NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
NAPZA adalah zat adiktif yang mempengarui kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran,
perasaaan, dan perilaku). Serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikologi. Yang
termasuk dalam NAPZA adalah narkotika, psikotropika, zat adiktif dan lainnya.
Menurut Undang-Undangno. 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiatpsikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas padaaktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun campuran yang
dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai
sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah
zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan
efek merusak fisik seseorang jika disalahgunakan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai/setelah terjadi
masalah.
, penyalahgunaan NAPZA adalah kondisi dimana zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menekan susunan saraf pusat sehingga
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, fisik, dan mental, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku,
memori alam perasaan, proses pikir fungsi social . Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari :
penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Davison & Neale (2001) menjelaskan bahwa pengaruh alkohol dalam tubuh terkait dengan
interaksinya dengan beberapa sistem syaraf dalam tubuh. Alkohol juga menaikan tingkat
serotonim dan Dopamin, dan hal-hal ini dapat menimbulkan efek menyenangkan yang dirasakan
individu. Akhirnya alkohol menghambat reseptor Glutamat yang dapat menyebabkan efek
intoksikasi alkohol pada kemampuan kognitif, seperti bicara tidak jelas dan hilangannya ingatan.
Menurut Budiarta (2000
Napza merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Napza pada dasarnya merupakan jenis obat atau zat yang berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan kesehatan seperti terapi, contohnya adalah morfin, opium, sabu-sabu
(amfetamina), PCP (halusinogen) dan lain-lain (Rojak, 2005).
Menurut pendapat Yatim (dalam Buletin Psikologi, 1998)
yang termasuk Napza adalah semua jenis obat yang menimbulkan ketergantungan, antara lain
adalah Narkotika sekelompok obat yang bersifat menenangkan syaraf dan mengurangi rasa
sakit, Depresants; jenis obat yang digunakan untuk menenangkan seseorang atau dipakai untuk
obat tidur, Stimulan, meningkatkan kemampuan fisik seseorang, namun juga dapat
menimbulkan kerusakan fisik, Kanabis; sejenis tanaman perdu yang mengandung delta-gtetra
kanobinol (THC), dan yang terakhir Hallusinogen; pada pengguna dapat menimbulkan
perasaan tidak rill, yang dapat meningkatkan halusinasi menjadi persepsi yang salah.
1. Depresan, yaitu zat-zat yang menyababkan timbulnya efek perilaku tenang (sedatif). Termasuk
didalamnya antara lain alkohol, obat-obatan sedatif, hipnotik, dan anxiolytics dari
kelompok barbiturates dan benzodiazepines.
2. Stimulan, adalah zat-zat yang membuat orang menjadi lebih aktif dan waspada, dan juga dapat
meningkatkan mood. Termasuk jenis ini antara lain amphetamin; kokain, nikotin, dan kafein.
3. Opiat, merupakan yang yang memiliki efek utama yang menimbulkan analgesia (mengurangi
rasa sakit) temporer dan euforia. Dalam hal ini contohnya heroin, opium, kodein, dan morfin.
4. Halusinogen, adalah zat-zat yang menghasilkan delusi, paranoid, halusinasi, dan memicu
persepsi sensoris.
Alkohol digolongkan sebagai obat depresan karena efek biokimiawinya serupa dengan golongan obat
penenang minor lainnya, benzodiazepine, yang termasuk obat diazepam yang terkenal (Valium) dan
klordiazepoksida (Librium).Kita dapat menganggap alcohol sebagai tipe obat penenang yang dapat
dibeli tanparesepdokter.Banyak orang awam dan professional menggunakan istilah alkoholisme
(alcoholism) untuk merujuk pada ketergantungan alcohol.Meski definisi alkoholisme bervariasi, kami
menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada ketergantungan fisik, atau adiksi, pada alcohol yang
ditandai oleh hendaya pada kontrol terhadap penggunaan obat.
Kerugian personal dan sosial dari alkoholisme melampaui kerugian dari gabungan semua obat
terlarang.Penyalahgunaan alcohol berhubungan dengan menurunnya produktivitas, kehilangan pekerjaan,
dan penurunan status sosioekonomi. Secara keseluruhan, sekitar 100.000 orang di Amerika
Serikat meninggal karena penyebab yang terkait dengan alcohol setiap tahunnya, kebanyakan akibat
kecelakaan bermotor dan penyalit yang berhubungan dengan alcohol.
Orang dengan alkoholisme banyak ditemui dalam seluruh kehidupan dan berasal dari semua kelas sosial
dan ekonomi. Banyak yang memiliki keluarga, pekerjaan yang bagus, dan hidup yang
cukup nyaman.Namun alkoholisme daapt memiliki dampak meusak pada orang yang mampu
sebagaimana halnya pada yang kurang mampu, menyebabkan kehancuran karier dan perkawinan,
kecelakaan kendaraan bermotor dan kecelakaan lainnya, serta gangguan fisik yang berat dan
mengancam hidup, sebagaimana juga kerugian emosional yang amat besar.
1. Gender. Laki-laki mempunyai kecenderungan dua kali lipat lebih besar dibanding perempuan
(20% vs. 8%) untuk mengembangkan gangguan ketergantungan alcohol. Satu alasan yang
mungkin untuk perbedaan gender ii adalah sosiokultural, mungkin larangan budaya lebih
ketat kepada perempuan.
2. Usia. Mayoritas kasus ketergantungan alcohol terjadi di masa dewasa muda, umurnya sebelum
usia 40 tahun. Meski gangguan penggunaan alcohol cenderung berkembang agak lambat pada
perempuan daripada laki-laki, perempuan yang mengembangkan masalah ini memiliki masalah
kesehatan, sosial, dan pekerjaan pada usia paruh baya sebagaimana halnya pada laki-laki.
3. Gangguan kepribadain antisosial. Perilaku antisosial pada masa remaja atau dewasa
meningkatkan resiko alkoholisme di kemudian hari. Di lain pihak, banyak orang dengan
alkoholisme tidak menunjukkan kecenderungan antisosial di amsa remaja, dan banyak remaja
antisosial tidak menyalahgunakan alcohol atau obat lain pada usia dewasa.
4. Riwayat keluarga. Prediktor terbak untuk masalah minum-minum pada masa dewasa tampaknya
adalah riwayat penyalahgunaan alcohol daalm keluarga. Anggota keluarga yang minum dapat
bertindak sebagai model.
5. Faktor sosiodemografik. Riwayat hidup ketergantunga alcohol lebih umum ditemukan pada
orang dengan pendapatan dan tingkat pendidikan yang lebih rendah dan pada orang yang hidup
sendiri.
•Etiologi Alkohol
Sejarah pada masa kanak-kanak
Beberapa penelitian menunjukan adanya fungsi otak tertentu yang dapat diwariskan, yang diduga
menjadi predisposisi terhadap munculnya gangguan yang berkaitan dengan alkohol. Selain itu,
adanya sejarah masa kanak-kanank berupa gangguan ADD/ADHD, gangguan concuct, atau
keduanya, meningkatkan kemungkinan munculnya masalah yang berkaitan dengan alkohol pada
masa dewasa. Demikian juga gangguan kepribadian, khususnya gangguan kepribadian antisosial,
cenderung menjadi predisposisi pada gangguan berkaitan dengan alkohol.
Penyalahgunaan Alkohol
1. Perkelahian dan tindak kekerasan, ketidak mampuan menilai realitas, ggn dalam fungki pekerjaan
dan sosial
2. Bicara cadel, ggn koordinasi, cara jaln tidak mantap, nistagmus, muka merah
3. Perubahan alam perasaan: euphoria, disforia, iritabilitas: marah, tersinggung
4. Banyak bicara, ggn perhatian dan konsentrasi
5. Penangan Alkohol
Penanganan (treatment)
Kebanyakan ahli sependapat bahwa penghentian total konsumsi alkohol merupakan inti dari
berhasil atau tidaknya penanganan. Adapun pragnosis keberhasilan penanganan yang paling baik
adalah pada individu yang datang sendiri ketempat rehabilitasi atau penangannan masalah yang
berkait dengan alkohol, karena mereka sudah menyadari bahwa mereka membutuhkan
pertolongan.
Penanganan tradisional di rumah sakit
Penanganan di rumah sakit terutama adalah proses deteksifikasi, yaitu
menghentikan penggunaan alkohol dan membersihkan tubuh dari zat tersebut.
Pendekatan biologis
Terapi biologis sebaiknya dipandang sebagai perlengkap yang dapat memberikan keuntungan
jika dikombinasikan dengan intervensi psikologis. Beberapa obat psikoaktif dapat digunakan
untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan alkohol dan meningkatkan keadaan mental
pasien.
