KOLELITIASIS
OLEH :
Pembimbing:
dr. Meivina R. Pane, Sp.PD
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Kolelitiasis”.
Penyelesaian penyusunan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
dan penghargaan sebesar-besarnya kepada dr. Meivina R. Pane, Sp.PD sebagai
pimpinan sidang, dr. Triyono dan dr. Hartono sebagai chief of ward (COW), dan
kepada dr. Risna Wati sebagai dokter ruangan yang telah bersedia membimbing
dan memberikan masukan dan kritikan hingga laporan kasus ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari dalam penyelesaian laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari semua pihak di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap kiranya laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat dan sumbangsih bagi institusi dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya tentang Kolelitiasis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui anatomi dan
fisiologi kandung empedu, definisi, faktor resiko dan epidemiologi kolelitiasis,
patogenesis dan tipe batu empedu, gejala klinis dan keluhan penderita berdasarkan
lokasi batu empedu, diagnosis kolelitiasis, penatalaksanaan kolelitiasis dan nutrisi
pada kolelitiasis. Penyusunan makalah ini sekaligus dilakukan untuk memenuhi
persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Manfaat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
memberikan informasi mengenai kolelitiasis.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
4
5
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati
dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik.9 Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi
sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu
masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam
empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap
kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. 9 Hanya sekitar 5% dari asam empedu
yang disekresikan dalam feses.8
2.2. Kolelitiasis
2.2.1. Definisi, Faktor Resiko dan Epidemiologi
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.
Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam
kandung empedu.
Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas ginjal kanan, kolon,
lambung, pankreas, dan usus serta tepat di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi
lobus kiri dan kanan, yang berawal di sebelah anterior di daerah kandung empedu
dan meluas ke belakang vena kava. Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh
hati serta saluran empedu dan kandung empedu.2 Pembentukan dan ekskresi
empedu merupakan fungsi utama hati.4 Kandung empedu adalah sebuah kantung
terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai ia
dilepaskan ke dalam usus.10,11
Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu,
tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu.5 3 Batu empedu
bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik
karena adanya penyempitan saluran.5,11 Batu empedu di dalam saluran empedu
bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis). Jika saluran
empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan
infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan
menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.11
Adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan dinding kandung empedu,
sehingga menyebabkan terjadinya statis dan dengan demikian menaikkan batu
5
6
empedu. Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Infeksi bisa
merambat ke saluran empedu sampai ke kantong empedu. 5,3 Penyebab paling
utama adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar tanpa terasa menyebabkan
peradangan pada saluran dan kantong empedu sehingga cairan yang berada di
kantong empedu mengendap dan menimbulkan batu. Infeksi tersebut misalnya
tifoid atau tifus. Kuman tifus apabila bermuara di kantong empedu dapat
menyebabkan peradangan lokal yang tidak dirasakan pasien, tanpa gejala sakit
ataupun demam. Namun, infeksi lebih sering timbul akibat dari terbentuknya batu
dibanding penyebab terbentuknya batu.7
a. Lebih dari 20 juta pasien diperkirakan mengidap batu empedu, yang total
beratnya beberapa ton.
b. Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu empedu per tahun,
dengan dua pertiganya menjalani pembedahan.2
6
7
Tiap tahun 500.000 kasus baru dari batu empedu ditemukan di Amerika
Serikat. Kasus tersebut sebagian besar didapatkan di atas usia pubertas, sedangkan
pada anak-anak jarang. Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika
Serikat diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada
pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20%
wanita dan 8% pria.10 Pada pemeriksaan autopsy di Chicago, ditemukan 6,3%
yang menderita kolelitiasis.13 Sekitar 20% dari penduduk negeri Belanda
mengidap penyakit batu empedu yang bergejala atau yang tidak. Persentase
penduduk yang mengidap penyakit batu empedu pada penduduk Negro Masai
ialah 15-50 %. Pada orang-orang Indian Pima di Amerika Utara, frekuensi batu
empedu adalah 80%.14
Di Indonesia, kolelitiasis baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara
publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan
batu empedu tidak mempunyai keluhan.15
Faktor risiko untuk kolelitiasis, yaitu:
a. Usia
7
8
b. Jenis Kelamin
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar
kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu
serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.2,5
d. Makanan.
8
9
9
10
kurang sempurna, masih adanya sisa-sisa cairan empedu di dalam kantong setelah
proses pemompaan empedu sehingga terjadi pengendapan.
10
11
11
12
12
13
3. Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat
terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan
ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar
bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus
koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum
biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi serangan akut.
Penyaringan bagi penyakit saluran empedu melibatkan penggunaan
banyak tes biokimia yang menunjukkan disfungsi sel hati yaitu yang dinamai tes
fungsi hati. Bilirubin serum yang difraksionasi sebagai komponen tak langsung
dan langsung dari reaksi Van den bergh, dengan sendirinya sangat tak spesifik.
Walaupun sering peningkatan bilirubin serum menunjukkan kelainan
hepatobiliaris, bilirubin serum bisa meningkat tanpa penyakit hepatobiliaris pada
banyak jenis kelainan yang mencakup episode bermakna hemolisis intravaskular
dan sepsis sistemik. Tetapi lebih lazim peningkatan bilirubin serum timbul
sekunder terhadap kolestatis intrahepatik, yang menunjukkan disfungsi parenkim
hati atau kolestatis ekstrahepatik sekunder terhadap obstruksi saluran empedu
akibat batu empedu, keganasan, atau pankreas jinak.
Bila obstruksi saluran empedu lengkap, maka bilirubin serum memuncak
25 sampai 30 mg per 100 ml, yang pada waktu itu eksresi bilirubin sama dengan
produksi harian. Nilai >30 mg per 100 ml berarti terjadi bersamaan dengan
hemolisis atau disfungsi ginjal atau sel hati. Keganasan ekstrahepatik paling
sering menyebabkan obstruksi lengkap (bilirubin serum 20 mg per 100 ml),
sedangkan
13
14
14
15
15
16
16
17
b. Kolesistektomi laparoskopik
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan
sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopik. Delapan
puluh sampai sembilan puluh persen batu empedu di Inggris dibuang dengan cara
ini. Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan
kecil di dinding perut.3 Indikasi pembedahan batu kandung empedu adalah bila
simptomatik, adanya keluhan bilier yang mengganggu atau semakin sering atau
berat. Indikasi lain adalah yang menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu
dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm, sebab lebih sering menimbulkan
kolesistitis akut dibanding dengan batu yang lebih kecil. 5,3 Kolesistektomi
laparoskopik telah menjadi prosedur baku untuk pengangkatan batu kandung
empedu simtomatik. Kelebihan yang diperoleh pasien dengan teknik ini meliputi
luka operasi kecil (2-10 mm) sehingga nyeri pasca bedah minimal.3
17
18
Nilai Gizi
Energi : 996 kkal
Protein : 5 gr
Lemak : 0 gr
Karbohidrat : 244 gr
Kalsium : 200 mg
Besi : 17 mg
Vitamin A : 1100 RE
Tiamin : 0,4 mg
Vitamin C : 780 mg
18
19
19
20
Nilai Gizi
Energi : 1250 kkal
Protein : 56,2 gr
Lemak : 34 gr
Karbohidrat : 187 gr
Kalsium : 335 mg
Besi : 21 mg
Vitamin A : 12248 RE
Tiamin : 0,7 mg
Vitamin C : 184 mg
20
21
Nilai Gizi
Energi : 2073 kkal
Protein : 74 gr
Lemak : 34 gr
Karbohidrat : 369 gr
Kalsium : 700 mg
Besi : 21,8 mg
Vitamin A : 14049 RE
Tiamin : 0,9 mg
Vitamin C : 143 mg
21
22
Pukul 10.00
Pukul 16.00
gula pasir 20 gr = 2 sdm
22
BAB 3
STATUS PASIEN
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Sapparudin
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl Iskandar Muda, Sianjo-anjo
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Nyeri perut kanan atas
Telaah : Hal ini dialami pasien selama kurang lebih satu
bulan ini. Nyeri perut dialami pasien secara terus
menerus selama kurang lebih setengah jam
kemudian hilang timbul, disertai dengan perasaan
menyesak dan penuh pada perut bagian kanan atas.
Penjalaran rasa nyeri kearah punggung tidak
dijumpai. Rasa nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan
maupun posisi tertentu. Rasa nyeri juga tidak
berkurang dengan buang angin. Pasien mengeluh
merasakan nyeri perut kanan atas terjadi sehabis
23
memakan makanan yang berlemak. Riwayat mual
dan muntah dijumpai pada pasien ini. Pasien
memuntahkan semua yang dia makan. Riwayat
berkeringat tidak dijumpai. Riwayat demam tidak
dijumpai. Riwayat batuk dan sesak nafas tidak
dijumpai. Riwayat mata kuning dijumpai pada
pasien sejak satu bulan ini dan diikuti dengan badan
yang menguning. Pada pasien juga ditemukan perut
membesar dalam satu bulan ini, dimulai secara
perlahan-lahan. Pada pasien dijumpai muka pucat
dan badan yang terasa lemah. Buang air kecil
berwarna seperti teh pekat disadari pasien sejak 1
bulan lalu. Buang air besar dikeluhkan pasien
berwarna kehitaman selama 3 minggu terakhir.
Pasien tidak ada mengonsumsi obat-obat penghilang
nyeri maupun jamu-jamuan. Pasien mengaku sering
mengonsumsi alkohol sejak usia muda.
RPT : Perdarahan saluran makan bagian bawah.
RPO : Tidak jelas.
ANAMNESA ORGAN
Jantung Sesak nafas : ( -) Edema : ( -)
Angina pectoris : ( -) Palpitasi : ( -)
Lain-lain :(-)
24
Keluhan mengunyah : (-) Keluhan defekasi:
BAB hitam
Keluhan perut : (+) Lain-lain :(-)
ANAMNESA FAMILI
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
25
Tekanan darah : 110/70 mmHg Sikap paksa :(-)
Anemia (+), Ikterus (+), Dispnoe (-), Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)
Turgor Kulit : Baik
Keadaan Gizi : Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan :160 cm
BB BB
BW = x 100 % BMI =
TB−100 (TB)
2
45 45
BW = x 100 % BMI =
160−100 (1.6)2
BW =75 % BMI = 17.57 kg/m2
Kesan : underweight
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+/+), ikterus (+/+), pupil isokor,
ukuran Ø 3mm/3mm, refleks cahaya direk (+/+)/indirek (+/+),
kesan: ikterik dan anemis palpebra inferior
Lain-lain : ( - )
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat : (-)
26
Pembesaran kelenjar limfe : (-)
Posisi trakea : Medial, TVJ : R- 2 cmH2O
Kaku kuduk : (-), lain-lain : (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan pernafasan ( - )
Lain-lain : (-)
Palpasi
Nyeri tekan : ( -)
Fremitus suara : stem fremitus kanan = kiri
Iktus : Tidak teraba
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Paru Hati R/A : ICS V-VI
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS II-III Sinistra
Batas kiri jantung : 1 cm medial LMCS ICS V
Batas kanan jantung : LPSD ICS V
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : -/-
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2, A2>A1, desah sistolis (-), S3 gallop (-), lain-lain
(-) HR: 96x/menit, reguler, intensitas: cukup
27
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-/-)
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)
Palpasi
Dinding abdomen : Soepel
HATI
Pembesaran : ( + ), 5cm teraba BAC
Permukaan : Tidak teraba
Pinggir : Tidak teraba
Nyeri tekan :(+)
LIMPA
Pembesaran :(-)
GINJAL
Ballotement :(-)
TUMOR :(-)
Perkusi
Pekak hati :(+)
Pekak beralih :(+)
28
Auskultasi
Peristaltik usus : ( + ) normoperistaltik
Lain-lain : (-)
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra : (-)
29
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
Darah Kemih Tinja
Hb : 7.5 g/dL Warna : teh pekat Warna :
Eritrosit : 2,69 x Protein :- coklat
106/mm3 Reduksi :- Konsistensi : lunak
Leukosit : 13630/mm3 Bilirubin :+ Eritrosit : 10-
Trombosit : 392000/μL Urobilinogen : - 12
Ht : 24 % Leukosit : 1-2
Hitung Jenis : Sedimen Amoeba/Kista: -/-
Eosinofil : 0,2 % Eritrosit :0-1 /lpb
Basofil : 0,1 % Leukosit :0-1 /lpb Telur Cacing
Neutrofil : Silinder :- /lpb Ascaris :-
79,3% Epitel : 3-5/lpb Ankylostoma : -
Limfosit : 12 % T. Trichiura :-
Monosit : 8,4 % Kremi :-
RESUME
ANAMNESA Keluhan utama : Nyeri hipokondrium kanan
Telaah : Hal ini dialami pasien selama
kurang lebih satu bulan ini. Nyeri
hipokondrium dialami pasien
secara terus menerus selama
kurang lebih setengah jam
kemudian hilang timbul, disertai
dengan perasaan menyesak dan
penuh pada hipokondrium kanan.
Penjalaran rasa nyeri kearah
punggung tidak dijumpai. Rasa
nyeri tidak dipengaruhi oleh
gerakan maupun posisi tertentu.
Rasa nyeri juga tidak berkurang
30
dengan flatus. Pasien mengeluh
merasakan nyeri hipokondrium
kanan terjadi sehabis memakan
makanan yang berlemak. Riwayat
nausea dan vomitus dijumpai pada
pasien ini. Pasien memuntahkan
semua yang dia makan. Riwayat
diaphoresis tidak dijumpai.
Riwayat demam tidak dijumpai.
Riwayat batuk dan dyspnoe tidak
dijumpai. Riwayat sclera ikterik
dijumpai pada pasien sejak satu
bulan ini dan diikuti dengan
jaundice. Pada pasien juga
ditemukan perut membesar dalam
satu bulan ini, dimulai secara
perlahan-lahan. Pada pasien
dijumpai wajah anemis dan
malaise. Buang air kecil berwarna
seperti teh pekat disadari pasien
sejak 1 bulan lalu. Buang air besar
dikeluhkan pasien berwarna
kehitaman selama 3 minggu
terakhir. Pasien tidak ada
mengonsumsi obat-obat
penghilang nyeri maupun jamu-
jamuan. Pasien mengaku sering
mengonsumsi alkohol sejak usia
muda.
RPT : PSMBB
RPO : Tidak jelas
31
Keadaan Umum : Sedang
STATUS PRESENS Keadaan Penyakit : Berat
Keadaan Gizi : Jelek
TANDA VITAL
Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 96x/i
RR : 20 x/i
Suhu : 36°C
Anemia (+), Ikterus (+), Dispnoe (-), Sianosis (-),
Edema (-), Purpura (-)
STATUS LOKALISATA
Kepala : Konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (+/+)
PEMERIKSAAN FISIK
Leher : Pembesaran KGB (-), TVJ: R-2
cmH2O
Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : SF kanan= kiri
Perkusi : Sonor pada kedua
lapangan paru.
Auskultasi : SP = Vesikuler (+/+)
ST = (-/-)
Abdomen : Hepatomegali, 5cm di BAC
Nyeri tekan (+)
Shifting dullness (+)
Ekstremitas : dbn
LABORATORIUM Darah : Anemia, leukositosis
Kemih : warna teh pekat, bilirubin (+)
RUTIN
Tinja : melena
DIAGNOSA Kolelitiasis dd/ kolesistitis + Hepatoma dd/
32
perdarahan ec varises esophagus dd/ penyakit
kronis
Kolesistitis dd/ cholangitis + Hepatoma dd/
Sirosis Hepatik + Hepatitis B Kronis + Anemia ec
perdarahan ec varises esophagus dd/ penyakit
kronis
Kanker kantong empedu + Hepatoma dd/ Sirosis
Hepatik + Hepatitis B Kronis + Anemia ec
perdarahan ec varises esophagus dd/ penyakit
kronis
Dyspepsia organic ec peptic ulcer disease +
Hepatoma dd/ sirosis hepatic + Hepatitis B Kronis
+ Anemia ec perdarahan dd/ penyakit kronis
Inflammatory Bowel Syndrome dd/ Inflammatory
Bowel Disease + Hepatoma dd/ Sirosis Hepatik +
Hepatitis B Kronis + Anemia ec perdarahan dd/
penyakit kronis
Kolelitiasis dd/ kolesistitis + Hepatoma dd/
DIAGNOSA Sirosis Hepatik + Hepatitis B Kronis + Anemia ec
SEMENTARA perdarahan ec varises esofagus dd/ penyakit
kronis
PENATALAKSANAA Aktivitas : Tirah Baring
N Diet : Diet MB rendah lemak, diet hati
III
Tindakan Suportif : IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i, O2
2-4L/i nasal canule
Medikamentosa :
Inj Ceftriaxone 1 g / 12 jam iv
Inj Ketorolac 30 g / 8 jam iv
Inj Omeprazole 40 mg / 12 jam / IV
Inj Vitamin K 1 amp / 24 jam / IM
Inj Transamine 500 mg / 8 jam / IV
33
Drip Octreotide 50 µg / jam dengan infuse
kontinu (jika ada)
Tab Propranolol 3 x 10 mg
RENCANA PENJAJAKAN
34
BAB 4
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S O A P
23/5 - Nyeri Sens = CM - Kolelitiasis - Tirah baring
sampai perut (+) TD = 100/60 - dd/ - Diet MB rendah
dengan VAS = 4 130/700 kolesistitis lemak, diet hati
26/5-17 - Mual (+) HR = 80 – 104 - Hepatoma III
- BAB x/i dd/ Sirosis - IVFD NaCl
hitam RR = 20 - 24 x/i Hepatik 0,9% 10 gtt/i,
T˚ = 37oC- - Hepatitis B O2 2-4L/i nasal
36,3˚C Kronis canule
Mata - Varises - Inj Ceftriaxone
anemis (+/+) esophagus 1 g / 12 jam iv
ikterik (+/+) - Inj Ketorolac 30
Leher g / 8 jam iv
TVJ R-2 cm H2O - Inj Omeprazole
Thorax 40 mg / 12 jam /
sp : vesikuler IV
st : (-) - Inj Vitamin K 1
Abdomen amp / 24 jam /
simetris, hepar IM
teraba 5cm BAC, - Inj Transamine
nyeri tekan (+), 500 mg / 8 jam /
P(+) N IV
Ekstremitas - Drip Octreotide
Dbn 50 µg / jam
dengan infuse
- Permintaan CT
scan whole
abdomen
dengan kontras
23
35
Tanggal S O A P
27/5 - Nyeri Sens = CM - Kolelitiasis - Tirah baring
sampai perut (+) TD = 100/60 - dd/ - Diet MB rendah
dengan VAS = 4 130/700 kolesistitis lemak, diet hati
31/5-17 - Mual (+) HR = 80 – 104 - Hepatoma III
- BAB x/i dd/ Sirosis - IVFD NaCl
hitam RR = 20 - 24 x/i Hepatik 0,9% 10 gtt/i,
T˚ = 37oC- - Hepatitis B O2 2-4L/i nasal
36,3˚C Kronis canule
Mata - Varises - Inj Ceftriaxone
anemis (+/+) esophagus 1 g / 12 jam iv
ikterik (+/+) - Inj Ketorolac 30
Leher g / 8 jam iv
TVJ R-2 cm H2O - Inj Omeprazole
Thorax 40 mg / 12 jam /
sp : vesikuler IV
st : (-) - Inj Vitamin K 1
Abdomen amp / 24 jam /
simetris, hepar IM
teraba 5cm BAC, - Inj Transamine
nyeri tekan (+), 500 mg / 8 jam /
P(+) N IV
Ekstremitas - Drip Octreotide
Dbn 50 µg / jam
dengan infuse
- Permintaan cek
faal hati, faal
ginjal dan
elektrolit
36
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI DISKUSI
Gejala Klinis Gejala Klinis yang terdapat pada
Batu empedu mungkin pasien :
tidak menimbulkan gejala Nyeri hipokondrium kanan
selama berpuluh tahun. Ikterus
37
Fertilitas
Usia > 40 tahun
Sirosis Hepar
Riwayat keluarga
38
menarik nafas.
Batu saluran empedu tidak
menimbulkan gejala dalam fase
tenang. Kadang teraba hati dan
sklera ikterik.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
USG atau Pemeriksaan
Ultrasonografi
CT Scanning
Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
Penatalaksanaan Aktivitas : Tirah baring
a. Penanggulangan non bedah Supportif : IVFD NaCl 0,9%
1. Disolusi Medis 10gtt/I, O2 2-4L/i nasal canule
2.Endoscopic Retrograde Medikamentosa :
Cholangio Pancreatography Inj Ceftriaxone 1 g / 12 jam iv
39
BAB 6
KESIMPULAN
Laporan kasus dengan pasien atas nama S, laki-laki, usia 49 tahun,
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
ini didiagnosis dengan Kolelitiasis dd/ kolesistitis + Hepatoma dd/ Sirosis
Hepatik + Hepatitis B Kronis + Anemia ec perdarahan ec varises esofagus dd/
penyakit kronis. Selama dirawat inap pasien diterapi dengan :
Aktivitas fisik : Tirah baring
Diet : Diet makan biasa rendah lemak, diet hati III
Supportif : IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i, O2 2-4L/i via nasal kanul
Medikamentosa :
Inj Ceftriaxone 1 g / 12 jam iv
Inj Ketorolac 30 g / 8 jam iv
Inj Omeprazole 40 mg / 12 jam / IV
Inj Vitamin K 1 amp / 24 jam / IM
Inj Transamine 500 mg / 8 jam / IV
Drip Octreotide 50 µg / jam dengan infuse kontinu (jika ada)
Tab Propranolol 3 x 10 mg
40
DAFTAR PUSTAKA
26
41
27
23. Almatsier, S. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
42