Anda di halaman 1dari 28

OPERASI DASAR CRO

(Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dalam Mata Kuliah Alat Ukur Fisika)

Dosen Pengampu :Dr. Karya Sinulingga M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4
FISIKA DIK’A 2019

• DIAN RONALDO SIHOTANG (4193321011 )


• LAILU SUJA ( 4193121015)
• PUTRI PRATIWI (4191121005)

PENDIDIKAN FISIKA - A
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas rahmat dan hidayahnya. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sesuai dengan rencana.

Makalah dengan judul “OPERASI DASAR CRO” disusun dengan maksud untuk
memenuhi syarat guna mengikuti mata kuliah Alat Ukur Fisika dan untuk mengetahui berbagai
hal secara mendalam mengenai pembahasan dalam alat ukur fisika.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Maka dari itu saya menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Dr.Karya Sinulingga, M.Si selaku Dosen
Pengampu yang telah membimbing kami dan teman-teman yang senantiasa sudah membantu.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikan makalah ini berkat bantuan


berbagai pihak. Penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 04 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................ i


DAFTAR ISI ................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1


A. Latar Belakang ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................ 2
E. Tujuan Penulisan ................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................ 3
A. Operasi Dasar CRO ................................................ 3
B. Operasi CRT ................................................ 6
C. Sistem Defleksi Vertikal ................................................ 11
D. Saluran Tunda (Delay Line) ................................................ 16
E. Sistem Defleksi Horizontal ................................................ 19
BAB III PENUTUP ................................................ 24

A. Kesimpulan ................................................ 24

B. Saran ................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................ 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan eksperimen dibutuhkan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam
pengukuran yang disebut alat ukur. Dalam kehidupan sehari hari, alat ukur listrik merupakan
peralatan yang diperlukan oleh manusia. Dikarenakan besaran listrik yaitu: tegangan, arus, daya,
frekuensi dan sebagainya tidak dapat kita ukur langsung karena tidak dapat langsung ditanggapi
oleh alat indra kita. Oleh karena itu besaran listrik tersebut di transformasikan melalui fenomena
fisis yang akan memungkinkan pengamatan melalui indra kita. Proses pengukuran dalam system
tenaga listrik merupakan salah satu prosedur standar yang harus dilakukan. Dikarenakan melalui
pengukuran akan diperoleh besaran-besaran yang diperlukan, baik untuk pengambilan keputusan
instrumental control maupun hasil yang diinginkan oleh seorang user (pengguna).

Osiloskop merupakan alat ukur (instrument) elektronika yang berfungsi memproyeksikan


bentuk sinyal baik sinyal analog maupun sinyal digital sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat
dilihat, diukur, dihitung dan dianalisa sesuai dengan bentuk keluaran sinyal yang diharapkan.
Osiloskop memegang peran yang sangat penting dalam bidang perkembangan teknologi karena
untuk menciptakan suatu perangkat elektronika dibutuhkan suatu alat ukur yang dapat digunakan
untuk menganalisis perangkat yang akan dibuat sehingga perangkat tersebut dapat bekerja sesuai
dengan yang diinginkan oleh pembuatnya.

Namun osiloskop merupakan alat ukur yang tidak murah, sehingga tidak semua orang
dapat membeli perangkat tersebut. Hal tersebut akan menjadi kendala bagi orang-orang yang
bekerja di bidang elektronika, pelajar yang mempelajari bidang elektronika, maupun orang-orang
yang memiliki hobi di bidang elektronika namun tidak memiliki financial yang cukup untuk
memiliki perangkat tersebut. Sehingga hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk
membuat sebuah alat yang berfungsi sebagai osiloskop dengan harga yang lebih murah, dan
bersifat praktis (mudah) digunakan, dan mudah untuk dibawa).

Hal tersebut dapat terwujud dengan memanfaatkan mikrokontroler sebagai komponen


pendukung utama untuk membuat alat tersebut dan dengan memanfaatkan komunikasi Universal
Serial Bus (USB) sebagai sistem antarmuka antara perangkat dengan komputer sehingga
perangkat tersebut nantinya akan mudah digunakan melalui PC ataupun laptop, karena pada era
sekarang ini baik PC maupun laptop sudah jarang yang memiliki port serial maupun paralel.

Kepentingan alat-alat ukur dalam kehidupan kita tidak dapat disangkal lagi. Hampir
semua alat ukur berdasarkan energi elektrik, karena setiap kuantitas fisis mudah dapat diubah
kedalam kualitas elektrik, seperti tegangan, arus, daya dan seterusnya. Terlepas dari penggunaan
elektronik dalam kehidupan sehari-hari, sebagai mahasiswa Pendidikan Fisika alat-alat ukur

1
elektrik ini atau elektronika ini merupakan suatu mata kuliah wajib. Setiap mahasiswa program
S-1 Pendidikan Fisika diharuskan mampu menggunakan semua alat-alat ukur elektronika dan
memahami system kerja dalam alat ukur tersebut ini agar dapat menunjang pengimplementasian
dalam lapangan kerja kelak sebagai pengajar.

Mengingat pegitupentingnya alat ukur Osiloskop baik dalam pengukuran listrik dan
system kerjanya, maka didalam makalah ini akan dibahas mengenai alat ukur elektronika
Osiloskop, sehingga makala ini berjudul “Osiloskop”.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dari makalah “Osiloskop adalah:

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Osiloskop”adalah:

1. Dapat mengetahui Operasi dasar CRO (cathode ray oscilloscope);

2. Dapat mengetahui Tabung sinar katoda (CRT) yang terdapat didalam Osiloskop;

3. Dapat mengetahui Sistem defleksi vertical dalam Osiloskop;

4. Dapat mengetahui Saluran tunda (delay line) dalam Osiloskop dan;

5. Dapat mengetahui Sistem defleksi horizontal dalam Osiloskop.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Operasi Dasar CRO (cathode ray oscilloscope)

Osiloskop adalah alat yang digunakan untuk mengetuhi polaritas arus dan tegangan
searah yang selalu tetap dan arus bolakbalik yang selalu berubah-ubah. Melalui Osiloskop juga
diamati nilai frekuensi dan bentuk gelombang yang dihasilkan. Jadi, Osiloskop adalah peralatan
elekttronika yang digunakan untuk memperlihatkan bentuk tegangan listrik. Misalnya, kita tidak
pernah bias melihat signal yang dipancarkan oleh Hendphone yang kita gunakan. Dengan
bantuan Osiloskop, signal tersebut di perlihatkan di layarosiloskop, sehingga dapatdilihat bentuk
gelombang, panjangg elombang atau frekuensi gelombang, maupun cacat
gelombang. Berdasatkan cara kerjanya Osiloskop dibedakan menjadi dua bagian yaitu
Osiloskop Analog dan Osiloskop Digital.

Pada makalah ini akan dibahas tentang osiloskop sinarkatoda (cathode ray oscilloscope,
atau CRO) adalah instrument laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalakan yang
digunakan untuk pengukuran dan analisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam
rangkaian-rangkaian elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar
(plotter) X-Y yang sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukkan terhadap sinyal
lain atau terhadap waktu. Plotter ini adalah sebuah bintikcahaya yang bergerak melalui
permukaan layar dalam memberitanggapan terhadap tegangan-tegangan masukkan.

Didalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu X atau masukan horixontal adalah tegangan
tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu yang secara
periodic menggerakkan bintik cahaya dari kiri kekanan melalui permukaan layar. Tegangan yang
akan diperiksa dimasukkan kesumbu Y atau masukan vertical CRO, menggerakkan bintik dari
atas kebawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masuk berulang dengan laju yang cukup cepat,
gambar akan terlihat sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO
melengkapi suatu cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu.

Disamping tegangan, CRO dapat menyajikan gambaran visual dari berbagai fenomena
dinamik melalui pemakaian transducer yang mengubaharus, tekanan, regangan, temperature,
percepatan, dan banyak besaran fisislainnya menjadi tegangan.CRO digunakan untuk
menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan frekuensi yang sangat tinggi. Pencatatan
kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempelkanke CRO guna penafsiran
kuantitatif.

Menurut David Haliday (1992) :Osiloskop adalah suatu hal yang digunakan untuk mengamati
bentuk gelombang dan pengukurannya. Komponen utama osiloskop adalah tabung sinarkatoda.
Komponen utama sinarkatoda (Cathode ray tube) atau CRT adalah :

3
1. Perlengkapan senapan elektron.

2. Perlengkapan pelat defleksi.

3. Layar frouorosensi.

4. Tabunggelas dan dasartabung

Terdiri dari tabung sinar katoda atau CRT (cathode ray tube), penguat vertikal (vertical
amplifier), saluran tunda (delay line), generator beasis waktu (time base generator), pengust
horizontal (horizontal amplifier), rangkaian pemicu (tiger circuit), dan sumber daya (power
suplay).

Tabung sinar katoda atau CRT merupakan jantung osiloskop dengan yang lainnya dari
rangkaian guna mengoperasikan CRT. Pada dasarnya CRT yang menghasilkan suatu berkas
electron yang dipusatkan secara tajam dan dipercepat kesuatu kecepatan tinggi. Berkas yang
dipusatkan dan dipercepat ini bergerak dari sumbernya (senapan electron, electron gun) kedepan
CRT dimana dia seakan membentuk bahan fluoresensi yang melekat dipermukaan CRT bagian
dalam dengan energy yang cukup untuk membuat layar bercahaya dalam sebuah bintik.

Selagi merambat dari sumbernya kelayar, berkas electron lewat diantara sepotong pelat
defleksivertikal dan sepasang pelat defleksi horizontal. Tegangan yang dimasukkan kepelat
defleksi vertical dapat menggerakkan berkas electron pada bidang vertical sehingga bintik CRT
bergerak keatas dan kebawah. Tegangan yang dimasukkan kepelat defleksi horizontal dapat
menggerakkan berkas pada bidang horizontal dan bintik CRT ini dari kiri kekanan.Gerakan-
gerakan ini saling tidak bergantungan satu sama lain sehingga bintik CRT dapat ditempatkan
disetiap tempat pada layar dengan menghubungkan masukan tegangan vertical dan horixontal
yang sesuai secara bersamaan.

Bentuk gelombang sinyal yang akan diamati pada layar CRT dihubungkan kemasukan
penguat vertical (vertikal amplifier). Penguatan ini disetel melalui pelemen masukan (input
attenuator) yang telah terkalibrasi, yang biasanya diberi tanda VOLTS/DIV. kaluaran dorong-
tarik (push-pull) dari penguat dikembalikan kepelat defleksi vertical melalui yang disebut saluran
tunda dengan daya yang cukup untuk mengendalikan bintik CRT dalam arah vertikal.

Generator basis waktu atau generator penyapu membangkitkan sebuah gelombang gigi
gergaji yang digunakan sebagai tegangan defleksi horinzontal dalam CRT. Bagian gelombang

4
gigi gergaji yang menuju positif adalah liniear, dan laju kenaikannya disetel oleh suatualat
control dipanel dengan yang diberi tanda TIME/DIV. Tegangan gigi gergaji ini dikembalikan
kepenguat horizontal. Penguat ini berisi sebuah pembalik fasa dan menghasilkan dua gelombang
keluaran simultanya itu gigi gergaji yang menuju positif (naik) dan gigi gergaji yang menuju
negative (menurun). Gigi gergaji yang menuju positif dimasukkan kepelat defleksi horizontal
CRT sebelah kanan dan gigi gergaji yang menuju negative kepelat defleksi sebelah kiri.
Tegangan-tegangan in imenyebabkan berkas electron melejang (menyapu) sepanjang layar CRT
dari kiri kekanan dalam satuan waktu yang dikontrol oleh TIME/DIV.

Pemasukkan tegangan defleksi kedua pasangan pelat secara bersamaan menyebabkan bintik CRT
meninggalkan bekas bayangan pada layar . Ini ditunjukkan padagambar 2.1b

Gambar 2.1b Bintik CRO menghasilkan jejak bayangan pada layar bila tegangan-tegangan
defleksi horizontal dan vertical dimasukkan.

Dimana sebuah tegangan gigi gergaji atau tegangan penyapu dimasukkan kepelat
horizontal dan sinyal gelombang sinus kepelat vertikal. Dikarenakan tegangan penyapu
horizontal bertambah secara linear terhadap waktu bintik CRT bergerak sepanjang layar pada
suatu kecepatan yang konstan dari kiri kekanan. Pada akhir peyapuan, bila tegangan gigi gergaji
secara tiba-tiba turun dari harga maksimalnya kenol bintik CRT kembali dengan cepat keposisi
awalnya dibagian kiri layar dan tetap berada disana sampai penyapuan baru dimulai. Bila sebuah
sinyal masukan dimasukkan secara bersamaan dengan tegangan penyapuan horizontal kepelat
defleksi vertical berkas electron akan dipengaruhi oleh dua gaya yaitu satu dalam bidang
horizontal menggerakkan bintik CRT keatas kebawah sesuai dengan besar dan dan polaritas
sinyal masukan. Dengan demikian gerak resultan dari berkas electron menghasilkan peragaan
sinyal masukkan vertical pada CRT sebagai fungsi waktu.

Jika sinyal masukan mempunyai sifat yang berulang peragaan CRT yang stabil dapat
dipertahankan dengan cara memulai setiap penyapuan horizontal di titik yang sama pada
gelombang sinyal. Untuk mencapai ini contoh gelombang masukan dikembalikan kerangkaian
pemicu yang akan menghasilkan sebuah pulsa pemicu di suatu titik yang dipilih pada gelombang

5
masukan. Pulsa pemicu ini digunakan untuk menghidupkan generator basis eaktu yang pada
gilirannya memulaipenyapuan bintik CRT secara horizontal dari kiri kekanan layar.

Dalam hal yang lazim transisi gelombang masukan yang terjadi mula-mula (leading
edge) digunakan untuk mengaktifkan generator pemicu agar menghasilkan pulsa pemicu dan
memulai penyapuan. Kejadian ini berlangsung sampai suatu selang waktu tertentu sehingga
penyapuan tidak dimulai sampai setelah leading edge sinyal masukan dilewatkan. Ini selanjutnya
mencegah peragaan leading edge gelombang pada layar. Maksud dari saluran tunda adalah
memperlambat kedatangan gelombang masukan pada pealat defleksi vertical sampai rangkaian
pemicu dan rangkaian basis waktu telah mempunyai kesempatan untuk memulai penyapuan
berkas. Saluran tunda ini menghasilkan keterlambatan total sebesar sekitar 0.25 µs didalam
saluran defleksi vertical sehingga leading edge gelombang dapat dilihat walaupun dia digunakan
untuk memicu penyapuan.

Sumber daya terdiri dari bagian tegangan tinggi untuk mengoperasika CRT, dan tegangan
rendah untuk mencatu (mensuplai) rangakaian elektronik osiloskop. Sumber-sumber daya ini
adalah dari buatan yang biasa.

2.2.1 Operasi CRT

Struktur bagian dalam sebuah tabung sinar katoda (Chatode ray tube) atau CRT yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Kompenen utama dari CRT untuk pemakaian umum ini
adalah:

a. Perlengkapan senapan elektron

b. Perlengkapan pelat defleksi

c. Layar fluoresensi

d. Tabung gelas dan dasar tabung

Gambar 2.2 struktur dalam dari sebuah tabung sinar katoda

Peralatan senapan elektron menghasilkan suatu berkas elektron sempit dan terfokus
secara tajam yang meninggalkan senapan pada kecepatan yang sangat tinggi dan bergerak

6
menuju layar flouresensi. Pada waktu membentuk layar, energi kinetik dari elektron-elektron
berkecepatan tinggi di ubah menjadi pancaran cahaya, dan berkas menghasilkan suatu bintik
cahaya kecil pada layar CRT. Jika tegangan dimasukkan ke pelat-pelat defleksi berkas elektron
dapat di belokkan dalam arah vertikal dan horizontal, sehingga bintik cahaya menimbulkan jejak
gambar pada layar sesuai dengan masukan-masukan tegangan ini.

Sebuah senapan elektron konvensional yang digunakan dalam sebuah CRT pemakaian
umum, pada gambar di atas. Sebutan “senapan elektron” berasal dari kesamaan antara gerakana
sebuah elektron yang dikeluarkan dari struktur senapan CRT dan lintasan sebuah peluru yang
ditembakkan dari sebuah senapan. Kenyataannya, studi mengenai gerakan partikel-partikel
bermuatan (elektron) dalam sebuah medan listrik sering disebut balistik elektron (electron
ballistics).

Dalam skema CRT pada gambar diatas , elektron-elektron dipancarkan dari sebuah
katoda termionik yang dipanaskan secara tidak langsung. Katoda ini secara keseluruhan
dikelilingi oleh sebuah kisi pengatur (contor grid) yang terdiri dari sebuah silinder nikel dengan
lobang kecil di tengahnya, satu sumbu (koaksial) dengan sumbu tabung (silinder). Elektron-
elektron yang mengatur agar lewat melalui lobang kecil didalam kisi tersebut secara bersama-
sama membentuk yang disebut arus berkas (beam current). Kenaikan tegangan negatif kisi
pengatur menurunkan arus berkas, dan berarti menurunkan intensitas (terangnya) bayangan
CRT; dengan penurunan tegangan negatif kisi memperbesar arus berkas. Kejadian ini identik
dengan kisi pengatur di dalam sebuah tabung hampa trioda yang bisa.

Elektron-elektron yang dipancarkan oleh katoda dan lewat melalui lobang kecil didalam
kisi pengatur, dipercepat oleh potensial positif tinggi yang dihubungkan ke kedua anoda
pemercepat (accelerating anodes). Kedua anoda ini dipisahkan oleh sebuah anoda pemusat
(focusing anoda) yang melengkapi suatu metode guna memusatkan elektron ke dalam berkas
terbatas yang sempit dan tajam.

2.2.2 Pemutusan Elektrostatik

Pemusatan elektrostatik digunakan dalam semua CRO. Untuk memahami bekerjanya


metoda pemusatan elektrostatik, sangat bermanfaat untuk pertama-tama memperhatikan
kelakuan dari masing-masing partikel di dalam sebuah medan listrik. Definisi intensitas medan
listrik menyatakan bahwa gaya pada satu-satuan muatan positif pada setiap titik didalam sebuah
medan listrik adalah intensitas medan listrik pada titik tersebut. Dengan demikian, menurut
efinisi

ϵ = (V/m) (2.1)

7
dimana ϵ = intensitas medan listrik, dalam V/m.

f = gaya pada muatan, dalam N.

q = muatan, dalam C.

sebuah elektron adalah sebuah partikel bermuatan negatif dan muatannya adalah

e = 1,602 x 10-19 C

Dari persamaan diatas, gaya pada elektron di dalam sebuah medan listrik menjadi

f = -eϵ N (2.2)

dimana tanda minus menunjukkan bahwa gaya tersebut bekerja dalam arah yang berlawanana
dengan arah medan maknit.

2.2.3 Defleksi Elektrostatik

Menurut definisi intensitas medan listrik ϵ, gaya pada elektron adalah fe = -eϵ Newton.
Tindakan gaya terhadap elektron akan mempercepatnya menuju elektroda positif sepanjang
garis-garis gaya fluksi medan. Hukum newton kedua mengenai gera memungkinkan kita untuk
menghitung percepatan ini, yaitu

f = ma (2.3)

dengan mendapatkan persamaan :

a = f = m/s2 (2.4)

dimana a = percepatan elektron, dalam m/s2

f = gaya terhadap elektron, dalam N

m = massa elektron, dalam kg

Hukum Newton kedua mengenai gerak yang diterapkan terhadap gaya pada electron yang
bekerja dalam arah Y, adalah

f = maᵧ atau a = = =konstan (2.5)

persamaan 2.5 menunjukkan bahwa electron bergerak dalam arah Y dengan suatu percepatan
yang konstan dalam medan listrik yang seragam. Untuk mendapatkan lintasan electron akibat
gaya percepatan ini, menggunaakan persamaan untuk kecepatan lintasan;

8
v=v˳+at (m/s) (kecepatan) (2.6)

x=x˳+ v˳t+ at² (m) (lintasan) (2.7)

sehubungan dengan syarat awal (v˳ᵧ=0), persamaan (2.6) menjadi

vᵧ=a ᵧt (m/s) (2.8)

vᵧ= (m/s) (2.9)

lintasan electron dalam arah Y lintasan (y˳=0) dan kecepatan nol (v˳ᵧ=0), diperoleh,

y= at² (m)

y=(m) (2.10)

jarak X yang dilalui oleh electron dalam selang waktu t tergantung pada kecepatan
awal v˳x dengan menggunakan persamaan (2.7), yang telah memenuhi syarat awal untuk arah X
(x˳=0 dan ax =0) menjadi,

x = v˳x t atau t= (s) (2.11)

dengan memeasukan persamaan (2.11) kedalam persamaan (2.10) diperoleh pernyataan defleksi
vertical sebagai fungsi dari jarak horizontal yang dilalui oleh electron, yaitu:

y =(m) (2.12)

Dengan memasukkan persamaan gaya maka didapat persamaan kecepatan:

2.2.4 Layar untuk CRT

Bila berkas elektron membentur layar CRT, dihasilkan sebuah bintik cahaya. Bahan layar
di bagian dalam CRT yang menghasilkan efek ini adalah fosfor. Fosfor merupakan energi kinetik
elektron-elektron pembombardir dan memancarkan kembali energi tersebut pada frekuensi yang
lebih rendah dalam spektrum yang dapat dilihat. Sifat dari bahan berkristal seperti fosfor atau
oksida seng (zinc oxide) yang memancarkan cahaya bila diransang oleh radiasi
disebut fluoresensi.

Intensitas cahaya yang dipancarkan dari layar CRT disebut luminansi (luminance), dan
bergantung pada beberapa faktor :

1. Intensitas cahaya dikontrol oleh jumlah elektron pembombardir yang membentur layar
setiap sekon. Jika yang disebut arus berkas (beam current) ini di perbesar atau arus berkas

9
dengan jumlah yang sama dipusatkan di dalam sebuah daerah yang lebih kecil dengan
mengurangi ukuran bintik, maka lumansi akan bertambah.
2. Lumansi bergantung pada energi dengan mana elektron-elektrn pembombardi membentur
layar; dan ini pada gilirannya ditentukan oleh potensi pemercepat. Suatu kenaikan pada
potensial pemercepat akan menghasilkan pertambahan luminansi.
3. Luminansi merupakan fungsi dari waktu berkas untuk membentur suatu permukaan
fosfor tertentu; berarti kecepatan menyapa akan mempengarui luminansi. Dan akhirnya,
luminansi merupakan fungsi karakteristik fisik dari fosfor itu sendiri.

2.2.5 Graticules

Graticules adalah peragaan bentuk gelombang pada permukaan CRT secara visual dapat diukur
pada pasangan tanda skala horizontal dan vertikal. Layar fluoresen tidak sebanding dengan garis-
garis graticules yang dicetak pada bagian belakang pelat plastic graticules, sehingga penyejajaran
CRT dan graticules akan berubah menurut posisi penglihatan (paralaksis).

Tanda-tanda skala ini dapat ditempatkan dipermukaan luar tabung CRT, yang dalam hal
inidi sebut external graticule atau dibagian dalam permukaan CRT, yang disebut internal
graticule. Graticule luar mempunyai keuntungan, mudah diganti dengan sesuatu yang memiliki
pols gsmbsr khusus, seperti tanda-tanda derajat untuk analisis vektor tv berwarna. Kerugian
utama graticule luar adalah paralaksis, sebab tanda skala sebudang dengan bayangan gelombang
yang dihasilkan pada fosfor; sebagai akibatnya, penjajaran jejak dan graticule akan berubah
terhadap posisi pengamatan.

2.2.6 Sambungan CRT

Sambungan elektris ke berbagai elemen di bagian dalam tabung gelas CRT dilakukan
melalui dasar tabung. Berbagai tegangan suplai bagi peralatan senapan elektron dibangkitkan
oleh dua sumber daya yang dihubungkan seri, yaitu sumber tegangan tinggi untuk tegangan
pemercepat, dan sumber tegangan rendah untuk rangkaian tambahan. Sebuah jaringan pembagi
tegangan dihubungkan ke kedua sumber daya untuk melengkapi tegangan kerja yang dibutuhkan
oleh sistem.Intensitas berkas elektron diatur dengan mengubah tegangan antara katoda grid dari
triode, dan pengaturan ini dilakukan oleh potensiometer 500 KΩ, yang terdapat sebagai alat
kontrol pada panel depan dengan tanda INTENSITY.

Dalam prinsipnya pengaturan ini dilakukan oleh potensiometer 2 MΩ di dalam jaringan


pembagi tegangan juga merupakan alat kontrol pada panel depan yang ditandai dengan FOCUS,
yang mengatur tegangan negatip pada cincin lensa antara -500 V dan - 900 V. Alat kontrol

10
ASTIGMATISM pada panel depan CRT mengatur tegangan pada anoda pemercepat di acu pada
pelat-pelat defleksi vertikal yang mengikuti seksi lensa, dan ini membentuk sebuah lensa
silindris yang mengoreksi setiap penyebaran bintik yang mungkin terjadi, dan pengaturan
dilakukan agar menda-patkan bintik yang paling bulat pada layar CRT.

Berkas dapat ditempatkan dimana saja pada layar dengan menggunakan dua kontrol
panel depan terpisah yang ditandai dengan VERTICAL POSITION dan HORIZONTAL
POSITION. Dengan mengatur VERT POS pada posisi tengahnya, pelat-pelat defleksi vertikal
dihubungkan dengan tegangan dc yang identik, sehingga tidak ada medan listrik antara
keduanya, yang berarti berkas elektron tidak disimpangkan dan hanya merambat menuju pusat
CRT. Sedikit pengaturan pada alat kontrol VERT POS mengakibatkan ketidaksetimba- ngan
pada tegangan dc yang dimasukkan ke pelat vertikal, sehingga beda potensial yang dihasilkan
akan membentuk medan listrik antara keduanya. Medan listrik ini akan mempengaruhi defleksi
berkas ketika lewat di antara pelat dan membawa bintik CRT ke suatu posisi baru pada layar.
Dengan cara yang sama, alat kontrol HOR POS dapat menggerakkan bintik CRT dalam setiap
arah horisontal pada layar, dan selanjutnya pengaturan kedua alat pengontrol ini secara
bersamaan dapat membawa bintik ke setiap lokasi yang diinginkan pada layar.

2.3 Sistem Defleksi Vertikal

2.3.1 Elemen-elemen Dasar

Menurut William David Cooper (1994:207) sistem defleksi vertikal harus memenuhi
persyaratan prestasi yang cukup ketat yang dapat disimpulkan dengan menyatakan bahwa sistem
tersebut secara meyakinkan menghasilkan kembali bentuk gelombang masukkan dalam batas-
batas lebar bidang (bandwidth), kenaikan waktu (risetime) dan amplitudo yang telah ditetapkan.
Sistem defleksi vertikal juga melengkapi sebuah penyangga (isolation) antara sumber sinyal dan
pelat defleksi vertikal. Dalam beberapa hal, sistem vertikal melengkapi berbagai modus operasi
seperti kopling DC atau AC, operasi jejak banyak (multiple trace), modus peragaan banyak
(multiple display modes), kemampuan menerima masukan selisih dan lain-lain. Ciri-ciri khusus
ini umumnya trsedia pada CRO tipe laboratorium yang lebih rumit menggunakan yang disebut
unit-unit kontak tusuk (plug in).

Elemen-elemen dasar dari penguat vertikal :

a) Jarum penduga CRO (probe);


b) Pemilihan masukan (input selector);
c) Pelemahan masukan (input attenuator)
d) Penguat vertical.

11
Gambar 2.3 diagram blok sistem defleksi vertikal

Probe berfungsi untuk menghubungkan penguat vertikal ke rangkaian yang diukur tanpa
membebani atau jika tidak, mengganggu rangkaian. Jenis probe yang ditunjukkan pada gambar
diatas adalah jenis penduga pasif. Probe ini terdiri dari sebuah tahanan seri (pelemahan sinyal)
dan sebuah kapasitor shunt variabel. Keduanya berada didalam probe. Jarum penduga CRO
(CRO probe) melakukan fungsi penting yaitu menghubungkan penguat vertikal ke rangkaian
yang diukur tanpa membenani atau jika tidak mengganggu rangkaian. Jenis jarum penduga yang
berbeda tersedia untuk berbagai pemakaian dalam pengukuran. Jarum penduga untuk pemakaian
umum pada gambar 1disebut jarum penduga pasif (passive probe). Dia terdiri dari sebuah
tahanan seri (pelemahan sinyal) dan sebuah kapasitor shunt variabel (kompensasi jarum
penduga), keduanya berada di dalam tubuh jarum penduga, di tambah dengan ujung jarum
penduga (probe tip) dan sebuah penghubung ke tanah (ground connector). Tubuh jarum penduga
dihubungkan ke terminal masukan vertikal melalui sebuah kakel yang dilengkapi dengan
konektor BNC (banana connector); atau pada CRO frekuensi rendah yang murah digunakan
kontak tusuk tipe pisang (banana) atau konektor sederhana lainnya.

2.3.2 Pemilihan masukan (Input selector)

Menurut William David Cooper (1994:208) pemilihan masukan adalah sebuah saklar
yang mempunyai tiga posisi pada CRO yaitu (ac-gnd-dc). Pemiih masukan (inpit selector) sebagi
sebuah saklar tiga posisi yaitu arus bolak-balik tanah – arus searah (ac-gnd-dc). Penempatan
pemilih masukan keposisi ac secara kapasitif akan menggandengkan tegangan sinya kepelemah (
attenuator ). Kasitor menahan (memblokir) komponen DC dari gelombang masukan dan hanya
mengijinkan kemponen AC memasuki penguat. Ini merupakan ciri yang sangat bermanfaat yang
memungkinkan pengukuran tegangan sinyal ac yang bergabung dengan tegangan catu dc atau
sumber tegangan .Penempatan pemilih masukan pada posisi dc menghubungkan tegangan sinyal
secara langsung kepelemah sehingga kedua komponen ac dan dc tersambung ke penguat. Modus
pengukuran ini terutama sangat bermanfaat guna menentukan nilai tegangan sesaat total
sambungan tanah pada pemilih masukan yang terdapat pada beberapa CRO sebagai posisi
pertengahan antara ac dan dc, merupakan ciri pengamanan yang memindahkan setiap muatan
yang tersimpan didalam pelemah masukan dengan cara mentanahkan masukan pelemah secara
seketika sewaktu dc di ubah ke modus ac.

12
2.3.3 Pelemahan Masukan (Input attenuator)

Menurut William David Cooper (1994:208) pelemahan masukkan ini terdiri dari
sejumlah pembagi tegangan RC, yang dikontrol melalui panel CRO oleh pemilih VOLTS/DIV.
Pelemahan masukan ini dapat digambarkan seperti berikut.

Gambar 2.3b rangkaian pelemahan masukan

Pelemah masukan (input attenuator) terdiri dari sejumlah pembagi tegangan RC , yang
dikontrol melalui panel depan CRO oleh pemilih VOLTS/DIV. Pemilih ini dikalibrasi dalm
faktor defleksi ( V/DIV) yang biasanya dalam urutan 1-2-5. Rangkuman khas penyetelan
pelemah adalah 0,1 ; 0,2 ; 0,5 ; 1;2 ; 5;10 ; 20 ; dan 50 volt/divisi, dengan pelemahan maximal
pada kedudukan 50 V/DIV.

Untuk menjamin operasi CRO yang linier pada rangkuman frekuensi yang tertentu (lebar
bidang khas adalah dc sampai 25 MHz), pelemahan sinyal masukan harus tidak bergantung pada
frekuensi, dan ini memerlukan yang disebut pelemah yang terkompensir (compensatet
attenuator). Pelemah ini bersama tingkat masukan dari penguat vertikal yang impedansi
masukannya dinyatakan oleh tahanan paralel terhadap kapasitor .

Dengan menempatkan saklar pelemah di posisi atas, sinyal masukan tersambung


langsung ke masukan penguat vertikal tanpa pelemahan. Dalam contoh, ini akan sesuai dengan
penyetelan 0,1 V atau dengan sensivitas sistem defleksi vertikal yang maksimal.

Dengan membuat saklar pada posisi bawah, jaringan pelemah Ra - Ca tersambung


kerangkaian sehinggah terjadi pembagian tegangan. Dia mengikuti tegangan keluaran V0 yang
sebanding dengan perbandingan impedansi antara masukanpenguat dan impedansi rangkaian
total. Dalam pelemah yang terkompensir, perbandinga impedansi ini di pertahankan konstan
tidak berantung pada frekuensi tegangan sinyal dengan mengatur Ca sedemikian, sehinggah
konstanta waktu RaCa sama dengan konstanta waktu RtCt . Bahwa ini adalah demikian, di mana
Ra, Ca, Rt, Ct di sajikan dalam konfigurasi jembatan yang telah dikenal.

V0 = (V)

13
Jembatan adalah setimbang bila RaXcl = RlXca atau bila RaCa = RlCl. Pada keadaan
setimbang, tidak ada arus cabang penghubung xy, sehingga sambunga xy dapat dihilangkan dai
rangkaian. Jadi, tegangan keluaran pada kesetimbangan jembatan ditentukan oleh pembagi
tegangan resistif yang besarnya sama dengan.

V0 = (V)

Sebuah cara praktis untuk menyetimbangkan jembatan dan mengkompensir pelemah


adalah memasukkan sinyal uji berbentuk gelombang persegi (pengalibrasi) ke masukan pelemah
dan mengatur Ca sehingga tegangan keluaran di amati pada layar CRT adalah tiruan persis dari
sinyal masukan. Dengan menghubngkan sebuah sinyal pengalibrasi ke masukan dan
mengatur Ca secara tepat , Kompensasi-lebih (over-compensation) jadi bila Ca terlalu besar,dan
ini ditunjukkan sebagai lonjakan (overshoot) pada gelombang pulsa; sedang gelombang sinus
frekuensi tinggi kelihatan lebih besar dari gelombang semula, kompensasi kurang (under
compensation) terjadi bila Ca terlalu kecil sehingga mengakibatkan lengkungan pada pojok
bentuk gelombang pengalibrasi, sedangkan sinyal frekuensi tinggi mengalamui pelemahan yang
berlebihan.

Efek pelemah terkompensir yang tidak tepat (overshoot/lengkungan) dapat dijelaskan


melalui bantuan gambar 9-20. Pada gambar 9-20(a), tegangan tangga (step voltage) dimasukkan
ke pelemah sehingga masukan berubah secara mendadak dari 0 V ke +E V pada waktu t=0.
Suatu arus yang besarnya tak terhingga terjadi pada saat t=0 untuk waktu yang kecil tak
terhingga, dan uatan q= dt disalurkan ke masing masing kapasitor. Sesuai dengan hukum
Kirchoff mngenai tegangan, tegangan ini dimasukkan pada saat t=0 adalah

E= (V) (2.13)

Tegangan awal keluaran pada t=0 bila perubahan sesaat dalam tegangan masukan adalah
besar tak berhingga (dari 0 ke + E), di tentukan oleh pembagi tegangan kapasitif dan besarnya
sama dengan

V0 (awal) = (V) (2.14)

Tegangan keluaran berupa secara eksponensial dari nilai awal ke nilai akhir keadaan
mantap (steady state) dengan konstanta waktu T = RTHCTH, dimana RTH dan CTH adalah
parameter – parameter Thevemin dari pelemah dengan melihat kembali ketrminal-terminal
keluaran pada masukan yang terhubung singkat.

Tegangan akhir keluaran pada t=∞ hanya ditentukan oleh tahanan, sebab kapasitor-
kapasitor bertindak sebagai rangakaian terbuka pada keadaan mantap tegangan DC. Berarti

(akhir)= E (V) (2.15)

Bila pelemah di kompensir secara tetap,

14
V0(awal)=V0 (akhir)

Atau dengan menggunakan persamaan (2.14) dan (2.15) diperoleh

RaCa=RlCl (2.16)

Yang tentunya adalah kondisi kesetimbangan jembatan.

Pelemahan vertikal dapat diubah-ubah melaui penyetelan VOLT/DIV, dan setiap


pengubahan memberikan jaringan pelemah Ra-Ca yang berlainan. Semua jaringan ini
menggunakan prinsip yang sama yakni: pembagi tegangan RC sederhana yang mempertahankan
suatu perbandingan penyetelan (set ratio) terhadapa satu sama lain dan frekuensiinya
dikompensir oleh kapasitor variabel kecil Ca. Pada CRO tipe laboratorium komponen-komponen
resistip dan kapasitip dari pelemah dipilih sedemikian, sehingga masukan vertikal CRO selalu
menyajikan inpedansi yang sama terhadap rangkaian yang diuju, tampa menghiraukan
kedudukan VOLT/DIV. Nilai khas parameter masukan ini adalah 1 MΩ diperoleh 33 pF.

2.3.4 Penguat Vertikal

Menurut William David Cooper (1994:2012) penguatan ini digunakan untuk memenuhi
atau mempertahankan persyaratan stabilitas dan lebar bidang (bandwidth). Penguatan vertikal
dipertahankan dalam batas kemampuannya untuk menangani sinyal berdasarkan pemilihan
pelemahan masukan yang sesuai jadi penguat berhubungan dengan pembacaan terendah dari
selektor VOLT/DIV.Penguatan vertikal pada umumnya terdiri dari dua blok rangkaian utama
yaitu pra-penguat (preamplifier) dan penguat vertikal utama (main vertical amplifier).

Gambar 2.3c diagram blok penguat vertikal

Penguat vertikal (vertical amplifier) terdiri dari beberapa tingkatan dengan sensifitas atau
penguatan total yang tetap biasanya dinyatakan dalam faktor defleksi (V/DIV). Keuntungan
penguatan tetap adalah bahwa penguat tersebut dapat lebih mudah dirancang atau
mempertahankan persyaratan stabilitas dan lebar bidang (bandwith). Penguat vertikal
dipertahankan dalam batas kemampuannya untuk menangani sinyal berdasarkan pemilihan
pelemah masukan ( input attenuator) yang sesuai. Dengan membuat pelemah positif yang paling

15
sensitif, penguatan total dari penguat berhubungan dengan pembacaan terendah dari selektor
VOLT/DIV.

Penguat vertikal pada umumnya terdiri dari dua balok rangkaian utama yaitu pra-penguat
(preampliflier) dan penguat utama (main vertikal ampliflier). Daalm CRO tipe laboratorium, pra
penguat sering tersedia sebagai suatu urut kontak tusuk yang dengan mudah dan cepat dapat
dihubungkan ke rangka casis utama (main frame) CRO. Kemudian penguat utama membentuk
sebuah bagian yang mutu dari kerangka utama. Unit vertikal kontak tusuk yang berbeda jenis
yang dirancang untuk pemakaian pengukuran tertentu, dapat memperbesar kemampuan CRO
dengan biaya yang pantas.

Diagram balok fungsional dari penguat vertikal. Elemen pertama dari pra penguat adalah
tingkat masukan; sering berisi sebuah FET source follower, yang impedansi masukannya yang
tinggi pada dasarnya memisahkan penguat dari pelemah. Tingkat masukan FET ini kadang
kadang disusul oleh sebuah emitter follower BJT yang bertindak sebagai transformator
impedansi untuk menyesuaikan (match) impedansi keluaran FET yang besarnya sedang terhadap
masukan pembalik fasa impedansi rendah yang menyusulnya. Pembalik fasa atau penguat
parafasa (paraphase amplifier), menyediakan dua sinyal keluaran anti fasa yang dibutuhkan
untuk mengoperasikan penguat keluaran jenis dorong-tarik (push-pull). Tingkat akhir dari pra
penguat menyediakan penggerak yang dibutuhkan bagi penguat vertikal utama. Sinyal keluaran
dari penguat dorong-tarik sebesar 1000 mV/div adalah cocok bagi sebuah pra penguat standar
dari jenis kontak tusuk.

Penguat vertikal utama yang ditunjukan dalam diagram balok pada gambar terdiri dari
sebuah jaringan penggerak (driver amplifier) dan sebuah penguat tingkat keluaran jenis dorong-
tarik yang memberikan tegangan tegangan sinyal yang sama tetapi berlawanan polaritas kekedua
pelat defleksi vertikal CRT. Rangkaian rangkaian dorong-tarik hampir selalu digunakan di dalam
penguat verikal, sama halnya seperti penguat horisontal sebabmereka memperbaiki linearitas
defleksi CRT. Dalam penguat utama juga gtermasuk rangkaian yang dibutuhkan untuk
memusatkan berkas beserta penguat penguat tambahan untuk menggerakan saluran tunda,
vertikal.

2.4 Saluran Tunda (Delay Line)

2.4.1 Fungsi Saluran Tunda

Menurut William David Cooper (1994:213) semua rangkaian elektronik didalam CRO
(pelemah, penguat, pembentuk pulsa, generator, dan tentu saja didalam kawat rangkaian sendiri)
menyebabkan keterlambatan waktu tertentu didalam transmisi tegangan sinyal ke pelat-pelat
defleksi. Hampir semua keterlambatan terjadi didalam rangkaian-rangkaian yang melakukan
pemindahan,pembekuan dan pembangkitan

16
Gambar 2.4 keterlambatan sinyal vertical memungkinkan penyapuan horizontal dimulai sebelum
defleksi vertical.

Pada gambar 2.4, dapat dilihat bahwa saluran tunda sebesar 200 ns ditambahkan ke
saluran vertikal, sehingga tegangan sinyal ke pelat-pelat CRT terlambat sebesar 200 ns, dan
penyapuan horisontal dimulai sebelum defleksi vertikal. Walaupun saluran tunda dapat muncul
hampir disepanjang lintasan sinyal vertikal, pemicuan harus mendahului saluran tunda. Pada
dasarnya terdapat dua jenis saluran tunda, yaitu saluran tunda dengan parameter tergumpal dan
saluran tunda dengan parameter terbagi .

2.4.2 Saluran Tunda Dengan Parameter Terkumpul

Menurut William David Cooper (1994:214) saluran tunda dengan parameter tergumpal terdiri
dari sejumlah jaringan simetri LC bertingkat sebagaimana disebut bagian berbentuk T .

Jika bentuk T berakhir pada impedansi karakteristiknya Z0, maka menurut


definisi,impedansi dengan melihat kembali ke terminal masukan juga adalah Z0. Kondisi
penutupan ini memberikan karakteristik filter pelewat rendah bagi bentuk T yang pelemahan dan
pergeseran fasenya meupakan fungsi dari frekuensi dan yang pita pelewatnya didefinisikan oleh
rangkuman frekuensi pada mana pelemahan adalah nol. jika spectrum sinyal masukan v1 terdiri
dari frekuensi yang jauh lebih rendah dari frekuensi pemutus, sinyal keluaran
v0 akan merupakan tiruan yang tepat dari v1. Tetapi terlambat sebesardimana ts adalah
keterlambatan waktu untuk satu seksi T. sejumlahseksi T yang disusun bertingkat menjadi yang
disebut saluran tunda parameter tergumpal memperbesar keterlambatan waktu total menjadi

td = nt2

dimana n adalah jumlah tingkatan dari bagian-bagian T .

Dikarenakan frekuensi pemutus dari saluran tunda parameter tergumpal yang tajam,
amplitude dan distorsi fasa menjadi suatu masalah bila frekuensi sinyal masukan bertambah.

17
Sebagai contoh, pemberian masukan tegangan tangan yang mengandung komponen-komponen
frekuensi tinggi ( frekuensi harmonic ganjil) menyebabkan distorsi pada respons transien
tegangan keluaran dalam bentuk lonjakan (overshoot) dan bentuk cincin (ringing), seperti di
tunjukan pada Gambar . jenis respon ini dapat diperbaiki agar lebih mirip dengan masukan
tegangan tangga semula dengan mengubah rancangan bagian filter menjadi, misalnya bagian m
yang diturunkan. Bagian m yang diturunkan merupakan rangkaian popular yang menggunakan
gandengan bersama antara kedua inductor dari bagian T.Adalah penting untuk menyesuaikan
saluran tunda sedekat mungkin ke impedansi karakteristiknya Z0 pada ujung masukan maupun
ujung keluaran. Persyaratan ini sering membawa ke rangkaian penutupan yang rumit dalam
usaha untuk mengoptimumkan kesetimbangan antara amplitudo dan distorsi fasa dan dalam
mendapatkan respon transien yang lebih baik.

Sebuah rangkaian saluran tunda yang praktis didalam sebuah CRO digerakkan oleh
sebuah penguat dorong-tarik dan selanjutnya terdiri dari susunan bagian-bagian filter bertingkat
yang simetri, seperti yang ditunjukkan pada Gambar .respon optimal dari saluran tunda
memerlukan pertimbangan komponen L dan C yang tepat dalam masing-masing bagian ;
kapasitor variable harus diatur dengan cermat agar efektif.

Gambar 2.4c saluran stransmisi dorong tarik dengan satu penutupan ( terminasi )

2.4.3 Saluran Tunda Dengan Parameter Terbagi

Menurut William David Cooper (1994:216) saluran tunda dengan parameter terbagi
(distributed parameter delay line) terdiri dari kabel koaksial yang dibuat secara khusus dengan
nilai induktansi yang tinggi setiap satuan panjang. Untuk jenis saluran tunda ini konduktor
tengah dari kabel koaksial normal yang lurus digantikan dengan sebuah kumparan kawat
kontinu, digulung dalam bentuk spiral pada sebuah inti lunak dibagian dalam.

Gambar 2.4d saluran tunda berimpendensi tinggi berbentuk spiral

18
Indukstansi saluran tunda dihailkan oleh kumparan dibagian dalam, dan besarnya sama
dengan indukstansi solenoid dengan n lilitan setiap meter. Indukstansi dapat diperbesar dengan
menggulung konduktor spiral bagian dalam pada sebuah inti ferromaknetik, yang memiliki efek
memperbesar waktu keterlambatan td dan impendensi karakteristik z0. kapasitansi dari saluran
tunda dinyatakan oleh kapasitansi dari silinder koaksial yang dipisahkan oleh dielektrik dari
bahan politilen (polyethylene). Kapasitansi dapat diperbesar dengan menggunakan jarak ruang
dielektrik yang lebih kecil antara konduktor dalam dan kondukror luar.

2.5 Sistem Defleksi Horizontal

CRO biasanya memperagakan bentuk gelombang masukan vertikal sebagai fungsi dari
waktu. Ini memerlukan tegangan defleksi horizontal guna menggerakkan atau menyapu bintik
CRT sepanjang layar dari kiri kekanan dengan kecepatan konstanta dan kemudian
mengembalikan bintik tersebut dengan cepat ke posisinya semula. Proses ini dilakukan didalam
sistem defleksi horizontal CRO oleh generator penyapu(Cooper,1994:217).

2.5.1 Generator Penyapu (Sweep generator)

Semua generator penyapu merupakan pengembangan dari rangkian pengisian dasar RC.
Namun dalam pemakaian rangkaian RC yang praktis, digunakan rangkaian dengan
menggunakan komponen UJT. Frekuensi osolasi dapat dirubah dengan mengubah nilai R atau C.
Diubahnya nilai R digunakan untuk pengontrolan frekuensi secara kontinyu. Sedangkan
pengubahan nilai C akan menghasilkan sebiah rangkuman frekuensi (saklar pemilih Time/Div).

Gambar 5.1 Rangkaian dasar generator penyapu

Untuk memperbaiki liniearitas penyapuan, sebuah rangkaian relaksasi UJT yang


sebenarnya mungkin menggunakan 2 sumber tegangan terpisah, yaitu sumber tegangan rendah
untuk UJT dan sumber tegangan tingii untuk rangkaian RC.

Frekuensi osilasi dapat diubah dengan mengubah nilai R dan C (mengubah konstanta
waktu). Dalam sebuah rangkaian penyapu CRO yang praktis, tahanan digunakan untuk
pengontrolan frekuensi secara kontinu (oleh alat kontrol VARIABLE) dan kapasitor C diubah
secara bertahap guna menghasilkan sejumlah rangkuman frekuensi (saklar pemilih TIME/DIV).

19
Karena R maupun C keduanya dapat mengubah frekuensi penyapuan atau basis waktu, mereka
sering disebut Tahanan pengatur waktu (timing resistor) dan kapasitor pengatur waktu (timing
kapasitor).

2.5.2 Sinkronisasi Penyapuan

Sinyal sinkronisasi, untuk generator penyapuan diperoleh dari berbagai sumber dan
dipilih oleh sebuah alat kontrol pada panel depan CRO yang disebut SYNC SELECTOR.
Pemilih ini ditunjukkan sebagai sebuah saklar yang diberi tanda INT-EXT-LINE.

Gambar 5.1a Rangkaian pemilih sinkronisasi

2.5.3 Penyapuan Terpicu (Triggered sweep)

CRO jenis laboratirum biasanya dilengkapi dengan sistem basis waktu yang
menggunakan apa yang disebut penyapu terpicu (triggered sweep). Dengan penyapuan terpicu
ini, generator gigi gergaji tidak membangkitkan suatu tegangan tanjak kecuali kalau diminta
untuk melakukannya oleh sebuah pulsa pemicu. Sebuah penyapu terpicu meningkatkan
keandalan CRO dalam pengertian bahwa dia memungkinkan CRT memergunakan sinyal-sinyal
masukan vertikal yang waktunya sangat singkat (misalnya pulsa sempit), terbentang sepanjang
satu permukaan layar yang cukup besar, hanya karena penyapuan diawali oleh sebuah pulsa
pemicu yang berasal dari gelombang yang diselidiki.

Diagram blok pada gambar menunjukkan sebuah rangkaian pemicu yang khas bagi CRO
dengan pemicu penyapu. Rangkaian pemicu menerima sihnyal masukan dari bentuk dan
amplitudo yang berlainan, dan dari berbagai sumber; dan mengubahnya menjadi pulsa-pulsa
yang amplitudonya seragam untuk operasi penyapuan yang terpercaya. Selektor pemicu

20
ditunjukkan sebagi sebuah sakelar tiga posisi yang diberi tanda INT-EXT-

LINE

Gambar 5.1b Diagram blok rangkaian pemicu penyapu

2.5.4 Perbaikan Liniear Penyauan

Menurut William David Cooper (1994:224) osilator-osilator laboratorium dirancang


untuk melakukan pengukuran yang teliti terhadap waktu dan karena itu memerlukan penyapuan
dengan linearitas penyapuan. Diantaranya waktu terpenting adalah;

a) Arus pengisian yang konstan, dengan cara mana kapasitor pengatur waktu dimuati secara
linear dari sumber arus yang konstan.
b) Rangkaian penyapu miller, dengan cara mana sebuah masukan tangga (step input) diubah
menjadi sebuah fungsi tanjak linear dengan menggunakan integrator operasional
c) Rangkaian “phantastron” yang merupakan variasi dari rangkaian mille
d) Rangkaian bootstrap, dengan cara mana arus pengisian yang konstan dapat dipelihara
yakni dengan mempertahankan tegangan pada tahanan pengisi; dan dengan demikian,
arus pengisian yang melaluinya adalah konstan.
e) Rangkaian kompensasi, yang digunakan untuk memperbaiki linieritas rangkaian miller
dan rangkaian bootstrap.

2.5.5 Penguat Horisontal

Menurut Margiiono (2013) Dalam sebuah CRO yang biasa tingkat persyaratan prestasi
(penguatan/lebar bidang) penguat horizontal lebih rendah dari penguat bertikal, sementara
penguat bvertikal harus mampu menangani sinyal-sinyal beramplitudo kecil dengan kenaikan
waktu yang cepat, penguat horizontal hanya harus memproses sinyal penyapu yang

21
amplitudonya cukup tinggi dan kenaikan waktunya relatif lambat. Akan tetapi penguatan penguat
horizontal lebih besar dari penguatan penguat vertikal, sebab sensitivitas defleksi horizontal CRT
lebih kecil dari sensitivitas defleksi vertikal.Dasar yang umumnya digunakan dalam CRO
sederhana yang frekuensinya rendah. Penguat ini terdiri dari tiga ringkatan: penguat masukan,
penguat para fasa, dan tingkat keluaran dorong tarik.

Gambar 5.1c Diagram blok rangkaian horizontal dasar

Menurut Soejadi (2014) Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :

• Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang akan
semakin kecil
• Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang maka
defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
• Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena itu besarnya
defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin banyak
22
reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada
tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan
pin lebih besar dari tumpuan jepit.
• Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva defleksi yang
berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian batang yang
paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban
sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscope, atau CRO) adalah instrument
laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalakan yang digunakan untuk pengukuran dan
analisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik. CRO
digunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan frekuensi yang sangat
tinggi. Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempelkanke CRO
guna penafsiran kuantitatif. Komponen utama sinar katoda (Cathode ray tube) atau CRT adalah:

1) Perlengkapan senapan elektron.


2) Perlengkapan pelat defleksi.
3) Layar frouorosensi.
4) Tabunggelas dan dasartabung.
Semua Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscope, atau CRO) memiliki pemusatan
elektrostatik dan defleksi elektrostatik. Dalam kerja osiloskop banyak hal yang diperhatikan
yaitu layar untuk CRT, sambungan pada CRT dan garticules. Pemusaatan defleksi pada CRO
memiliki system vertical, saluran tunda, dan system horizontal.

3.2 Saran

Penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca lebih memahami mengenai
Osiloskop baik fungsinya hingga system kerja dalam Osiloskop. Penulis juga menyarankan agar
pembaca dapat mengkaji lebih lanjut mengenai alat-alat ukur elektronika dasar ini khususnya
dalam pembahasan mengenai Osiloskop, dikarenakan sangat berguna dalam proses belajar dan
mengajar mahasiswa/i program S-1 Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan dan bagi
masyarakat umum, dimana modifikasi Osiloskop banyak dimanfaatkan diberbagai bidang
khususnya kesehatan. Dengan menambah referensi bacaan sehingga dapat menambah wawasan
dan lebih bermanfaat bagi pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdil, Margiono. 2013. Perawatan dan Perbaikan Osiloskop.


http://margionoabdil.blogspot.com/2013/08/perawatan-perbaikan-osciloscope-crt.html?m=1.
Diakses pada 16 April 2016.

Cooper, Wiliam D. 1994. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta: Erlangga.

Halliday, David. 1985. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Soejadi, Temon. 2014. Defleksi Fenomena Dasar Mesin.


https://temonsoejadi.com/2014/04/04/defleksi-fenomena-dasar-mesin/.html Diakses pada 16
April 2016.

25

Anda mungkin juga menyukai