Anda di halaman 1dari 4

Filsafat Kebudayaan

Manusia, mahluk membudaya (berbudaya ?):


− Kebudayaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
• Conditio sine qua non kehidupan manusia baik pribadi
maupun bersama.
• Sebagai motor pendorong untuk kemajuan suatu kelompok
masyarakat.
• Atau jadi penghambat bila menyuburkan kebiasaan-
kebiasaan negatif, seperti: korupsi, kekerasan, kekacauan
lalu lintas, dsb.
─ Sedemikian terkait dengan kebudayaan, kita jadi kurang menyadari
peranannya dalam diri kita.
Karena itu dibutuhkan studi yang bersifat refleksif-kritis mengenai kebudayaan tsb:
apakah kebudayaan itu? Apa peranan manusia dalam kebudayaan dan sebaliknya?
Perkembangan kebudayaan, Dsb.
Nama dan Objek Filsafat Budaya
1. Soal Nama dan Cakupan Mata Kuliah:
– Kebudayaan: bukan sekedar barang-barang dan tradisi kuno seperti ukiran-
ukiran, tarian, pakaian tradisional, musik tradisional, dsb.
– Kebudayaan mencakup seluruh usaha dan hasil usaha manusia yang diupayakan
dengan kekuatan akal budi dalam rangka memenuhi kebutuhannya baik jasmani
maupun rohani demi pemanusiaan manusia (humanisasi).
─ Maka, Filsafat Kebudayaan adalah refleksi kritis, sistematis, dan rasional tentang segala
usaha dan hasil usaha manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya baik jasmani
maupun rohani.
Tugas Filsafat Budaya:
Menemukan dan mengkaji makna terdalam dari kebudayaan
• Topik-topik Pembahasan
1. Pengertian kebudayaan: Kandungan makna dan ragam istilah; perbedaan antropologi
Budaya dan Filsafat Kebudayaan.
2. Filsafat Budaya Sebagai Bagian Filsafat Manusia: Kebudayaan sbg kekhasan
manusia; mengenal yang lain sebagai syarat mengenal kebudayaan; manusia membentuk
dan dibentuk oleh budaya.
3. Unsur-unsur Pembentuk Kebudayaan: kebudayaan subjektif dan objektif; beberapa
aspek penting kehidupan manusia (ekonomi, teknologi, kesenian, agama dsb);
kebudayaan Timur dan Barat.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan: interaksi manusia dengan alam;
evolusi; degenerasi; alam lingkungan; lingkungan hidup (alam organis, demografi, ras);
lingkungan sosial; dinamika tantangan dan jawaban;
5. Kategori Utama Kebudayaan: Sasaran dan cara mencapainya
6. Simbol dan Kebudayaan: simbol dan tanda; manusia sebagai simbol yang hidup; Peranan
simbol; Beberapa kategori simbol.
7. Interaksi antar Kebudayaan: aspek-aspek universal dalam budaya; dinamika kebudayaan;
invasi budaya dan hilangnya budaya lokal; perobahan dan pergeseran tatanan nilai;
8. Kebudayaan sebagai Pendidikan Manusia: pengolahan raga; pengolahan jiwa;
pengolahan manusia utuh; menuju pemanusiaan manusia (humanisasi).
9. Inkulturasi dan akulturasi: keperluan dan tantangan-tantangannya; inkulturasi dalam
konteks gereja.
BIBLIOGRAFI
BABOLIN, Sante, Produzione di senso, Roma: Hortus Conclusus, 1996.
BAKKER, J.M.W., Filsafat Kebudayaan. Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Kanisius, 1984.
BUDIMAN, Hikmat, Lubang Hitam Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2002.
DILLISTONE, F.W, Daya Kekuatan Simbol (Judul asli: The Power of Symbols),
Yogyakarta: Kanisius, 2002.
SNIJDERS, Adelbert, Antropologi Filsafat. Manusia Paradoks dan Seruan, Yogyakarta,
Kanisius, 2004.
SUTRISNO, Muji, Filsafat Kebudayaan. Ikhtiar Sebuah Teks, Hujan Kabisat, 2008.
SZASZKIEWCZ, J., Filsofia della cultura, Roma: PUG, 1988.

• PENGERTIAN KEBUDAYAAN
1. Ada ragam istilah dalam berbagai bahasa dengan variasi makna berkaitan dengan kata
kebudayaan dalam Bahasa Indonesia:
– Cultuur (Belanda).
– Kultur (Jerman).
– Culture (Inggris dan Perancis)
– Cultura (latin dan Italia).
– Civilization (Inggris, Perancis).
– Civiltà (Italia).
– Bildung (Jerman).
– Education (Inggris).
Culture (Perancis)
Bildung (Jerman)
Education (Inggris)
Civiltà (Italia)
Kultur (Jerman)
la civilization (Perancis)
culture (Inggris)
2. Asal-usul kata “kebudayaan” secara etimologis (J.W.M. Bakker, Filsafat Kebudayaan, 1984:
27-33).
– Berbagai dugaan: buah + budi; budi + daya; bu + daya (Sanskerta); buddhaya
(Sanskerta).
– Dari kata Abhyudaya, lewat proses linguistik aphaeresis dan syncope:
• Aphaeresis : kata-kata Sanskerta masuk dlm Bhs Indonesia dengan
kehilangan awalan (awasana → wasana; abhyasa → biasa; asambhava →
sambawa.
• Syncope: sisipan ~ i/y ~ menghilang (vidyadhari → widadari; vyoma →
boma; palyanka → palangka; pratyaka → prateka; fiesta → pesta;
siapa → sapa).

