan misalnya jumlah rupiah aset dan kewajiban
secara otomatis tersedia pada akhir periode serta perubahan aset dan
kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara objektif.
2. Pendekatan Kegiatan
Pada pendekatan ini , laba dianggap timbul bersamaan dengan
berlangsungnya kegiatan atau kejadian, bukan sebagai hasil suatu transaksi
pada saat tertentu. Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu
manajemen melakukan analisis internal. Berbagai konsep laba dapat
diciptakan untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap kegiatan / bagian
operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan system pengendalian
manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam aplikasinya, pendekatan
transaksi dan pendekatan kegiatan tidak berdiri sendiri, tetapi saling
melengkapi. kriteria pendapatan adalah terealisasi dan terbentuk. Artinya,
kedua kriteria harus dipenuhi.
2.3.2.3 Pendekatan Pemertahanan Kapital
Kedua pendekatan yang dibahas di atas sebenarnya mengikuti pendekatan
pendapatan-biaya dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (asset dan kewajiban).
nilai asset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan biaya
atas dasar penandingan. Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan
konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep
ini, elemen statement keuangan diukur atas dasar pendekatan asset-kewajiban. Jadi, dapat
dikatakan bahwa laba adalah perubahan atau kenaikan kapital dalam suatu periode.

2.3.3 Pengukuran atau Penilaian Kapital


Pengukuran capital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena
dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus di
pertimbangkan yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain yang
menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital (fisis atau finansial) dan dasar
penilaian.

2.3.4 Jenis Kapital


Pengertian capital harus dilihat dari sudut pandang pihak yang menguasai capital
tersebut, dalam hal ini terdapat dua jenis konsep capital, yaitu capital financial dan fisis:
1. Kapital Finansial
Kapital financial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat
padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut, tapi jika capital tersebut
berwujud fisis, itu merupakan instrument atau asset financial. Pada umumnya, capital
finansial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau obligasi. Dengan konsep
ini, laba atas kapital financial akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada akhir
suatu periode melebihi jumlah rupiah klaim financial pada awal periode. Kapital
finansial dari sudut badan usaha adalah jumlah rupiah yang melekat pada asset total
badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen asset. Tingkat pengembalian
kapital finansial ini dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas asset total atau
ROA, yang rumusnya sebagai berikut :

Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumlah pinjaman yang
tertanam di perusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak
kreditor selama periode merupakan kapital akhir atau laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Kapital fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang
sebagai kapasitas produksi fisis, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis
pada akhir suatu periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode. Dalam
konsep kapital finansial, pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau rugi
menahan dan dilaporkan melaui statemen laba-rugi. Sedangkan dalam kapital fisis,
pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan tidak termasuk dalam
statemen laba- rugi.

2.3.5 Skala Pengukuran


Skala pengukuran adalah unit pengukuran yang dapat dilekatkan pada suatu objek
sehingga objek tersebut dapat dibedakan besar kecilnya dari objek yang lain atas dasar unit
pengukur tersebut. dalam teori pengukuran, dikenal empat macam skala pengukuran yaitu
kategoris/nominal, ordinal, interval, dan rasio.

2.3.5.1 Skala Nominal


Skala nominal atau skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah
terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat
perubahan kondisi ekonomik. Karen nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa,
akuntansi atas dasar pengukuran ini sering disebut akuntansi dengan asumsi nilai rupiah
konstan. Pengukuran dengan skala rupiah nominal lebih menitikberatkan pada jumlah unit
rupiah daripada jumlah unit daya beli. Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang
berubah karena inflasi, pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung
kelemahan.

2.3.5.2 Skala Daya Beli


Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli
konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan skala
ini, rupiah nominal dinyatakan kembali dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks
harga tertentu. Perubahan skala pengukuran dari rupiah nominal ke rupiah daya beli secara
substantive tidak berpengaruh terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital,
yang berubah adalah skala pengukurannya. Walaupun demikian, pengukuran dengan
rupiah daya beli akan menimbulkan untung atau rugi daya beli, terutama kalau suatu
entitas menahan asset moneter.

2.3.6 Dasar atau Atribut Pengukuran


Seperti asset, kapital dapat diukur atas dasar berbagai atribut. Walaupun banyak
atribut atau dasar penilaian yang dapat digunakan, di sini hanya akan dibahas dua dasar
penilaian penting yang berpaut dengan penentuan laba, yaitu kos historis (historical cost)
dan kos sekarang (current cost) yang keduanya merupakan nilai masukan.

2.3.6.1 Kos Historis


Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam system pembukuan. Kos historis dipilih biasanya karena kos tersebut objektif
dan dapat diuji kebenaranya.

2.3.6.2 Kos Sekarang


Kos sekarang atau kos pengganti atau kos masukan sekarang menunjukkan jumlah
rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk
memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga
pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha
sehingga harga pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai asset bersangkutan.
Kos sekarang berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi
karena perubahan selera, teknologi, dan fungsi.

2.3.7 Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital


Adanya tiga factor penentu nilai kapital (jenis, skala, dan dasar penilaian) yang
saling berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basis penilaian kapital.
Tiap pendekatan sebenarnya merefleksikan kombinasi antara ketiga faktor yang
dipertimbangkan. Pendekatan yang dimaksud disini adalah cara atau prosedur untuk
mendapatkan jumlah rupiah kapital dan laba. Berbagai pendekatan penilaian kapital dan
implikasinya terhadap penentuan laba antara lain:
1. Kapitalisasi aliran kas harapan (capitalization of expected cash flow)
2. Penilaian pasar atas asset bersih perusahaan (market valuation of the firm)
3. Setara kas sekarang (current cash equivalen)
4. Harga masukan historis (historical input prices)
5. Harga masukan sekarang (current input prices)
6. Pemertahanan daya beli konstan (maintenance of constant purchasing power)

Penilaian pasar atas perusahaan


Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini
dimaksudkan untuk menghilangkan subjektifitas penyaji laporan keuangan. Penilaian ini
diserahkan kepada pihak lain dengan harapan penilaian tersebut objektif. Untuk
memperoleh nilai kapital yang
wajar, dapat digunakan alternative penilaian yaitu kapital diukur atas dasar perkalian
antara volume saham yang beredar dengan harga pasar saham pada awal dan akhir
periode.

Setara kas sekarang


Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Dasar pengukuran adalah
gunggungan (sum) semua jumlah rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah
setara tunai semua utang. Penilaian ini berbeda dengan penilaian sebelumnya, penilaian ini
merupakan gunggungan harga pasar tiap jenis aset secara individual. Walaupun penilaian
ini objektif, pasar bebas untuk tiap jenis asettidak selalu ada sehingga harga pasar akhirnya
juga tidak lebih dari sekedar taksiran (bahkan mungkin merupakan nilai likuidasi) karena
tidak ada barang yang setara di pasar sebagai pembanding.

Harga masukan historis


Penilaian ini merpakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai masukan.
Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi oleh gagasan bahwa kapital dapat dikatakan
telah dipertahankan apabila aset pada akhir perioda (dinilai dengan harga masukan) sama
dengan aset pada awal perioda (juga dinilai dengan harga masukan). Penilaian ini
memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba diukur berdasarkan selisih aset bersih awal
dan akhir periode yang masing-masing dinyatakan dalam kos historisnya. Konsep laba
dengan pendekatan ini akan sama dengan laba komprehensif karena laba didefinisi sebagai
kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transakasi dengan pemilik.

Harga masukan sekarang


Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan historis kecuali bahwa
dalam pendekatan ini menilai komponen-komponen kapital awal dan akhir dengan kos
masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Dengan cara ini, untung atau rugi
penahanan aset akan teridentifikasi dan masuk dalam perhitungan laba. Pendekatan ini
sebenarnya berusaha untuk merinci laba menjadi laba normal yang menunjukkan kinerja
manajemen dan laba semata-mata karena perubahan harga.

Pemertahanan daya beli konstan


Pengukuran dengan daya beli konstan ini basisnya adalah kos historis. Kapital awal
dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli konstan pada indeks dasar tertentu. Laba yang
diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir akan menggambarkan tambahan daya
beli kapital yang dimiliki perusahaan tanpa ahrus mengurangi daya beli kapital yang mula-
mula.
2.3 Konsep Laba dalam Tataran Pragmatik
Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan
apakah pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah.
Teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap
perubahan perilaku pemakai informasi akuntansi. Bila dikaitkan dengan laba, tataran ini
membahas apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya
digunakan.

2.4.1 Predictor Aliran Kas ke Investor


Para perekayasa akuntansi (misalnya FASB) berteori bahwa investor dan kreditor
berkepentingan dengan aliran kas yang masuk ke mereka atas investasinya. Aliran kas yang
diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk
menciptakan kas yang cukup untuk (a) membayar semua kewajiban pada saatnya, (b)
mendanai kepreluan operasi, (c) reinvestasi, (d) membayar bunga, dan (e) membayar
deviden. Oleh karena itu, investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba
(earning power) jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba
masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Laba masa datang menjadi basis bagi
investor untuk memprediksi aliran kas masa datang dari investasinya.

2.4.2 Laba dan Harga Saham


Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham.
Bahwa laba merupakan predictor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukkan bahwa
laba menentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke investor digunakan untuk
menentukan apa yang disebut nilai intrinsic (intrinsic value) sekuritas atau saham.
Nilai intrinsic ini pada akhirnya akan menentukan harga pasar saham yang terjadi di
pasar modal pada saat tertentu. Investor atau analis akan membandingkan nilai intrinsic
saham dan harga pasar sekarang (current market price) untuk menengarai apakah terjadi
salah harga (mispricing). Hubungan antara nilai intrinsic (NI), harga pasar sekarang (NPS),
dan strategi investasi digambarkan sebagai berikut:
Bila NI > NPS berarti sekuritas dinilai lebih rendah oleh pasar sehingga harus dibeli atau
ditahan bila telah dimiliki.
Bila NI < NPS berarti sekuritas dinilai lebih tinggi oleh pasar sehingga harus dihindari, dijual
bila telah dimiliki atau lakukan short sale.
Bila NI = NPS berarti sekuritas dinilai benar dan terjadi ekuilibrium harga.
2.4.3 Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien (efficient contracting theory) merupakan bagian atau
turunan dari teori keagenan (agency theory). Teori ini didasarkan atas berbagai aspek dan
implikasi hubungan keagenan. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk
kontrak. Kontrak diakatakan efisien apabila mendorong pihak yang berkontrak
melaksanakan apa yang diperjanjikan tanpa perselisihan dan para pihak mendapatkan hasil
yang paling optimal dari berbagai kemungkinan alternatif tindakan yang dapat dilakukan
agen. Aspek pragmatik laba dalam perkontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa
kontrak akan efisien kalau laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang
aspek semantic (makna) laba tersebut.

2.4.4 Pengendalian Manajemen


Ikatan dalam bentuk kontrak tidak hanya terjadi antara perusahaan dan investor
atau pihak luar lainnya tetapi juga antara pihak internal perusahaan. Dalam tataran
pragmatik, laba digunakan sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Laba
mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen (management
control system). Sistem ini dirancang untuk meangarahkan perilaku manajer agar mereka
memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama
kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah
apa yang disebut keselarasan tujuan (goal congruence).
Pengendalian manajemen menuntut adanya kontrak –kontrak internal yang
memerlukan berbagai tingkat laba akuntansi sebagai unsur kesepakatan. Jadi, secara
pragmatik, laba akuntansi memang digunakan oleh manajemen. Hal ini memberi indikasi
bahwa laba akuntansi bermanfaat untuk kepentingan atau kontrak internal.

2.4.5 Teori Pasar Efisien


Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan
pelaporan keuangan. Menurut teori pemakaian angka laba akuntansi secara individual
mempunyai prespektif dan kepentingan berbedabeda, cara ini kurang andal sebagai bukti
mengenai kemenfaatan laba. Cara lain yang dikemukakan oleh Lev (1989) bahwa pemakai
secara bersamaan bertindak seakan-akan menggunakan informasi tertentu, maka informasi
tersebut dianggap bermanfaat. Pasar modal dapat merepresentasi pemakai informasi secara
bersama. Variabel penting pasa modal adalah harga saham, volume perdagangan saham,
pengembalian, dan indeks harga saham. Oleh karena itu, reaksi pasar modal terhadap
informasi dapat digunakan untuk mengukur atau menguji kebermanfaatan informasi.
Hubungan antara
informasi dan harga saham dibahas dalam konteks yang disebut efisiensi pasar. Dapat
disimpulkan dari definisi Beaver (1989) dan Jones (1998) yang menunjukkan bahwa efisiensi
pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu mekanisme penyediaan informasi
dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal.

2.4.6 Bentuk Efisiensi Pasar


Terdapat tiga bentuk efesiensi:
1. Bentuk lemah
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume
sekuritas masa lalu. Pelaku dalam pasar ini masih dimungkinkan untuk
memperoleh pengembalian abnormasl dengan memanfaatkan informasi selain
data pasar.
2. Bentuk semi-kuat
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia
secara publik termasuk data statemen keuangan. Hal ini dapat mempengaruhi
ketidakmampuan pengembalian abnormal secara terus-menerus.
3. bentuk kuat
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk
informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasikan. Hal ini akan
mempengaruhi pengembalian yang berlebihan dalam jangka panjang bahkan
tidak memperolehnya.

2.4.7 Laba Sebagai Signal


Laba akuntansi yang diumumkan dari statemen keuangan merupakan salah satu
signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Penelitian empiris
menunjukkan bahwa laba (per saham) yang diumumkan dari statemen keuangan
mempunyai dampak terhadap harga saham . oleh karena itu, informsi tentang laba
dibutuhkan oleh investor untuk memprediksi laba di masa depan.

2.4.8 Pengujian Kandungan Informasi Laba


Laba kejutan merepresentasi informasi yang belum terungkap dalam pasar, sehingga
pasar akan bereaksi pada saat pengumuman. Laba dalam analisis ini biasanya laba per
saham. Oleh karena itu, laba kejutan untuk perusahaan tertetu dapat berbeda-beda antar
investor karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, return saham
suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van Horne, 1989:26):

Return =R=Deviden + (Harga Akhir-Harga Awa) / Harga Awal

1. Pengujian asosiasi
Studi asosiasi sering disebut juga studi koefisien respons laba. Koefisien respon
laba adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan.
Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi ato kolerasi antara laba dan return
tidak sempurna. Alasan pertama, angka laba hanya sebagian kecil faktor yang
mempengaruhi harga saham. Kedua, fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan
perubahan ekonomi. Ketiga, laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh karakteristik
manajemen. Keempat, investor tidak selalu seragam dalam menginterprestasi
informasi yang tersedia di pasar.
2. Pengujian peristiwa
Fokus utama dalam pengujian peristiwa adalah pengumuman laba bukan angka
laba. Sehingga, reaksi pasar siukur sebagai return abnormal atau return
kumulatif untuk seluruh sampel perusahaan. Dapat disimpulkan, bahwa laba
mempunyai efek pragmatik terhadap perilaku pasar modal.
2.4 Laba dan Teori Entitas
Teori entitas (kesatuan) disebut juga dengan teori ekuitas (equity theory) karena
berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu
kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk menikmati laba. Teori entitas
selalu dikaitkan dengan pelaku kegiatan ekonomi yaitu manajemen, karyawan, investor,
kreditor, pemerintah, dan entitas lain yang terlibat.dampak dari teori ini adalah tentang
tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statement laba-rugi (income statement).

2.5.1 Entitas Usaha Bersama


Yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan bersama yang melibatkan
berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Semua pelaku ekonomi menanggung
usaha bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai pemegang pancang
(stakeholders) dan perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat, pancang, atau pusat (nexus).
Sudut pandang ini dilandasi gagasan bahwa perusahaan yang besar memiliki fungsi
institusi sosial yang mempengaruhi ekonomi yang luas dan kompleks sehingga darinya
dituntut pertanggungjawaban sosial.
Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomi
terhadap masyarakat luas. Semua pelaku ekonomi memiliki peran dalam menciptakan nilai
tambah (value added atau added value) akibat kegiatan usaha tersebut. Para stakeholder berhak
mendapatkan bagian dari nilai tambah tersebut. Dari sudut pandang tersebut, laba diartikan
sebagai seluruh jumlah nilai tambahan (kenaikan kemakmuran) yang dihasilkan oleh para
pelaku ekonomi secara bersama dikurangi cost material dan mesin/peralatan (bahan baku,
overhead nontenaga kerja dan depriasi). Jumlah rupiah yang dibayarkan kepada pelaku
ekonomi bukan merupakan biaya tetapi merupakan distribusi laba (nilai tambah) atau
pembagian laba dan statemen laba-rugi harus disusun dengan pendekatan nilai-tambahan
untuk mencerminkan karakteristik perusahaan sebagai institusi sosial. Untuk mengukur
laba, jumlah rupiah penjualan dikurangi dengan cost bahan baku dan overhead nontenaga
kerja karena keduanya merupakan nilai-tambahan yang timbul oleh institusi sosial lainnya
yang ditransfer ke kesatuan usaha bersama.
Makna depresiasi memunculkan masalah teoritis karena ada perbedaan mengenai
perlakuan depresiasi yaitu sebagai barang transfer (mengurangi nilai-tambahan) atau
sebagai reinvestasi (distribusi nilai-tambahan). Pendukung depresiasi sebagai pengurangan
nilai- tambahan berpendapat depresiasi harus dimasukkan dari perhitungan nilai-tambahan
karena nilai-tambahan tercipta dengan kontrisbusi fasilitas fisik yang dibeli dari kesatuan
lain (plant and equipment) sehingga depresiasinya harus dikurangkan terhadap penjualan
untuk
menunjukkan nilai-tambahan bersih oleh kesatuan usaha bersama yang bersangkutan.
Pengurangan depresiasi untuk nilai-tambahan juga sesuai asas akrual dan konsep dasar
perbandingan.
Sedangkan pendapat lainnya berpendapat pengurangan depresiasi untuk mendapat
nilai-tambahan mengurangi makna sebenarnya dari nilai-tambahan. Selain itu nilai-
tambahan juga akan kehilangan objektivitasnya karena depresiasi adalah angka taksiran.
Depresiasi tidak dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisik dari kesatuan
lain telah diakui sebagai nilai-tambahan oleh kesatuan lain tersebut. Oleh karena itu,
depresiasi harus dianggap sebagai distribusi laba untuk mempertahankan kapasitas
produktif aset yang dikuasi oleh kesatuan usaha bersama dan untuk membatasi jumlah
yang dapat didistribusi kepada para stakeholder.

2.5.2 Entitas Usaha atau Bisnis


Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang sebagai orang atau badan
usaha sendiri, bertindak atas nama sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor, dan pihak
eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi subjek
laporan. Laba dipandang sebagain kenaikan aset karena pendapatan dianggap sebagai
aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan aset) akibat
kegiatan operasi perusahaan. pemilik, kreditor, pemerintah serta pelaku lainnya diperlukan
sebagai pihak luar. Oleh karenanya jumlah rupiah yang didistribusi ke mereka
diperlakukan dengan biaya. Transaksi modal (dengan pemilik) tidak dipisahkan dengan
transaksi operasi.
Persamaan akuntansi pada teori ini adalah Aset = Ekuitas
Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang
merupakan keharusan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham.
Klaim dari pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan usaha kepada
pemegang saham sehingga bunga dan dividen keduanya merupakan biaya. Statemen
keuangan merupakan pertanggungjawaban entitas usaha kepada pemegang ekuitas untuk
memenuhi kewajiban hukum dan menjaga hubungan baik karena gagasan bahwa kesatuan
usaha bertindak dengan nama sendiri dan bukan atas pemegang saham atau kreditor. Teori
ini sering disebut sudut pandang entitas baru atau kontemporer (new or contemporary view of
entity).
2.5.3 Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan biasa).
Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen (management associates)
dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor. Dan oleh karenanya
laporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok tersebut.
Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
Aset – Utang jangka pendek = Ekuitas investor
Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi,
bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan
merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus sebagai biaya bagi
investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori ini disebut juga
sudut pandang entitas tradisional (traditional view of entity).

2.5.4 Entitas Pemilik


Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar.
Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang
saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham
menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, aset
bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam
persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap
sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan
dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya
bukannya distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan biaya
yang menjadi hak akhir pemilik.

2.5.5 Entitas Pemilik Residual


Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian
akuntansi. Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham
istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka dipandang sebagai
biaya. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham
istimewa. Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak
yang akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati
segala pengembalian setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham
untuk pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam
statement laba-rugi.

2.5.6 Entitas Pengendali


Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan
pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa
memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat
dilakukan oleh manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus diidentifikasi
dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali. Implikasi
konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan teori ini, sudut
pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan pemilik sehingga
neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan penggunaan dana yang
menunjukan pertanggungjawaban manajemen.
Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari
sudut pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba)
untuk tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya.
Meskipun demikian, manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk menunjukkan
kinerja kesatuan usaha secara keseluruhan.

2.5.7 Entitas Dana


Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas dana
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Aset = Pembatasan penggunaan aset
Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan.
Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas bergantung
apakah unit tersebut mengelola aset (keuangan negara) yang dipisahkan dari Anggaran
pendapatan dana belanja negara.
Teori Entitas Persamaan Komponen Penentu Laba Untuk Siapa?
Akuntansi laba
Usaha bersama Aset = Ekuitas Penjualan/pendapatan Manager, karyawan,
Pemegang dikurangi transfer antar pemerintah, kreditor, dan
Pancang entitas usaha bersama pemegang saham.
yaitu bahan baku, bahan
habis pakai, dan
overhead nontenaga
kerja. Untuk perusahaan
perdagangan: kos
barang terjual dan biaya
operasi nontenaga kerja
Usaha atau Aset= Ekuitas Semua jenis pendapatan Pemerintah, kreditor, dan
bisnis spesifik dikurangi semua biaya pemegang saham
(pemerintah, termasuk untung dan
kreditor, dan rugi. Bunga, pajak
investor) penghasilan, dan dividin
tidak masuk sebagai
tetapi pembagian laba
Investor Aset-utang jangka Seperti pada teori entitas Kreditor jangka panjang
pendek = ekuitas bisnis tetapi pajak dan pemegang saham
investor penghasilan dianggap
sebagai biaya
Pemilik Aset-kewajiban = Seperti pada teori entitas Pemegang saham
ekuitas pemilik investor tetapi bunga istimewa dan biasa
dianggap sebagai biaya
Pemilik Aset – Ekuitas Seperti pada teori entitas Pemegang saham biasa
Residual spesifik = ekuitas pemilik tetapi dividen
residual untuk pemegang saham
istimewa dianggap
sebagai biaya

Pengendali Seperti pem a bila pemilik me

dalam ilik

teori entitas teru


tam
Seperti pada teori entitas pemilik Manajemen

atau pemegang
saham
manajemen
Dana Untuk kesatuan Seperti pada entitas Unit kepemerintahan
dana nonbelanja: bisnis dengan pusat yang membawakan
aset = perhatian pada kegiatan atau program
pembatasan aset pemerintah sebagai
pemegang pancang
utama (dapat disebut Selisih pendapatan dan
Untuk kesatuan sebagai ekuitas dana) belanja bukan laba tetapi
dana belanja: aset Karena penerimaan kas bermakna sebagai jumlah
likuid = saldo atau sumber likuid harus rupiah yag masih harus
dana dibelanjakan sesuai dipertanggungjawabkan
tujuan, perhitungan laba
tidak relevan. Tujuan
utama akuntansi adalah
pertanggungjaw3aban
dan pertanggungjelasan
publik
Sumber : Suwardjono

2.5 Penyajian Laba


Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos
transaksi dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba-
rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen
laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas.

SOAL:

1. Dapatkah biaya di definiskan sebagai penurunan ekuitas?

2. Jelaskan perbedaan biaya(cost) dan beban (expense)?

3. Jelaskan prinsip umum penandingan biaya dan pendapatan

4. Apakah komisi penjualan dapat dikurangkan langsung ke pendapatan sehingga


sehingga yang dilaporkan hanya pendapatan netonya?

5. Jelaskan apa itu goodwill, dan apakah ada goodwill negatif? Jika ada jelaskan

Anda mungkin juga menyukai