Penekatan Kognitif dan perilaku
Diajarkan cara untuk mengurangi kecemasan. Antara lain dengan pelatihan relaksasi, asertivitas,
keterampilan kontrol diri, dan strategi baru untuk dapat menguasai lingkungan.Mereka juga
diberi beberapa program kondisioning untuk mengubah pola minum atau menghentikan
kebiasaan minum.
b. Barbiturate
Barbiturate (barbiturates) seperti amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, dan sekobarbital adalah
depresan, atau sedative (sedative).Obat-obatan ini memiliki beberapa kegunaan medis, termasuk
pengurangan kecemasan dan ketegangan, mengurangi rasa sakit, serta penanganan epilepsy dan
tekanan darah tinggi.Penggunaan barbiturate dengan cepat menimbulkan ketergantungan psikologis
dan ketergantungan fisiologis dalam bentuk toleransi maupun perkembangan sindrom putus zat.
c. Opioid
Opiod adalah kelompok sedative yang menimbukan rasa kecanduan yang dalam dosis sedang
,menghilangkan rasa sakit dan menyebabkan tidur. Paling terkenal diantaranya adlah opium, yang aslinya
merupakn obat utama dalam lalu lintas perdagangan illegal internasional dan telah dikenal oleh orang –
orang dalam peradaban sumeria di masa 7000 tahun sebelum masehi . mereka member nama tanaman
poppy yang menghasilkan obat tersebut dengan nama yang masih dikenal hingga saat ini , yang berarti “
tanaman kebahagiaan “.Opioid adalah narkotik (narcotics), istilah yang digunakan untuk obat adiktif
yang memiliki kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan tidur.Opioid terdiri dari opiat yang
tumbuh secra alami (morfin, heroin, kodein) yang berasal dari sari tanaman poppy dan juga obat
sintesis (Demerol, Percodan, Darvon) yang dibuat di laboratorium sehingga memiliki efek seperti
opiate.Orang Samaria Kuno menyebut tanaman poppy dengan opium, yang berarti “tanaman
kebahagiaan”.
Jenis-Jenis NAPZA
Menurut UU RI No.22 Tahun 1997 Mengenai Narkotika menggemukakan bahwa:
Narkotika ialah suatu zat ataupun obat yang berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman baik itu
sintesis ataupun itu semi sintesis yang akan dapat menyebabkan penurunan dan juga perubahan
kesadaran, mengurangi serta menghilangkan rasa nyeri dan juga akan dapat menimbulkan
ketergantungan secara fisik atau juga psikologik.
Psikotropika ialah setiap bahan baik alami maupun bahan buatan bukan Narkotika, yang dapat berkhasiat
psikoaktif yang mempunyai pengaruh secara selektif pada susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan juga perilaku.
Zat Adiktif ialah bahan lain yang bukan Narkotika maupun Psikotropika yang merupakan suatu inhalasi
yang penggunaannya akan dapat menimbulkan ketergantungan
Penyalahgunaan NAPZA ialah pemakaian obat-obatan untuk sendiri tanpa ada indikasi medik, tanpa juga
petunjuk atau resep dokter, baik itu secara teratur atau itu berkala sekurang-kurangnya selama satu
bulan. Pada penyalahgunaan tersebut akan cenderung terjadi toleransi tubuh ialah kecenderungan
utnuk menambah dosis obat agar mendapat khasiat yang sama setelah pemakaian berulang. Disamping
dari hal tersebut juga dapat menyebabkan sindroma putus obat jika pemakaian tersebut dihentikan.
Narkotika
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 mengenai narkotika, narkotika dikategorikan kedalam 3 kategori ialah
sebagai berikut ;
a. Narkotika golongan I, adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta memiliki potensi yang sangat besar untuk
ditingkatkan dengan menggunakan;
b. Narkotika golongan II, adalah narkotika berkhasiat obat yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta menyediakan
potensi yang tinggi sesuai dengan kebutuhan;dan
c. Narkotika golongan III, adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan pengembangan
Psikotropika
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 Mengenai psikotropika yang dapat dikelompokkan kedalam 4
kelompok ialah sebagai berikut :
Psikotropika golongan I ialah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan juga tidak digunakan dalam terapi, serta juga mempunyai potensi
yang amat kuat untuk mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan II ialah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan juga
dapat digunakan dalam terapi serta atau untuk tujuan ilmu pengetahuan dan juga
mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika golongan III ialah psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan
juga banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan juga
mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan.
Zat Adiktif
Zat adiktif ialah penghantar untuk dapat memasuki dunia penyalahgunaan Narkoba.
Zat adiktif yang akrab dalam masyarakat adalah nikotin dalam rokok serta etanol dalam
minuman beralkohol dan juga pelarut lain yang mudah untuk menguap seperti aseton, thiner
dan sebagainya.
