1. Pasal 48, dalam rangka pemeliharaan arsip dinamis dapat dilakukan alih media arsip;
2. Pasal 49, ayat (1), alih media arsip dilaksanakan dalam bentuk dan media apapun sesuai
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Pasal 49, ayat (2), dalam melakukan alih media arsip pimpinan masing-masing pencipta
arsip menetapkan kebijakan alih media arsip.
4. Pasal 49, ayat (3), alih media arsip dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi
arsip dan nilai informasi.
5. Pasal 49, ayat (4), arsip yang dialih mediakan tetap disimpan untuk kepentingan hukum
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Pasal 49, ayat (5), alih media arsip diautentikasi oleh pimpinan di lingkungan pencipta
arsip dengan memberikan tanda tertentu yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
arsip hasil alih media.
7. Pasal 49, ayat (6), pelaksanaan alih media dilakukan dengan membuat berita acara yang
disertai dengan daftar arsip yang dialihmediakan.
8. Pasal 49, ayat (9), pelaksanaan alih media arsip dinamis ditetapkan oleh pimpinan
pencipta arsip.
9. Pasal 49, ayat (10), arsip hasil alih media dan hasil cetaknya merupakan alat bukti yang
sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Pasal 99, ayat (1), pelaksanaan preservasi arsip statis melalui reproduksi dilaksanakan
dengan melakukan alih media arsip.
11. Pasal 99, ayat (2), alih media dengan memperhatikan kondisi fisik dan nilai informasi.
12. Pasal 99, ayat (3), lembaga kearsipan membuat kebijakan alih media arsip.
13. Pasal 99, ayat (4), arsip statis hasil alih media diautentikasi oleh pimpinan
lembaga kearsipan.
14. Pasal 100, ayat (1), pelaksanaan alih media arsip statis dilakukan dengan membuat
berita acara dan daftar arsip.
15. Pasal 100, ayat (4), alih media menghasilkan arsip statis dalam bentuk dan media
elektronik dan/atau media lainnya sesuai dengan aslinya.
16. Pasal 100, ayat (5), arsip yang dialihmediakan tetap disimpan untuk kepentingan
pelestarian dan pelayanan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 1999 tentang Tata cara
Pengalihan Dokumen Perusahaan Ke Dalam Microfilm Atau Media Lainnya Dan
Legalisasi, pasal 2, setiap perusahaan dapat mengalihkan dokumen perusahaan yang
dibuat dan diterima baik diatas kertas maupun dalam sarana lainnya kedalam
microfilm atau media lainnya.
Berdasarkan keterangan dari beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan
seperti yang disebutkan diatas, maka dapat dibuat suatu rumusan pengertian tentang
alih media arsip adalah suatu kegiatan pengalihan dan atau perubahan bentuk arsip
sesuai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, serta hasil alih media arsip diautentikasi untuk dijadikan alat
bukti yang sah serta untuk kepentingan pemeliharaan arsip dinamis dan pelestarian dan
pelayanan.
Tata cara alih media arsip berkaitan dengan aturan, kaidah, sistem yang
dipergunakan untuk pelaksanaan alih media arsip. Karena arsip yang autentik dan
terpercaya merupakan alat bukti yang sah2, maka pelaksanaan alih media arsip harus
dilakukan secara tertib dan teratur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,
melalui suatu proses legalisasi yaitu tindakan pengesahan yang sah menurut hukum.
Oleh karena itu untuk menjamin pelaksanaan alih media arsip yang tertib dan
teratur maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
Persiapan pelaksanaan alih media arsip perlu pengkajian meliputi :
a) aspek pedoman kebijakan pelaksanaan alih media arsip;
b) aspek peralatan dan perlengkapan alih media arsip;
c) aspek kelengkapan dan keutuhan arsip yang akan dialihmediakan;
d) aspek tempat penyimpanan arsip yang dialihmediakan;
e) aspek personil pelaksana;
f) aspek legalitas secara administratif;
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan alih media arsip dapat dilakukan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
a) Pengalihan dari arsip kertas kedalam microfilm;
b) Pengalihan dari arsip kertas kedalam media lainnya seperti Compact Disk-Read
Only Memory (CD-ROM);
c) Pengalihan dari arsip media microfilm kedalam bentuk atau format file digital;
d) Pengalihan arsip elektronik/file elektronik/file digital kedalam media microfilm;
e) Pemeriksaan surat ketetapan pimpinan pencipta arsip tentang arsip yang akan
dialihmediakan;
f) Pemeriksaan daftar arsip yang akan dialihmediakan;
g) Pemeriksaan proposal pekerjaan alih media arsip;
h) Penggunaan peralatan dan teknologi yang memenuhi standar ketepatan
dan kelengkapan untuk menjamin hasil alih media arsip sesuai naskah aslinya;
i) Produk arsip yang telah dialihmediakan harus diautentifikasi oleh pimpinanpencipta
arsip;
j) Pembuatan berita acara pelaksanaan alih media arsip disertai daftar arsip yang telah
dialihmediakan, dan laporan teknis pelaksanaan alih media arsip.
