Anda di halaman 1dari 24

1

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN CA MAMAE DI RUANG EDELWIS


RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh
Sahrotul Yuniawati, S.Kep
NIM. 102311101035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
2

KONSEP CA MAMAE

A. Anatomi dan Fisiologi Payudara


Payudara wanita disebut juga dengan “Grandula Mammaria“
adalah alat reproduksi tambahan. Payudara (mammae) adalah kalenjar
yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram.
a. Letak
Secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan VI, secara
horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan
subkutan superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis
mayor, sebagian kecil seratus anterior dan obliqus eksterna.
b. Bentuk dan Ukuran
Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
fungsionilnya seperti apa yang didapatkan pada masa sebelum pubertas,
pubertas, adolesen, dewasa, menyusui dan multipara.Kedua payudara tidak
selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Bentuk payudara mulai
terbentuk lengkap satu atau dua tahun setelah menstruasi pertamakali.
Hamil dan menyusui akan menyebabkan payudara bertambah besar dan
akan mengalami pengecilan (atrofi) setelah menopause.
Payudara akan menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara
dibatasi oleh tulang selangka (klavikula) dan tulang dada (sternum).
Jaringan payudara bisa mencapai ke daerah ketiak dan otot yang berada
pada punggung bawah sampai lengan atas (latissimus dorsi).
Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya
mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
3

.
c. Struktur Makroskopis
1. Cauda axillaris: Adalah jaringan payudara yang meluas kearah axilla
2. Areola :Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing – masing payudara bergaris tengah kira –
kira 2,5 cm. Di daerah areola ini terdapat kira- kira 20 glandula sebasea. Pada
kehamilan areola ini membesar dan di sebut tuberculum mantgomery.
3. Papila mammae : Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke 4,
papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm,
tersusun atas jaringan erektil berpingmen dan merupakan bangunan yang
sangat peka. Permungkaan papilla mammae berlubang-lubang yang merupakan
muara ductus lactifer.
d. Struktur Mikroskopis
Payudara tersusun atas jaringan kelenjer tetapi juga mengandung sejumlah
jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjer ini di bagi menjadi
kira-kira 18 lobus yang di pisahkan secara sempurna satu sama lain oleh
lembaran- lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit
fungsional yang berisi dan tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut:
1. Alveoli :Mengandung sel – sel yang mensekreksi air susu. Setiap alveolus
di lapisi oleh sel – sel yang mensekresi air susu di sebut acini.
2. Ductus lactifer :Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactifer.
3. Ampulla :Adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar yang
merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah
areola.
4

e. Fisiologi laktasi
Laktasi mempunyai dua pengertian. Pertama adalah pembentukan
air susu dan kedua adalah periode sesudah kelahiran yang pada waktu itu
air susu terbentuk.
Pada masa hamil terjadi perubahan pada mammae, terutama
mengenai besarnya. Hal ini oleh karena berkembangnya kelenjar
mammae, terjadi proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar
pembuat air susu ibu atas pengaruh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu
laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Perubahan tersebut juga oleh karena bertambahnya vaskularisasi pada
mammae.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung
papilla mammae keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan
tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon
prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal meskipun cairan
yang dihasilkan tidak berlebihan sebab selama hamil meskipun kadar
prolaktin cukup tinggi, pengaruhnya terhadap sekresi air susu dihambat
oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan dengan lepasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron
turun, sedangkan prolaktin tetap tinggi serta tak ada lagi hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Oleh karena itu sekresi air susu ibu segera timbul.
Biasanya hari kedua atau ketiga setelah kelahiran adalah normal. Dengan segera
disusukan akan memacu lapasnya prolaktin dari hipofise sehingga sekresi ASI
oleh kelenjar diperlancar.

B. CA Mamae/ tumor ganas payudara


a. Pengertian
Tumor adalah benjolan atau suatu pertumbuhan bisa ganas bisa
jinak. Tumor adalah perkembangan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel
5

tubuh sendiri. Tumor adalah bengkak akibat radang, cedera, neoplasma,


edema (Ramli, 2003).
Tumor jinak pada payudara adalah pertumbuhan berlebihan atau perubahan lain
pada jaringan payudara, yang tidak bersifat kanker dan tidak berkembang menjadi
kanker. Tumor Ganas Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
abnormal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall
Carpenito, 2000).
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan
tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat
menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari
jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak
semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau
mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar
ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor
ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker,
biasanya timbul pada saluran atau kelenjar susu.
Ciri-ciri Tumor Ganas:
a. Tumor Ganas tumbuhnya infiltratif, yaitu tumbuh bercabang-cabang
menyembul kedalam jaringan sehat disekitarnya, menyerupai jari-jari
kepiting (cancer). Maka Tumor Ganas ini kadang disebut kanker.
b. Tumor Ganas setelah di angkat atau diberi pengobatan dengan penyinaran
sering Tumor Ganas tumbuh lagi. Keadaan ini di sebabkan karena
terdapat sel-sel tumor yang tertinggal yang kemudian tumbuh menjadi
besar membentuk tumor pada tempat yang sama.
c. Pada umumnya Tumor Ganas sanggup mengadakan anak sebar ditempat
lain melalui pembuluh darah atau cairan getah bening.
d. Tumor Ganas tumbuh cepat, maka secara klinik tumornya membesar dan
mikroskopik.
e. Banyak ditemukan mitosis, baik mitosis normal (bipolar) maupun mitosis
yang abnormal (atipik).
6

f. Pada Tumor Ganas terjadi pembelahan yang multiple, terdapat gambaran


mikroskopik mitosis yang di atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.
g. Pembelahan sel diatur oleh sel, yaitu oleh nukleo protein dan kromatin.
h. Terdiri dari 2 komponen yaitu parenkim yang terdiri atas sel tumor yang
berfolifersai dan stoma yang terdiri atas jaringan kuat dan pembuluh
stroma morfologi sel menyerupai selsel normal (asalnya) disebut
deferensiasi.
i. Pada Tumor Ganas, letak sel yang satu terhadap yang lain tidak teratur.
j. Tumor Ganas jika tidak diobati akan menimbulkan kematian pada pasien
walaupun letaknya misalnya pada kaki dan tangan.

b. Etiologi Tumor Ganas Payudara


Menurut C. J. H. Van de Velde (dalam Faiz, 2003), penyebab dan
faktor risiko dari Tumor Ganas Payudara adalah sebagai berikut:
a. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah
organ berpasangan
b. Keluarga
7

Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,


dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
c. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah
ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang
porliferatif sedikit meningkat.
d. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat,
sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan
kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada
wanita post menopouse.
e. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30
tahun, Menarche kurang dari 12 tahun
f. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.
g. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

c. Klasifikasi Tumor Ganas Payudara


Klasifikasi Tumor Ganas Payudara berdasarkan perkembangan dari
sel-sel tumor:
8

1. T (Tumor size) atau ukuran tumor


a. T 0: tidak ditemukan tumor primer.
b. T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.
c. T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
d. T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm.
e. T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di
luar tumor utama.
2. N (Node) atau kelenjar getah bening regional (KGB)
a. N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla.
b. N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.
c. N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.
d. N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula)
atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.
3. M (Metastase) atau penyebaran jauh
1. M x : metastasis jauh belum dapat dinilai.
2. M 0 : tidak terdapat metastasis jauh.
3. M 1 : terdapat metastasis jauh.
9

a. Stadium I (stadium dini)


Besarnya tumor tidak lebih dari 2 – 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran
(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini,
kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa
ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di
laboratorium. Pada stadium 1, ukuran TNM adalah T1 N0 M0.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada
kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk
sembuh hanya 30 – 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker.
Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel
kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium 2 A, ukuran TNM adalah T0 N1 M0 / T1 N1 M0 /
T2 N0 M0 sedangkan stadium 2 B adalah T2 N1 M0 / T3 N0 M0
c. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan
kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak
ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan
chemotherapie (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-
kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang
sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel
kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita
semaksimal mungkin. Pada stadium 4, ukuran TNM adalah Tx Nx M1.

d. Manifestasi Klinis tumor jinak dan ganas


Tumor jinak
a. Benjolan memiliki permukaan yang mulus.
b. Benjolan bisa bergerak ketika ditekan dengan jari.
c. Kerap muncul di kedua payudara
Tumor ganas
10

Pada tahap awal kanker payudara, biasanya tidak merasakan sakit


atau tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Namun, ketika tumor semakin
membesar, gejala-gejala di bawah ini mungkin muncul.
a. Benjolan yang tidak hilang atau permanen dan menggumpal, biasanya
tidak sakit dan terasa keras bila disentuh atau penebalan pada kulit
payudara atau di sekitar ketiak.
b. Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
c. Kerutan pada kulit payudara.
d. Keluar cairan tidak normal dari puting susu yang berupa nanah, darah,
cairan encer atau keluar air susu pada ibu tidak hamil atau tidak
sedang menyusui.
e. Pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu.

