Anda di halaman 1dari 38

Paus Yohanes Paulus II

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Santo Paus Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1985

Awal Masa Kepausan 16 Oktober 1978


dimulai

Akhir Masa Kepausan 2 April 2005

Pendahulu Yohanes Paulus I

Pengganti Benediktus XVI

Tahbisan

Ditahbiskan 1 November 1946


oleh Adam Stefan Sapieha

Konsekrasi 28 September 1958


oleh Eugeniusz Baziak

Menjadi Kardinal 26 Juni 1967


oleh Paulus VI

Data Diri

Nama lahir Karol Józef Wojtyła

Lahir 18 Mei 1920 (umur 99)


Wadowice, Polandia

Wafat 2 April 2005 (umur 84)


Istana Apostolik, Vatikan

Kewarganegaraan Polandia (juga


kewarganegaraan Vatikan)

Denominasi Katolik Roma (Gereja Latin)

 Uskup Auksilier Kraków,


Posisi sebelumnya
Polandia (1958-64)

 Uskup Tituler Ombi (1958-64)

 Uskup Agung
Kraków, Polandia (1964-78)

 Kardinal-Imam San Cesareo in


Palatio (1967-78)

Moto Totus Tuus (Sepenuhnya milik-Mu)

Tanda tangan

Lambang

Penghormatan Sebagai Orang Kudus

Pesta 22 Oktober

Dihormati Gereja Katolik Roma


Dibeatifikasi 1 Mei 2011
Lapangan Santo Petrus, Kota Vatikan
oleh Benediktus XVI

Dikanonisasi 27 April 2014


Lapangan Santo Petrus, Kota Vatikan
oleh Paus Fransiskus

Paus lain bernama Yohannes Paulus

Santo Paus Yohanes Paulus II (Latin: Ioannes Paulus PP. II, Italia: Giovanni Paolo
II, Polandia: Jan Paweł II, Inggris: John Paul II) yang nama aslinya: Karol Józef Wojtyła, lahir
di Wadowice, Polandia, 18 Mei 1920 – meninggal di Istana Apostolik, Vatikan, 2 April 2005 pada
umur 84 tahun adalah Paus, Uskup Roma, dan kepala Gereja Katolik Roma sejak 16
Oktober 1978 hingga kematiannya. Dia juga pemimpin dari Negara Kota Vatikan, negara berdaulat
dengan luas terkecil di dunia.
Paus Yohanes Paulus II dilantik ketika berusia 58 tahun pada 1978. Dia adalah Paus non-Italia
pertama sejak Paus Adrianus VI, yang menjabat untuk sesaat antara tahun 1522-1523. Dia
memerangi komunisme, kapitalisme yang tak terkendali dan penindasan politik. Dia dengan tegas
melawan aborsi dan membela pendekatan Gereja Katolik Roma yang lebih tradisional
terhadap seksualitas manusia.
Dia telah melakukan lawatan 129 negara selama menjadi Paus dan menjadi pemimpin dunia yang
paling banyak melawat dalam sejarah.[1][2] Dia berbicara dalam bahasa-
bahasa Italia, Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugis, Ukraina, Rusia, Kroasia, Esperanto, Yuna
ni Kuno dan Latin selain bahasa ibunya bahasa Polski.[3] Sebagai bagian dari wewenang panggilan
sucinya yang universal, ia telah melakukan beatifikasi terhadap 1.340 orang dan
melakukan kanonisasi 483 santo/santa,[4][5][6] lebih banyak dari gabungan beatifikasi dan kanonisasi
yang dilakukan pendahulunya selama lima abad terakhir.[6][7][8][9][10][11]
Selain itu, masa tugasnya sebagai Paus adalah yang ketiga terlama dalam sejarah, setelah Paus
Pius IX dan Santo Petrus. Pada tahun 1989, ia mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang
dikunjunginya adalah Jakarta, Medan (Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah, dan DIY)
dan Dili (Timor Timur). Setelah berkunjung ke Indonesia, komentarnya ialah: "Tidak ada negara
yang begitu toleran seperti Indonesia di muka bumi." [sic]
Pada 19 Desember 2009, Yohanes Paulus II telah mendapat gelar venerabilis dari penerusnya Paus
Benediktus XVI[12][13][14][15] dan sebagai langkah pendahulu sebelum beatifikasi pada 1 Mei 2011.[16]

Daftar isi

 1Biografi
o 1.1Kelahiran dan masa muda
o 1.2Menjadi pastor
o 1.3Menjadi uskup, uskup agung, dan kardinal
o 1.4Menjadi Paus
 2Karya dan kehidupan
o 2.1Pengajaran
 3Perjalanan pastoral
 4Kepemudaan
 5Hubungan dengan agama lain
o 5.1Anglikanisme
o 5.2Lutheranisme
o 5.3Yudaisme
o 5.4Gereja Ortodoks Timur
o 5.5Budhisme
o 5.6Islam
 6Peran dalam runtuhnya komunisme
 7Percobaan-percobaan pembunuhan
 8Peran dan sikap sosial dan politik
o 8.1Teologi pembebasan
o 8.2Yubileum 2000
o 8.3Perang Irak
o 8.4Evolusi
o 8.5Pandangan pada seksualitas
 9Kesehatan
 10Wafat dan pemakaman
o 10.1Pengakuan anumerta
 10.1.1Gelar yang Agung
 10.1.2Beatifikasi
o 10.2Kritik
o 10.3Permintaan maaf
o 10.4Penghargaan dan penamaan
 11Penerus
 12Bacaan lebih lanjut
 13Artikel terkait
o 13.1Ensiklik Paus Yohanes Paulus II
 14Referensi
o 14.1Sumber
o 14.2Bibliografi
o 14.3Catatan kaki
 15Pranala luar

Biografi[sunting | sunting sumber]


Kelahiran dan masa muda[sunting | sunting sumber]
Foto pernikahan Emilia dan Karol Wojtyła Sr.

Rumah keluarga Wojtyła di Wadowice

Halaman dalam rumah keluarga

Karol Józef Wojtyła (dilafalkan sebagai: voi-TI-wa; IPA: /ˈkarɔl ˈjuzef vɔjˈtɨwa/) lahir pada 18
Mei 1920 di Wadowice, Polandia selatan,[17][18][19] sebagai seorang anak ketiga dari opsir pada
Tentara Kekaisaran Habsburg Austria, yang juga bernama Karol Wojtyła[20] dan Emilia Kaczorowska,
yang seorang keturunan Lituania.[19][20] Ibunya meninggal pada 13 April 1929,[21] ketika ia berusia
delapan tahun.[22] Kakak perempuan Karol, Olga meninggal pada waktu bayi sebelum kelahiran
Karol; dengan demikian dia tumbuh dan dekat dengan kakaknya Edmund yang lebih tua 14 tahun,
dan punya panggilan Mundek. Namun, pekerjaan Edmund sebagai dokter mengakibatkan
kematiannya karena skarlatina (scarlet fever). Hal ini sangat mempengaruhi Karol.[20][22]
Sebagai remaja, Wojtyła adalah seorang atlet dan sering bermain sepak bola sebagai penjaga
gawang.[23][24] Masa kecilnya terpengaruh kontak intensif dengan komunitas Yahudi. Pertandingan
sepak bola sering diadakan antara tim Yahudi dan Katolik, dan Wojtyła biasanya secara sukarela
akan menawarkan diri menjadi penjaga gawang cadangan di tim Yahudi jika kekurangan
pemain.[20][23]
Pada pertengahan 1938, Karol Wojtyła dan ayahnya meninggalkan Wadowice dan pindah
ke Kraków, di mana dia masuk ke Universitas Jagiellonian. Sambil belajar filologi dan berbagai
bahasa di universitas, dia menjadi pustakawan sukarela dan juga harus ikut serta dalam wajib
militer di Legiun Akademik Resimen Infanteri ke 36 Polandia, namun dia penganut pasifisme dan
menolak menembakkan senjata. Dia juga tampil di beberapa grup teater dan menjadi penulis
naskah drama.[25] Selama masa itu, kemampuan berbahasanya berkembang dan dia belajar 12
bahasa asing, sembilan diantaranya kemudian dipakai terus ketika menjadi Paus (Bahasa
Polandia, Slowakia, Rusia, Italia, Prancis, Spanyol, Portugis, Jerman, dan Inggris, ditambah dengan
pengetahuan akan Bahasa Latin Gerejawi).[18]
Pada tahun 1939 terjadi pendudukan pendudukan Nazi dan menutup universitas tempatnya belajar
setelah invasi terhadap Polandia.[18] Semua warga yang sehat diwajibkan bekerja, dari tahun 1940
sampai 1944, Wojtyła bekerja berbagai macam mulai dari pencatat menu di restoran, pekerja kasar
tambang batu kapur, dan di pabrik kimia Solvay untuk menghindari dideportasi ke Jerman.[19][25]
Ayahnya, seorang bintara di Angkatan Darat Polandia, meninggal karena serangan jantung pada
1941, meninggalkan Karol seorang diri dari sisa keluarga.[20][21][26] "Saya tidak ada pada saat
kematian ibu saya, saya tidak ada pada saat kematian kakak saya, saya tidak ada pada saat
kematian ayah saya" katanya, menceritakan masa-masa kehidupannya ketika itu, hampir empat
puluh tahun kemudian, "Pada usia 20, saya sudah kehilangan semua orang yang saya cintai"[26]

Makam orang tua Paus Yohanes Paulus II di Pemakaman Rakowicki di Kraków, Polandia

Dia kemudian mulai berpikir serius untuk menjadi pastor setelah kematian ayahnya, kemudian
panggilan imamatnya perlahan menjadi ‘sesuatu yang mutlak dan tak terbantahkan.’[27] Pada
Oktober 1942, dengan meningkatnya keinginan untuk menjadi pastor, dia mengetuk pintu Wisma
Uskup Agung di Kraków, dan menyatakan bahwa dia ingin belajar menjadi pastor.[27] Tidak lama
kemudian, dia mulai belajar di seminari rahasia yang dijalankan oleh uskup agung Kraków Kardinal
Adam Stefan Sapieha.
Pada 29 Februari 1944, Wojtyła tertabrak oleh truk Nazi Jerman. Tak diduga,
perwira Wehrmacht Jerman kasihan padanya dan mengirimkannya ke rumah sakit. Dia
menghabiskan waktu dua minggu untuk pulih dari gegar otak dan luka bahu. Kecelakaan ini dan
penyelamatannya membuatnya makin yakin dengan panggilan imamatnya.
Pada 6 Agustus 1944, ‘Minggu Hitam’,[28] Gestapo mengumpulkan para pria muda di Kraków untuk
menghindari demonstrasi yang serupa dengan demonstrasi di Warsawa.[28][29][30] Wojtyła selamat
dengan bersembunyi di ruang bawah tanah rumah pamannya di 10 Tyniecka Street, ketika tentara
Jerman mencari di lantai atas.[27][29][30] Lebih dari 8000 pria dan pemuda ditangkap hari itu, namun dia
kemudian bersembunyi di Wisma Uskup Agung,[27][28][29] di mana dia tetap bersembunyi sampai
Jerman pergi.[20][27][31]
Pada 17 Januari 1945 malam, Jerman meninggalkan kota, dan para pelajar mengambil kembali
reruntuhan seminari. Wojtyła dan seminaris lainnya secara sukarela bertugas membersihkan
tumpukan kotoran beku dari jamban.[32] Bulan itu, Wojtyła menolong seorang gadis pengungsi
Yahudi berusia 14 tahun bernama Edith Zierer[33] yang melarikan diri dari perkampungan buruh
di Częstochowa.[33] Setelah terjatuh dari peron stasiun kereta, Wojtyła membawanya ke kereta dan
menemaninya hingga selamat sampai Kraków. Zierer sangat berterima kasih pada Wojtyła yang
menyelamatkan hidupnya hari itu.[34][35][36] B'nai B'rith sebuah organisasi Yahudi dan beberapa
otoritas lainnya menyatakan bahwa Wojtyła telah menolong dan melindungi banyak Yahudi Polandia
lainnya dari Nazisme.
Menjadi pastor[sunting | sunting sumber]

Karol Wojtyła sebagai pastor di Niegowić, Polandia, 1948

Setelah menyelesaikan pendidikan seminari di Kraków, Karol Wojtyła ditahbiskan


sebagai pastor pada Hari Raya Semua Orang Kudus tanggal 1 November 1946,[21] oleh uskup
agung Kraków, Kardinal Adam Stefan Sapieha.[19][37][38] Dia kemudian berangkat untuk belajar teologi
di Roma, di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Pontifical International
Athenaeum Angelicum),[37][38] di mana dia kemudian mendapat Diploma Teologi Suci dan kemudian
Doktor Teologi Suci.[18] Gelar Doktorat ini yang pertama dari dua, didasarkan pada disertasi
Latin "Doktrin Iman Menurut Santo Yohanes dari Salib Suci"

Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas di Roma.

Dia kembali ke Polandia pada musim panas 1948 dengan tugas pertama pastoral di desa Niegowić,
lima belas mil dari Kraków. Setibanya di Niegowić pada musim panen, tindakan pertama yang
dilakukannya adalah berlutut dan mencium lantai.[39] Tindakan ini diadaptasi dari kebiasaan
santo Jean Marie Baptiste Vianney yang berasal dari Prancis,[39] yang kemudian menjadi ciri
khasnya ketika menjadi Paus.
Pada Maret 1949, dia dipindah ke paroki Santo Florian di Kraków, dia mengajar ilmu etika
di Universitas Jagiellonian kemudian di Universitas Katolik Lublin (John Paul II Catholic University of
Lublin). Sambil mengajar, Wojtyła bergabung dengan grup terdiri dari 20 pemuda, yang kemudian
mereka juluki Rodzinka, atau "keluarga kecil". Mereka berkumpul untuk berdoa, diskusi filosofi, serta
menolong orang buta dan sakit. Grup ini kemudian berkembang sampai sekitar 200 anggota, dan
kegiatannya bertambah dengan bermain ski tahunan dan kayak.[4]
Tahun 1954 dia memperoleh doktorat kedua, dalam bidang filosofi,[40] mengevaluasi kelayakan etika
Katolik berdasarkan sistem etis dari fenomenologi Max Scheler. Namun, otoritas Komunis
menghalanginya memperoleh gelar sampai 1957.[38]
Selama periode ini, Wojtyła menulis seri artikel di koran Katolik Kraków Tygodnik
Powszechny (Mingguan Umum) berkaitan dengan masalah kontemporer gereja.[41] Dia juga fokus
pada pembuatan literatur asli selama dua belas tahun pertama menjadi pastor. Perang, hidup dalam
Komunisme, dan tanggung jawab pastoralnya mempengaruhi puisi dan naskah dramanya. Namun,
dia mempublikasikan karya-karyanya dalam dua nama samaran - Andrzej Jawień dan Stanisław
Andrzej Gruda[25][41][42] - untuk memisahkan antara literatur dan tulisan religiusnya (yang diterbitkan
dengan nama aslinya) dan agar karya literaturnya mendapat penghargaannya sendiri tanpa
pengaruh masalah religi kepastorannya.[25][41][42] Pada 1960, Wojtyła menerbitkan buku teologis
berpengaruh Cinta dan Tanggungjawab sebuah pembelaan terhadap ajaran-ajaran tradisional
Gereja tentang pernikahan dari sudut pandang filosofis baru.[25][43]
Menjadi uskup, uskup agung, dan kardinal[sunting | sunting sumber]

Kunjungan ke gereja Santa Perawan Maria di Kraków. Carmelite on the Sand - awal Juni 1967, beberapa
waktu sebelum dilantik menjadi kardinal

Pada 4 Juli 1958,[38] ketika Wojtyła sedang berlibur bermain kayak di sebuah danau di utara
Polandia, Paus Pius XII mengangkatnya menjadi uskup auksilier di Kraków. Dia dipanggil
ke Warsawa, untuk bertemu Primat Polandia Kardinal Stefan Wyszyński, yang memberitahunya
mengenai pengangkatannya.[44][45] Dia menyetujui untuk membantu uskup agung Eugeniusz Baziak
sebagai uskup pembantu, dia ditahbiskan ke keuskupan menggunakan nama Uskup Ombi pada 28
September 1958.[38] Pada usia 38 tahun, dia menjadi uskup termuda di Polandia. Baziak wafat pada
Juni 1962 dan pada 16 Juli 1962, Karol Wojtyła terpilih sebagai Vicar Capitular, atau administrator
sementara keuskupan agung sampai uskup agung baru terpilih.[18][19]
Mulai Oktober 1962, Uskup Wojtyła mengambil bagian pada Konsili Vatikan II (1962–
1965),[17][18][19][38] dan memberikan kontribusi pada dokumen-dokumen penting yang kelak
menjadi Pernyataan tentang Kebebasan Beragama (Dignitatis Humanae) dan Konstitusi Pastoral
tentang Gereja dalam Dunia Modern (Gaudium et Spes), dua hasil utama Konsili, ditilik dari sudut
pandang historis dan pengaruhnya.[38]
Uskup Wojtyła juga terlibat pada semua majelis sinode para uskup.[18][19] Kemudian pada 13 Januari
1963, Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi Uskup agung Kraków.[46] Pada 26 Juni 1967, Paus
Paulus VI mengumumkan promosi Uskup agung Wojtyła kepada Dewan Kardinal.[17][38][46] Dia
ditetapkan menjadi Kardinal Imam dengan gelar titular San Caesareo de Appia.[47]
Pada tahun 1967, dia berperan penting dalam perumusan ensiklik Humanae Vitae, yang berkaitan
dengan masalah pelarangan aborsi dan pengaturan kelahiran dalam KB.[17][38][48][49] Menurut seorang
saksi baru, Kardinal Wojtyla pada tahun 1970 melarang distribusi di keuskupan Kraków surat
pastoral tentang keuskupan Polandia sedang mempersiapkan upacara ulang tahun ke-50 Perang
Polandia-Soviet.[50]
Menjadi Paus[sunting | sunting sumber]
Lambang Paus Yohanes Paulus II dengan Salib Maria. Huruf M untuk Santa Perawan Maria, ibu Yesus,
yang mana merupakan pengabdiannya (devosi)

Agustus 1978, pada wafatnya Paus Paulus VI, Kardinal Karol Wojtyła menghadiri konklaf Paus yang
memilih Albino Luciani, Kardinal Venesia, sebagai Paus Yohanes Paulus I. Pada usia 65, Luciani
bisa dikatakan masih muda sebagai Paus. Wojtyła pada usia 58 masih bisa mengharapkan untuk
menghadiri sebuah konklaf Paus lainnya sebelum mencapai usia 80 tahun (usia maksimal dalam
mengikuti konklaf). Namun tidak diduga bahwa konklaf berikutnya datang begitu cepat pada 28
September 1978, hanya 33 hari setelah menjabat, Paus Yohanes Paulus I wafat. Pada
Oktober 1978 Wojtyła kembali ke Vatikan untuk menghadiri konklaf kedua dalam waktu kurang dari
dua bulan.[19][38][51]
Konklaf kedua pada tahun 1978 diadakan pada 14 Oktober, sepuluh hari setelah pemakaman Paus
Yohanes Paulus I. Pada konklaf ada dua kubu yang sama-sama memiliki calon kuat:
Kardinal Giuseppe Siri, kubu konservatif yang merupakan Uskup Agung Genoa, dan
Kardinal Giovanni Benelli, kubu liberal yang merupakan Uskup Agung Firenze (Florence) dan
seorang teman dekat Paus Yohanes Paulus I.[52]
Pendukung Benelli begitu yakin bahwa ia bisa terpilih, pada putaran pemungutan suara pertama,
Benelli memenangkan sembilan suara.[52] Namun, dari skala oposisi berarti suara yang diperoleh
para calon tidak mencukupi untuk menjadi yang terpilih. Kardinal Franz König, Uskup Agung Wina,
mengusulkan kepada para rekan pemilih lainnya untuk mengajukan kandidat kompromi: Kardinal
Karol Józef Wojtyła dari Polandia.[52] Wojtyła akhirnya memenangkan pemilihan dengan delapan
surat suara pada hari kedua, menurut media Italia, 99 suara dari 111 pemilih memilihnya. Dia
kemudian memilih nama Yohanes Paulus II[38][52] untuk menghormati pendahulunya, dan asap putih
muncul untuk memberitahu khalayak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus bahwa seorang
Paus telah terpilih.[51] Dia menerima pemilihannya dengan kata-kata: ‘Dengan ketaatan dalam iman
Kristus, Tuhanku, dan dengan kepercayaan pada Bunda Kristus dan Gereja, meskipun dalam
kesulitan yang besar, saya menerima’[53][54] Ketika Paus baru muncul di balkon, ia telah melanggar
tradisi dengan menyapa kerumunan massa.[53]
Wojtyła menjadi Paus ke-264 menurut kronologis daftar Paus dan menjadi Paus non Italia pertama
sejak 455 tahun.[55] Dengan usia 58 tahun, dia adalah Paus termuda yang dilantik sejak Paus Pius
IX pada 1846, yang berusia 54 tahun.[38] Seperti halnya pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II
meniadakan penobatan kepausan tradisional yang seperti pelantikan dalam kerajaan, sebagai
gantinya menerima pelantikan gerejawi yang disederhanakan pada 22 Oktober 1978. Selama
pelantikan, ketika para kardinal berlutut di hadapannya untuk mengambil sumpah mereka dan
mencium cincinnya, dia berdiri ketika Kardinal Stefan Wyszyński dari Polandia berlutut,
menghentikannya mencium cincin dan memeluknya.[56]

Karya dan kehidupan[sunting | sunting sumber]


Pengajaran[sunting | sunting sumber]

Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus (1985)

“ ”
Masa depan dimulai hari ini, bukan besok.

— Paus Yohanes Paulus II[57]

Sebagai Paus, salah satu peran Yohanes Paulus II yang paling penting adalah untuk mengajar
orang tentang agama Kristen. Dia menulis 14 ensiklik Paus dan mengajarkan tentang "Teologi
Tubuh".
Dalam suratnya Di awal milenium yang baru (Novo Millennio Ineunte) dia menekankan pentingnya
semua prioritas gereja pada Yesus Kristus: "Tidak, kami tidak akan diselamatkan oleh program
namun oleh Manusia."
Dalam Cahaya Kebenaran (Veritatis Splendor), dia menekankan ketergantungan manusia pada
Allah dan HukumNya ("Tanpa Sang Pencipta, makhluk ciptaan akan hilang") dan "ketergantungan
kebebasan pada kebenaran". Dia mengingatkan bahwa manusia yang "menggantungkan dirinya
sendiri pada relativisme dan skeptisime, akan tersesat dalam pencarian kebebasan semu jauh dari
kebenaran itu sendiri".
Dalam Iman dan Akal budi (Fides et Ratio) Yohanes Paulus II mempromosikan minat baru dalam
filsafat dan pencarian kebenaran dalam hal-hal teologis. Mengambil dari berbagai jenis sumber
(seperti dari Thomisme), dia menggambarkan hubungan saling mendukung antara iman dan akal,
dan menekankan para teolog harus fokus pada hubungan itu.
Yohanes Paulus II juga menulis banyak tentang kelompok pekerja dan doktrin sosial dari Gereja,
dituangkannya dalam tiga ensiklik. Melalui ensiklik dan banyak Surat Apostolik serta Opininya,
Yohanes Paulus II membahas tentang martabat perempuan dan pentingnya keluarga dalam masa
depan kemanusiaan.[48]
Ensiklik lain termasuk Injil Kehidupan (Evangelium Vitae) dan Ut Unum Sint (Supaya Mereka Semua
Menjadi Satu). Meskipun banyak kritik yang menuduhnya tidak fleksibel, dia menegaskan kembali
ajaran moral Katolik menentang pembunuhan, eutanasia dan aborsi yang telah ada lebih dari seribu
tahun.[48]

“ ”
Ke mana pun arah keluarga, demikian juga arah negara dan demikian juga seluruh dunia
tempat kita hidup

— Paus Yohanes Paulus II[57]

Perjalanan pastoral[sunting | sunting sumber]

Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Parlemen Polandia pada 11 Juni 1999

Bekas Presiden AS George W. Bush dan Laura Bush mengunjungi Paus Yohanes Paulus II di Castel
Gandolfo pada 23 Juli 2001

