Oleh
Sahrotul Yuniawati, S.Kep
NIM. 102311101035
KONSEP CA MAMAE
.
c. Struktur Makroskopis
1. Cauda axillaris: Adalah jaringan payudara yang meluas kearah axilla
2. Areola :Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing – masing payudara bergaris tengah kira –
kira 2,5 cm. Di daerah areola ini terdapat kira- kira 20 glandula sebasea. Pada
kehamilan areola ini membesar dan di sebut tuberculum mantgomery.
3. Papila mammae : Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke 4,
papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm,
tersusun atas jaringan erektil berpingmen dan merupakan bangunan yang
sangat peka. Permungkaan papilla mammae berlubang-lubang yang merupakan
muara ductus lactifer.
d. Struktur Mikroskopis
Payudara tersusun atas jaringan kelenjer tetapi juga mengandung sejumlah
jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjer ini di bagi menjadi
kira-kira 18 lobus yang di pisahkan secara sempurna satu sama lain oleh
lembaran- lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit
fungsional yang berisi dan tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut:
1. Alveoli :Mengandung sel – sel yang mensekreksi air susu. Setiap alveolus
di lapisi oleh sel – sel yang mensekresi air susu di sebut acini.
2. Ductus lactifer :Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactifer.
3. Ampulla :Adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar yang
merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah
areola.
4
e. Fisiologi laktasi
Laktasi mempunyai dua pengertian. Pertama adalah pembentukan
air susu dan kedua adalah periode sesudah kelahiran yang pada waktu itu
air susu terbentuk.
Pada masa hamil terjadi perubahan pada mammae, terutama
mengenai besarnya. Hal ini oleh karena berkembangnya kelenjar
mammae, terjadi proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar
pembuat air susu ibu atas pengaruh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu
laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Perubahan tersebut juga oleh karena bertambahnya vaskularisasi pada
mammae.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung
papilla mammae keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan
tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon
prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal meskipun cairan
yang dihasilkan tidak berlebihan sebab selama hamil meskipun kadar
prolaktin cukup tinggi, pengaruhnya terhadap sekresi air susu dihambat
oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan dengan lepasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron
turun, sedangkan prolaktin tetap tinggi serta tak ada lagi hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Oleh karena itu sekresi air susu ibu segera timbul.
Biasanya hari kedua atau ketiga setelah kelahiran adalah normal. Dengan segera
disusukan akan memacu lapasnya prolaktin dari hipofise sehingga sekresi ASI
oleh kelenjar diperlancar.
e. Epidemiologi
Sejak tahun 2008, kejadian kanker payudara telah meningkat lebih dari
20%, sementara angka kematian meningkat 14% dan kanker yang paling sering
didiagnosa diantara wanita di 140 dari 184 negara diseluruh dunia. Kanker
payudara merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama
bagi wanita di seluruh dunia. Berdasarkan data International Agency for Research
on Cancer (IARC) pada tahun 2012 mencatat bahwa 1,7 juta wanita didiagnosa
menderita kanker payudara (Aisyah. 2019).
Satu dari enam kematian di dunia terjadi akibat penyakit kanker dan
merupakan penyebab kedua untuk jumlah kematian tertinggi di dunia dengan
11
korban kematian sekitar 9.6 juta manusia (WHO, 2018). Kejadian kanker di
Indonesia pada 2013-2018 adalah 14 per 1000 naik sebesar 28.6 % menjadi 1.8
per 1000 populasi. Kanker payudara menempati urutan pertama dengan prevalensi
40 per 100000 meningkat dari tahun 2002 dengan angka 26 per 1000 (IARC,
2012). Jenis kanker yang paling banyak ditemukan pada pasien di rumah sakit di
Indonesia adalah kanker payudara (28.7 %) kemudian kanker serviks (12.8 %)
(Kemenkes RI, 2018)
f. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering
terjadi pada sistem duktal, mula–mula terjadi hiperplasia sel–sel dengan
perkembangan sel–sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun
untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira–kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira–kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma
mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia,
Wilson Lorrairee M:1995).