e. Epidemiologi
Sejak tahun 2008, kejadian kanker payudara telah meningkat lebih dari
20%, sementara angka kematian meningkat 14% dan kanker yang paling sering
didiagnosa diantara wanita di 140 dari 184 negara diseluruh dunia. Kanker
payudara merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama
bagi wanita di seluruh dunia. Berdasarkan data International Agency for Research
on Cancer (IARC) pada tahun 2012 mencatat bahwa 1,7 juta wanita didiagnosa
menderita kanker payudara (Aisyah. 2019).
Satu dari enam kematian di dunia terjadi akibat penyakit kanker dan
merupakan penyebab kedua untuk jumlah kematian tertinggi di dunia dengan
11

korban kematian sekitar 9.6 juta manusia (WHO, 2018). Kejadian kanker di
Indonesia pada 2013-2018 adalah 14 per 1000 naik sebesar 28.6 % menjadi 1.8
per 1000 populasi. Kanker payudara menempati urutan pertama dengan prevalensi
40 per 100000 meningkat dari tahun 2002 dengan angka 26 per 1000 (IARC,
2012). Jenis kanker yang paling banyak ditemukan pada pasien di rumah sakit di
Indonesia adalah kanker payudara (28.7 %) kemudian kanker serviks (12.8 %)
(Kemenkes RI, 2018)
f. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering
terjadi pada sistem duktal, mula–mula terjadi hiperplasia sel–sel dengan
perkembangan sel–sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun
untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira–kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira–kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma
mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia,
Wilson Lorrairee M:1995).
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker,
tapi bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar
dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-
karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.

2. Fase in situ: 1-5 tahun


12

Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi


pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut,
paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya
ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi
meleui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah
serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara
beberpa minggu sampai beberapa tahun.

4. Fase diseminasi: 1-5 tahun


Bila tumor makin membesar maka kemungkinan
penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.
13

Clinical Pathway

Ca Mamae

Pre operasi Post operasi

pembedahan

Mendesak jaringan sekitar Suplai nutrisi Mendesak peredarah


darah Terputusnya Pengangkatan Efek obat Adanya luka
jaringan organ terbuka

Konsistensi Nutrisi tersuplai Mual /


Aliran darah terhambat Nyeri akut Perubahan Memudahkan
payudara Mendesak sel saraf ke jaringan lain muntah
bentuk bakteri pantogen
masuk
hipoksia
Payudara Interupsi Deficit nutrisi
sel saraf Gangguan citra
membengkak Berat badan
tubuh
turun Nekrosis Resiko infeksi
jaringan
Nyeri kronis Bakteri
Massa mendesak ke.
jaringan luar patogen
Defisit nutrisi

Ulkus Resiko infeksi

Gangguan integritas
jaringan
14

g. Komplikasi
Komplikasi utama adalah metastase jaringan sekitarnya yang melalui
kelenjar limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering
terjadi metastase adalah paruparu, pleura, tulang dan hati.

h. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, dkk (2002),penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk
penderita kanker payudara meliputi :
1. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri
(SADARI). Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
15

kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan

2. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai
kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan
atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk
penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya,
seluruh isi aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
3. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi
pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe,
aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
16

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang


lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer,
dkk. 2002).

i. Pemeriksaan penunjang
Menurut Michael D, dkk (dalam Dannielle, 1999) pemeriksaan
penunjang untuk kanker payudara meliputi :
a. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal
dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.

b. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit


dengan kista.
c. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma
payudara pada organ lain
d. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
e. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan
sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan
sentrifugis darah.

D. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
17

Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan


tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang
diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi
pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau
perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum
menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan
kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu,
rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang.
Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat
(setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun).
Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung,
berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan
atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa,
serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker,
khususnya bila disertai benjolan)
18

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
1. Kulit
Kulit bersih warna sawo matang, turgor kulit, tidak ada sianosis.
2. Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetis,rambut dan kulit kepala bersih.
Mata ishokor, simetris, visus normal. Telinga simetris dan bersih.
3. Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
4. Tengkuk
Tidak ada benjolan dan tidak ada kaku kuduk.
5. Dada
Inspeksi :Bentuk dada tidak simetris karena ada pembengkakan payudara
kiri.
Auskultasi :Vesikuler
Perkusi : Sonor
Palpasi : Terdapat benjolan di payudara kiri, bengkak dan terasa nyeri,
tidak simetris, ada nyeri tekan.
6. Payudara
Inspeksi : Dipayudara kiri terdapat benjolan dan ulkus, tampak
kemerahan, dan kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk.
Palpasi :Teraba benjolan yang mengeras dan terasa nyeri serta terdapat
pembengkakan di payudara kiri.
7. punggung
Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.
8. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, simetris, tidak ada kemerahan dan
kekuningan, tidak ada bekas luka.
Auskultasi : bising usus 20x/menit.
Perkusi : terdengar redup, tidak ada hepatomegali
Palpasi :Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
19