Selama masa kepausannya, Paus Yohanes Paulus II melakukan perjalanan ke 129 negara,[1] dan
mencatat lebih dari 1,1 juta kilometer jarak perjalanan. Dia selalu menarik perhatian banyak orang
dalam perjalanannya, beberapa yang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah manusia seperti
Hari Pemuda Sedunia di Manila 1995, di mana berkumpul sekitar 5 juta orang.[58] Sebagian orang
memperkirakan bahwa ini mungkin merupakan perkumpulan orang Kristiani terbesar yang pernah
ada.
Dua dari kunjungan resmi Paus Yohanes Paulus II adalah ke Meksiko pada Januari 1979 dan ke
Polandia pada Juni 1979, di mana selalu dikerumuni oleh kegembiraan manusia.[59] Kunjungan
pertama ke Polandia ini meningkatkan semangat nasional dan mencetuskan formasi gerakan
Solidaritas (Solidarność) pada tahun 1980, yang membawa kebebasan dan hak asasi pada negara
yang bermasalah ini.[48] Pada kunjungan berikutnya ke Polandia dia memberikan dukungan diam-
diam pada organisasi ini.[48] Beberapa perjalanan ini menguatkan pesannya dan Polandia memulai
proses yang kemudian mengalahkan dominasi Uni Soviet di Eropa Timur pada tahun
1989.[1][2][59][60][61][62]
Sementara beberapa kunjungannya (seperti ke Amerika Serikat dan Tanah Suci) meneruskan
kunjungan sebelumnya dari Paus Paulus VI, Yohanes Paulus II menjadi Paus pertama yang
berkunjung ke Gedung Putih ketika perjalanan ke AS pada Oktober 1979, di mana dia disambut
dengan hangat oleh calon presiden waktu itu Jimmy Carter. Dia juga berkunjung ke banyak negara
di mana belum pernah ada Paus yang berkunjung sebelumnya. Dia adalah Paus pertama yang
mengunjungi Meksiko di Januari 1979,[63] sebelum berkunjung ke Polandia sebagai Paus, juga ke
Irlandia kemudian pada tahun yang sama.[64][65] Dia adalah paus yang memerintah pertama yang
berkunjung ke Britania Raya, pada 1982,[66] di mana dia bertemu Ratu Elizabeth II, Gubernur Agung
dari Gereja Inggris.[66] Dia melakukan perjalanan ke Haiti pada 1983, di mana dia berbicara
dalam bahasa kreol kepada ribuan warga Katolik miskin yang berkumpul menyambutnya di bandar
udara. Pesannya, "sesuatu harus berubah di Haiti", berdasarkan pada perbedaan yang menyolok
antara kaya dan miskin, mendapat tepuk tangan bergemuruh.[67] Pada tahun 2000, dia adalah Paus
modern pertama yang berkunjung ke Mesir,[68] di mana dia bertemu dengan paus Koptik, Paus
Shenouda III[68] dan Patriark Ortodoks Yunani dari Alexandria.[68][69] Dia juga menjadi paus Katolik
pertama yang berkunjung dan berdoa di sebuah masjid di Damaskus, Siria pada tahun 2001. Dia
berkunjung ke Masjid Agung Umayyah, yang sebelumnya adalah gereja Kristen di mana Yohanes
Pembaptis diyakini dimakamkan,[70] di mana dia berpidato untuk meminta Muslim, Kristen dan
Yahudi untuk bekerja bersama-sama.[70][71]
Pada 15 Januari 1995, ketika berlangsung Hari Pemudia Dunia X, dia mengadakan misa untuk
sekitar lima sampai tujuh juta umat di Luneta park,[58] Manila, Filipina, yang menjadi pertemuan
tunggal terbesar dalam sejarah Kristen.[58] Pada Maret 2000, ketika mengunjungi Yerusalem,
Yohanes Paulus II menjadi paus pertama dalam sejarah yang berkunjung dan berdoa di Tembok
Ratapan.[72][73] Pada September 2001, dalam suasana paska Serangan 11 September 2001, dia
melakukan perjalanan ke Kazakhstan dengan pengunjung yang kebanyakan adalah muslim, dan
ke Armenia, untuk menghadiri peringatan 1.700 tahun masuknya Kristen di negara itu.[74]


Hari ini, pertama kali dalam sejarah, seorang Uskup Roma menjejakkan kaki di tanah
Inggris. Tanah terbuka ini, pernah menjadi pos terdepan dari dunia luar dengan keyakinan
berbeda, telah menjadi, melalui pemberitaan Injil, bagian yang dicintai dan diberkahi dari
ladang anggur Kristus ”
— Paus Yohanes Paulus II (1982)[57]

Pada kunjungan lima harinya ke Indonesia pada 8-12 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II
menyinggahi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Dili (Timor Timur - waktu itu masih menjadi provinsi ke
27 Indonesia), dan Medan. Dalam kunjungan itu Sri Paus memimpin Misa Agung dan berdialog
langsung dengan lebih dari satu juta orang. Pada Misa Agung di Senayan, Paus mengucapkan doa
Tanda Salib: “Atas nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus” dalam bahasa Indonesia yang lancar,
yang dijawab umat “Amin”. Misa itu seluruhnya berlangsung dalam Bahasa Indonesia, dan Paus
dapat melafalkan doa dan nyanyian dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan lancar, nyaris tanpa
salah, termasuk ketika menyanyikan Prefasi yang panjang. Paus Yohanes Paulus II juga
mengadakan pertemuan khusus dengan kaum awam dan cendekiawan Katolik Indonesia di
kampus Universitas Atma Jaya Jakarta, serta meresmikan gedung baru "Karol Wojtyła".[75] Paus
sempat menyatakan:
“ ”
Karena itu saya bangga akan Anda, orang Katolik yang hanya merupakan minoritas kecil,
membuat kontribusi yang signifikan terhadap pendidikan tinggi di Indonesia.

— Paus Yohanes Paulus II pada peresmian gedung “Karol Wojtyła” di kampus Atma Jaya [75]

Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II:[76]

 1979
1. 25 Januari–1 Februari
Republik Dominika dan Meksiko
2. 2-10 Juni
Polandia
3. 29 September–7 Oktober
Irlandia dan Amerika Serikat
4. 28-30 November
Turki

 1980 Peta yang menggambarkan negara-n


5. 2-12 Mei
Zaire, Republik Kongo, Kenya, Ghana, Burkina Faso,
dan Pantai Gading
6. 30 Mei 30–2 Juni
Prancis
7. 30 June–12 Juli
Brasil
8. 15-19 November
Jerman Barat

 1981
9. 16-27 Februari
Filipina, Guam, dan Jepang

 1982
10. 12-19 Februari
Nigeria, Benin, Gabon, dan Guinea Khatulistiwa
11. 12-15 Mei
Portugal (termasuk Fátima)
12. 28 Mei–2 June
Britania Raya
13. 10-13 Juni
Argentina
14. 15 June
Swiss
15. 29 Agustus
San Marino
16. 31 Oktober–9 November
Spanyol

 1983
17. 2-10 Maret
Kosta Rika, Nikaragua, Panama, El
Salvador, Guatemala, Belize, Honduras dan Haiti
18. 16-23 Juni
Polandia
19. 14-15 Agustus
Lourdes di Prancis
20. 10-13 September
Austria

 1984
21. 2-12 Mei
Korea Selatan, Papua Nugini, Kepulauan
Solomon, Thailand
22. 12-17 Juni
Swiss
23. 9-20 September
Kanada
24. 10-12 Oktober
Spanyol, Republik Dominika, Puerto Rico

 1985
25. 26 Januari–6 Februari
Venezuela, Ekuador, Peru, Trinidad dan Tobago
26. 11-21 Mei
Belgia, Belanda, Luxembourg
27. 8-19 Agustus
Togo, Pantai Gading, Kamerun, Republik Afrika
Tengah, Zaire, Kenya, Maroko
28. 8 September
Liechtenstein

 1986
29. 1 Februari–10 Februari
India
30. 1-8 Juli
Colombia, St. Lucia
31. 4-7 Oktober
Prancis
32. 19 November–1 Desember 1
Australia, Selandia
Baru, Bangladesh, Fiji, Singapura, Seychelles

 1987
33. 31 Maret–13 April
Uruguay, Chili, Argentina
34. 30 April–4 Mei
Jerman Barat
35. 8-14 Juni
Polandia
36. 10-20 September
Amerika Serikat dan Kanada

 1988
37. 7-18 Mei
Uruguay, Bolivia, Peru, Paraguay
38. 23-27 Juni
Austria
39. 10-19 September
Zimbabwe, Botswana, Lesotho, Swaziland, Mozambique,
memutar melalui Afrika Selatan
40. 8-11 Oktober
Prancis

 1989
41. 28 April–6 Mei
Madagaskar, Réunion, Zambia, and Malawi
42. 1-10 Juni
Norwegia, Islandia, Finlandia, Denmark, Swedia
43. 19-21 Agustus
Spanyol
44. 6-16 Oktober
Korea Selatan, Indonesia, Timor Timur, Mauritius

 1990
45. 25 Januari–1 Februari
Cape Verde, Guinea-Bissau, Mali, Burkina Faso, Chad
46. 21-22 April
Cekoslowakia
47. 6-13 May
Meksiko, Curaçao
48. 25-27 Mei
Malta
49. 1-10 September
Tanzania, Rwanda, Burundi, Pantai Gading

 1991
50. 10-13 Mei
Portugal
51. 1-9 Juni
Polandia
52. 13-20 Agustus
Polandia, Hungaria
53. 12-21 Oktober
Brasil

 1992
54. 19-26 Februari
Senegal, Gambia, Guinea
55. 4-10 Juni
Angola, São Tomé dan Príncipe
56. 9-14 Oktober
Republik Dominika

 1993
57. 3-10 Februari
Benin, Uganda, Sudan
58. 25 April
Albania
59. 12-17 Juni
Spanyol
60. 9-16 Agustus
Jamaika, Meksiko, Amerika Serikat
61. 4-10 September
Lituania, Latvia, Estonia

 1994
62. 10-11 September
Kroasia

 1995
63. 12-21 Januari
Filipina, Australia, Papua Nugini, Sri Lanka
64. 20-22 Mei
Ceko, Polandia
65. 3-4 Juni
Belgia
66. 30 Juni
Slowakia
67. 14-20 September
Kamerun, Kenya, Afrika Selatan
68. 4-8 Oktober
Amerika Serikat

 1996
69. 5-12 Februari
Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Venezuela
70. 14 April
Tunisia
71. 17-19 Mei
Slovenia
72. 21-23 Juni
Jerman
73. 6-7 September
Hungaria
74. 19-22 September
Prancis

 1997
75. 12-13 April
Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina
76. 25-27 April
Ceko
77. 10-11 Mei
Lebanon
78. 31 Mei–10 Juni
Polandia
79. 21-24 Agustus
Prancis
80. 2-5 Oktober
Brasil

 1998
81. 21-25 Januari
Kuba
82. 21-23 Maret
Nigeria
83. 19-21 Juni
Austria
84. 2-4 Oktober
Kroasia

 1999
85. 22-25 Januari
Mexico City di Meksiko
26-27 Januari
St. Louis, Missouri
86. 7-9 Mei
Rumania
87. 5-17 Juni
Polandia
88. 19 September
Slovenia
89. 5-9 November
New Delhi, India, dan Tbilisi di Georgia

 2000
90. 24-26 Februari
Mesir
91. 20-26 Maret
Jordan, Israel, dan Wilayah Otonomi Palestina
92. 12-13 Mei
Fátima di Portugal

 2001
93.(a) 4-5 Mei
Athena di Yunani
93.(b) 5-6 Mei
Suriah
93.(c) 8-9 Mei
Malta
94. 23-27 Juni
Ukraina
95. 22-27 September
Armenia dan Kazakhstan

 2002
96. 22-26 Mei
Azerbaijan dan Bulgaria
97. 23 Juli–1 Agustus
Kanada, Guatemala, dan Meksiko
98. 16-19 Agustus
Polandia

 2003
99. 3-4 Mei
Spanyol
100. 5-9 Juni
Kroasia
101. 22 Juni
Bosnia dan Herzegovina
102. 11-14 September
Slowakia

 2004
103. 5-6 Juni
Swiss
104. 14-15 Agustus
Lourdes di Prancis

Kepemudaan[sunting | sunting sumber]

