RANGKUMAN
Perceraian sangat menyakitkan bagi semua anggota keluarga dan
bahkan setiap anggota keluarga besar. Penelitian terdahulu telah
mendokumentasikan bahwa perceraian / perpisahan orang tua dikaitkan
dengan peningkatan risiko masalah penyesuaian anak dan remaja, termasuk
kesulitan akademik (misalnya, nilai yang lebih rendah dan putus sekolah),
perilaku yang mengganggu (misalnya, masalah perilaku dan penggunaan
narkoba), suasana hati yang tertekan, dan gangguan mental. Disini ahli
kesehatan mental memainkan peran penting, konseling psikologis yang
diberikan kepada anak dari orang tua yang bercerai dapat mencegah
terjadinya gangguan mental yang mungkin muncul dan dapat memperbaiki
kualitas hidup anak (Tobol dan Yaniv, 2019).
Tidak hanya pada anak, putusnya hubungan jangka panjang yang
berkomitmen dapat memicu beberapa emosi kesedihan, stres, dan kesedihan
yang mendalam pada pasangan itu sendiri. Konseling kepada ahli kesehatan
mental dapat membantu pasangan menemukan strategi tentang bagaimana
menavigasi tahapan kesedihan dan kehilangan, serta menemukan potensi
baru mereka dan menciptakan normal baru untuk diri mereka sendiri dan
anak-anak mereka (Shimkowski dan Ledbetter, 2018).
Konseling perceraian adalah sebuah bentuk terapi hubungan yang
dirancang untuk pasangan menikah yang berada diambang atau menghadapi
masa setelah perceraian. Tujuan dari konseling perceraian membantu
individu untuk menyesuaikan pada kehidupan baru, dan memproses efek
negatif yang muncul setelah perceraian terhadap semua aspek dalam
kehidupan mereka. Konseling perceraian tidak dibutuhkan oleh semua
pasangan yang sedang bercerai, namun dapat sangat membantu untuk
mencegah pikiran atau perilaku yang merusak diri sendiri. (Little dan
Bonnell, 2015).
Hasil yang diharapkan dari konseling perceraian adalah peningkatan
emosional dan psikologis pasangan yang sedang atau telah berpisah, juga
membawa dampak positif pada hubungan mereka dengan keluarga. Sikap
terhadap kejadian yang merubah hidup ini, juga dapat meningkat. Sebagian
individu kembali ke sesi konseling untuk lebih memahami dan
mengekspresikan perasaan mereka dan mencari dukungan saat mereka
merasa sendirian. Pasien yang berhasil menyelesaikan sesi konseling
perceraian dapat berharap mampu mengatasi situasi dengan lebih baik dan
menjalani proses perceraian yang lancar (Falk 2008).
Dengan demikian, dukungan sosial dan konseling pasca penceraian
merupakan variabel penting yang harus dipertimbangkan dalam
meminimalkan konsekuensi negatif dari transisi keluar dari pernikahan, baik
untuk anak, maupun untuk pasangan itu sendiri (Soulsby & Bennett, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar, Saiful, 2015. Konseling Islami “Dalam Komunitas
Pesantren”. Bandung: Citapustaka Media.
D'Onofrio, B. and Emery, R., 2019. Parental divorce or separation
and children's mental health. World Psychiatry, 18(1), pp.100-101.
Falk, Florence. 2008. On My Own: The Art of Being a Woman
Alone. New York; Three Rivers Press.
Hamdani. (2012). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia. P.
85
Kołodziej-Zaleska, A. and Przybyła-Basista, H., 2016. Psychological
well-being of individuals after divorce: the role of social support. Current
Issues in Personality Psychology, 4, pp.206-216.
Little, Kristin dan Bonnell, Karen. 2015. Family-centered, child-
inclusive divorce. Counseling Today; American Counseling Association.
Nasution, Henni Syafriana dan Abdillah. 2019. Bimbingan
Konseling “Konsep, Teori dan Aplikasinya. Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI). P 5-15.
Purnamasari, I., 2019. Layanan Bimbingan Konseling Keluarga
Untuk Meminimalisasi Angka Perceraian. Irsyad : Jurnal Bimbingan,
Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, 7(1), pp.41-60.
Schaan, V., Schulz, A., Schächinger, H. and Vögele, C., 2019.
Parental divorce is associated with an increased risk to develop mental
disorders in women. Journal of Affective Disorders, 257, pp.91-99.
Shimkowski, J. and Ledbetter, A., 2018. Parental Divorce
Disclosures, Young Adults’ Emotion Regulation Strategies, and Feeling
Caught. Journal of Family Communication, 18(3), pp.185-201.
Soulsby, L. K. and Bennett, K. M. 2015. Marriage and psychological
wellbeing: The role of social support. Psychology, 6, 1349–1359.
Tobol, Y. and Yaniv, G., 2019. Parents’ marital status, psychological
counseling and dishonest kindergarten children: An experimental
study. Journal of Economic Behavior & Organization, 167, pp.33-38.
Utami, Yenni Sri dan Fatonah, Siti. 2015. Evaluasi Strategi
Komunikasi Konselor BP4 dalam Mencegah Perceraian (Studi Kasus di
BP4 Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta). Journal Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta. Vol. 3, No. 2, Oktober 2015, hal. 89-99