9. Panggul
Tidak ada nyeri panggul
10. Anus dan Rectum
Pasien mengatakan BAB lancar dan tidak ada benjolan di
anus.
11. Genetalia
Pasien mengatakan genetalianya bersih, tidak keluar sekret yang
berlebihan.
12. Ekstremitas
Atas : Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, hanya lengan kiri
terasa agak nyeri, tidak teraba benjolan dan terpasang infus RL di
lengan kanan. Tidak ada kelainan bentuk dan fungsi.
Bawah
Mampu menggerakkan kaki secara mandiri dan tidak teraba benjolan.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
1. Nyeri kronis
2. Deficit nutrisi
3. Ansietas
4. resiko infeksi
Post Operasi
1. Gangguan citra tubuh
2. Gangguan integritas kulit
20

Perencanaan keperawatan

1) Pre operasi

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri :
keperawatan selama 2x24 1. Identifikasi lokasi,
durasi, karakteristik,
jam diharapkan tingkat nyeri
frekuensi, kualitas nyeri
berkurang dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil (skore 5): 3. Berikan terapi non
farmakologis untuk
1. Keluhan nyeri
mengurangi nyeri seperti
2. Meringis tarik nafas dalam,
3. Gelisah hipnosis
4. Berika posisi yang
4. Kesulitan tidur
nyaman
5. Perasaan takut 5. Berikan terapi musik
6. Frekuensi nadi 6. Fasilitasi istirahat dan
7. Pola nafas tidur
7. Anjurkan monitor nyeri
8. Fungsi berkemih secara mandiri
9. Nafsu makan 8. Anjurkan menggunakan
10. Pola tidur analgetik secara tepat

2 Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas :


keperawatan selama 2x24 1. Identifikasi saat tingkat
jam diharapkan ansietas ansietas berubah
berkurang dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda
hasil (skore 5): ansietas
1. Perilaku gelisah 3. Menciptakan suasana
2. Perilaku tegang saling percaya
3. Keluhan pusing 4. Pahami situasi yang
4. Frekuensi pernafasan membuat ansietas
5. Tremor 5. Anjurkan keluarga
6. Pucat tetap bersama pasien
21

7. Konsentrasi 6. Latih teknik relaksasi


8. Pola tidur
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi :
keperawatan selama 2x24 1. monitor tanda gejala
infeksi
jam diharapkan tingkat
2. berikan perawatan kulit
infeksi berkurang dengan pada arean edema
kriteria hasil (skore 5): 3. cuci tangan sebelum
kontak langsung
1. nafsu makan
dengan pasien
2. demam 4. jelaskan tanda gejala
3. kemerahan infeksi
5. ajarkan cara mencuci
4. nyeri
tangan dengan benar
5. bengkak 6. anjurkan meningkatkan
6. kebersihan tangan asupan nutrisi
7. kebersihan badan

2) post operasi
No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan Promosi citra tubuh :
citra tubuh asuhan keperawatan 1. identifikasi haapan citra
tubuh
selama 2x24 jam
2. identifikasi budaya, agama
diharapkan citra tubuh dan umur terkait citra
teratasi dengan kriteria tubuh
3. identifikasi perubahan
hasil (skore 5):
citra tubuh yang membuat
1. melihat bagian isolasi sosial
tubuh 4. berikan motivasi dan
dukungan
2. menyentuh bagian
5. libatkan keluarga dalam
tubuh asuhan keperawatan
3. verbalisasi 6. berikan lingkungan yang
kecacatan tubuh nyaman
22

4. verbalisasi 7. kolaborasi dengan


kehilangan bagian kerohanian
8. diskusikan perbedaan
tubuh
penampilan fisik terhadap
5. focus pada haga diri
penampilan masa 9. anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
lalu
10. latih peningkatan
6. hubungan sosial penampilan diri
2 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan luka post op :
integritas kulit asuhan keperawatan 1. monitor karakterisitik luka
selama 3x24 jam 2. monitor tanda-tanda
diharapkan integritas infeksi
kulit teratasi dengan 3. lepaskan balutan dan
kriteria hasil (skore 5): plester secara perlahan
1. hidrasi 4. bersihkan dengan cairan
2. kerusakan jaringan NaCl
3. kerusakan lapisan 5. berikan salep sesuai kulit
kulit 6. pasang balutan sesuai jenis
4. nyeri luka
5. pendarahan 7. jelaskan tanda-tanda
6. kemerahan infeksi
7. jaringan parut 8. anjurkan mengkonsumsi
8. suhu kulit makanan tinggi kalori dan
protein
23

DAFTAR PUSTAKA
24

Aisyah, dkk. 2019. Factors Affecting The Real Cost Of Chemotherapy For
Patients With Breast Cancer Of JKN Participants In Rsud Ulin
Banjarmasin. Journal of current pharmaceutical sciences. Vol 2 No 2

Daniell, Jane Charette. 2006. Ancologi Nursing Care. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Balitbang Kemenkes RI. Jakarta

Theodore, R. Schrock. 2007. Ilmu Bedah, Edisi 7. Jakarta, EGC

Thomas, F Nelson. 2007. Ilmu Bedah, edisi 4. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai