• PENGERTIAN KEBUDAYAAN
1. Ada ragam istilah dalam berbagai bahasa dengan variasi makna berkaitan dengan kata
kebudayaan dalam Bahasa Indonesia:
– Cultuur (Belanda).
– Kultur (Jerman).
– Culture (Inggris dan Perancis)
– Cultura (latin dan Italia).
– Civilization (Inggris, Perancis).
– Civiltà (Italia).
– Bildung (Jerman).
– Education (Inggris).
Culture (Perancis)
Bildung (Jerman)
Education (Inggris)
Civiltà (Italia)
Kultur (Jerman)
la civilization (Perancis)
culture (Inggris)
2. Asal-usul kata “kebudayaan” secara etimologis (J.W.M. Bakker, Filsafat Kebudayaan, 1984:
27-33).
– Berbagai dugaan: buah + budi; budi + daya; bu + daya (Sanskerta); buddhaya
(Sanskerta).
– Dari kata Abhyudaya, lewat proses linguistik aphaeresis dan syncope:
• Aphaeresis : kata-kata Sanskerta masuk dlm Bhs Indonesia dengan
kehilangan awalan (awasana → wasana; abhyasa → biasa; asambhava →
sambawa.
• Syncope: sisipan ~ i/y ~ menghilang (vidyadhari → widadari; vyoma →
boma; palyanka → palangka; pratyaka → prateka; fiesta → pesta;
siapa → sapa).
Kebudayaan adalah segala usaha manusia sebagai kelompok yang diusahakan dengan
kekuatan akal budinya demi memenuhi kebutuhannya baik jasmani maupun rohani untuk
semakin memanusiakan manusia (humanisasi).
Kebudayaan adalah gejala khas pada manusia.
6. Alam dan kebudayaan:
- Sering dikontraskan: Alam yang belum tersentuh dan alam yang sudah disentuh
atau diolah (oleh kebudayaan).
- Kebudayaan bukan manaklukkan atau menguasai, tetapi menertibkan, memakai.
- Sikap yang dituntut dari manusia: hormat dan tunduk pada tata aturan alam; kalau
tidak, alam akan protes dan berontak.
Kaum Stoa: “Sequi naturam!” kalau mau bahagia ikuti alam.
Francis Bacon: "Nihil potest ordinari in aliquem finem, nisi prae-exist in ipso quaedam
proportio ad finem.“
Kalau mau memanfaatkan alam, kita harus mengetahui hukum-hukumnya dan tunduk padanya.
Ergo …. kebudayaan tidak menaklukkan alam tetapi lebih tepat disebut menata/menertibkan
alam agar sesuai dengan kebutuhan manusia.
7. Antropologi Budaya dan Filsafat Budaya:
Antropologi budaya atau kulturologi melihat kebudayaan sebagaimana adanya; dia bertugas
menganalisis, mensintesekan serta mendeskripsikan apa yang diamati. Antropologi budaya
berusaha melihat kekbudayaan senetral mungkin, tanpa menilai.
Filsafat budaya melihat kebudayaan sebagai suatu proses pemanusiaan (humanisasi) → memberi
penilaian apakah suatu unsur kebudayaan sungguh mendukung pemanusiaan manusia atau tidak.
Filsafat budaya tidak mungkin bersikap netral ketika membicarakan unsur-unsur kebudayaan,
tetapi memberi kritik.
8. Objek Filsafat Budaya:
Objek material : segala sesuatu yang dihasilkan dan dibentuk manusia dengan akal
budinya untuk memenuhi kebutuhannya baik jasmani maupun spiritual Kebudayaan.
Objek formal/sudut pandang: kebudayaan sebagai usaha pemanusiaan. Jadi, kebudayaan
dilihat sebagai proses humanisasi.