Legalisasi Alih Media Arsip
Menurut Tan Thong Kie, legalisasi adalah istilah yuridis yang pengertiannya tidak
dijelaskan oleh undang-undang4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi on-line,
legalisasi artinya pengesahan (menurut undang-undang atau hukum), melegalisasi
berarti membuat menjadi legal, seperti mengesahkan (surat dsb).
Dalam praktek kehidupan sehari-hari, kita tentu saja akrab dengan legalisir
(legalisasi) foto copy Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau ijazah dan yang sejenisnya.
Dalam hal ini pihak yang berwenang mengeluarkan dan menyatakan sah, bahwa foto copy
telah sesuai dengan aslinya dan setelah dicocokan ke dalam buku induk register
ternyata benar.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa legalisasi alih media arsip
termasuk kedalam legalisasi data digital yang memiliki makna sebagai berikut :
Dalam rangka menentukan metode yang tepat dalam pelaksanaan alih media arsip,
perlu memperhatikan tujuan dari alih media arsip yaitu pertama, untuk pemeliharaan arsip
dinamis. Kedua, preservasi arsip statis.
Berdasarkan uraian diatas, pada dasarnya metode alih media arsip terdiri dari :
1. metode menggunakan alat microfilm processor yaitu alat yang dirancang khusus untuk
memproses atau mencuci film-film yang berisi arsip sebagai hasil kerja atau
capturedari suatu kamera. Alat sejenis lainnya berupa microfilm writter yaitu alat
yang dirancang khusus untuk merekam objek arsip dengan menggunakan kamera
(capture). Selanjutnya alat sejenis lainnya berupa microfilm reader yaitu alat yang
berfungsi untuk membaca arsip yang telah dialihmediakan melalui layar monitor
komputer. Kemudian yang dinamakan microfilm printer yaitu alat yang
berfungsi untuk mencetak kembali arsip yang telah dialihmediakan.
2. metode menggunakan alat pemindai digital atau scanner yaitu sebuah alat yang
berfungsi untuk meng-copy atau menyalin gambar atau teks yang kemudian
disimpan kedalam memori komputer. Fungsi alat scanner ini hampir sama dengan
mesin foto copy, perbedaannya hasil mesin foto copy dapat dilihat pada kertas,
sedangkan alat scanner hasilnya dapat ditampilkan melalui layar monitor komputer.
Secara praktis penggunaan alat alih media arsip berupa peralatan microfilm,telah
diakui manfaatnya sejak pertama kali ditemukan versi wikipedia, oleh J.B. Dancer adalah
seorang ilmuwan Inggris yang pertama kali membuat mikrofotograf dan membuat
proses pe-microfilm-an sekitar abad 18. J.B. Dancer dijuluki The Father of
Microphotograohy, hasil penemuannya tersebut sudah berkembang pesat dan sangat
bermanfaat untuk kehidupan umat manusia hingga saat ini.
Secara legal penggunaan alat alih media arsip berupa peralatan microfilm, sudah
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pengalihan Dokumen Perusahaan Ke Dalam Microfilm Atau Media Lainnya Dan
Legalisasi. Hal ini berarti arsip yang dialihmediakan kedalam bentuk microfilm
memiliki aspek legal yang pasti. Sedangkan arsip yang dialihmediakan kedalam bentuk
media lainnya seperti dalam bentuk Compact Disk-Read Only Memory (CD-ROM),
secara praktis harus dipertimbangkan secara lebih serius dan sangat hati-hati,
karena kalau arsip yang dialihmediakan dalam bentuk microfilm, sudah teruji dan
terbukti dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama (longevity), paling kurang bisa
bertahan sampai dengan 100 tahun dalam keadaan disimpan sesuai standar. Sedangkan
arsip yang dialihmediakan dalam bentuk media lainnya seperti CD-ROM, belum terdapat
catatan tentang hal tersebut.
