SPRAIN
DISUSUN
NIRM : 1801009
KELAS : 5B KEPERAWATAN
TA.2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas keadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
SPRAIN ”
Penulis makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah KMB
III penyajian makalah ini diharapkan dapat memudahkan proses pembelajaran
bagi mahasiswa.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan Penulisan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian 4
2. Etiologi14
3. Patofisiologi 20
4. Manifestasi Klinis 4
5. Penata Pelaksanaan 4
6. Pemeriksaan Penunjang 4
7. Komplikasi 4
1.Patway 30
1. Kasus 30
2. Pengkajian 30
3. Analisa Data 30
4. Diagnosa Keperawatan 30
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
1. Kesimpulan 30
2. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pemain bola voli terbanyak mengenai pergelangan kaki (23,03%), lutut
(21,91%), bahu (11,79%), punggung (10,67%) Hamstring (9,55%),
selangkangan (6,74%), jari (6,17%), tangan (3,93%) dan lain-lain (5,61%).
Penelitian yang dilakukan Dini Widyati di Surabaya menyebutkan
cedera kaki merupakan cedera kedua terbanyak pada pemain bolavoli wanita
dengan persentase cedera berdasarkan lokasinya yaitu lutut (30%), kaki
(26%), jari (24%) dan bahu (20%). Di Kota Semarang olahraga bola voli
termasuk olahraga yang banyak diminati, terbukti dengan terdapatnya 15 klub
bola voli. Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di klub
bola voli putri Taruna Merah Putih, didapatkan bahwa dari 14 pemain voli
yang berusia 11-18 tahun 12 orang pernah mengalami sprain pergelangan kaki
atau biasa disebut juga sebagai keseleo. Angka kejadian sprain pergelangan
kaki yang cukup tinggi tersebut mendorong penulis untuk melakukan asuhan
keperawatan mengenai sprain.
5
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma musculoskeletal
khususnya sprain
Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan, dan pemeriksaan
penunjang tentang sprain.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan
kedua ujung tulang pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
yang diikat oleh sendi. Beberapa tipe ligamen :
a. Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan
ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini
memungkinkan terjadinya pergerakan.
b. Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat
oleh jaringan yang membungkus danmemperkuat sendi, seperti pada
tulang bahu dengan tulang lengan atas.
Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi. Sendi
adalah tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat terjadi
pergerakan atau tidak (Drs.H.Syaifuddin,AMK dalam anatomi fisiologi edisi 4
hal 112).
7
Sendi engsel. Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi
Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata
dan bersendi dengan permukaan yang konkaf, seperti sendi engsel
tapi bergerak dengan 2 bidang dan 4 arah
Sendi ellipsoid. Permukaan sendi berbentuk konveks elips
Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang
cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti soket.
Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin
ligamentum bertulang.
Sendi pelanan. Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan
yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak.
b. Menurut pergerakannya
Sendi fibrus (sinartrosis) adalah sendi yang tidak bergerak sama
sekali.
Sendi amfiartrosis adalah suatu sendi pergerakannya sedikit sekali
karena komponen sendi tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh
bahan yang memungkinkan pergerakan sendi sedikit.
Sendi diartrosis (sendi synovial) adalah sendi dengan pergerakan
bebas.
c. Menurut tempatnya
Persendian tungkai bawah. Persendian antara tibia dan fibula :
Artikulasio tibia-fibula proksimal yaitu sendi yang terdapat antara
fascies artikularis kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan
fascies artikularis fibularis ossis pada kondilus tibia, ikat sendi
ligamentum tibia fibularis proksimal.
Sindesmosis tibia fibularis yaitu persendian fascies artikularis tibia
ossis fibulae dan insisura fibularis ossis tibialis.
Hubungan antara Krista interosea fibula dan trista interosea tibia,
terbentang melalui membrane interrosa kruris yang terbentang
dari proksimalis dibawah kolum fibulae ke distal sampai batas 1/3
8
distal os tibia dan fibula. Arah serabut membrane unterosa kruris
dari medial atas ostibia kerateral bawah menuju os fibula.
2.2 Definisi
Sprain atau keseleo merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada
ligamen penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini
terjadi sesudah gerakan memuntuir yang tajam (Kowalak, 2011).
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan
menjepit atau memutar.(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal
2355. