2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
Abstrak
Lemahnya kualitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi di Indonesia
dapat berakibat terhadap munculnya persoalan rendahnya daya saing sumber daya bangsa. Rendahnya
ranking perguruan tinggi dibandingkan perguruan tinggi lain di dunia, rendahnya kualitas sumber daya
manusia dibandingkan dengan negara lain, dan tingginya angka pengangguran di Indonesia dapat
menjadi indikator masih diperlukannya pendekatan jitu dalam manajemen sumber daya perguruan
tinggi.
BSC adalah sebuah pendekatan yang dapat dipilih perguruan tinggi untuk mengelola sumber
daya dalam mewujudkan visi dan misinya. Implementasi BSC di perguruan tinggi dapat menjadi
sebuah pendekatan strategis dan operasional yang efektif dan efisien apabila diimplementasikan
dengan prosedur yang benar dengan melibatkan shareholer dan stakeholer. BSC menawarkan sebuah
cara bagi perguruan tinggi untuk mencapai tujuan secara komprehensif, berimbang, dan terintegrasi
antara kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta kinerja
internal dan kinerja eksternal.
Kata kunci: Balance Score Card, Agency Theory, Stakeholder Theory, Perguruan Tinggi
47
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
yang dihasilkan. Salah satu yang akan hanya golongan masyarakat mampu yang
terdampak adalah indeks pembangunan dapat membiayai pendidikan anaknya di
manusia Indonesia yang selama ini dinilai jenjang pendidikan ini. Meskipun
masih rendah. Terkait dengan ini, Pemerintah menyediakan beasiswa untuk
dibutuhkan perhatian yang serius dalam mahasiswa dari keluarga tidak mampu,
rangka meningkatkan kualitas pendidik. namun jumlahnya hanya sedikit. Dampak
Para dosen harus secara berkelanjutan akhir dari kenyataan ini adalah
melakukan update kemampuan dan ketidakadilan dalam memperoleh hak atas
ilmunya, sesuai perkembangan ilmu pendidikan.
pengetahuan dan teknologi yang terus Kelima, masalah pengangguran
berjalan melalui pendidikan dan pelatihan. terdidik. Pengangguran terdidik terkait
Di samping itu, jumlah dosen antar prodi dengan kualitas perguruan tinggi.
maupun antaruniversitas di Indonesia masih Banyaknya lulusan perguruan tinggi yang
timpang baik di Jawa apalagi di Luar Jawa. tidak dapat segera memasuki dunia kerja,
Kedua, belum memadainya fasilitas apalagi menciptakan lapangan kerja sendiri,
pendidikan. Hingga kini masih banyak merupakan permasalahan krusial dalam
perguruan tinggi yang belum memiliki perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan
fasilitas pendidikan yang lengkap, sehingga pengamatan, pengangguran terdidik di
proses pembelajaran dan hasil lulusan Indonesia terus mengalami peningkatan
menjadi kurang optimal. Perlu diingat sejak beberapa tahun terakhir, sementara
bahwa tanpa fasilitas yang memadai dan jumlah penganggur tidak terdidik makin
relevan dengan kebutuhan, maka hasil turun. Dengan melonjaknya jumlah
pendidikan tidak akan optimal. Hal ini pada pengangguran intelektual maka tugas
umumnya terjadi di berbagai fakultas yang pemerintah untuk menciptakan lapangan
membutuhkan alat peraga dan alat praktik kerja juga akan semakin susah. Perguruan
dalam proses pembelajaran seperti tinggi belum sepenuhnya memberikan
fakultas kedokteran, fakultas teknik, pencerahan kepada masyarakat melalui
fakultas peternakan, fakultas pertanian, dan nilai dan manfaat pendidikan itu sendiri
lain sebagainya. (Musyaddad, 2013). Lebih jauh ditulis,
Ketiga, masalah efektivitas rendahnya kualitas lulusan merupakan salah
pendidikan. Efektivitas pendidikan terkait satu bukti bahwa pendidikan di Indonesia
erat dengan kualitas sumber daya manusia belum secara optimal dikembangkan.
yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi. Keenam, link and match antara
Namun kenyataan yang sangat perguruan tinggi dan kebutuhan akan
memprihatinkan adalah, bahwa di sumber daya manusia di lapangan kerja
Indonesia, hingga kini masih banyak pesonal maupun organisasional. Perguruan
penyelenggaraan perguruan tinggi yang tinggi bagai berjalan dengan iramanya
belum efektif, sehingga hanya sedikit sendiri, sementara kondisi riil di lapangan
perguruan tinggi Indonesia yang masuk kurang diperhatikan secara matang.
pada ranking atas perguruan tinggi di Akhirnya perguruan tinggi tidak mampu
tingkat dunia dan bahkan tingkat Asia. menjadi faktor yang penting dalam upaya
Kenyataan ini menunjukkan betapa peningkatan kesejahteraan masyarakat.
parahnya kualitas pendidikan tinggi di Perguruan tinggi belum mampu sepenuhnya
kebanyakan perguruan tinggi Indonesia, dan mampu melahirkan sumberdaya manusia
tentu saja hal ini berimplikasi pada sumber yang layak diterima di lapangan kerja yang
daya manusia yang dihasilkan. ada, dan perguruan tinggi juga belum
Keempat, mahalnya biaya mampu menghasilkan entrepreneur yang
pendidikan. Sebagaimana kita ketahui memiliki keberanian dan kemandirian.
bersama, hingga kini masyarakat masih Persoalan lain yang berpengaruh
harus menanggung banyak biaya, sehingga terhadap manajemen perguruan tinggi di
48
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
Indonesia adalah penilaian kinerja dan lintas budaya dalam dunia yang tak berbatas
penghargaan. Kedua faktor itu menjadi (Wibisono, 1999).
pemicu buruknya budaya kerja dan kinerja Menyoal problematika yang
perguruan tinggi (Njanja, et.al., 2013; dihadapi bangsa dalam hal perguruan tinggi,
Akinbowale, et.al., 2014). Penilaian kinerja penulis tertarik untuk membuat kajian
perguruan tinggi masih dominan permasalahan ini dan mengemukakan tema
menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif BSC, mediator maksimalisasi pemuasan
seperti data demografi mahasiswa dan kepentingan pemangku kepentingan
dosen, pendaftar, IPK, ranking kelas, (stakeholer theory) dan pemegang saham
persentase diterima (acceptance rate), (agency theory) perguruan tinggi di
jumlah dosen pensiun, ratio dosen Indonesia.
mahasiswa, beban mengajar, jumlah buku
perpustakaan, jumlah publikasi dan Stakeholder Theory
sebagainya (Rubent, 1999). Menurut Rubent Stakeholder merupakan individu,
(1999), ukuran kuantitatif semisal memiliki sekelompok manusia, komunitas atau
banyak kelemahan karena tidak mampu masyarakat baik secara keseluruhan maupun
merepresentasikan status terkini dari secara parsial yang memiliki hubungan serta
lembaga, faktor kesuksesan lembaga, visi kepentingan terhadap perusahaan. Individu,
dan misi, serta strategi lembaga. Ukuran kelompok, maupun komunitas dan
kualitas proses pembelajaran dan lulusan masyarakat dapat dikatakan sebagai
(output) serta dampaknya pada lingkungan stakeholder jika memiliki karakteristik
(outcome) merupakan indikator-indikator seperti mempunyai kekuasaan, legitimasi,
penting yang harus juga menjadi dan kepentingan terhadap perusahaan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Budimanta dkk., 2008). Dalam konteks
terkait manajemen perguruan tinggi. perguruan tinggi mahasiswa, orang tua,
Konsep Balanced Scorecard (BSC) pemerintah, peneliti pendidikan, masyarakat
merupakan sebuah model sistem adalah pemangku kepentingan yang harus
pengukuran kinerja yang menawarkan diperhitungkan dalam manajemen perguruan
kerangka komprehensif dan berimbang serta tinggi.
menjadi sebuah solusi yang baik dalam Perguruan tinggi merupakan bagian
pengukuran kinerja (Wibisono, 1999). BSC dari sistem sosial yang ada dalam sebuah
menghubungkan entitas, visi, misi, strategi, wilayah baik yang bersifat lokal,
nilai-nilai inti, dan target yang dirancang nasional, maupun internasional berarti
untuk memotivasi organisasi ke arah perguruan tinggi merupakan bagian dari
perbaikan secara terus menerus serta masyarakat secara keseluruhan.
memfasilitasi organisasi agar dapat Masyarakat sendiri menurut definisinya
menghasilkan pengambilan keputusan yang bisa dijelaskan sebagai kumpulan peran
efektif dan efisien (Wibisono, 1999). yang diwujudkan oleh elemen-elemen
Menjelang abad 21 dunia perguruan (individu dan kelompok) pada suatu
tinggi menghadapi tantangan yang cukup kedudukan tertentu yang peran-peran
serius dalam perkembangannya. Akhir abad tersebut diatur melalui pranata sosial yang
21 yang ditandai dengan derasnya arus bersumber dari kebudayaan yang telah
globalisasi menyebabkan pengetahuan ada dalam ma syarakat (Budimanta dkk,
(sebagai core business perguruan tinggi) 2008).
menjadi produk unggulan yang dominan dan Perguruan tinggi dalam hal ini
memiliki peran signifikan dalam merupakan bagian dari beberapa elemen
masyarakat. Ciri spesifik dari masyarakat yang membentuk masyarakat dalam sistem
pengetahuan adalah masyarakat yang secara sosial yang berlaku. Keadaan tersebut
mandiri memiliki kemampuan kemudian menciptakan sebuah hubungan
berkomunikasi dan bekerjasama secara timbal balik antara perguruan tinggi dan
49
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
para stakeholder yang berarti perguruan sumber ekonomi (input dari sistem
tinggi harus melaksanakan peranannya pendidikan yang berupa kurikulum, dosen,
secara dua arah untuk memenuhi kebutuhan mahasiwa, sararana dan prasarana) yang
sendiri maupun stakeholder lainnya dalam penting bagi perguruan tinggi, maka
sebuah sistem sosial. Oleh karena itu, segala perguruan tinggi mestinya bereaksi dengan
sesuatu yang dihasilkan dan dilakukan oleh cara-cara yang memuaskan keinginan
masing-masing bagian dari stakeholder akan stakeholder (Ullman, 1982).
saling mempengaruhi satu dengan yang
lainya sehingga tidaklah tepat jika Agency Theory
perguruan tinggi menyempitkan pengertian Sarwoko (2010) menyebutkan
stakeholder hanya dari sisi ekonominya saja bahwa teori agensi lahir dari pemikiran yang
(Budimanta dkk, 2008). mengkaji penyerahan otoritas dari pemilik
Konsep tanggung jawab sosial (owners) ke manajer (agen). Manajer adalah
perusahaan telah mulai dikenal sejak awal orang yang tidak dapat dipercaya penuh dan
1970 an, yang secara umum dikenal dengan memilki tujuan yang terpisah dengan tujuan
stakeholder theory artinya sebagai principal. Agency theory didefiniskan
kumpulan kebijakan dan praktik yang sebagai “a "nexus of contracts" between
berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, different resource suppliers. Two parties
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan are central to agency theory; principals,
masyarakat dan lingkungan, serta komitmen who supply capital, and agents, who
dunia usaha untuk berkontribusi dalam manage the day to day affairs of the firm
pembangunan secara berkelanjutan. (Proffitt, 2000).
Stakeholder theory dimulai dengan asumsi Kajian permasalahan yang muncul
bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak antara principal-agent banyak dilakukan
dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan sejak awal kemunculannya oleh banyak
usaha (Freeman et al., dalam Anwar, 2013). pakar dan peneliti bidang akuntansi,
Teori stakeholder mengatakan bahwa pemasaran, politik dan sosiologi (Fama,
perguruan tinggi bukanlah entitas yang 1980). Teori keagenan mendasarkan pada
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri beberapa asumsi. Pertama, asumsi tentang
namun harus memberikan manfaat bagi sifat manusia. Asumsi ini menekankan
stakeholdernya. Dengan demikian, bahwa manusia selalu mengutamakan
keberadaan suatu perguruan tinggi sangat kepentingan dirinya sendiri (self interest),
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan selalu berupaya untuk menghindari risiko
oleh stakeholder (Ghozali dan Chariri, (risk-aversion), dan manusia dianggap
2007). memiliki rasionalitas yang terbatas
Stakeholder pada dasarnya dapat (bounded rasionality). Agen adalah manusia
mengendalikan atau memiliki dengan demikian memiliki kelemahan.
kemampuan untuk mempengaruhi Agen jarang sekali mempunyai tujuan yang
pemakaian sumber-sumber ekonomi yang diatur secara konsisten. Agen dipandang
digunakan olebh perguruan tinggi tidak selalu mengejar tujuannya secara
(Waryanti, 2009). Daya tawar stakeholder sistematis, membuat keputusan dengan
dapat berupa kemampuan untuk membatasi informasi yang tidak lengkap, dan jarang
pemakaian sumber ekonomi (modal dan sekali melakukan suatu penelitian yang
tenaga kerja), akses terhadap media yang mendalam untuk mencari alternatif
berpengaruh, kemampuan untuk mengatur (Sarwoko, 2010).
perguruan tinggi, atau kemampuan untuk Kedua, asumsi tentang organisasi,
mempengaruhi produk yang dihasilkan dalam asumsi ini organisasi dianggap selalu
perguruan tinggi (Brown dan Deegan, terjadi konflik tujuan antar pihak yang
1998). Jadi kemudian muncullah statement berkepentingan (principal dan agent),
bahwa ketika stakeholder mengendalikan adanya informasi yang tidak simetris
50
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
51
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
52
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
53
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
54
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
55
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
56
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
Tren
Pelanggan Objective Measure Initiative Target Actual d/
Ket
57
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
Tren
Pelanggan Objective Measure Initiative Target Actual d/
Ket
melibatkan 2 melibatkan 2
Penglibatan mhsw mhsw LR
Jumlah mahasiswa dlm
dosen dan riset dosen Seluruh dosen 25% dosen
mahasiswa melakukan melakukan
terlibat penelitian dan penelitian dan
PPM dengan PPM dengan
minimal minimal
melibatkan 2 melibatkan 2
Kinerja Penyelenggaraa mhsw mhsw LR
luaran Jumlah n Workshop
ilmiah HAKI dan penulisan 50% dari 10% dari
meningkat jurnal yang artikel publikasi jumlah dosen jumlah dosen
dipublikasi 1 x setahun dan 25% dan 1%
nasional dan mahasiswa mahasiswa
internasional presentasi dan presentasi dan
pembicara di pembicara di
konferensi konferensi
nasional dan nasional dan
internasional internasional LR
58
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
Tren
Pelanggan Objective Measure Initiative Target Actual d/
Ket
pedagang dalam
atau pengambila Keputusan Penglibatan Orang tua Orang tua OK
rekanan, n keputusan penggolonga orang tua dilibatkan dilibatkan
pihak lain meningkat n UKT
yang
terkait) Keputusan Penglibatan Stakeholder Stakeholder LR
penyediaan stakeholder dilibatkan dilibatkan
fasilitas
59
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
60
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
61
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62
62