Dalam melakukan alih media arsip sangat diperlukan Standar Opearsional Prosedur
(SOP) yaitu serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai
proses pekerjaan alih media arsip.
Secara umum prosedur alih media arsip meliputi beberapa urutan pekerjaan
yang saling berkaitan secara hirarkis untuk menghasilkan arsip yang dialihmediakan
kedalam bentuk microfilm atau media lainnya, dan urutan pekerjaan tersebut sebagai berikut:
Alih media arsip dengan digitalisasi arsip merupakan dua kegiatan yang saling
melengkapi dalam rangka pengelolaan arsip dinamis dan pengelolaan arsip statis secara
efektif dan efisien.
Digitalisasi arsip sangat berkaitan dengan teknologi digital pada komputer yang
mampu memperkecil ukuran arsip dalam format digital atau suatu proses transformasi
data analog menjadi data digital. Arsip-arsip yang telah digitalisasi akan disimpan
dalam memory komputer, dan apabila akan ditemukan kembali (retrieval) maka dapat
diperoleh dengan cepat, tepat dan akurat. Dalam digitalisasi arsip titik yang pangkalnya
terletak pada proses transformasi arsip dari format analog menjadi format digital, dan
berbeda dengan alih media arsip yang titik pangkalnya terletak pada perubahan atau
pengalihan bentuk arsip kertas menjadi arsip microfilm.
Dengan demikian perbedaan antara alih media arsip dengan digitalisasi arsip,
pertama, dapat dilihat dari peralatan yang digunakan. Kalau alih media arsip basis
peralatan yang digunakan bersumber pada kamera yang didesign/dikembangkan menjadi
micro processor, micro writter, micro reader, micro printer. Sedangkan digitalisasi
arsip basis peralatan yang digunakan bersumber pada alat pemindai digital/scanner.
Kedua, dapat dilihat dari hasil transformasinya. Kalau alih media arsip transformasi
data yang terjadi hanya merubah bentuk dari kertas menjadi media film (karakter data
masih tetap analog). Sedangkan digitalisasi arsip transformasi data yang terjadi
merubah bentuk dan karakter data (karakter data analog menjadi digital).
Dalam rangka pemeliharaan Arsip Dinamisdapat dilakukan Alih MediaArsip.
(1) Alih MediaArsip dilaksanakan dalam bentuk dan media apapun sesuai dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (2)Alih MediaArsipdilakukan dengan prasarana dan saranayang sesuai dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.(3)Prasarana dan sarana Alih
MediaArsipsebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memperhatikan hal sebagai berikut:
Pasal22
Pasal23
(1)Pada tiap PenciptaArsip, Alih Mediadapat dilaksanakan oleh unit pengolah dan unit
keArsipan.(2)Alih MediaArsipsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan kondisi Arsipdan nilai informasi.(3)Kondisi Arsipsebagaimana dimaksud
pada ayat (1) antara lain:
Pasal25
a. waktu pelaksanaan;
b. tempat pelaksanaan;
c. jenis media;
d. jumlah Arsip;
e. keterangan proses Alih Mediayang dilakukan;
f. pelaksana; dan
g. penandatangan oleh pimpinan unit keArsipan.
a. unit pengolah;
b. nomor urut;
c. jenis Arsip;
d. jumlah Arsip;
e. kurun waktu; dan
f. keterangan.
b.pemindaian/scanningarsip;
c.penyusunan berita acara dan daftar arsip alih media; dand.pelaksanaan autentikasi arsip
hasil alih media.
44.Penyeleksian/penilaian arsip yang akan dilakukan alih media memperhatikan kondisi dan
nilai informasi arsip.
46.Proses pemindaian dilakukan dengan hasil disesuaikan pada format TIFF yaitu
format image tanpa kompresi dan resolusi pada 600dpi untuk perlindungan arsip.
48.Unit kearsipan dalam melaksanakan alih media harus membuat berita acara dan
daftar arsip alih media sebagai berikut:
Nomor :.........................
NAMA :
NIP :
PANGKAT/GOL :
JABATAN :
Telah melaksanakan alih media arsip Bagian Hukum dan Perundang-undangan Tahun
2011 sebagaimana tercantum dalam daftar arsip alih media.Dari hasil alih media tersebut
juga telah dilakukan autentikasi berupa pemberian watermark pada arsip hasil alih media
sebagai tanda bahwa telah sesuai dengan aslinya.
Ttd