Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No.

2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

BALANCED SCORECARD: IMPLEMENTASI INTERAKSIONAL


AGENCY THEORY DAN STAKEHOLDER THEORY DALAM
MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI
Oleh:
Sukirno DS
Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Lemahnya kualitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi di Indonesia
dapat berakibat terhadap munculnya persoalan rendahnya daya saing sumber daya bangsa. Rendahnya
ranking perguruan tinggi dibandingkan perguruan tinggi lain di dunia, rendahnya kualitas sumber daya
manusia dibandingkan dengan negara lain, dan tingginya angka pengangguran di Indonesia dapat
menjadi indikator masih diperlukannya pendekatan jitu dalam manajemen sumber daya perguruan
tinggi.
BSC adalah sebuah pendekatan yang dapat dipilih perguruan tinggi untuk mengelola sumber
daya dalam mewujudkan visi dan misinya. Implementasi BSC di perguruan tinggi dapat menjadi
sebuah pendekatan strategis dan operasional yang efektif dan efisien apabila diimplementasikan
dengan prosedur yang benar dengan melibatkan shareholer dan stakeholer. BSC menawarkan sebuah
cara bagi perguruan tinggi untuk mencapai tujuan secara komprehensif, berimbang, dan terintegrasi
antara kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta kinerja
internal dan kinerja eksternal.

Kata kunci: Balance Score Card, Agency Theory, Stakeholder Theory, Perguruan Tinggi

PENDAHULUAN besar dibandingkan China yang hanya


memiliki 2.824 kampus dengan jumlah
Perguruan tinggi memiliki tugas
penduduk lebih dari 1.4 miliar.
menyiapkan anak bangsa menjadi pemimpin
Dalam lamannya Ristekdikti (2016)
di masa yang akan datang. Dalam
dilaporkan bahwa ditinjau dari angka human
menyiapkan anak bangsa, perguruan tinggi
development index (HDI), Indonesia
dituntut untuk menjadi sebuah lembaga
memiliki peringkat jauh lebih rendah (0,689
pendidikan yang berkualitas global. Ada
masuk kelompok medium dengan kenaikan
beberapa hal yang harus di perhatikan
rerata per tahun 0,003) daripada China
berhubungan dengan kualitas perguruan
(0,738 dengan kenaikan rerata per tahun
tinggi diantaranya proses pembelajaran,
0,010). Lebih jauh, sampai sekarang belum
sumber daya manusia, kemahasiswaan,
satupun perguruan tinggi di Indonesia yang
kurikulum, sarana dan prasarana, suasana
menduduki peringkat di bawah 500 dunia di
akademik, keuangan, penelitian dan
Webometric ataupun The Times Higher
publikasi, pengabdian masyarakat, tata
Education World University Rankings
pamong, manajemen lembaga, sistem
(THEWUR).
informasi dan kerjasama (Taufiq, 2012).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Secara kuantitas, menurut Ketua Umum
mencatat berbagai kendala mendasar yang
Asosiasi Dosen Indonesia, Profesor Armey
ada dalam dunia perguruan tinggi yaitu
Arief, saat ini jumlah Perguruan Tinggi
(Anonim, 2012): pertama, masih
Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta
rendahnya kualitas dan kwantitas pendidik.
(PTS) di Indonesia menduduki peringkat
Masalah ini merupakan persoalan krusial
tertinggi di dunia. Angka perguruan tinggi
yang harus segera diatasi, karena akan
kita telah mencapai angka 4.350 (dengan
berdampak signifikan terhadap lulusan
jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa) lebih

47
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

yang dihasilkan. Salah satu yang akan hanya golongan masyarakat mampu yang
terdampak adalah indeks pembangunan dapat membiayai pendidikan anaknya di
manusia Indonesia yang selama ini dinilai jenjang pendidikan ini. Meskipun
masih rendah. Terkait dengan ini, Pemerintah menyediakan beasiswa untuk
dibutuhkan perhatian yang serius dalam mahasiswa dari keluarga tidak mampu,
rangka meningkatkan kualitas pendidik. namun jumlahnya hanya sedikit. Dampak
Para dosen harus secara berkelanjutan akhir dari kenyataan ini adalah
melakukan update kemampuan dan ketidakadilan dalam memperoleh hak atas
ilmunya, sesuai perkembangan ilmu pendidikan.
pengetahuan dan teknologi yang terus Kelima, masalah pengangguran
berjalan melalui pendidikan dan pelatihan. terdidik. Pengangguran terdidik terkait
Di samping itu, jumlah dosen antar prodi dengan kualitas perguruan tinggi.
maupun antaruniversitas di Indonesia masih Banyaknya lulusan perguruan tinggi yang
timpang baik di Jawa apalagi di Luar Jawa. tidak dapat segera memasuki dunia kerja,
Kedua, belum memadainya fasilitas apalagi menciptakan lapangan kerja sendiri,
pendidikan. Hingga kini masih banyak merupakan permasalahan krusial dalam
perguruan tinggi yang belum memiliki perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan
fasilitas pendidikan yang lengkap, sehingga pengamatan, pengangguran terdidik di
proses pembelajaran dan hasil lulusan Indonesia terus mengalami peningkatan
menjadi kurang optimal. Perlu diingat sejak beberapa tahun terakhir, sementara
bahwa tanpa fasilitas yang memadai dan jumlah penganggur tidak terdidik makin
relevan dengan kebutuhan, maka hasil turun. Dengan melonjaknya jumlah
pendidikan tidak akan optimal. Hal ini pada pengangguran intelektual maka tugas
umumnya terjadi di berbagai fakultas yang pemerintah untuk menciptakan lapangan
membutuhkan alat peraga dan alat praktik kerja juga akan semakin susah. Perguruan
dalam proses pembelajaran seperti tinggi belum sepenuhnya memberikan
fakultas kedokteran, fakultas teknik, pencerahan kepada masyarakat melalui
fakultas peternakan, fakultas pertanian, dan nilai dan manfaat pendidikan itu sendiri
lain sebagainya. (Musyaddad, 2013). Lebih jauh ditulis,
Ketiga, masalah efektivitas rendahnya kualitas lulusan merupakan salah
pendidikan. Efektivitas pendidikan terkait satu bukti bahwa pendidikan di Indonesia
erat dengan kualitas sumber daya manusia belum secara optimal dikembangkan.
yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi. Keenam, link and match antara
Namun kenyataan yang sangat perguruan tinggi dan kebutuhan akan
memprihatinkan adalah, bahwa di sumber daya manusia di lapangan kerja
Indonesia, hingga kini masih banyak pesonal maupun organisasional. Perguruan
penyelenggaraan perguruan tinggi yang tinggi bagai berjalan dengan iramanya
belum efektif, sehingga hanya sedikit sendiri, sementara kondisi riil di lapangan
perguruan tinggi Indonesia yang masuk kurang diperhatikan secara matang.
pada ranking atas perguruan tinggi di Akhirnya perguruan tinggi tidak mampu
tingkat dunia dan bahkan tingkat Asia. menjadi faktor yang penting dalam upaya
Kenyataan ini menunjukkan betapa peningkatan kesejahteraan masyarakat.
parahnya kualitas pendidikan tinggi di Perguruan tinggi belum mampu sepenuhnya
kebanyakan perguruan tinggi Indonesia, dan mampu melahirkan sumberdaya manusia
tentu saja hal ini berimplikasi pada sumber yang layak diterima di lapangan kerja yang
daya manusia yang dihasilkan. ada, dan perguruan tinggi juga belum
Keempat, mahalnya biaya mampu menghasilkan entrepreneur yang
pendidikan. Sebagaimana kita ketahui memiliki keberanian dan kemandirian.
bersama, hingga kini masyarakat masih Persoalan lain yang berpengaruh
harus menanggung banyak biaya, sehingga terhadap manajemen perguruan tinggi di