Pada KEPRES tahun 1997, minuman yang mengandung etanol yang diproses dari dengan bahan
hasil pertanian yang mengandung suatu karbohidrat dengan cara fermentasi serta destilasi
ataupun fermentasi tanpa destilasi, ataupun yang diproses dengan mencampur
konsentrat dengan etanol maupun dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol.
Minuman beralkohol tersebut dibagi menjadi 3 kelompok , sesuai dengan kadar alkoholnya
ialah sebagai berikut :
Morfin
Morfin (morphine) diperkenalkan pada sekitar Perang Sipil Amerika Serikat.Morfin turunan
opium yang kuat, digunakan secara bebas untuk mengurangi rasa sakit akibat
terluka.Ketergantungan fisiologis pada morfin dikenal sebagai “penyakit tentara”.Hanya ada
sedikitstigma yang dilekatkan pada ketergantungan hingga saat morfin menjadi zat yang
dilarang.
Heroin
Heroin adalah opiate yang paling luas digunakan, merupakan depresan yang kuat yangd apat
menciptakan euphoria yang cepat. Pengguna heroin menyatakan bahwa heroin sangat nikmat
sehingga dapat menghilangkan segala pikirang tentang makanan atau seks.Heroin biasanya
disuntikkan baik secara langsung di bawah kulit (skin popping) atau pada vena
(mainlining).Dampak positif langsung terjadi.Ada aliran cepat yang berlangsung selama 5 hingga 15
menit serta kondisi kepuasan, euphoria, dan bahagia yang berlangsung selama 3 hingga 5
jam.Dalam kondisi ini, semua dorongan positif tampak terpuaskan.Semua perasaan negative
seperti rasa bersalah, tegang, dan kecemasan.Dengan penggunaan yang panjang, dapat
berkembang menjadi adiksi.Heroin adalah depresan yang memiliki dampak kimiawi tidak
secara langsung menstimulasi perilaku criminal atau agresif.
Pupil mengecil
Euforia (gembira berlebihan tanpa sebab sampai terjadi fly)
Apatis
Retardasi psikomotor
Mengantuk/tidur
Pembicaraan cadel (slurred speech)
Gangguan pemusatan perhatian
Daya ingat menurun
Tingkah laku maladapt
Amfetamin
Amfetamin (amphetamines) merupakan golongan stimulan sintesis. Nama jalanan untuk stimulant
ini termasuk speed, upper, bennis, (di Indonesia shabu-shabu) (untuk amfetamin sulfat;
nama dagang Benzidrine), “meth” (untuk metamfetamin; nama dagang Methedrine), dan dexies
(untuk dextroamfetamin; nama dagang; Dexedrine). Amfetamin digunakan dalam dosis tinggi
karena menghasilkan euphoria secara cepat.Sering digunakan dalam bentuk pil, atau dihisap
dalam bentuk murni disebut “ice atau “crystal meth”.Bentuk paling kuat dari amfetamin,
metamfetamin cair, disuntikkan langsung ke dalam vena dan menghasilkan kenikmatan yang
intens dan langsung.Beberapa pengguna menyuntikkan metamfetamin berhari-hari untuk
mempertahankan perasaan “melayang” yang lebih lama.Cepat atau lambat seperti itu harus
berakhir.Dosis tinggi dapat menyebabkan kelelahan, iritabilitas, halusinasi, delusi paranoid,
hilang selera makan, dan insomnia.
Ekstasi
Obat ekstasi atau MDMA adalah obat terlarang yang keras, tiruan murahan yang
struktur kimianya mirip dengan amfetamin. Ekstasi menghasilkan euphoria ringan dan
halusinasi dan terus bertambah penggunanya di kalangan anak muda, terutama di kampus dan
di klub serta pesta-pesta riuh di banyak kota. Obat tersebut dapat menimbulkan efek
psikologis yang merugikan, termsuk depresi, kecemasan, insomnia, dan bahkan paranoia
dan psikosis.Obat tersebut dapat merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan
perhatian (atensi) dan dapat memiliki efek jangka panjang terhadap memori.Obat tersebut
juga dapat mengurangi tingkat serotonin dalam otak, sebuah neurotransmitter yang
berhubungan dengan pengaturan mood dan selera makan.Hal ini menjelaskan mengapa
pengguna obat dapat mengalami perasaan depresi saat mereka berhenti mengonsumsi obat.
Efek samping fisik termasuk detak jantung dan tekanan darah berhenti mengonsumsi, rahang
yang tegang atau gemeletuk, dan tubuh yang panas dan/atau dingin. Obat ini dapat
mematikan dikonsumsi dalam dosis tinggi.
Kokain
Mungkin mengejutkan bahwa resep asli Coca-Cola mengandung sari kokain (cocain).Pada
tahun 1906, perusahaan menghilangkan kokain dari resep rahasianya. Minuman tersebut
tadinya digambarkan sebagai :tonik otak dan minuman intelektual”, sebagian karena
kandungan kokainnya. Kokain adalah stimulant natural yang disuling dari daun coca, tanaman
dari mana minuman ringan tersebut mendapatkan namanya.Coca-Cola masih diberi rasa dari
sari tanaman coca, satu yang tidak diketahui merupakan psikoaktif.
Telah lama diyakini bahwa kokain tidak menyebabkan adiksi secara fisik.Namun, bukti-bukti
menunjukkan adanya cirri adiktif dari obat tersebut, yaitu menghasilkan efek toleransi
dan sindrom putus zat yang dapat diidentifikasi, yang ditandai oelh mood yang depresif
dan gangguan dalam tidur dan selera makan (APA, 2000).Ketagihan yang kuat terhadap obat
dan hilangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan dapat juga muncul. Sindrom putus
zat biasanya berdurasi singkat dan dapat disertai “crash”, atau periode depresi yang
kuat dan kelelahan setelah putus zat mendadak. Kokain biasanya dihirup dalam bentuk bubuk
atau dihisap dalam bentuk crack, bentuk yang lebih padat dari kokain yang mengandung
lebih dar 75% kokain murni. Crack “rocks” demikian disebutnya karena kelihatan seperti
kerikil putih, tersedia dalam jumlah kecil yang siap untuk dihisap. Crack menghasilkan rush
yang cepat dan kuat, yang akan menghilang dalam beberapa menit. Rush dari hirupan lebih
ringan dan perlu waktu untuk bereaksi, namun cenderung menetap lebih lama dripada rushdari
crack.
Nikotin
Nikotin adalah zat yang menyebabkan ketergantungan, yang terdapat pada tembakau. Zat ini
menstimulasi neuron dopamin di mesolimbik, yang kemudian menimbulkan efek yang
diharapkan oleh pengguna. Namun nikotin juga memiliki efek negatif. Selain menyebabkan
kematian, nikotin menyebabkan berbagai gangguan bagi kesehatan, antara lain kanker saluran
pernapasan, kanker laring, dan beberapa jenis penyakit kardiovaskuler.
Penyebab narkoba disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal :
Dampak NAPZA
Dampak Negatif NAPZA
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan
akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan
fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-
organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba
pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan
situasi atau kondisi pemakai.Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat
pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah
Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.
Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron),
serta gangguan fungsi seksual.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
saat ini belum ada obatnya.
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian.
Dampak Psikis:
Dampak Sosial:
Opioid
Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan
untuk mencegah batuk dan diare.
Kokain
Daun tanaman Erythroxylon coca (kokain) biasanya dikunyah-kunyah untuk
mendapatkan efek stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan dan stamina serta
mengurangi rasa lelah.
Ganja (ganja/cimeng)
Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan pembuat kantung
karena serat yang dihasilkannya sangat kuat.Biji ganja juga digunakan sebagai bahan
pembuat minyak.
Upaya yang perlu dilakukan terhadap kelompok remaja/generasi muda dalam mencegah
terjadinya penyalahgunaan Narkoba dilakukan dengan 3 cara intervensi yaitu:
Pencegahan Primer
Upaya pencegahan yang dilakukan sebelum penyalahgunaan terjadi dan biasanya
dalam bentuk pendidikan, kampanye, atau penyebaran pengetahuan mengenai bahaya
Narkoba, serta pendekatan dalam keluarga dan lain-lain, cara ini bisa dilakukan oleh
berbagai kelompok masyarakat dimanapun seperti: sekolah, tempat tinggal, termpat
kerja dan tempat-tempat umum.
Pencegahan Sekunder
Dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga professional dibidangnya yaitu
lembaga medis seperti klinik, rumah sakit dan dokter. Tahap pencegahan sekunder
meliputi: tahap penerimaan awal dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental,
dan tahap ditoksikasi dan terapi komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan
ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
Pencegahan Tersier
Upaya yang dilakukan untuk merehabilitas mereka yang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup lama oleh lembaga khususnya seperti
klinik rehabilitas dan kelompok masyarakat yang dibentuk khusus (therapeutic
community). Tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi
untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam
masyarakat agar mantan penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan
yang bermakna di masyarakat.