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker,
tapi bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar
dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-
karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
Clinical Pathway
Ca Mamae
pembedahan
Gangguan integritas
jaringan
14
g. Komplikasi
Komplikasi utama adalah metastase jaringan sekitarnya yang melalui
kelenjar limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering
terjadi metastase adalah paruparu, pleura, tulang dan hati.
h. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, dkk (2002),penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk
penderita kanker payudara meliputi :
1. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri
(SADARI). Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
15
kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan
2. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai
kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan
atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk
penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya,
seluruh isi aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
3. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi
pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe,
aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
16
i. Pemeriksaan penunjang
Menurut Michael D, dkk (dalam Dannielle, 1999) pemeriksaan
penunjang untuk kanker payudara meliputi :
a. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal
dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
D. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
17
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
1. Kulit
Kulit bersih warna sawo matang, turgor kulit, tidak ada sianosis.
2. Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetis,rambut dan kulit kepala bersih.
Mata ishokor, simetris, visus normal. Telinga simetris dan bersih.
3. Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
4. Tengkuk
Tidak ada benjolan dan tidak ada kaku kuduk.
5. Dada
Inspeksi :Bentuk dada tidak simetris karena ada pembengkakan payudara
kiri.
Auskultasi :Vesikuler
Perkusi : Sonor
Palpasi : Terdapat benjolan di payudara kiri, bengkak dan terasa nyeri,
tidak simetris, ada nyeri tekan.
6. Payudara
Inspeksi : Dipayudara kiri terdapat benjolan dan ulkus, tampak
kemerahan, dan kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk.
Palpasi :Teraba benjolan yang mengeras dan terasa nyeri serta terdapat
pembengkakan di payudara kiri.
7. punggung
Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.
8. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, simetris, tidak ada kemerahan dan
kekuningan, tidak ada bekas luka.
Auskultasi : bising usus 20x/menit.
Perkusi : terdengar redup, tidak ada hepatomegali
Palpasi :Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
19
9. Panggul
Tidak ada nyeri panggul
10. Anus dan Rectum
Pasien mengatakan BAB lancar dan tidak ada benjolan di
anus.
11. Genetalia
Pasien mengatakan genetalianya bersih, tidak keluar sekret yang
berlebihan.
12. Ekstremitas
Atas : Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, hanya lengan kiri
terasa agak nyeri, tidak teraba benjolan dan terpasang infus RL di
lengan kanan. Tidak ada kelainan bentuk dan fungsi.
Bawah
Mampu menggerakkan kaki secara mandiri dan tidak teraba benjolan.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
1. Nyeri kronis
2. Deficit nutrisi
3. Ansietas
4. resiko infeksi
Post Operasi
1. Gangguan citra tubuh
2. Gangguan integritas kulit
20
Perencanaan keperawatan
1) Pre operasi
2) post operasi
No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan Promosi citra tubuh :
citra tubuh asuhan keperawatan 1. identifikasi haapan citra
tubuh
selama 2x24 jam
2. identifikasi budaya, agama
diharapkan citra tubuh dan umur terkait citra
teratasi dengan kriteria tubuh
3. identifikasi perubahan
hasil (skore 5):
citra tubuh yang membuat
1. melihat bagian isolasi sosial
tubuh 4. berikan motivasi dan
dukungan
2. menyentuh bagian
5. libatkan keluarga dalam
tubuh asuhan keperawatan
3. verbalisasi 6. berikan lingkungan yang
kecacatan tubuh nyaman
22
DAFTAR PUSTAKA
24
Aisyah, dkk. 2019. Factors Affecting The Real Cost Of Chemotherapy For
Patients With Breast Cancer Of JKN Participants In Rsud Ulin
Banjarmasin. Journal of current pharmaceutical sciences. Vol 2 No 2
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Balitbang Kemenkes RI. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.