48
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

Indonesia adalah penilaian kinerja dan lintas budaya dalam dunia yang tak berbatas
penghargaan. Kedua faktor itu menjadi (Wibisono, 1999).
pemicu buruknya budaya kerja dan kinerja Menyoal problematika yang
perguruan tinggi (Njanja, et.al., 2013; dihadapi bangsa dalam hal perguruan tinggi,
Akinbowale, et.al., 2014). Penilaian kinerja penulis tertarik untuk membuat kajian
perguruan tinggi masih dominan permasalahan ini dan mengemukakan tema
menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif BSC, mediator maksimalisasi pemuasan
seperti data demografi mahasiswa dan kepentingan pemangku kepentingan
dosen, pendaftar, IPK, ranking kelas, (stakeholer theory) dan pemegang saham
persentase diterima (acceptance rate), (agency theory) perguruan tinggi di
jumlah dosen pensiun, ratio dosen Indonesia.
mahasiswa, beban mengajar, jumlah buku
perpustakaan, jumlah publikasi dan Stakeholder Theory
sebagainya (Rubent, 1999). Menurut Rubent Stakeholder merupakan individu,
(1999), ukuran kuantitatif semisal memiliki sekelompok manusia, komunitas atau
banyak kelemahan karena tidak mampu masyarakat baik secara keseluruhan maupun
merepresentasikan status terkini dari secara parsial yang memiliki hubungan serta
lembaga, faktor kesuksesan lembaga, visi kepentingan terhadap perusahaan. Individu,
dan misi, serta strategi lembaga. Ukuran kelompok, maupun komunitas dan
kualitas proses pembelajaran dan lulusan masyarakat dapat dikatakan sebagai
(output) serta dampaknya pada lingkungan stakeholder jika memiliki karakteristik
(outcome) merupakan indikator-indikator seperti mempunyai kekuasaan, legitimasi,
penting yang harus juga menjadi dan kepentingan terhadap perusahaan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Budimanta dkk., 2008). Dalam konteks
terkait manajemen perguruan tinggi. perguruan tinggi mahasiswa, orang tua,
Konsep Balanced Scorecard (BSC) pemerintah, peneliti pendidikan, masyarakat
merupakan sebuah model sistem adalah pemangku kepentingan yang harus
pengukuran kinerja yang menawarkan diperhitungkan dalam manajemen perguruan
kerangka komprehensif dan berimbang serta tinggi.
menjadi sebuah solusi yang baik dalam Perguruan tinggi merupakan bagian
pengukuran kinerja (Wibisono, 1999). BSC dari sistem sosial yang ada dalam sebuah
menghubungkan entitas, visi, misi, strategi, wilayah baik yang bersifat lokal,
nilai-nilai inti, dan target yang dirancang nasional, maupun internasional berarti
untuk memotivasi organisasi ke arah perguruan tinggi merupakan bagian dari
perbaikan secara terus menerus serta masyarakat secara keseluruhan.
memfasilitasi organisasi agar dapat Masyarakat sendiri menurut definisinya
menghasilkan pengambilan keputusan yang bisa dijelaskan sebagai kumpulan peran
efektif dan efisien (Wibisono, 1999). yang diwujudkan oleh elemen-elemen
Menjelang abad 21 dunia perguruan (individu dan kelompok) pada suatu
tinggi menghadapi tantangan yang cukup kedudukan tertentu yang peran-peran
serius dalam perkembangannya. Akhir abad tersebut diatur melalui pranata sosial yang
21 yang ditandai dengan derasnya arus bersumber dari kebudayaan yang telah
globalisasi menyebabkan pengetahuan ada dalam ma syarakat (Budimanta dkk,
(sebagai core business perguruan tinggi) 2008).
menjadi produk unggulan yang dominan dan Perguruan tinggi dalam hal ini
memiliki peran signifikan dalam merupakan bagian dari beberapa elemen
masyarakat. Ciri spesifik dari masyarakat yang membentuk masyarakat dalam sistem
pengetahuan adalah masyarakat yang secara sosial yang berlaku. Keadaan tersebut
mandiri memiliki kemampuan kemudian menciptakan sebuah hubungan
berkomunikasi dan bekerjasama secara timbal balik antara perguruan tinggi dan