• dari abyudaya menjadi budaya, yang berarti: hasil baik, kemajuan,


kemakmuran yang serba lengkap secara moral dan rohani, material dan
jasmani.
3. Perkembangan arti cultura (Battista Mondin, Antropologia filosofica, 2000: 317-320;
lih. Juga J.W.M. Bakker, Filsafat Kebudayaan, 1984: 18-22)
 Colere - colo (latin) = mengolah tanah, memelihara, mengembangkan;
cultura = pengusahaan tanah, pembentukan, pendidikan, latihan dan penertiban untuk
keahlian yang bersifat halus;
cultus = yang telah diolah; orang yang terolah dengan baik atau terdidik dalam hal artes
nobiles (berbudaya).
 Paideia (Yunani) = pemeliharaan dan pendidikan anak (pais) agar berkembang
sebagai manusia yang semestinya, yang ideal.
 Beberapa definisi kebudayaan:
 segala sesuatu mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, aturan-
aturan … , yang dihasilkan dan dibentuk oleh manusia sebagai anggota
suatu masyarakat (Tylor).
 segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia sebagai anggota suatu
masyarakat, dan merupakan kekuatan yang mengikat bagi manusia baik
sebagai pribadi maupun bersama (A.L. Kroeber).
 bentuk suatu masyarakat. Suatu masyarakat tanpa kebudayaan
sesungguhnya tidak berbentuk (C. Dawson)
 Kebudayaan mencakup semua perwujudan kebiasaan masyarakat dalam
satu komunitas, reaksi individu terhadap kebiasaan kelompok di mana dia
hidup, dan hasil-hasil kegiatan manusiawi sejauh dituntut oleh kebiasaan
tersebut (Franz Boas).
 Segala sesuatu menyangkut lembaga, objek material, reaksi yang khas atas
situasi, yang mencirikan suatu kelompok manusia dan membedakannya
dari yang lain-lain (W.D. Willis)
5. Dari sudut pandang filsafat, kebudayaan dilihat sebagai proses humanisasi: tujuan
kebudayaan adalah pemanusiaan manusia, agar manusia semakin manusia (humanisasi).

Kebudayaan adalah segala usaha manusia sebagai kelompok yang diusahakan dengan
kekuatan akal budinya demi memenuhi kebutuhannya baik jasmani maupun rohani untuk
semakin memanusiakan manusia (humanisasi).
Kebudayaan adalah gejala khas pada manusia.
6. Alam dan kebudayaan:
- Sering dikontraskan: Alam yang belum tersentuh dan alam yang sudah disentuh
atau diolah (oleh kebudayaan).
- Kebudayaan bukan manaklukkan atau menguasai, tetapi menertibkan, memakai.
- Sikap yang dituntut dari manusia: hormat dan tunduk pada tata aturan alam; kalau
tidak, alam akan protes dan berontak.
Kaum Stoa: “Sequi naturam!” kalau mau bahagia ikuti alam.
Francis Bacon: "Nihil potest ordinari in aliquem finem, nisi prae-exist in ipso quaedam
proportio ad finem.“
Kalau mau memanfaatkan alam, kita harus mengetahui hukum-hukumnya dan tunduk padanya.
Ergo …. kebudayaan tidak menaklukkan alam tetapi lebih tepat disebut menata/menertibkan
alam agar sesuai dengan kebutuhan manusia.
7. Antropologi Budaya dan Filsafat Budaya:
Antropologi budaya atau kulturologi melihat kebudayaan sebagaimana adanya; dia bertugas
menganalisis, mensintesekan serta mendeskripsikan apa yang diamati. Antropologi budaya
berusaha melihat kekbudayaan senetral mungkin, tanpa menilai.
Filsafat budaya melihat kebudayaan sebagai suatu proses pemanusiaan (humanisasi) → memberi
penilaian apakah suatu unsur kebudayaan sungguh mendukung pemanusiaan manusia atau tidak.
Filsafat budaya tidak mungkin bersikap netral ketika membicarakan unsur-unsur kebudayaan,
tetapi memberi kritik.
8. Objek Filsafat Budaya:
Objek material : segala sesuatu yang dihasilkan dan dibentuk manusia dengan akal
budinya untuk memenuhi kebutuhannya baik jasmani maupun spiritual  Kebudayaan.
Objek formal/sudut pandang: kebudayaan sebagai usaha pemanusiaan. Jadi, kebudayaan
dilihat sebagai proses humanisasi.

Anda mungkin juga menyukai