Hari Pemuda Dunia adalah kegiatan pemuda Katolik internasional yang populer dan digagas oleh Paus
Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II mempunyai hubungan khusus dengan kepemudaan Katolik dan dikenal
juga sebagai Paus untuk Kepemudaan.[77][78] Sebelum menjadi paus, dia sudah sering melakukan
perkemahan dan perjalanan mendaki gunung dengan para pemuda. Dia tetap melakukannya ketika
sudah menjadi paus.[77] Dia sangat memperhatikan pendidikan untuk pastor masa mendatang dan
banyak melakukan kunjungan awal ke seminari Katolik Roma, termasuk ke Venerable English
College pada 1979.[19] Dia menggagas Hari Pemuda Dunia pada 1984 dengan maksud membawa
pemuda pemudi Katolik dari seluruh dunia bersama-sama merayakan
keyakinannya.[19][77][78] Pertemuan seminggu para pemuda ini berlangsung setiap dua atau tiga tahun,
menarik minat ratusan ribu kaum muda, yang berkumpul untuk bernyanyi, berpesta dan bertemu
untuk memperdalam keyakinan mereka.[19][78] Hari Pemuda Dunia ke 19 yang dirayakan selama
kepausannya, mengumpulkan jutaan kaum muda dari seluruh dunia. Pada waktu itu, perhatiannya
pada keluarga diungkapkan pada Pertemuan Keluarga Dunia, yang diadakan pada tahun 1994.[19]


Kaum muda terancam... dengan teknik jahat iklan yang membuat mereka menghindari
kerja keras dan berharap mendapat kepuasan cepat atas setiap segala sesuatu yang
mereka inginkan. ”
— Paus Yohanes Paulus II[57]

Hubungan dengan agama lain[sunting | sunting sumber]


Patung Paus Yohanes Paulus II di luar Katedral Almudena (Madrid, Spanyol)

Paus Yohanes Paulus II melakukan sangat banyak perjalanan dan bertemu dengan para penganut
agama dan kepercayaan lain. Dia selalu mencoba mencari dasar yang sama untuk berkomunikasi,
baik doktrin atau dogma. Pada hari Doa Sedunia untuk Perdamaian, yang diadakan pada 27
Oktober 1986 di Assisi, lebih dari 120 wakil agama dan kepercayaan serta berbagai denominasi
Kristen meluangkan waktu sehari bersama untuk berpuasa dan berdoa.[79]
Anglikanisme[sunting | sunting sumber]
Paus Yohanes Paulus II mempunyai hubungan yang baik dengan Gereja Inggris, berdasarkan
pendahulunya Paus Paulus VI, sebagai "yang tercinta Saudari Gereja".[80] Dia berkotbah di Katedral
Canterbury ketika berkunjung ke Britania Raya,[66] dan menerima Uskup Agung Canterbury dengan
bersahabat dan penuh kesopanan.[66] Namun, Yohanes Paulus II kecewa dengan keputusan Gereja
Inggris yang memberikan Sakramen Tahbisan (Holy Orders) kepada perempuan dan melihatnya
sebagai sebuah langkah berlawanan dalam kesatuan antara Komuni Anglikan dan Gereja Katolik.[80]
Pada 1980 Yohanes Paulus II mengeluarkan pengecualian pastoral yang memungkinkan mantan
imam Episkopal yang pernah menikah untuk menjadi imam Katolik, dan untuk menerima bekas
paroki Gereja Episkopal menjadi Gereja Katolik. Dia juga mengizinkan penciptaan bentuk Anglikan
dari Ritus Latin, yang menggabungkan Buku Umum Doa Anglikan. Upaya
bersejarah oikumene Yohanes Paulus II dengan Komuni Anglikan diwujudkan dengan berdirinya
Gereja Katolik Bunda Penebusan (bentuk Anglikan), bekerjasama dengan Uskup Agung Patrick
Flores dari San Antonio, Texas di Amerika Serikat.[81]
Lutheranisme[sunting | sunting sumber]
Pada perjalanan kepausannya ke Norwegia, Islandia, Finlandia, Denmark dan Swedia 1-10 Juni
1989[82], Yohanes Paulus II menjadi paus pertama yang berkunjung ke negara-negara dengan
mayoritas gereja Lutheran. Selain merayakan Misa dengan umat Katolik, dia berpartisipasi dalam
pelayanan oikumene di tempat-tempat yang pernah menjadi tempat suci Katolik sebelum reformasi
Lutheran pada abad 16: Katedral Nidaros Norwegia, Thingvellir Islandia, Katedral Turku Finlandia,
Katedral Roskilde Denmark dan Katedral Uppsala Swedia.
Pada 31 Oktober 1999 (ulang tahun ke 482 Hari Reformasi, pengumuman 95 Tesis), perwakilan dari
Vatikan dan Federasi Lutheran se-Dunia menandatangani Deklarasi Bersama tentang Doktrin
Pembenaran, sebagai tanda persatuan.
Yudaisme[sunting | sunting sumber]
Tembok Ratapan di Yerusalem

Hubungan antara Katolik dan Yudaisme meningkat selama kepausan Yohanes Paulus II.[48][73] Dia
sering membicarakan hubungan gereja dengan Yahudi.[48]
Pada masa kanak-kanak, Karol Wojtyła sering berolah raga dengan banyak tetangga
Yahudinya.[23][83] Pada tahun 1979 dia menjadi Paus pertama yang mengunjungi kamp konsentrasi
Auschwitz Jerman di Polandia, di mana banyak warga sebangsanya (mayoritas Yahudi Polandia)
meninggal selama pendudukan Nazi pada Perang Dunia II. Pada tahun 1998 dia mengeluarkan
dokumen "Kami Ingat: Sebuah Refleksi Shoah" yang menggambarkan pemikirannya
tentang Holocaust.[84] Dia juga menjadi paus pertama yang diketahui melakukan kunjungan resmi
kepausan ke sebuah sinagoge,[85] ketika dia mengunjungi Sinagoge Agung di Roma pada 13 April
1986.[86][87][88]
Pada tahun 1994, Yohanes Paulus II meresmikan hubungan diplomatik resmi antara Tahta
Suci dan Negara Israel, mengakui sentralitas kehidupan Yahudi dan keimanannya.[86][89] Untuk
menghargai peristiwa ini, Paus Yohanes Paulus II menyelenggarakan ‘Konser Kepausan
Memperingati Holocaust’. Konser ini, disusun dan dilaksanakan oleh Maestro Amerika Gilbert
Levine, dihadiri oleh Ketua Rabi di Roma, Presiden Italia, dan mereka yang selamat dari Holocaust
dari seluruh dunia.[90]
Pada Maret 2000, Yohanes Paulus II mengunjungi Yad Vashem, tugu peringatan Holocaust di
Israel, dan kemudian membuat sejarah dengan menyentuh satu dari tempat tersuci
Yudaisme, Tembok Ratapan di Yerusalem,[73] menaruh sebuah pesan di dalamnya (di mana dia
berdoa untuk pengampunan atas tindakan yang dilakukan terhadap orang Yahudi).[72][73][86][91] Di
bagian tujuan, dia mengatakan: "Saya yakinkan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Gereja Katolik
... sangat sedih oleh kebencian, penganiayaan dan tindakan anti-Semitisme yang diarahkan kepada
orang Yahudi oleh orang Kristen di setiap saat dan di setiap waktu", dia menambahkan bahwa "tidak
ada kata-kata yang cukup kuat untuk menyayangkan tragedi mengerikan dari
Holocaust".[72][73] Menteri kabinet Israel Rabi Michael Melchior, yang menjadi tuan rumah kunjungan
Paus, berkata bahwa dia "sangat terharu" dengan apa yang dilakukan Paus.[72][73]

“ ”
Ini di luar sejarah, di luar ingatan.

—  Rabi Michael Melchior (26 Maret 2000)[72]



Kami sangat sedih oleh perilaku orang-orang yang dalam perjalanan sejarah telah
menyebabkan anak-anak Anda untuk menderita dan meminta pengampunan Anda, kami
ingin membaktikan diri pada persaudaraan sejati dengan orang-orang Kovenan. ”
— Paus Yohanes Paulus II(12 Maret 2000) dari catatan yang ditinggalkan Paus di Tembok Ratapan Yerusalem[91][92]

Pada Oktober 2003, Anti-Defamation League (ADL) mengeluarkan pernyataan selamat kepada
Yohanes Paulus II memasuki 25 tahun kepausannya.[89] Pada Januari 2005, Yohanes Paulus II
menjadi Paus pertama yang diketahui sejarah menerima berkat imam dari seorang rabi, ketika Rabi
Benjamin Blech, Barry Dov Schwartz, dan Jack Bemporad berkunjung ke Paus di Clementi Hall
di Istana Apostolik.[93]
Segera setelah meninggalnya paus, ADL mengeluarkan pernyataan bahwa Paus Yohanes Paulus II
telah mengubah drastis hubungan antara Katolik dan Yudaisme, mengatakan bahwa "banyak
perubahan menuju kebaikan terjadi pada 27 tahun masa kepemimpinanya dibanding 2000 tahun
sebelumnya."[94] Dalam pernyataan lainnya yang dikeluarkan di Australia, Dewan Urusan Israel &
Yahudi, Direktur Dr Colin Rubenstein berkata, "Paus akan dikenang untuk inspirasi kepemimpinan
rohaninya dalam kemerdekaan dan kemanusiaan. Dia mencapai hasil yang lebih jauh dalam hal
transformasi hubungan dengan orang-orang Yahudi dan Israel dibanding tokoh lainnya dalam
sejarah Gereja Katolik.".[86]


Dengan Yudaisme, karena itu, kami memiliki hubungan yang tidak dimiliki dengan agama
lainnya. Anda adalah saudara kami terkasih, dan dengan cara tertentu, dapat dikatakan
bahwa Anda adalah saudara tua kita. ”
—  Paus Yohanes Paulus II (13 April 1986)[57]

Gereja Ortodoks Timur[sunting | sunting sumber]


Pada Mei 1999, Yohanes Paulus II mengunjungi Rumania atas undangan dari Patriark Teoctist
Arăpaşu dari Gereja Ortodoks Rumania. Ini adalah untuk pertama kalinya seorang Paus
mengunjungi sebuah negara yang didominasi Gereja Ortodoks sejak Skisma Timur-Barat tahun
1054.[95] Pada kedatangannya, Patriark dan presiden Rumania, Emil Constantinescu menyambut
Paus.[95] Patriark menyatakan, "Milenium kedua dalam sejarah Kristen dimulai dengan luka yang
menyakitkan dari persatuan Gereja; akhir dari milenium ini telah terlihat komitmen yang nyata untuk
memulihkan persatuan Kristen."[95]
Yohanes Paulus II mengunjungi negara dengan penganut Ortodoks lainnya yang
besar, Ukraina pada 23-27 Juni 2001 atas undangan presiden Ukraina dan uskup Gereja Katolik-
Yunani Ukraina. Paus berbincang dengan para pimpinan Dewan Gereja-gereja dan Keagamaan
Seluruh Ukraina, memohon untuk "sebuah dialog yang terbuka, toleran dan jujur".[96] Sekitar 200 ribu
orang menghadiri perayaan liturgi yang dipimpin Paus di Kiev, dan liturgi di Lviv dihadiri hampir satu
setengah juta umat.[96] Yohanes Paulus II menyatakan akhir dari Skisma Besar adalah salah satu
harapannya.[96] Menyembuhkan luka perpisahan antara Katolik dan gereja-gereja Ortodoks
Timur meski tradisi Latin dan Romawi Timur jelas tentang kepentingan pribadi yang besar. Selama
tradisi Latin dan Byzantium jelas tentang kepentingan pribadi yang besar. Cukup lama, Yohanes
Paulus II berusaha memfasilitasi dialog dan usaha melakukan penyatuan setidaknya sejak 1988
pada Eutus in mundum (dunia) bahwa "Eropa memiliki dua paru-paru, bernapas tidaklah mudah
sampai keduanya digunakan".
Selama perjalanan tahun 2001, Yohanes Paulus II menjadi Paus pertama yang mengunjungi Yunani
dalam 1291 tahun.[97][98] Di Athena, Paus bertemu dengan Uskup Agung Christodoulos,
pimpinan Gereja Ortodoks Yunani.[97] Setelah pertemuan tertutup 30 menit, keduanya berbicara
pada publik. Christodoulos membaca daftar "13 pelanggaran" dari Gereja Katolik Roma
terhadap Gereja Ortodoks Timur sejak Skisma Besar,[97] termasuk perampasan Konstantinopel oleh
pejuang perang Salib pada 1204, dan meratapi kurangnya permintaan maaf dari Gereja Katolik
Roma, mengatakan "Hingga sekarang, belum pernah terdengar satupun permintaan
maaf" untuk ""pejuang gila perang Salib abad ke 13."[97]
Paus menanggapi dengan berkata "Untuk kesempatan dulu dan sekarang, ketika putra dan putri
Gereja Katolik telah berdosa atas tindakan atau kelalaian terhadap saudara-saudara mereka dari
kaum Ortodoks, semoga Tuhan memberikan kita pengampunan," yang mana langsung disambut
tepuk tangan oleh Christodoulos. Yohanes Paulus II juga mengatakan bahwa penjarahan
Konstantinopel adalah sumber "penyesalan yang mendalam" untuk Katolik.[97] Kemudian Yohanes
Paulus II dan Christodoulos bertemu di lokasi di mana Santo Paulus dari Tarsus pernah diwartakan
kepada orang-orang Kristen Athena. Mereka mengeluarkan ‘deklarasi bersama’, yang
mengatakan "Kami akan mengupayakan segala daya, agar akar Kristen di Eropa dan jiwa Kristen
dapat dipertahankan. ... Kami mengutuk semua jenis kekerasan, proselitisme, fanatisme, atas nama
agama"[97] Kedua pemimpin itu lalu melakukan Doa Bapa Kami bersama, menyingkirkan tabu bahwa
Ortodoks tidak boleh berdoa bersama Katolik.[97]
Paus juga pernah berkata selama masa kepemimpinannya bahwa salah satu mimpi besarnya
adalah mengunjungi Rusia, namun hal ini tidak pernah terwujud. Dia mencoba menyelesaikan
masalah yang muncul berabad-abad antara Katolik dan Gereja Ortodoks Rusia, seperti
mengembalikan ikon Our Lady of Kazan pada bulan Agustus 2004 kepada gereja Ortodoks Rusia.
Budhisme[sunting | sunting sumber]