49
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

para stakeholder yang berarti perguruan sumber ekonomi (input dari sistem
tinggi harus melaksanakan peranannya pendidikan yang berupa kurikulum, dosen,
secara dua arah untuk memenuhi kebutuhan mahasiwa, sararana dan prasarana) yang
sendiri maupun stakeholder lainnya dalam penting bagi perguruan tinggi, maka
sebuah sistem sosial. Oleh karena itu, segala perguruan tinggi mestinya bereaksi dengan
sesuatu yang dihasilkan dan dilakukan oleh cara-cara yang memuaskan keinginan
masing-masing bagian dari stakeholder akan stakeholder (Ullman, 1982).
saling mempengaruhi satu dengan yang
lainya sehingga tidaklah tepat jika Agency Theory
perguruan tinggi menyempitkan pengertian Sarwoko (2010) menyebutkan
stakeholder hanya dari sisi ekonominya saja bahwa teori agensi lahir dari pemikiran yang
(Budimanta dkk, 2008). mengkaji penyerahan otoritas dari pemilik
Konsep tanggung jawab sosial (owners) ke manajer (agen). Manajer adalah
perusahaan telah mulai dikenal sejak awal orang yang tidak dapat dipercaya penuh dan
1970 an, yang secara umum dikenal dengan memilki tujuan yang terpisah dengan tujuan
stakeholder theory artinya sebagai principal. Agency theory didefiniskan
kumpulan kebijakan dan praktik yang sebagai “a "nexus of contracts" between
berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, different resource suppliers. Two parties
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan are central to agency theory; principals,
masyarakat dan lingkungan, serta komitmen who supply capital, and agents, who
dunia usaha untuk berkontribusi dalam manage the day to day affairs of the firm
pembangunan secara berkelanjutan. (Proffitt, 2000).
Stakeholder theory dimulai dengan asumsi Kajian permasalahan yang muncul
bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak antara principal-agent banyak dilakukan
dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan sejak awal kemunculannya oleh banyak
usaha (Freeman et al., dalam Anwar, 2013). pakar dan peneliti bidang akuntansi,
Teori stakeholder mengatakan bahwa pemasaran, politik dan sosiologi (Fama,
perguruan tinggi bukanlah entitas yang 1980). Teori keagenan mendasarkan pada
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri beberapa asumsi. Pertama, asumsi tentang
namun harus memberikan manfaat bagi sifat manusia. Asumsi ini menekankan
stakeholdernya. Dengan demikian, bahwa manusia selalu mengutamakan
keberadaan suatu perguruan tinggi sangat kepentingan dirinya sendiri (self interest),
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan selalu berupaya untuk menghindari risiko
oleh stakeholder (Ghozali dan Chariri, (risk-aversion), dan manusia dianggap
2007). memiliki rasionalitas yang terbatas
Stakeholder pada dasarnya dapat (bounded rasionality). Agen adalah manusia
mengendalikan atau memiliki dengan demikian memiliki kelemahan.
kemampuan untuk mempengaruhi Agen jarang sekali mempunyai tujuan yang
pemakaian sumber-sumber ekonomi yang diatur secara konsisten. Agen dipandang
digunakan olebh perguruan tinggi tidak selalu mengejar tujuannya secara
(Waryanti, 2009). Daya tawar stakeholder sistematis, membuat keputusan dengan
dapat berupa kemampuan untuk membatasi informasi yang tidak lengkap, dan jarang
pemakaian sumber ekonomi (modal dan sekali melakukan suatu penelitian yang
tenaga kerja), akses terhadap media yang mendalam untuk mencari alternatif
berpengaruh, kemampuan untuk mengatur (Sarwoko, 2010).
perguruan tinggi, atau kemampuan untuk Kedua, asumsi tentang organisasi,
mempengaruhi produk yang dihasilkan dalam asumsi ini organisasi dianggap selalu
perguruan tinggi (Brown dan Deegan, terjadi konflik tujuan antar pihak yang
1998). Jadi kemudian muncullah statement berkepentingan (principal dan agent),
bahwa ketika stakeholder mengendalikan adanya informasi yang tidak simetris

50
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

(asymetric information) antara principal dan appropriately. The second is the


agent, dan efisiensi sebagai kriteria ‘problem of risk sharing that arises
efektivitas. Ketiga, asumsi informasi adalah when the principal and agent have
bahwa informasi sebagai komoditas yang different attitudes toward risk. The
dapat diperjualbelikan (information as a problem here is the principal and the
purchasable commodity). Dalam konteks agent may prefer different actions
pidato ini, agen adalah pengelola perguruan because of the different risk preferences.
tinggi sedangkan prinsipal adalah
pemerintah atau donatur atau pemilik atau Secara sepihak dapatlah diaktakan
sponsor yang menanamkan modalnya di agency theory lebih fokus kepada
perguruan tinggi. kepentingan keuntungan finansial para
Fenomena hubungan keagenan pemegang saham (prinsipal) dengan
menjadi semakin menarik perhatian, karena mengendalikan agen sebaik-baiknya semisal
memunculkan permasalahan tersendiri dengan ajaran shareholder theory. Sebagai
terutama isu moral hazard dan adverse penutup subbagian ini, Barney & Hansen
selection Moral hazard ini berhubungan (1994) pernah menyatakan bahwa
dengan masalah biaya yang dikeluarkan “shareholer theory is the dominant theory
oleh prinsipal untuk melindungi kepentingan espoused and theory - in - use in business
prinsipal dari keputusan-keputusan agen schools and in the vast majority of
dikarenakan asumsi bahwa agen memiliki businesses in capitalist economies”.
informasi yang lebih dibandingkan dengan
prinsipal. Dalam kaitan untuk menghindari Balance Score Card
masalah tersebut, misalnya, perlu dibangun Agency theory dan turunannya
kemudian upaya-upaya untuk mengurangi shareholder theory memiliki tujuan untuk
kemungkinan bahwa agen (pengelola memaksimalisasi keuntungan finansial para
perguruan tinggi) akan merongrong pemegang saham atau para prinsipal
kepentingan prinsipal karena agen bekerja sedangkan kepentingan pemangku
untuk kemakmuran pribadi dan kepentingan menjadi tujuan keduanya
kelompoknya dengan mengabaikan (Barney & Hansen, 1994).
kepentingan lembaga dan prinsipalnya. Stakeholder theory mengutamakan
Agency theory di sini kemudian jalinan sosial yang baik dengan para
memfokuskan pada upayanya untuk monitor pemangku kepentingan sedangkan
agen dengan membangun strategi dan keuntungan finansial hanyalah dampak
kerangka arah (guidelines) agar monitoring pengiringnya. Lebih jauh Barney & Hansen
efektif (Sarwoko, 2010).. (1994) menjelaskan relasi sosial yang baik
Secara garis besar, agency theory dengan pemangku kepentingan “assists
ditujukan untuk memecahkan dua companies in developing valuable intangible
permasalahan yang dapat terjadi dalam assets which can be sources of competitive
hubungan keagenan berikut ini (Eisenhardt, advantage because such assets can
1989). differentiate a company from its
“……Agency Theory is concerned with competitors.”
resolving two problem s that can occur Stakeholder theory berfokus pada
in agency relationship . The first is the ‘ kemakmuran sosial para pemangku
agency problem ‘ that arises when a) the kepentingan perguruan tinggi, agency theory
desires or goals of the principal and fokus kepada kemakmuran pemodal
agent conflict and (b) it is difficult or (pemerintah, masyarakat, mahasiswa atau
expensive for the principal verify what sponsor), sedangkan BSC menawarkan
the agent actually doing. The problem keseimbangan pemuasan kepentingan kedua
here is that the principal cannot verify pihak. Lebih jauh BSC merupakan kerangka
that the agent has behaved konseptual bagi organisasi yang dapat

51
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

digunakan untuk menerjemahkan tujuan


strategis ke dalam seperangkat indikator
kinerja. Pendekatan klasik berfokus pada
kinerja operasional dan penggunaan ukuran
keuangan dalam mengukur kinerja
organisasi, sedangkan BSC menawarkan
pendekatan komprehensif dan lebih baik
dengan cara menghubungkan strategi
organisasi dengan tujuan terukur dalam
empat perspektif: keuangan, pelanggan,
internal proses, dan pembelajaran dan
pertumbuhan (Brown, 2010).
Balanced Scorecard terdiri dari dua
suku kata yaitu kartu nilai (scorecard) dan
berimbang (balanced). Hansen & Mowen Gambar 1. BSC as a strategic
(2000: 397) memberikan pengertian BSC management tool (Kumari,
adalah 2011)
“a strategic management system that
defines a strategic based responsibility Sofwan (2012) menjelaskan, kartu
accounting. The BSC translates an nilai digunakan untuk mengukur kinerja riil
organization's mission and strategy into yang dibandingkan dengan kinerja yang
operasional objectives and performance direncanakan, serta dapat digunakan sebagai
measures for four different perspective: evaluasi dan dasar penentuan penghargaan.
the financial perspective, the customer Berimbang (balanced) artinya kinerja diukur
perspective, the internal business secara berimbang dari dua aspek: keuangan
process perspective, and the learning dan non-keuangan, jangka pendek dan
and growth (infrastructure) jangka panjang, intern dan ekstern. Karena
perspective”. itu jika kartu digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak
BSC merupakan alat untuk diwujudkan di masa depan, maka harus
membantu organisasi dalam pemetaan memperhitungkan keseimbangan antara
strategi peningkatan kinerja dan pencapaian kinerja keuangan dan non-
membangun jaringan dengan berbagai level keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka
dalam organisasi. Selain itu, BSC dapat panjang, serta antara kinerja internal dan
digunkan untuk mengidentifikasi hubungan eksternal.
sebab-akibat antarberbagai faktor. Peta BSC membantu organisasi dalam
strategi BSC itu akan menjadi cetak biru menerjemahkan visi menjadi program-
rencana organisasi (Brown, 2012). program kerja beserta anggaran yang dapat
Gambar berikut ini representasi BSC diukur dengan baik melalui key performance
menerjemahkan visi, misi, strategi institusi indicator (KPI). BSC juga dilengkapi
secara berimbang ke dalam empat aspek dengan strategy map yang digunakan untuk
dimensi finansial-non finansial, jangka melakukan komunikasi kepada seluruh
pendek-panjang, dan internal-eksternal. elemen dalam suatu organisasi maupun luar
organisasi atau pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders) sehingga
organisasi dapat mengimplementasikan
strategi dengan lebih mudah (Triyanti dkk.,
2013).
Mengadaptasi pendapat Singgih dkk.
(2001), Sofwan (2012), (Kumari, 2011) dan

52
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

Widiastuti dan Immanuel (2015), empat d. Assurance (Jaminan pelayanan).


perspektif BSC dalam konteks manajemen Indikator terhadap jaminan kualitas
perguruan tinggi yang komprehensif, layanan perguruan tinggi dapat
berimbang, dan terintegrasi dapat dijabarkan berupa keramahan dosen dan
sebagai berikut. karyawan, kemampuan dan
1. Perspektif Pelanggan pengetahuan dosen dan karyawan,
Scorecard pada perspektif ini sopan santun dosen dan karyawan
digunakan untuk menjawab pertanyaan e. Empathy (sikap peduli dan penuh
“How should we appear to our perhatian).
customers?” Sasarannya adalah Indikator terkait dengan sikap peduli
memberikan kepuasan kepada dan perhatian dapat berupa karyawan
mahasiswa, orang tua dan pemangku mengenal mahasiswa, dosen
kepentingan terkait lainnya atas mengenal mahasiswa, karyawan dan
pelayanan yang diberikan. Untuk dosen memberikan pelayanan.
memperoleh loyalitas pelanggan dan
mampu menawarkan lini produk yang 2.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
lengkap. Ukuran yang dipakai dapat Scorecard pada perspektif ini
berwujud pangsa pasar, akuisisi menjawab pertanyaan “Can we continue
pelanggan, retensi pelanggan, to improve and create value?” Sasaran
profitabilitas pelanggan, dan kepuasan perspektif ini adalah mengidentifikasi
pelanggan. Kualitas layanan terdiri atas infrastruktur yang harus dibangun dalam
lima dimensi yaitu: menciptakan pertumbuhan dan
a. Tangibility (Tampilan fisik dan peningkatan kinerja jangka panjang yang
media komunikasi). sumber utamanya datang dari manusia,
Indikator dari perspektif layanan sistem dan prosedur, indeks kepuasan
phisik perguruan tinggi dapat berupa karyawan, kualias dosen melalui tingkat
lokasi, tempat belajar, fasilitas pendidikan, kepangkatan, pengalaman
komputer, fasilitas perpustakaan, mengajar, usia dosen, kualitas karyawan
ruang dosen, alat belajar, ruang administrasi melalui usia, tingkat
tunggu, penampilan karyawan dosen, pendidikan, dan pengalaman bekerja.
tempat parkir, anjungan mahasiswa. Pengukuran perspektif pembelajaran dan
b. Reliability (Pelayanan yang pertumbungan dapat berasal dari tingkat
terpercaya). kepuasan pegawai atau tingkat
Indikator perspektif dari reliabilitas perputaran pegawai dan produktivitas
layanan perguruan tinggi adalah karyawan.
penawaran mata kuliah, jadwal
perkuliahan dan ujian, metode 3. Perspektif Proses Bisnis Internal
mengajar, penilaian perkuliahan, Scorecard pada perspektif ini
perhitungan indeks prestasi, buku menjawab pertanyaan “What must we
wajib dan buku tambahan, excel at?”. Sasarannya berkaitan dengan
bimbingan KRS. pengembangan layanan akademik yang
c. Responsiveness (Ketanggapan dalam berkelanjutan. Untuk mengukur variabel
memberikan layanan). kinerja proses bisnis internal didasarkan
Indikator yang menggambarkan pada dua indikator, yaitu inovasi dan
layanan perguruan tinggi yang layanan purna jual atau wisuda.
tanggap adalah administrasi PMB, Indikator inovasi diukur dengan
penyelesaian surat keterangan, indikator aplikasi komputer yang
fasilitas layanan, keluhan proses diadopsi, laboratorium yang
administrasi, keluhan kebersihan. dikembangkan, unit atau lembaga
keuangan dan non keuangan yang

53
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

dimiliki, pembayaran uang kuliah.


Indikator layanan purna jual dapat
berwujud kesempatan menjadi dosen
dan bursa tenaga kerja, perkembangan
jumlah jurusan atau program studi,
keaktifan dosen, jumlah penggunaan
metode pembelajaran, penggunaan
media pembelajaran, proporsi kurikulum
dan mata kuliah, pelaksanaan lokakarya Gambar 2. Matrix of BSC on
kurikulum, jumlah lulusan, jumlah IPK Organization Levels
rata-rata lulusan, dan penambahan
fasilitas fisik. Ciri-ciri proses bisnis Langkah-langkah dalam
internal yang berhasil dapat berupa implementasi empat aspek BSC dalam
merek / image yang kuat dan terkenal, organisasi secara strategis dijabarkan
memiliki kualitas lulusan / produk yang oleh Kumari (2011) sebagai berikut.
baik, memberikan pengalaman 1. The major objectives are to be set
pendidikan yang menarik. for each of the perspectives.
2. Measures of performance are
4. Perspektif Keuangan required to be identified under each
Scorecard pada perspektif ini of the objectives which would help
menjawab pertanyaan “How do we look the organization to realize the goals
at shareholders?” Kinerja perguran tinggi set under each of the perspectives.
menurut perspektif ini akan dipengaruhi These would act as parameters to
oleh kelihaiannya dalam mengatur measure the progress towards the
pengeluaran yang dilakukan perguruan objectives.
tinggi sesuai dengan yang anggaran, 3. The next important step is the setting
menyusun dan menetapkan pengeluaran of specific targets around each of the
gaji dan upah, pengeluaran belanja identified key areas which would act
barang, pengeluaran untuk belanja modal, as a benchmark for performance
sumber penerimaan dari hibah, PNBP, appraisal.
APBN, dan sebagainya. Ukuran yang 4. The appropriate strategies and the
dipakai dapat berupa kenaikan nilai action plans that are to be taken in
investasi / penerimaan, peningkatan the various activities should be
profitabilitas, peningkatan jumlah bauran decided so that it is clear as to how
sumber penerimaan, dan penurunan the organization has decided to
pengeluaran. pursue the pre-decided goals.
Keempat aspek BSC dapat pula Because of this reason, the Balanced
dijabarkan bebasis level organisasional Scorecard is often referred to as a
diadaptasikan dari Kumari (2011) dan blueprint of the company strategies.
Ronchetti (2006) dalam bentuk matrik
berikut ini. Langkah-langkah institusi
menerjemahkan visi, misi hingga
pengukuran kinerja dan evaluasi secara
matrik perkalian level organisasi dan
empat elemen BSC dapat disajikan
dalam bentuk gambar berikut ini.

54
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

perguruan tinggi, beberapa langkah yang


harus dilakukan adalah:
1. menilai sumber daya yang dimiliki,
merumuskan visi dan misi perguruan
tinggi secara partisipatif dengan
melibatkan para stakeholder internal
dan eksternal (objectives). Penilaian
sumber daya meliputi analisis
kekuatan, kelemahan, kesempatan
dan ancaman terhadap organisasi
yang dapat dilakukan dengan
menggunakan SWOT analysis
yang akan mempengaruhi kinerja
Gambar 3. Methodology Overview of
perguruan tinggi.
Balanced Scorecard
2. perumusan tujuan, sasaran, dan
Elaboration (Hansen et.al.,
strategi masing-masing unit atau
2009; Kumari, 2011)
program studi berdasarkan visi dan
misi perguruan tinggi (initiatives).
Organisasi menggunakan BSC
inisiatif strategis merupakan
untuk menghasilkan berbagai proses
program -program yang harus
manajemen yang lebih baik (Kaplan dan
dilakukan untuk memenuhi salah
Norton, 1996). Implementasi BSC dapat
satu atau berbagai tujuan strategis.
memperjelas dan menerjemahkan visi dan
Sebelum menetapkan inisiatif,
strategi, mengomunikasikan dan mengaitkan
yang harus dilakukan adalah
berbagai tujuan dan ukuran strategis,
menentukan target. Target
merencanakan, menetapkan sasaran, dan
merupakan suatu tingkat kinerja
menyelaraskan berbagai inisiatif strategis,
yang diinginkan (Lestari, 2013).
serta meningkatkan umpan balik dan
3. merumuskan ukuran-ukuran visi,
pembelajaran strategi (Lestari, 2013).
misi, dan sasaran perguruan tinggi
dan unit (measures). Ukuran-ukuran
Implementasi Balance Score Card Dalam
itu disebtu sebagai indikator kunci
Pembangunan Daya Saing
sukses perguruan tinggi. Indikator
Pengelolaan perguruan tinggi yang
kunci atau KPI (Key Performance
mengabaikan aspek kinerja keuangan dan
Indicator) dikembangkan
non-keuangan, kinerja jangka pendek dan
berdasarkan hasil analisis kondisi
jangka panjang, serta antara kinerja bersifat
perguruan tinggi yang terdiri dari
internal dan kinerja eksternal akan segera
dua kelompok yaitu KPI upaya
hilang dari peredaran. Untuk menghambat
(input) yang mencakup
tumbuhnya pemikiran dan budaya yang
proses/program dan KPI luaran
menyimpang dari arus keberimbangan, BSC
(output).
menawarkan solusi melalui penjabaran visi
4. implementasi inisiatif strategis yang
dan strategi ke dalam tujuan konkret dan
telah digariskan dalam aturan
terorganisasi di sepanjang jalur empat
penganggaran (RKPT, RKT) dan
perspektif finansial, pelanggan, proses
rencana strategis perguruan tinggi
internal, dan pembelajaran dan
dan unit di bawahnya
pertumbuhan.
(implementation).
Mengadaptasi tulisan Hermawan
5. pengukuran kinerja perguruan tinggi
(2005), Lestari (2013), dan Mulyadi (2007)
dan unit terkait (performance
untuk mengimplementasikan BSC di
measurement).

55
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

6. evaluasi strategis dan operasional dengan mengadaptasi tulisan Suryaputra dan


untuk mendapatkan umpan balik dan Yuniawati (2012), berikut ini diberikan
perbaikan strategi perguruan tinggi sebuah contoh matrik tabulasi perspektif
di masa yang akan datang pelanggan BSC sebuah perguruan tinggi.
(evaluation).
Untuk memberikan arah
implementasi BSC di perguruan tinggi,

Tabel 1. Penjabaran Perspektif Pelanggan BSC Perguruan Tinggi


Tren
Pelanggan Objective Measure Initiative Target Actual d/
Ket
Mahasisw Merekrut Jumlah dan Promosi dengan Rerata tingkat Rerata tingkat LR
a mahasiswa kualitas berbagai media ketetatan < ketetatan 1,45
yang mahasiswa 0,5
berkualitas Ada sistem
tinggi Ada sistem pendaftaran,
Aplikasi- pendaftaran, CAT hanya LR
aplikasi CAT semua pasca,
program prodi, pengumunan
pengumunan online
online
Mahasiswa OK
Mahasiswa dari semua
Pangsa pasar dari semua propinsi ada
propinsi ada
Membangu Kualitas Pendidikan dan 100% dosen Dr baru 13% LR
n pengajaran Pelatihan dosen bergelar Dr
pengajaran
yang Ada pelatihan Ada pelatihan OK
berkualitas PTK dan PTK dan
Lesson study Lesson study

Ada pelatihan Belum ada LR


pengembanga pelatihan
n Media pengembanga
Pembelajaran n Media
di Prodi 1 th Pembelajaran
sekali di Prodi 1 th
sekali

IPK Rerata IPK > Rerata IPK > LT


mahasiswa 3,0 3,2

Lulusan Gaji awal Pelatihan soft


yang alumni skill
berkualitas
tinggi Kualitas dan Pelatihan Job 1 th sekali ada 1 th sekali ada OK
jumlah Hunting pelatihan JH pelatihan JH
perusahaan
yang Penyelenggaraa 1 th sekali ada 1 th sekali ada OK
merekrut n Bursa kerja BK BK
alumni

56
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

Tren
Pelanggan Objective Measure Initiative Target Actual d/
Ket

Program Pengiriman Ada PPL dan Ada PPL dan LR


kerja praktik Mhsw Magang PI ke DN dan PI ke DN
yang banyak pendidikan dan LN
merekrut industri ke
mahasiswa dalam dan LN
Kepuasan Kemampuan Pelatihan ICT Ada pelatihan Ada pelatihan OK
mahasiswa untuk ICT untuk ICT untuk
mendapatkan maba maba
akses
informasi

Kemudahan Pengembangan Ada sistem Belum ada LR


mendapatkan dan pelatihan informasi sistem
pekerjaan akses sistem loker DN dan informasi
yang bagus informasi loker LN untuk loker DN dan
DN dan LN mahasiwa LN untuk
mahasiwa

Evaluasi Pelaksanaan Ada evaluasi Ada evaluasi OK


layanan evaluasi PBM PBM dan PBM dan
dan layanan layanan layanan
lainnya terprogram terprogram

Survey Pembentukan Ada ikatan Ada ikatan OK


alumni Alumni dan dan aktivitas dan aktivitas
pengembangan alumni yang alumni yang
sistem terpogram terpogram
informasi
alumni / tracer
study
Pemerinta Kinerja Status Pembentukan 75% 55% LR
h dikjar akreditasi tim borang akreditasi akreditasi
meningkat prodi A prodi A
Evaluasi Pengevaluasian LR
kurikulum kurikulum 3 Setiap 3 th Setiap 4 th
tahun sekali sekali min sekali min
ada review ada review
kurikulum kurikulum
Kegiatan Pengevaluasian LR
kuliah lancar PBM Rerata tatap Rerata tatap
muka dosen muka dosen
lebih dari 14 lebih dari 12
Kinerja Jumlah Penyelenggaraa x x LR
penelitian proposal n Workshop
dan PPM penelitian penyusunan Seluruh dosen 25% dosen
meningkat dan PPM proposal setiap memiliki memiliki
didanai tahun 1 x proposal proposal
penelitian dan penelitian dan
PPM dengan PPM dengan
minimal minimal

57
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

Tren
Pelanggan Objective Measure Initiative Target Actual d/
Ket
melibatkan 2 melibatkan 2
Penglibatan mhsw mhsw LR
Jumlah mahasiswa dlm
dosen dan riset dosen Seluruh dosen 25% dosen
mahasiswa melakukan melakukan
terlibat penelitian dan penelitian dan
PPM dengan PPM dengan
minimal minimal
melibatkan 2 melibatkan 2
Kinerja Penyelenggaraa mhsw mhsw LR
luaran Jumlah n Workshop
ilmiah HAKI dan penulisan 50% dari 10% dari
meningkat jurnal yang artikel publikasi jumlah dosen jumlah dosen
dipublikasi 1 x setahun dan 25% dan 1%
nasional dan mahasiswa mahasiswa
internasional presentasi dan presentasi dan
pembicara di pembicara di
konferensi konferensi
nasional dan nasional dan
internasional internasional LR

50% dosen 10% dosen


dan 25% dan 1%
mahasiswa mahasiswa
publikasi di publikasi di
jurnal jurnal
nasional dan nasional dan
atau atau
internasional internasional
Pegawai Keterlibata Keterlibatan Penglibatan Pegawai Pegawai LR
n dalam pengambilan pegawai dalam dilibatkan belum
pengambila keputusan pengambilan dalam rapat- dilibatkan
n keputusan keputusan rapat terkait dalam semua
meningkat rapat-rapat
terkait

Jobdes yang Pendefinisia Perumusan / Ada jobdesk Ada jobdesk LR


jelas n jobdesk WS jobdesk dan prosedur dan tapi
dengan dan dan prosedur kerja pegawai prosedur kerja
dukungan prosedur layanan pegawai
fasilitas yang tersedia belum jelas
yang baik
Pembangunan Ada fasilitas Ruang kerja
Ketersediaan fasilitas dan dan IT yang dan kuliah LR
fasilitas / penyediaan IT layak cukup dan IT
teknologi yang belum
yang layak
menunjang
Masyaraka Keterlibata Keputusan Penglibatan Stakeholder Stakeholder LR
t (orang n CSR stakeholder dilibatkan belum
tua, masyarakat dilibatkan

58
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

Tren
Pelanggan Objective Measure Initiative Target Actual d/
Ket
pedagang dalam
atau pengambila Keputusan Penglibatan Orang tua Orang tua OK
rekanan, n keputusan penggolonga orang tua dilibatkan dilibatkan
pihak lain meningkat n UKT
yang
terkait) Keputusan Penglibatan Stakeholder Stakeholder LR
penyediaan stakeholder dilibatkan dilibatkan
fasilitas

Akses Pengembangan Ada sistem Ada sistem OK


Keterbukaa informasi sistem informasi informasi
n Informasi penting informasi yang yang dapat yang dapat
lebih baik mudah diakses diakses secara diakses secara
stakeholders online dan off online dan off
line line
mati. Keberhasilan dalam mencapai tujuan
Matrik di atas sekedar contoh perguruan tinggi sangat ditentukan oleh
sederhana, artinya rumusan tujuan kinerja karyawan. Dalam rangka manajemen
hingga trend, penempatan sel-selnya sumber daya, perguruan tinggi harus
bisa saja disesuaikan dengan kebutuhan merumuskan visi, strategi yang jitu dengan
perguruan tinggi. Dalam hal tertentu cara terbaik sesuai karakteristik sumber
dapat terjadi suatu tujuan, ukuran daya yang dimiliki.
ketercapaian, inisiatif, target, luaran Implementasi BSC di perguruan
aktual dan trend digunakan secara tinggi dapat menjadi sebuah pendekatan
bersama-sama untuk beberapa atau strategis dan operasional yang efektif dan
semua jenis pelanggan (mahasiswa, efisien apabila diimplementasikan dengan
pegawai, rekanan, pemerintah, dan prosedur yang benar dengan melibatkan
masyarakat). shareholer dan stakeholer. Aktivitas
implementasi BSC dalam perguruan tinggi
SIMPULAN DAN SARAN dimulai dari perumusan visi berbasis SWOT
Perguruan tinggi memiliki peran analysis, merumuskan tujuan (objectives),
strategis dalam pembangunan sumber daya mencari inisiatif startegis dalam mencapai
manusia yang handal. Menilik masih tujuan, menentukan ukuran ketercapaian,
persoalan rendahnya ranking perguruan dan mengevaluasi ketercapaian tujuan
tinggi dibandingkan perguruan tinggi lain di perguruan tinggi.
dunia, rendahnya kualitas sumber daya BSC adalah sebuah pendekatan yang
manusia dibandingkan dengan negara lain, dapat dipilih perguruan tinggi untuk
dan tingginya angka pengangguran di mengelola sumber daya dalam mewujudkan
Indonesia dapat menjadi indikator masih visi dan misinya. BSC menawarkan sebuah
lemahnya kualitas pengelolaan sumber daya cara bagi perguruan tinggi untuk mencapai
di perguruan tinggi di Indonesia. tujuan secara komprehensif, berimbang, dan
Keberadaan sumber daya sangat terintegrasi antara kinerja keuangan dan
penting dalam perguruan tinggi karena non-keuangan, kinerja jangka pendek dan
sumber daya dapat menunjang lahirnya jangka panjang, serta kinerja internal dan
karya, bakat, kreativitas, dorongan dan kinerja eksternal.
peran nyata perguruan tinggi bagi
pembangunan negara. Tanpa ada sumber
daya, tidak mungkin perguruan tinggi akan

59
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

DAFTAR PUSTAKA Business Riset, Vol. 29, No.1, pp


Anonim. 2012. Upaya Menjawab Masalah 21-41.
Perguruan tinggi di Indonesia. Budimanta, Arif. Dkk. 2008. Corporate
PARLEMENTARIA Edisi 92 TH. Social Responsibility Alternatif
XLII, 2012 dapat diunduh dari bagi Pembangunan Indonesia,
http://www.dpr.go.id/dokpemberita Cetakan Kedua. Jakarta: ICSD.
an/majalah-parlementaria/m-92-
2012.pdf pada tanggal 10 Juni Eisenhardt, Katleen M., 1989. “Agency
2016. Theory: An Assessment and
Akinbowale, M.A., Lourens, M.E, Jinabhai, Review,” Academy of
D.C,. 2014. Employee Management Review, Vol. 14 No.
Performance Measurement and 1, 1989.
Appraisal Policy in an Fama, Eugene F. 1980. Agency Problems
Organisation. Mediterranean and the Theory of the Firm
Journal of Social Sciences, Vol 5 Author(s): Journal of Political
No 9, May 2014. Economy, Vol. 88, No. 2 (Apr.,
Anwar, Ayu Ardhillah. 2013. Analisis 1980), pp. 288-307.
Perspektif Stakeholder Terhadap Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori
Implementasi Corporate Social Akuntansi. Badan Penerbit
Responsibility (CSR) (Studi Kasus Universitas Diponegoro :
Pada Pt Samsung Electronics Semarang.
Indonesia). Skripsi, Jurusan Hansen, D.R., Guan, Mowen, M.M., Guan,
Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan L. 2009. Cost Management. USA:
Bisnis Universitas Hasanuddin. South Western Congage Learning.
Barney, J. B. & Hansen, M. H., 1994. Hermawan, Sigit. 2005. Application Of
Trustworthiness as a Source of Balance Scorecard As
Competitive Advantage. Strategic Implementation Tools Strategy In
Management Journal, 15(1), pp. Improving Performance University
175-190. Muhammadiyah Sidoarjo. Journal
Brown, Cindy. 2010. Application of the of Business Economics and
Balanced Scorecard in Higher Accounting Ventura, Thn 2008,
Education Opportunities and Vol 11 No. 2
Challenges. Journal of Research on Kaplan, RS and David P Norton. 1996.
Technology in Educational. Vol. Using The Balance ScoreCard :
43 (2): 40 - 50. Translating Strategy Into Action.
Brown, Cindy. 2012. Application of the Boston Massachusets: Harvard
Balanced Scorecard in Higher Business School Press.
Education Opportunities and Kumari, Neeraj. 2011. Balanced Scorecard
Challenges An evaluation of for Superior Organizational
balance scorecard implementation Performance. European Journal of
at the College of St. Scholastica. Business and Management, Vol 3,
Minnesota: Society for College No. 5, 2011.
and University Planning (SCUP). Lestari, Sri. 2013. Analisis Penilaian
Brown, Noel and Deegan, Craig. 1998. The Kinerja Lembaga Perguruan tinggi
Public Disclosure Of Dengan Metode Balanced
Environmental Performance Scorecard: Penerapannya Dalam
Information – A Dual Test Of Sistem Manajemen Strategis (Studi
Media Agenda Setting Theory And Kasus Pada Universitas Brawijaya
Legitimacy Theory. Accounting & Malang). 2nd International

60
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

Seminar on Quality and Affordable Disertasi, Program Pascasarjana,


Education (ISQAE) tahun 2013. Departemen Ilmu Administrasi,
Mulyadi, 2007. Sistem Terpadu Pengelolaan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Kinerja Personal Berbasis Politik, UI, Jakarta
Balanced Scorecard, Yogyakarta: Singgih, Moses L., Damayanti, Kristiana
PP Sekolah Tinggi Ilmu Asih dan Octavia, Renny. 2001.
Manajemen YKPN Manajemen. Pengukuran Dan Analisa Kinerja
Dengan Metode Balanced
Musyaddad, Kholid. 2013. Problematika Scorecard Di Pt. “X”. Jurnal
Pendidikan Di Indonesia. Edu-Bio; Teknik Industri Vol. 3, No. 2,
Vol. 4, Tahun 2013. Desember 2001: 48 - 56 Jurusan
Njanja, W. L., Maina, R. N., Kibe, L. K.T., Teknik Industri, Fakultas
and Njagi, Kageni. 2013. Effect of Teknologi Industri, Universitas
Reward on Employee Pe Kristen Petra.
rformance: A Case of Kenya Sofwan, Ali. 2012. Pengukuran Kinerja
Power and Lighting Company Stienu Jepara Dengan Pendekatan
Ltd., Nakuru, Kenya. International Balanced Scorecard Jurnal
Journal of Business a nd Dinamika Ekonomi & Bisnis Vol.
Management; Vol. 8, No. 21/2013. 9 No. 1 Maret 2012.
Proffitt, Dennis. 2000. Agency Theory as a Suryaputra, Verawati dan Yuniawati, Atty.
Basis for Business Ethics 2012. Perancangan Ukuran Kinerja
dipresentasikan dalam Christian Pelaksanaan Strategi Berdasarkan
Business Faculty Association Model Balanced Scorecard Pada
October, 2000 diunduh tanggal 10 Perguruan Tinggi. Laporan
Juni 2017 dari Penelitian, LPPM Universitas
http://cbfa.org/proffitt_2000_Paper Katolik Prahayangan.
.pdf Taufiq, Rohmat. 2012. Penilaian Kinerja
Ristekdikti. 2016. Peringkat Universitas di Dosen Dalam Bidang Belajar
Indonesia. Diunduh tanggal 7 Juni Mengajar Di Fakultas Teknik
2017 dari Universitas Muhammadiyah
http://ristekdikti.go.id/wp- Tangerang. Faktor Exacta Vol. 5
content/uploads/2016/02/klasifikas No. 1 / 2012 : 77 – 85.
i20151.pdf) Triyanti, V., Bachtiar, M., dan Rafavy, C.Y.
Ronchetti, J.L. 2006.An Integrated Balanced 2013. Redesain Balanced
Scorecard Strategic Planning Scorecard Strategy Map Berdasar
Model for Nonprofit Konsep KPI dan KRI. Jurnal Al-
Organizations. Journal of Practical Azhar Indonesia Seri Sains Dan
Consulting, Vol. 1 Iss. 1, 2006, pp. Teknologi, Vol . 2, No. 2,
25-35 September 2013.
Rubent, Brent D.. 1999. Toward A Balance Ullman, A. 1982. Data in Search of a
Score Card for Higher Education: Tjeory: A Critical Examination of
Rethinking the College and the Relationships among Social
University Excellence Higher Performance, Social Disclosure,
Education Indicators Frameworks and Economic Performance of
in a Forum, Fall 1999. Diunduh U.S. Firms. Academy of
dari http://www.qci.rutgers.edu Management Review. Vol.10,
pada tanggal 06 Juni 2017. No.3, pp 540-557.
Sarwoko, Haris. 2010. Analisis Hubungan Waryanti. 2009. Pengaruh Karakteristik
Antara Prinsipal Dan Agen Pada Perusahaan Terhadap
Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Pengungkapan Sosial Pada

61
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017
Sukirno DS
47 - 62

Perusahaan Manufaktur di Bursa


Efek Indonesia. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Wibisono, Eric. 1999. Tinjauan Atas
Paradigma Kualitas Dalam
Perguruan tinggi. Indonesia.
Unitas, Vol. 7, No. 2, Maret 1999 -
Agustus 1999, 72-81.
Widiastuti, Tantri dan Ari, Immanuel. 2015.
Metode Balance Scorecard Sebagai
Tolok Ukur Penilaian Kinerja
(Studi Pada PT “X”di Semarang).
Jurnal Bisnis Teori &
Implementasi, Vol. 6, No.1,
Februari 2015.

62

Anda mungkin juga menyukai