Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SIRSAK TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM URAT

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenhi Sebagian Syarat

Mencapai Derajat Sarjana

Oleh

RIYO FAJAR IMAN

1611020131

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peningkatan usia harapan hidup dan status gizi bagi masyarakat pada

dekade terakhir ini telah menyebabkan transisi pola kebiasaan hidup termasuk

pola makan. Hal ini berdampak pada perubahan dari penyakit menular

menjadi penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit itu berhubungan

dengan pola makan, dari pola makan yang tradisional yang mengandung

banyak serat dan sayuran ke pola makan dengan komposisi banyak protein,

lemak dan garam. Pola makan yang banyak mengandung purin apabila proses

metabolismenya terganggu maka kadar asam urat didalam darah akan

meningkat dan menimbulkan penumpukan kristal asam urat (Zakhiah, 2015).

Asam urat adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam

urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi

normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat

asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan

zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-

persendian di tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk

kristal-kristal (Herman Sandjaya, 2014). Kelebihan asam urat (hiperurisemia)

sering disebut dengan istilah gout yaitu merupakan gangguan inflamasi akut

yang ditandai dengan nyeri akibat penimbunan kristal monosodium urat pada

persendian maupun jaringan lunak di dalam tubuh (Shetty, 2011). Kristal asam
urat ini akan membentuk endapan garam urat yang menumpuk di dalam jaringan ikat

di seluruh tubuh (endapan ini di sebut tofus). Keadaan ini akan memicu respon

inflamasi yang menyebabkan terjadinya nyeri, inilah yang disebut dengan penyakit

gout (Kowalak, Welsh & Mayer, 2011).

Kadar asam urat yang tinggi akan menyebabkan peningkatan kristal

asam urat yang berbentuk seperti jarum terutama di persendian yang akan

menimbulkan rasa sakit. Menurut, Utomo (2014), menyebutkan bahwa asam

urat umumnya banyak diderita oleh laki-laki dibanding perempuan. Pada

perempuan akan meningkat setelah menopause karena penurunan fungsi

hormone estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.

Rasa sakit akibat asam urat terjadi malam dan pagi hari bangun tidur

dan bisa berlangsung selama 4-11 hari. Pengobatan herbal sekarang ini sudah

menjadi alternatif lain dari pengobatan modern. Meskipun penggunaan obat-

obat tradisional ini belum begitu diminati dikalangan umum, akan tetapi

kebiasaan minum jamu masih terlihat dikalangan masyarakat Indonesia,

khususnya Jawa dan Madura (Utomo, 2014).

Asam urat adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam

urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi

normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat

asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan

zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-

persendian di tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk

kristal-kristal (Herman Sandjaya, 2014). Kelebihan asam urat (hiperurisemia)


sering disebut dengan istilah gout yaitu merupakan gangguan inflamasi akut

yang ditandai dengan nyeri akibat penimbunan kristal monosodium urat pada

persendian maupun jaringan lunak di dalam tubuh (Shetty, 2011).

Alexander (2010) menyatakan prevalensi asam urat (gout) di Amerika

Serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara

1990 dan 1999 dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi ke dua,

prevalensi asam urat pada populasi orang dewasa Inggris diperkirakan 1,4 %

dengan puncak lebih dari 7 % pada pria berusia 75 tahun.

Penelitian di Taiwan pada tahun 2005-2008 menunjukkan

peningkatan kejadian gout pada lansia wanita sebesar 19,7 % dan prevalensi

gout pada lansia pria sebesar 23,3 % (Irawan Y, 2014). Suatu survey

epidemologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerja sama WHO terhadap

4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun, didapatkan prevalensi arthritis gout

sebesar 24,3 % (Zakhiah., 2015).

Pervalensi gout di Amerika pada tahun 1986 yang dilaporkan adalah

13,6/1000 pria dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan

meningkatnnya taraf hidup (Sudoyo, 2009 dalam Mellynda, 2014). Di Cina,

penduduk yang mengalami keadaan hiperurisemia berjumlah hingga 25%. Hal

ini mungkin disebabkan karena perubahan gaya hidup dan pola makan,

konsumsi alkohol yang berlebihan dan medikasi-medikasi lain (Wortman,

2002 dalam Zahara, 2013).

Prevalensi penyakit gout atritis berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan di Indonesia sebesar 11,9 % dan berdasarkan diagnosis atau gejala


24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tertinggi, yaitu di Bali (19,3%),

diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%), dan Papua (15,4 %). Prevalensi

Penyakit Sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi,

yaitu di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali

(30%), sedangkan prevalensi penyakit gout atritis di provinsi Bengkulu

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, yaitu 10,2 %, dan berdasarkan

diagnosis atau gejala, yaitu 16,5 %. Pengetahuan penatalaksanaan gout

arthritis yang baik sebagian pasien mengetahui penatalaksanaan gout arthritis

yang baik (membatasi mengkonsumsi daging, jeroan dan kacang-kacangan,

pasien tidak mengkonsumsi jamu, pasien hanya minum obat anti nyeri dan

penurunan asam urat dari dokter), sedangkan sebagian dari pasien yang tidak

mengetahui penatalaksanaan gout arthritis yang baik suka mengkonsumsi

jeroan, udang, kacang-kacangan, dan suka membeli obat-obatan pereda nyeri

yang dijual bebas di warung dibanding periksa ke dokter (Riskedas 2013).

Data laporan Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa persentase lansia

yang menderita penyakit sendi di Indonesia adalah 24,7%. Pada wanita lansia

13,4% dan pria lansia 11,3%. Data tersebut menunjukkan bahwa wanita lansia

dominan mengalami nyeri sendi dari pada pria lansia. Persentase lansia yang

mengalami penyakit sendi berdasarkan diagnosis dan gejalanya di Kalimantan

Barat adalah 22,3%. Prevalensi Gout artritis di kota Semarang mencapai

165,375 penderita, jumlah tersebut terdiri atas pra lansia (45-59 thn) sebanyak

48,055 orang, lansia (≥60 thn) sebanyak 42,787 orang, pada penderita lakilaki

lebih banyak dibandingkan pada penderita perempuan dengan proposi


puncaknya pada usia 50 tahun (BPS, 2010). Survey epidemologik yang di

lakukan di Jawa Tengah atas kerja sama WHO bahwa prosentase lansia

menderita penyakit sendi di Indonesia adalah 24,7 %, pada pria lansia 13,4%

dan pada wanita lansia 11,3 %. Data-data tersebut menunjukan bahwa pria

lansia lebih dominan mengalami nyeri sendi (Riskendas, 2013).

Penanganan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan

secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan farmakologis yaitu

pemberian obat kelompok salisilat dan kelompok obat anti inflamasi

nonsteroid, tetapi salah satu efek yang serius dari obat anti inflamasi

nonsteroid adalah perdarahan saluran cerna. Sedangkan penanganan non

farmakologis tidak mengeluarkan biaya yang mahal dan tidak memiliki efek

yang berbahaya. Dalam keperawatan terapi nonfarmakologi disebut

keperawatan komplementer. Terapi komplementer merupakan terapi alamiah

diantaranya adalah dengan terapi herbal. Jenis terapi herbal yang dapat di

gunakan dalam mengurangi nyeri pada penderita asam urat yaitu daun sirsak

(Annona Muricata L.) (Wirahmadi, 2013).

Ilfakah (2017), menyatakan pada daun dan buah sirsak mengandung

senyawa flavonoid, tannin, resin, mangostine beberapa senyawa lainnya.

Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat mencegah kerusakan akibat

penuaan yang disebabkan oleh radikal bebas. Senyawa flavonoid dapat

menghambat enzim xiantin oksidase yang berperan dalam pembentukan asam

urat darah. Penelitian serupa yang dilakukan Pancawati (2013), menyatakan

bahwa pemberian teh daun sirsak efektif terhadap penurunan kadar asam urat
pada penderita asam urat. Selain terapi daun sirsak di atas, tindakan lain

seperti aktivitas fisik untuk mencegah atau menunda penyakit-penyakit

degeneratif dan kelainan metabolisme seperti hiperurisemia juga dapat

dilakukan, salah satu aktivitas fisik tersebut yaitu dengan melakukan senam

lansia. Senam lansia yang lebih mudah dan banyak dilakukan lansia yaitu

senam tera (Millar, 2010).

Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis di Benua

Amerika, yaitu hutan Amazon (Amerika Selatan), Karibia dan Amerika

Tengah. Masuknya tanaman sirsak di Indonesia diduga dibawa oleh Bangsa

Belanda pada abad ke-19. Tanaman ini nyatanya tumbuh subur dan

berkembang dengan baik karena iklim tropis Indonesia yang cocok bagi

tanaman sirsak (Dewi & Hermawati, 2013). Pada daun dan buahnya

mengandung senyawa fruktosa, lemak, protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin

A dan vitamin B. Metabolit sekunder yang terkandung didalamnya adalah

senyawa golongan tanin, fitosterol (Sumantri, 2014). Selain itu, daun sirsak

juga mengandung senyawa monotetrahidrofuran asetogenin; seperti

anomurisin A dan anomurisin B, gigantetrosin A, annonasin-10-one,

murikatosin A dan B, annonasin dangonniotalamisin (Haryana, 2013).

Senyawa yang paling penting adalah tannin, resin dan magostine yang

mampu mengatasi nyeri sendi pada penyakit asam urat (Lina, 2013).

Berdasarkan data dari Puskesmas Nusa Indah pada bulan Februari

2017 menunjukkan jumlah penderita gout atritis usia 45 – 50 tahun


berjumlah 21 orang, usia 55- 59 tahun berjumlah 8 orang, usia 60 – 69 tahun

berjumlah 10 orang, dan usia >70 tahun berjumlah 3 orang.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin meneliti bagaimana

pengaruh pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

penurunan asam urat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yakni tingginya angka kejadian

asam urat maka rumusan masalah penelitian adalah : bagaimana pengaruh

pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap penurunan

kadar asam urat?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh karakteristik responden penderita asam urat dan

pengaruh pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.)

terhadap penurunan kadar asam urat pada penderit asam urat.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan,

jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas dan konsumsi alkohol.

b. Mengidentifikasi kadar asam urat setelah dan sebelum diberikan air

rebusan daun sirsak

c. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi perubahan kadar asam urat

sebelum dan sesudah perlakuan pemberian air rebusanm daun sirsak.


D. Manfaat Penelitian

penelitian ini bukan hanya untuk kepuasan peneliti, penelitian ini mempunyai

manfaat bagi:

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi instansi

pendidikan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan program studi

ilmu gizi dalam hal mencegah ataupun mengatasi asam urat.

2. Bagi untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi masyarakat serta

memberikan informasi kepada masyarakat mengenai daun sirsak untuk

menurunkan kadar asam urat.

3. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu

yang didapat selama pendidikan serta dapat menjadi tolak ukur dalam

melakukan penelitian selanjutnya dengan melakukan bahan dan sampel

lain.

E. Keaslian Penelitian

1. Ashraf (2019). Penelitian ini berjudul “Efektivitas perlindungan dari

ekstrak buah sirsak terhadap cedera hati terkait dengan paparan

acetaminophen dimediasi melalui aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, dan

anti-apoptosis”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik


dengan menggunakan Pre-Experimental Designs dengan metode

pendekatan One Group Pre-test Post-test. Hasil Berdasarkan data spektral

UV-Visible dan waktu retensinya, Annona muricata ekstrak bubur

buahmemiliki pita UV pada karakteristik 280 nm untuk senyawa polifenol

dan flavonoid, dapat berupa luteolin, kuersetin dan turunannya, asam

sinamat, katekin, asam caffeic turunannya, epicatechin gallate dan

turunannya, dan turunan gallocatechin. Persamaan metode yang di

gunakan yaitu pre eksperimen dan variabel bebas juga menggunakan daun

sirsak. Perbedaan variabel terikat berbeda dengan penelitia yang akan di

lakukan yaitu asam urat.

2. Kuang-Hui Yu (2018). Penelitian ini berjudul “manajemen gout dan

heperurisemia: konsensus multidisiplindi Taiwan”. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif konsensus / observasi. Hasil ada penurinan

pada penderita asam urat dengan angka <9 mg menjadi di bawah <7.

Persamaan variabel terikatnya tentang asam urat. Perbedaan metode yang

di gunakan yaitu metode kualitatif.

3. Anissa (2016). Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Pemberian Air Rebusan

Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Asam

Urat Darah Mencit (Mus musculus)”. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian analitik dengan menggunakan Pre-Experimental Designs

dengan metode pendekatan One Group Pre-test Post-test. Pengambilan

sampel dilakukan dengan cara randomisasi sederhana (simple random

sampling), di mana semua objek atau elemen populasi memiliki


kesempatan yang sama sebagai sampel. Hasil Rebusan daun sirsak dapat

menurunkan kadar asam urat darah mencit selama 7 hari pemberian

(p<0,05). Persamaan dalam penelitian ini adalah metode yang di gunakan

yaitu pre eksperimen dan variabel terikatnya yaitu asam urat. Perbedaan

pada penelitian ini dan yang akan di lakukan penelitian yaitu responden

pada penelitian sebelumnya yaitu pada mencit dan pada penelitia

berikutnya yaitu ke resposnden penderita asam urat.

4. Gustomi (2016). Penelitian ini berjudul “ pemberian rebusan daun sirsak

(annona muricata linn) menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis.

Penelitian ini menggunakan metode Pra Eksperimental dengan rancangan

One-Group Pra-Post test design. Sampel dipilih menggunakan metode

Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikan (2-

tailed) = 0.000 yang berarti rebusan daun sirsak bisa menurunkan nyeri

pada penderita gout arthritis. Persamaan dalam penelitian ini adalah

metode yang di gunakan yaitu pre eksperimen dan variabel terikatnya yaitu

asam urat. Perbedaan pada peneliti sebelumnya yaitu tujuanya untuk

meredakan nyeri dan peneliti yang akan di lakukan yaitu kadar asam urat.

5. Setianingrum (2019). Penelitian ini berjudul “pemberian air rebusan daun

salam (syzygium polyanthum) terhadap penurunan kadar asam urat pada

penderita asam urat di dusun kadisoro desa gilangharjo kecamatan pandak

kabupaten bantul diy tahun 2017. Metode pendekatan Quasi Eksperiment

Design dengan menggunakan Non Equivalent Control Group. Hasil

Berdasarkan pemberian air rebusan daun salam selam 3 hari dan


berdasarkan uji wilcoxon test diperoleh hasil Asymp. Sig. 0,001<0,05,

artinya ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat. Persamaan Variabel

terikat yang digunakan sama yaitu meneliti tentang asam urat. Perbedaan

Variabel yang digunakan pada variabel bebas yaitu daun salam dan pada

peneliti yang akaun di lakukan adalah menggunakan daun sirsak.

Anda mungkin juga menyukai