Dalai Lama bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II delapan kali.

Tenzin Gyatso, Dalai Lama ke-14 mengunjungi Paus Yohanes Paulus II delapan kali, lebih banyak
dari para petinggi negara atau agama lainnya. Paus dan Dalai Lama sering berbagi pandangan
yang sama dan memahami hal-hal buruk yang mirip, keduanya berasal dari masyarakat yang
terpengaruh oleh komunisme dan keduanya sama-sama adalah pimpinan agama tertinggi.[99][100]
Islam[sunting | sunting sumber]

Paus Yohanes Paulus memegang dan mencium kitab suci Islam; Al-Qur'an.

Paus Yohanes Paulus II membuat upaya yang cukup untuk meningkatkan hubungan antara Katolik
dan Islam.[101]
Pada 6 Mei 2001, Paus Yohanes Paulus II menjadi paus Katolik pertama yang memasuki dan
berdoa di masjid. Dengan penuh hormat menanggalkan sepatunya, dia masuk ke Masjid Agung
Umayyah, sebuah bekas gereja Kristen pada masa Kekaisaran Romawi Timur yang didedikasikan
untuk Yohanes Pembaptis (yang diyakini dimakamkan disitu) di Damaskus, Suriah, dan memberikan
kotbah termasuk pernyataan: "Untuk masa waktu ketika Muslim dan Kristen pernah menyinggung
satu sama lain, kita perlu meminta pengampunan dari Yang Maha Kuasa untuk memberikan
pengampunan satu sama lain."[70][71] Dia mencium Al-Qur'an di Suriah,[102][103][104] sebuah tindakan
yang membuatnya terkenal di kalangan Muslim namun mengganggu banyak umat Katolik.[103]
Pada tahun 2004, Paus Yohanes Paulus II mengadakan "Konser Rekonsiliasi Kepausan," yang
menghadirkan para pemimpin Islam dengan para pemimpin komunitas Yahudi dan Gereja Katolik
di Vatikan dengan konser oleh Kraków Philharmonic Choir dari Polandia, London Philharmonic Choir
dari Britania Raya, Pittsburgh Symphony Orchestra dari Amerika Serikat, dan Ankara State
Polyphonic Choir dari Turki[105][106][107][108] Acara ini disiapkan dan dipimpin oleh Sir Gilbert Levine,
KCSG dan disiarkan ke seluruh dunia.[105][106][107][108]
Yohanes Paulus II mengawasi penerbitan Katekismus Gereja Katolik yang memuat hal khusus
untuk Muslim; di dalamnya, tertulis, "Rencana keselamatan juga mencakup Penciptaan, di tempat
pertama diantaranya adalah kaum Muslim; bersama memegang iman Abraham (Nabi Ibrahim dalam
Islam), dan bersama-sama memuja satu, Tuhan Maha Penyayang, serta penghakiman manusia
pada akhir zaman."[109]

Peran dalam runtuhnya komunisme[sunting | sunting sumber]

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Paus Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II telah dikatakan berperan pada jatuhnya komunisme di Eropa
Timur,[1][2][48][60][61][62][110] dengan menjadi inspirasi spiritual dibalik kejatuhannya, dan menjadi katalisator
untuk "revolusi damai" di Polandia. Lech Wałęsa pendiri Solidarność, menghargai Yohanes Paulus II
yang telah memberikan keberanian pada Polandia untuk bangkit.[48] Menurut Wałęsa, "Sebelum
masa kepausannya, dunia terbagi dalam blok-blok. Tidak ada seorangpun tahu bagaimana keluar
dari pengaruh komunisme. Di Warsawa, 1979, dia hanya berkata singkat: "Jangan takut", dan
kemudian berdoa: "Biarlah Roh Kudusmu turun dan mengubah wajah bumi... tanah ini".[110][111]
Dalam surat-menyurat presiden Ronald Reagan kepada paus mengungkapkan "bertindak cepat
secara menerus untuk menopang dukungan Vatikan atas kebijakan AS. Mungkin yang paling
mengejutkan, surat-surat menunjukkan bahwa, hingga akhir tahun 1984, Paus tidak yakin bahwa
pemerintah Komunis Polandia bisa diubah."[112]
Pada Desember 1989, Yohanes Paulus II bertemu dengan pimpinan Soviet Mikhail Gorbachev di
Vatikan dan keduanya saling mengungkapkan rasa hormat dan kekaguman. Gorbachev pernah
mengatakan "Runtuhnya Tirai Besi tidak mungkin terjadi tanpa Yohanes Paulus II".[60][62] Pada saat
wafatnya Yohanes Paulus II, Mikhail Gorbachev berkata: "Kesetiaan Paus Yohanes Paulus II pada
pengikutnya adalah contoh yang patut kita semua tiru."[2][110][113]
Presiden AS George W. Bush menunjukkan Medali Kebebasan pada Paus Yohanes Paulus II, Juni 2004

Pada Februari 2004, Paus Yohanes Paulus II dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian untuk
menghargai karya kehidupannya melawan penindasan Komunis dan bantuannya mengubah tatanan
dunia.[114]
Presiden George W. Bush memberikan Medali Kebebasan Presidensial, sebuah penghargaan
tertinggi Amerika kepada Paus Yohanes Paulus II ketika berlangsung upacara di Istana
Apostolik Vatikan 4 Juni 2004.[115] Presiden membacakan kutipan yang terdapat di medali, yang
tertuliskan "putra Polandia ini" yang mana "pendiriannya pada perdamaian dan kebebasan telah
menginspirasi jutaan orang dan membantu menggulingkan komunisme dan tirani."[115] Setelah
menerima penghargaan itu, Yohanes Paulus II berkata, "Semoga keinginan untuk bebas,
perdamaian, dunia yang lebih manusiawi yang dilambangkan oleh medali ini menginspirasi
keinginan baik setiap pria dan wanita di setiap waktu dan tempat."[115]


Warsawa, Moskow, Budapest, Berlin, Praha, Sofia dan Bukares telah menjadi panggung
pada perjalanan ziarah panjang menuju kebebasan. Hal yang mengagumkan bahwa dalam
peristiwa ini, seluruh masyarakat bebas mengungkapkan diri - wanita, kaum muda, pria,
mengatasi rasa takut, mengatasi rasa haus tak tertahankan untuk mempercepat
perkembangan kebebasan, membuat tembok runtuh dan gerbang terbuka. ”
—  Paus Yohanes Paulus II (1989)[61]

Percobaan-percobaan pembunuhan[sunting | sunting sumber]


Pada 13 Mei 1981, Yohanes Paulus II hampir tewas ketika ditembak oleh Mehmet Ali Ağca, seorang
ekstremis Turki, kala masuk Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat. Ağca akhirnya dihukum
penjara seumur hidup.

Paus ditembak ketika mengendarai sebuah mobil terbuka.

Mengapa, bagaimana dan atas perintah siapa percobaan pembunuhan ini dilakukan, masih tetap
berupa misteri sampai akhir Maret 2005. Dikatakan dokumen-dokumen penting dari negara-negara
mantan anggota Uni Soviet menunjukkan bahwa KGB bertanggung jawab.[116] Motif pembunuhan
masih diperdebatkan. Salah satu kemungkinan ialah bahwa rezim komunis Uni Soviet takut akan
pengaruh Paus Polandia ini akan stabilitas negara-negara satelit Soviet di Eropa Timur, terutama di
Polandia sendiri.
Spekulasi lain menuduh orang-orang dalam Vatikan yang memberi perintah,
terutama faksi kaum Freemason yang menentang Karol Wojtyła dan kelompok Opus Dei, yang
salah satu pemimpinnya adalah Kardinal Casaroli. Ali Ağca sendiri masih bungkam dalam
mengungkapkan kebenaran percobaan pembunuhannya, meski ia sering memberikan petunjuk
bahwa ia mendapatkan pertolongan dari orang dalam Vatikan.
Dan akhirnya ada yang mengatakan bahwa Ağca, seorang penembak ulung, sebenarnya bisa
membunuh sang Paus, jika mau dan misinya hanyalah menakut-nakutinya. Namun segala
kemungkinan hanya merupakan spekulasi saja karena belum ada bukti-bukti definitif yang muncul.
Dua hari setelah Natal, pada 27 Desember 1983, Paus menjenguk pembunuhnya di penjara.
Keduanya bercakap-cakap dan berbincang-bincang beberapa lama. Setelah pertemuan ini, Paus
kemudian berkata: "Apa yang kita bicarakan harus merupakan rahasia antara dia dan saya. Ketika
berbicara dengannya saya anggap ia adalah seorang saudara yang sudah saya ampuni dan saya
percayai sepenuhnya."
Naik takhtanya Yohanes Paulus II sebagai Paus sudah diramalkan
beberapa dasawarsa sebelumnya oleh Padre Pio. Biarawan yang sama ini, juga meramal bahwa
pemerintahan Karol Wojtyła hanya berlangsung singkat dan berakhir dengan darah, sebuah ramalan
yang hampir saja terbukti jika pembunuhannya berhasil. Percobaan pembunuhan ini juga
diramalkan pada rahasia ketiga Tiga Rahasia Fatima, sebuah analisis dari
Vatikan mengungkapkannya.
Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada 12 Mei 1982, di Fatima, Portugal ketika
seorang pria berusaha menikam Paus dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Si
pembunuh, adalah seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, seorang warganegara Spanyol,
bernama Juan María Fernández y Krohn. Dilaporkan ia menentang reformasi Konsili Vatikan II dan
memanggil Paus seorang "agen dari Moskwa." Ia kemudian divonis hukuman penjara enam tahun
dan lalu diekstradisi dari Portugal.
Ada pula sebuah percobaan pembunuhan Paus pada lawatannya di Manila bulan Januari 1995,
yang merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah serangan terorisme massal yang
dikembangkan oleh anggota kaum ekstremis Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammed.
Seorang bom bunuh diri yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade
Paus dan meledakkan diri. Namun sebelum tanggal 15 Januari 1995 hari para pria ini akan
melaksanakan rencana teror mereka, sebuah kebakaran dalam sebuah apartemen membawa para
penyidik yang dipimpin oleh Aida Fariscal ke komputer laptop Yousef yang berisikan rencana-
rencana teror mereka.
Yousef dicekal di Pakistan kurang lebih sebulan kemudian, tetapi Khalid Sheik Mohammed baru
dicekal pada 2003.

Peran dan sikap sosial dan politik[sunting | sunting sumber]

Bagian dari seri tentang


Filsafat Katolik

Aquinas, Scotus, dan Ockham

Etika

 Hukum kodrat
 Etika kebajikan
 Personalisme Katolik
 Ajaran sosial Katolik

Cabang
 Skolastisisme
 Thomisme
 Neo-Skolastisisme
 Scotisme
 Ockhamisme
 Agustinian
 Molinisme

Filsuf[tampilkan]

Portal Katolik

Portal Filsafat

 l
 b
 s

Yohanes Paulus II dianggap konservatif pada doktrin dan isu-isu yang berhubungan
dengan reproduksi dan penahbisan kaum wanita.[117]
Ketika Paus mengunjungi Amerika Serikat dia berkata, "Semua kehidupan manusia, sejak saat
pembuahan dan melewati seluruh tahap perkembangannya, adalah sakral."[118]
Seri pengajaran sebanyak 129 buah yang diberikan Yohanes Paulus II pada pengunjung di Roma
antara September 1979 dan November 1984 kemudian dijilid dan dipublikasikan dalam sebuah
bundel berjudul Teologi Tubuh, berisi permenungan mengenai seksualitas manusia. Dia juga
memperluasnya dengan mengutuk aborsi, eutanasia dan segala bentuk hukuman
mati,[119] menyebutnya semua itu sebagai bagian dari "kultur kematian" yang meresap pada
kehidupan dunia modern. Dia mengkampanyekan untuk menghentikan pertumbuhan hutang dunia
dan memberikan keadilan sosial.[48][117]
Dia melakukan kunjungan pertama sebagai Paus ke Irlandia di akhir 1979. Dia berbicara pada
sekitar 250.000 umat yang hadir pada Misa di Drogheda. Mengingat Na Trioblóidí (the Troubles),
paus berkata:


Dengan berlutut, saya mohon Anda berpaling dari jalan kekerasan dan kembali ke jalan
damai ... Mereka yang menggunakan jalan kekerasan selalu mengatakan bahwa perubahan
bisa terjadi dengan kekerasan. Anda harus tahu bahwa ada cara politis, cara damai untuk
memperoleh keadilan. ”
— Paus Yohanes Paulus II[120]

Teologi pembebasan[sunting | sunting sumber]


Pada tahun 1984 dan 1986, melalui suara Kardinal Ratzinger, pemimpin Kongregasi bagi Doktrin
Iman, Yohanes Paulus II secara resmi mengutuk teori teologi Pembebasan, yang mana mempunyai
banyak pengikut di Amerika Selatan. Óscar Romero mencoba, ketika berkunjung ke Eropa, untuk
mendapatkan kutukan Vatikan untuk rezim El Salvador, dan mencela atas pelanggaran hak asasi
manusia dan dukungannya terhadap skuat kematian, namun gagal. Dalam perjalanannya ke
Managua, Nikaragua pada 1983, Yohanes Paulus II mengutuk dengan keras apa yang ia sebut
"Gereja populer""[121] (seperti komunitas gerejawi dasar atau ecclesial base communities (CEB) yang
didukung Consejo Episcopal Latinoamericano atau CELAM atau Konferensi Episkopal Amerika
Latin), dan kecenderungan klerus (rohaniwan) Nikaragua yang mendukung sayap kiri Sandinista,
mengingatkan para rohaniwan atas tugas mereka untuk taat pada Tahta Suci.[121]
Yubileum 2000[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 2000, dia secara terbuka mendukung kampanye Yubileum 2000 untuk mengurangi
hutang negara-negara Afrika yang diawali oleh bintang rock Irlandia Bob Geldof dan Bono.
Perang Irak[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 2003, Yohanes Paulus II juga menjadi kritikus terkemuka dari invasi 2003 ke Irak yang
dipimpin Amerika Serikat.[48] Pada tahun itu Paus menyatakan ketidak setujuannya terhadap invasi
tersebut dengan menyatakan, "Tidak untuk perang! Perang tidak selalu dapat dihindari. Namun
perang selalu merupakan kekalahan untuk kemanusiaan."[122] Dia mengirim Apostolik Pro-Nuncio ke
Amerika Serikat Kardinal Pio Laghi untuk berbicara dengan presiden Amerika Serikat George W.
Bush untuk menyatakan sikap anti perangnya. Yohanes Paulus II mengatakan bahwa itu terserah
pada PBB untuk menyelesaikan masalah konflik internasional melalui diplomasi dan agresi sepihak
merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan pelanggaran terhadap hukum internasional.

“ ”
Perang tidak menyelesaikan masalah atas sebab apa mereka berperang, oleh karena itu ...
terbukti berakhir sia-sia.

— Paus Yohanes Paulus II[57]

Evolusi[sunting | sunting sumber]


Pada 22 Oktober 1996, dalam sesi pleno Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan di Vatikan, Paus
Yohanes Paulus II menyatakan bahwa teori evolusi Charles Darwin adalah fakta, dan sepenuhnya
kompatibel dengan ajaran Gereja Katolik Roma.[123][124][125][126]
Namun, meski menerima teori evolusi, Yohanes Paulus II memberikan satu perkecualian - jiwa
manusia. "Jika tubuh manusia berasal dari sesuatu materi hidup yang pernah ada sebelumnya, jiwa
rohani diciptakan langsung oleh Allah".[123][125][126]
Pandangan pada seksualitas[sunting | sunting sumber]
Ketika mengambil posisi tradisional atas seksualitas, membela Gereja sebagai oposisi moral atas
pernikahan sejenis, Paus menegaskan bahwa orang-orang dengan
kecenderungan homoseksual memiliki martabat yang melekat dan hak-hak yang sama seperti orang
lain. Dalam buku terakhirnya, Memori dan Identitas, ia mengacu pada "tekanan" pada Parlemen
Eropa untuk mengizinkan "perkawinan sejenis". Dalam buku, seperti dikutip Reuters, ia menulis:
"Adalah sah dan perlu untuk bertanya pada diri sendiri jika ini bukan merupakan bagian dari ideologi
baru yang jahat, mungkin lebih berbahaya dan tersembunyi, yang mana mencoba mengadu hak
asasi manusia melawan kehidupan keluarga dan manusia."[48]
Paus juga menegaskan kembali ajaran Gereja mengenai hubungan gender terhadap transseksual,
seperti pada Kongregasi bagi Doktrin Iman, yang mana ia awasi, sudah jelas bahwa transseksual
tidak bisa melakukan pelayanan gereja.[48][117]
Pada sebuah penelitian pada tahun 1997 mengatakan bahwa 3% dari pendapat-pendapat Paus
adalah tentang isu moralitas seksual.[127]

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Taman Vatikan

Paus Yohanes Paulus II yang sakit di atas Mobil Paus pada 22 September 2004

Ketika dia menjadi paus pada 1978, Yohanes Paulus II adalah olahragawan sejati. Pada waktu yang
sama, meski berusia 58 tahun masih sehat dan aktif, jogging di Taman Vatikan, latihan beban,
berenang, dan hiking di pegunungan. Dia juga punya latar belakang bermain sepak bola. Media
membandingkan atletisme Paus yang baru dengan sosok Paus Yohanes Paulus I dan Paus Paulus
VI yang kondisi kesehatannya buruk, gemuknya Paus Yohanes XXIII dan Paus Pius XII yang sakit-
sakitan. Paus modern dengan kesehatan baik hanya Paus Pius XI (1922-1939) yang bekas pendaki
gunung.[128][129] Sebuah artikel Irish Independent pada tahun 1980 menjuluki Yohanes Paulus II
sebagai Paus yang sehat.
Yohanes Paulus II sehat sepenuhnya setelah percobaan pembunuhan pertama yang gagal, dan
berolahraga dalam kondisi fisik yang mengagumkan sepanjang tahun 1980-an. Pada November
1993, ia terpeleset di atas karpet yang baru dipasang dan jatuh beberapa anak tangga,
mematahkan tulang bahu kanannya.[130] Empat bulan kemudian ia terjatuh di kamar mandi,
dan tulang pahanya patah, berakibat pada perawatan di Rumah Sakit Gemelli, Roma
untuk penggantian pinggul.[131] Dia kemudian jarang terlihat berjalan di depan masyarakat
setelahnya, dan mulai mengalami cara berbicara yang cadel dan mengalami kesulitan pendengaran.
Kesehatan Paus yang mulai rapuh tersebut diduga karena terkena penyakit Parkinson, meski
kemudian baru diungkap pada 2001 oleh ahli bedah ortopedi Italia, Dr. Gianfranco
Fineschi.[132][133] Kuria Romawi baru mengkonfirmasi pada tahun 2003, setelah menyimpan rahasia
selama 12 tahun.[134]
Pada Februari 2005, Paus dibawa lagi ke Rumah Sakit Gemelli karena peradangan dan
pembengkakan laring, sebagai akibat terkena flu.[135] Dia dirawat lagi setelah beberapa hari keluar
rumah sakit karena kesulitan bernapas. Dilakukan trakeotomi, yang meningkatkan kemampuan
bernapas Paus namun membatasi kemampuan berbicaranya, membuatnya terlihat frustrasi. Vatikan
memastikan dia menjelang ajal pada Maret 2005, beberapa hari sebelum ia wafat.[136]

Wafat dan pemakaman[sunting | sunting sumber]

Pemakaman Paus Yohanes Paulus II menjadi pelayatan terbesar dalam sejarah masa Kristen sejak
Perang Salib, menarik kunjungan lebih dari 4 juta pengunjung ke Vatikan ditambah dengan lebih dari 3,7
juta penduduk yang menetap di Roma. Hanya 2 juta orang yang diizinkan untuk melihat jenazah Yohanes
Paulus II.

(ki-ka) Mantan Presiden George W. Bush, First Lady Laura Bush, mantan Presiden Bush dan Clinton,
dan mantan Sekretaris Negara Condoleezza Rice, memberi penghormatan disamping jenazah Yohanes
Paulus II di Basilika Santo Petrus, 6 April 2005.
Umat memenuhi misa pemakaman Yohanes Paulus II, 8 April 2005.

31 Maret 2005 akibat dari infeksi saluran kemih,[137] Yohanes Paulus II mengalami septic
shock sebuah gejala penyebaran infeksi dengan demam tinggi dan tekanan darah turun, namun dia
tidak dibawa ke rumah sakit. Namun mendapat pengawasan medis dari tim perawat di tempat
tinggal pribadinya. Ini menandakan bahwa paus sudah mendekati ajalnya; kemungkinan juga karena
keinginannya untuk meninggal di Vatikan.[138] Hari itu juga, sumber Vatikan mengumumkan bahwa
Yohanes Paulus II telah mendapat Sakramen pengurapan orang sakit oleh teman dan
sekretarisnya Stanisław Dziwisz. Selama hari-hari terakhir kehidupan Paus, cahaya tetap dinyalakan
menerangi malam di mana dia tinggal di lantai atas Istana Apostolik. Puluhan ribu umat berkumpul
di Lapangan Santo Petrus dan jalan-jalan sekitarnya selama dua hari. Mendengar kabar ini, paus
yang sedang sekarang berkata: "Saya telah mencari untuk Anda, dan kini Anda telah datang kepada
saya, dan saya berterima kasih."[139]
Sabtu, 2 April 2005, sekitar pukul 15.30 CEST, Yohanes Paulus II mengatakan kata
terakhirnya, "pozwólcie mi odejść do domu Ojca", ("biarkan aku pergi ke rumah Bapa"), kepada
pendampingnya, dan mengalami koma sekitar empat jam kemudian.[139][140] Misa persiapan Minggu
Kerahiman Ilahi memperingati kanonisasi Maria Faustina Kowalska pada 30 April 2000,[141] baru
dilakukan di sisi ranjangnya, dipimpin oleh Stanisław Dziwisz dan bersama dua pendamping
Polandia. Juga hadir Kardinal dari Ukraina yang pernah melayani menjadi pastor bersama Paus di
Polandia, juga beberapa biarawati Polandia dari Kongregasi Suster-suster Hati Kudus
Yesus (Congregation of the Sisters Servants of the Most Sacred Heart of Jesus), yang melayani
rumah tangga kepausan. Ia meninggal dunia di apartemen pribadinya jam 21:37 CEST
(19:37 UTC)[134][140][142] karena kegagalan jantung akibat tekanan darah rendah dan kegagalan
peredaran darah, 46 hari sebelum ulang tahunnya yang ke-85. Yohanes Paulus II tidak mempunyai
keluarga dekat pada saat meninggal, dan perasaannya sudah terungkap dari kata-katanya, seperti
tertulis pada tahun 2000, pada testamen terakhirnya:[143]


Dalam masa akhir kehidupan duniawi saya yang semakin dekat, ingatan saya kembali ke
masa lalu, pada orang tua saya, pada saudara laki saya dan saudara perpempuan (yang
saya tidak tahu karena meninggal sebelum kelahiran saya), pada Paroki di Wadowice di
mana saya dibaptis, pada kota yang saya cintai, pada semua relasi, teman-teman SD
sampai SMA dan universitas, sampai waktu saya menjadi pekerja, kemudian di Paroki
Niegowic, sampai Santo Florian di Kraków, pada layanan pastoral akademisi, pada
lingkungan dari ... untuk semua milieux ... untuk Kraków dan untuk Roma ... kepada orang-
orang yang dipercayakan secara khusus oleh Tuhan kepada saya.[143] ”
Situasi Misa Requiem, 8 April 2005

Kematian Paus Yohanes Paulus II diiringi ritual berusia berabad-abad lamanya dan tradisi yang
berawal sejak masa pertengahan. Upacara Pengunjungan berlangsung dari 4 April hingga pagi hari
tanggal 8 April di Basilika Santo Petrus. Testamen Paus Yohanes Paulus II yang dipublikasikan
pada 7 April[144] mengungapkan bahwa paus berkeinginan dimakamkan di tanah kelahirannya
Polandia namun tergantung dari para Kardinal, yang memutuskan untuk dikebumikan di gua-gua di
bawah basilika.
Pada 8 April, pukul 8.00 pagi UTC, Misa Requiem dipimpin oleh Kardinal Joseph Ratzinger sebagai
Dekan Dewan Kardinal dan dihadiri lebih dari 180 orang Kardinal dari berbagai negara. Misa ini
menjadi misa yang memecahkan rekor dunia dalam hal jumlah kehadiran umat dan banyaknya
kepala negara yang hadir.[145][146][147][148] (lihat: Daftar peserta resmi pemakaman Paus Yohanes
Paulus II). Ini adalah berkumpulnya para kepala negara terbesar dalam sejarah, mengalahkan
pemakaman Winston Churchill (1965) dan Josip Broz Tito (1980). Empat raja, lima ratu, dan
sedikitnya 70 presiden dan perdana menteri, serta lebih dari 14 pimpinan agama dari agama selain
Katolik menghadiri pemakaman.[146]
Peristiwa ini juga mungkin menjadi ziarah Kristen terbesar dalam sejarah, dengan perkiraan empat
juta orang berkumpul dalam perkabungan di Roma.[145][147][148][149] Sekitar 250.000 sampai 300.000
orang mengikuti peristiwa ini di Vatikan.[148] Dekan Para Kardinal, Kardinal Joseph Ratzinger, yang
kemudian menjadi paus berikutnya, memimpin upacara. Yohanes Paulus II dikebumikan di gua di
bawah basilika, makam para Paus. Ia dikebumikan di liang makam yang sebelumnya dipakai
jenazah Paus Yohanes XXIII. Liang itu telah dikosongkan ketika jenazah Paus Yohanes XXIII
dipindahkan ke ruang lain di basilika setelah dibeatifikasi.

Wikinews bahasa
Inggris memberitakan: Pope
John Paul II dies

Pengakuan anumerta[sunting | sunting sumber]


Gelar yang Agung[sunting | sunting sumber]
Patung Yohanes Paulus II di Częstochowa, selatan Polandia

Patung Yohanes Paulus II di Kalwaria Zebrzydowska, Polandia.

Patung Paus Yohanes Paulus II (1984) dipahat oleh seniman setempat First Nations di Martyrs'
Shrine, Midland, Ontario

Sejak wafatnya Yohanes Paulus II, sejumlah imam di Vatikan dan kaum awam di seluruh
dunia[62][145][150] telah menyebutnya "Yohanes Paulus yang Agung"; hanya empat paus yang disebut
demikian, dan menjadi yang pertama sejak milenium pertama.[62][150][151][152]
Siswa dari Hukum Kanon mengatakan bahwa tidak ada proses resmi untuk menyatakan seorang
Paus mendapatkan gelar "Yang Agung"; gelar ini muncul sendiri melalui penggunaan populer dan
terus menerus,[145][153][154] seperti juga pada kasus pemimpin sekuler (sebagai contoh, Aleksander III
dari Makedonia menjadi populer dan dikenal sebagai Aleksander Agung. Tiga paus saat ini yang
diketahui menyandang "Yang Agung" adalah Paus Leo I, yang memimpin dari 440-461 dan
membujuk Attila (Attila the Hun) untuk mundur dari Roma; Paus Gregorius I, 590-604, yang
mengilhami penamaan kidung Gregorian; dan Paus Nikolas I, 858-867.[150]
Pengerusnya Paus Benediktus XVI, menyebutnya "Paus Yohanes Paulus II yang agung" pada
pidato awalnya[155] dari loggia Gereja Santo Petrus, dan menyebutkan Paus Yohanes Paulus II
sebagai "Agung" di homili yang diterbitkan pada Misa pemakamannya (Mass of Repose).[156]
Sejak memberikan homili pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus selalu
menyebut Yohanes Paulus II sebagai "yang Agung". Pada Hari Pemuda Dunia ke-20 di Jerman
2005, Paus Benediktus XVI, berbicara dalam bahasa Polski, bahasa ibu Yohanes Paulus II,
mengatakan, "Seperti Paus Yohanes Paulus II yang Agung akan berkat: jagalah api keimanan
dalam kehidupanmu dan kerabat dekatmu." Pada Mei 2006, Paus Benediktus XVI mengunjungi
tanah kelahiran Yohanes Paulus II di Polandia. Selama kunjungannya, ia berulang kali menyebut
"Yohanes Paulus yang Agung" dan "pendahulu saya yang agung".[157]
Sebagai tambahan Vatikan menyebutnya "yang Agung," banyak surat kabar melakukannya juga.
Contohnya, koran Italia Corriere della Sera menyebutnya "yang sangat Agung" dan koran Katolik
Afrika Selatan, The Southern Cross, menyebutnya "Yohanes Paulus II Yang Agung".[158]
Beberapa sekolah di Amerika Serikat, seperti Universitas Katolik Yohanes Paulus
Agung dan Sekolah Menengah Atas Yohanes Paulus Agung, dinamakan demikian setelah Yohanes
Paulus II menggunakan julukan itu.
Beatifikasi[sunting | sunting sumber]

Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II

Monumen untuk Paus Yoahanes Paulus II di Poznań

Terinspirasi dari seruan "Santo Subito!" ("jadikan Santo Segera!") dari kerumunan umat pada saat
pemakamannya,[6][145][7][159][160][161] Paus Benediktus XVI memulai proses beatifikasi kepada
pendahulunya, melewati batasan normal bahwa lima tahun harus berlalu setelah wafatnya
seseorang sebelum proses beatifiksi bisa dimulai.[7][159][162][163] Pada audiensi dengan Paus Benediktus
XVI, Camillo Ruini, Vikaris Jenderal Keuskupan Roma dan orang yang bertanggung jawab untuk
mempromosikan alasan kanonisasi seseorang yang meninggal dalam keuskupan, mengutip
"keadaan luar biasa" yang menyebabkan masa menunggu bisa diabaikan.[19][145][164][165] Keputusan ini
diumumkan pada 13 Mei 2005, pada Perayaan Our Lady of Fátima dan peringatan 24 tahun
percobaan pembunuhan Yohanes Paulus II di lapangan Santo Petrus.[166]
Pada awal 2006, dilaporkan bahwa Vatikan sedang menyelidiki kemungkinan mukjizat terkait
dengan Yohanes Paulus II. Suster Marie Simon-Pierre, seorang biarawati Prancis dan anggota
Konggregasi Little Sisters of Catholic Maternity Wards, yang hanya bisa tergolek di tempat tidurnya
karena penyakit Parkinson,[159][167] dilaporkan mendapatkan pengalaman "kesembuhan total setelah
anggota komunitasnya berdoa untuk perantaraan dengan Paus Yohanes Paulus
II".[6][145][159][168][169][170] Hingga Mei 2008, Sister Marie-Simon-Pierre, then 46,[6][159] Kemudian berkarya
lagi di rumah sakit ibu dan anak yang dioperasikan oleh ordo-nya.[163][167][171][172] "Saya sakit dan
sekarang saya telah disembuhkan," dia mengatakan pada wartawan Gerry Shaw. "Saya sembuh,
namun ini terserah gereja apakah ini adalah mukjizat atau bukan."[167][171]
Pada 28 Mei 2006, Paus Benediktus XVI berkata pada Misa yang dihadiri sekitar 900.000 orang di
tanah kelahiran Yohanes Paulus II di Polandia. Dalam homilinya, dia meminta doa untuk
mengawali kanonisasi Yohanes Paulus II dan berharap kanonisasi dapat terjadi "dalam waktu
dekat."[167][173]
Pada Januari 2007, Kardinal Stanisław Dziwisz dari Kraków, yang pernah menjadi sekretarisnya,
mengumumkan bahwa tahap wawancara untuk proses beatifikasi, di Italia dan Polandia, mendekati
selesai.[145][167][174] Pada Februari 2007, peninggalan Paus Yohanes Paulus II berupa potongan jubah
putih yang sering ia gunakan mulai didistribusikan bersama kartu doa untuk suatu alasan, sebuah
kebiasaan khas setelah meninggalnya seorang Katolik yang saleh.[175][176]
Pada 8 Maret 2007, Vikaris Roma mengumumkan bahwa tahap diosis Yohanes Paulus II untuk
beatifikasi telah selesai. Diikuti dengan upacara pada 2 April 2007 — upacara kedua setelah
meninggalnya Paus — kemudian proses berlanjut untuk pengawasan komite awam, para imam, dan
anggota keuskupan Vatikan Congregation for the Causes of Saints, yang akan melanjutkan
penyelidikan dari mereka.[7][167][174]
Pada peringatan tahun keempat wafatnya Paus Yohanes Paulus II, 2 April 2009, Kardinal Dziwisz,
memberitahu wartawan tentang mukjizat yang baru saja muncul di makamnya di Basilika Santo
Petrus.[171][177][178][179][180][181][182] Seorang anak laki Polandia berusia sembilan tahun dari Gdańsk, yang
menderita kanker ginjal dan tidak bisa berjalan, mengunjungi makam bersama orang tuanya. Ketika
meninggalkan Basilika Santo Petrus, anak itu mengatakan, "Saya ingin berjalan," dan mulai bisa
berjalan normal.[171][177][178][179][180][181][182]
Pada 16 November 2009, sebuah panel peninjau dari Congregation for the Causes of
Saints mengambil suara secara tertutup bahwa Paus Yohanes Paulus II pernah hidup dalam
kebajikan.[183][184] Pada 19 Desember 2009, Paus Benediktus XVI menanda tangani satu dari dua
dekret (keputusan) yang diperlukan untuk beatifikasi dan menyebut Yohanes Paulus II "Yang Mulia",
untuk menandakan bahwa ia hidup dalam kegagahan dan kebajikan.[183][184] Pengambilan suara
kedua dan dekret kedua ditanda tangani untuk menandai kebenaran dari mukjizatnya yang pertama
(suster Marie Simon-Pierre, biarawati Prancis yang sembuh dari penyakit Parkinson). Begitu dekret
kedua ditanda tangani, positio (laporan alasan, dengan dokumentasi kehidupannya dan tulisan-
tulisannya ditambah informasi tentang alasannya) telah dianggap lengkap.[184] Dia dapat di
beatifikasi.[183][184] Beberapa spekulasi mengatakan bahwa dia kemungkinan akan di beatifikasi ketika
(atau segera setelah) bulan peringatan 32 tahun terpilihnya sebagai Paus pada 1978, yaitu pada
Oktober 2010. Mgr. Oder mencatat, ini bisa terjadi jika dekirt kedua ditanda tangani tepat waktu oleh
Paus Benediktus XVI, jika mukjizat paska wafatnya Yohanes Paulus II dapat dicatatkan untuk
menyelesaikan positio tersebut.
Vatikan mengumumkan pada 14 Januari 2011 bahwa Paus Benediktus XVI telah mengkonfirmasi
mukjizat yang terkait suster Marie Simon-Pierre dan Yohanes Paulus II dapat di beatifikasi pada 1
Mei, Minggu Rahmat Ilahi dalam oktaf Paskah dan awal bulan Rosario. 1 Mei juga dirayakan di
bekas negara-negara komunis seperti Polandia. dan beberapa negara Eropa Barat sebagai May
Day (Hari Buruh), dan Paus Yohanes Paulus II sangat dikenal dalam banyak hal, termasuk dalam
kontribusinya dalam runtuhnya Komunisme Eropa Timur dengan damai, yang juga terbukti
kebenarannya oleh bekas presiden Soviet Gorbachev pada saat wafatnya Yohanes Paulus II.[16]
Pada 29 April 2011, peti Paus Yohanes Paulus II digali mengawali beatifikasinya, sementara
puluhan ribu umat mulai berdatangan ke Roma untuk peristiwa besar sejak pemakamannya pada
tahun 2005.[185] Peti tertutup berisi jenazah Yohanes Paulus II dipindahkan dari gua di bawah
Basilika Santo Petrus ke monumen batu marmer di Kapel Santo Sebastian, Pier Paolo Christofari, di
mana Yang Diberkati (Beato) Paus Innosensius XI dimakamkan. Lokasi yang lebih baik ini, dekat
Kapel Pieta, Kapel Sakramen Mahakudus dan patung dari Paus Pius XI dan Paus Pius XII, akan
memungkinkan lebih banyak peziarah melihat makamnya.
Polandia mengeluarkan koin emas 1.000 Złoty (mata uang Polandia) dengan wajah Paus Yohanes
Paulus II untuk memperingati beatifikasinya.[186]

“ ”
Akan menjadi kegembiraan luar biasa bagi kami ketika resmi dibeatifikasi, namun sejauh
pengamatan kami dia sudah menjadi Santo.

— Kardinal Stanisław Dziwisz, Uskup Agung Kraków[172]

Pada hari yang sama "Non abbiate paura" ("Tanpa takut"), lagu resmi yang didedikasikan untuk
Yohanes Paulus II yang menampilkan foto dan kata-kata asli dari Yohanes Paulus II diedarkan.
Lagu, yang diciptakan oleh Giorgio Mantovan dan Francesco Fiumanò, dinyanyikan oleh penyanyi
Italia Matteo Setti dan satu-satunya karya musik di mana Vatikan memberikan izin penggunaan
suara rekaman Karol Wojtyła.[187]
Pada 5 Juli 2013, Paus Fransiskus mensetujui kanonisasi terhadap Paus Yohanes Paulus II dan
Paus Yohanes XXIII. Dan pada 30 September 2013 , Paus Fransiskus menyetujui bahwa kedua
Paus tersebut akan dikanonisasi pada 27 April 2014.
Kritik[sunting | sunting sumber]
Yohanes Paulus II mendapat kritik atas dukungannya pada prelatur Opus Dei dan kanonisasi
pendirinya pada tahun 2002, Josemaría Escrivá, yang mana dia sebut "santo dari kehidupan
biasa"[117][188][189] Beberapa gerakan dan organisasi keagamaan lain dari Gereja jelas berada dalam
pengaruhnya (Legiun Kristus, Jalan Neokatekumen, Gerakan Schoenstatt, Gerakan Karismatik),
dan dia dituduh beberapa kali mengabaikan beberapa hal, terutama kasus Rev. Marcial Maciel,
pendiri Legiun Kristus.[117][190]
Yohanes Paulus II mempertahankan pengajaran moral Gereja Katolik terkait peranan seks dan
gender, seksualitas, eutanasia, keluarga berencana alami, serta aborsi meskipun ditentang banyak
pihak.
Banyak aktivis gay dan lainnya mengkritiknya ketika mempertahankan oposisi Gereja
terhadap homoseksualitas dan pernikahan sejenis, namun juga nyata bahwa Yohanes Paulus II
mengutuk diskriminasi terhadap kelompok ini.[117] Tahun 2007, majalah TIME melaporkan bahwa
salah satu penyebab meninggalnya Yohanes Paulus II kemungkinan adalah pertentangan
keyakinannya mengenai penggunaan peralatan medis untuk memperpanjang usia.[191]
Selain semua kritik dari mereka yang menuntut modernisasi, kaum Katolik Tradisionalis kadang-
kadang juga mengecamnya, menuntut kembali ke Misa Tridentin[192] dan menolak reformasi yang
dilembagakan setelah Konsili Vatikan II, seperti penggunaan bahasa daerah atau bahasa nasional
dari sebelumnya bahasa Latin dalam Misa Ritus Roma, ekumenisme dan prinsip kebebasan
beragama. Dia juga dituduh oleh para kritikus karena mengizinkan penunjukan uskup liberal dalam
tahtanya dan dengan diam-diam mempromosikan modernisme, yang sebelumnya jelas dikutuk
sebagai "sintesis dari semua ajaran sesat" oleh pendahulunya Paus Pius X.[117]
Yohanes Paulus yang mempertahankan moral Gereja Katolik dalam menolak penggunaan
pengaturan kelahiran yang tidak alami (KB) sangat dikritik oleh para dokter dan aktvis AIDS, yang
mengatakan penolakan itu akan mengarah pada kematian yang tak terhitung dan jutaan yatim piatu
karena AIDS.[193] Para pengkritik juga mengklaim bahwa keluarga besar adalah karena
kurangnya kontrasepsi memperparah kemiskinan dan timbulnya masalah di Dunia
Ketiga seperti anak jalanan di Afrika Selatan.[117] Catholic Agency for Overseas
Development (CAFOD) mempublikasikan tulisan ilmiah yang menyebutkan, "Setiap strategi yang
memungkinkan orang untuk berpindah dari risiko tinggi ke yang lebih rendah dalam satu kesatuan,
(kita) yakini, adalah risiko sebenarnya dalam "strategi pegurangan".[194]
Permintaan maaf[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Daftar permintaan maaf yang dibuat oleh Paus Yohanes Paulus II
Yohanes Paulus II meminta maaf pada orang Yahudi, Galileo, wanita, korban Inkuisisi, Muslim yang
terbunuh pada Perang Salib, dan hampir pada semua orang yang menderita karena perbuatan
Gereja Katolik pada masa lalu.[48][195] Jauh sebelum ia menjadi Paus, ia adalah editor yang menonjol
dan pendukung inisiatif seperti Surat Rekonsiliasi Uskup Polandia kepada Uskup Jerman tahun
1965. Sebagai Paus, ia membuat pernyataan maaf yang dipublikasikan untuk lebih dari 100
kesalahan, termasuk:

 Prosedur hukum pada ilmuwan dan filsuf Italia Galileo Galilei, yang juga seorang Katolik yang
taat pada sekitar tahun 1633 (31 Oktober 1992).[145]
 Keterlibatan Katolik dalam perdagangan budak Afrika (9 Agustus 1993).
 Peran Hierarki Gereja pada penghukuman mati dengan dibakar dan perang agama yang
mengikuti Reformasi Protestan (Mei 1995, di Republik Ceko).
 Ketidak adilan terhadap perempuan, pelanggaran hak asasi perempuan dan perendahan
martabat perempuan dalam sejarah (10 Juli 1995, pada sebuah surat pada "semua
perempuan")
 Ketidak aktifan dan pembiaran oleh banyak umat Katolik selama Holocaust (lihat artikel Agama
di Nazi Jerman) (16 Maret 1998).

“ ”
Permintaan maaf itu lebih sulit dibanding berbohong, untuk sebuah maaf kebohongan telah
dipenjarakan.

— Paus Yohanes Paulus II[57]

Penghargaan dan penamaan[sunting | sunting sumber]

Paus Benediktus XVI diperlihatkan sebuah peta Peninsula Yohanes Paulus II di Antartika.

Beberapa proyek nasional dan kota diberi namanya sebagai penghargaan: Stasiun Roma Termini,
didedikasikan untuk Paus Yohanes Paulus II atas permintaan Dewan Kota, bangunan pertama di
Roma yang diberi nama di luar orang Italia. Bandar udara internasional yang dinamakannya
adalah Bandar Udara Internasional Yohanes Paulus II Kraków (Kraków Airport im. Jana Pawła II) -
satu bandara utama di Polandia - dan Bandar Udara Yohanes Paulus II (Aeroporto João Paulo II)
di Azores, Portugal. Jembatan Yohanes Paulus II (Juan Pablo II Puente) di Chili, juga Lapangan
Yohanes Paulus II di Bulgaria memperingati kunjungan Paus ke Sofia tahun 2002. Di Tegucigalpa,
ibu kota Honduras ada jalan raya (boulevard) dinamakan "Yohanes Paulus II" (Juan Pablo II) yang
dinamakan demikian setelah kunjungan Paus ke Tegucigalpa.
Stadion Yohanes Paulus II (Estádio João Paulo II) adalah sebuah stadion sepak bola di Moji-
Mirim, Brasil. Parvis Notre-Dame - Place Jean-Paul II adalah sebuah pusat lingkungan di Paris.
Minggu 10 Desember 2006, kota Ploërmel, Morbihan, barat Prancis, meresmikan patung Yohanes
Paulus II setinggi 8,75 m (28,71 ft), yang merupakan hadiah dari pematung Russo-Georgian Zurab
Tsereteli. Taman Reservasi Paus Yohanes Paulus II (Pope John Paul II Park Reservation)
di Boston, Massachusetts[196] juga (jalan) Pope John Paul II Drive berada di Chicago, Illinois.[197]
Di Filipina, Paroki Yesus, the Way the Truth and the Life mear SM Mall of Asia di Pasay City juga
disebut Pusat Pemuda Internasional Yohanes Paulus II (John Paul II International Youth Centre).
Ketika Sekretaris Vatikan untuk Hubungan antar Negara, Uskup Agung Jean Louis Tauran pergi ke
negara ini, ia disambut kaum muda dari seluruh keuskupan sufragan dari Keuskupan Agung Manila
disitu. Di Sekolah Tinggi Katolik Pasig, satu dari gerbang untuk SMA dinamakan "Gerbang Paus
Yohanes Paulus II". Gerbang ini mengarah langsung ke wisma uskup dan Katedral Immaculate
Conception. Di Bacolod City, sebuah menara didedikasikan untuk dia di daerah reklamasi dekat SM
City Bacolod dan diberi nama Menara Paus Yohanes Paulus II. Menara ini adalah struktur bangunan
di kota itu.
Dari kepentingan internasional Peninsula Yohanes Paulus II di Pulau Livingston, Kepulauan
Shetland Selatan dinamakan demikian sebagai penghargaan kepada Paus.
Penanda Antartika tersebut sebagai pengakuan atas kontribusinya terhadap perdamaian dunia dan
saling pengertian antar sesama manusia di dunia.

“ ”
Kemerdekaan tidak hanya terdiri dari mengerjakan apa yang kita suka, tetapi juga dalam
mendapatkan hak yang seharusnya bisa kita lakukan.

— Paus Yohanes Paulus II[57]

Penerus[sunting | sunting sumber]


Pada 19 April 2005 Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman terpilih sebagai pemimpin
baru Vatikan setelah konklaf selama dua hari. Ratzinger memilih nama regnal Paus Benediktus XVI.

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]


 George Weigel, Witness to Hope (1999, 2001) ISBN 0-06-018793-X

Artikel terkait[sunting | sunting sumber]


 Daftar Peserta Resmi Pemakaman Paus Yohanes Paulus II
Ensiklik Paus Yohanes Paulus II[sunting | sunting sumber]

 1979: Redemptor hominis


 1980: Dives in misericordia
 1981: Laborem exercens
 1985: Slavorum Apostoli (Epistola encyclica)
 1986: Dominum et vivificantem
 1987: Redemptoris Mater
 1987: Sollicitudo rei socialis
 1990: Redemptoris missio
 1991: Centesimus annus
 1993: Veritatis splendor
 1995: Evangelium vitae
 1995: Ut unum sint
 1998: Fides et ratio
 2003: Ecclesia de Eucharistia

Anda mungkin juga menyukai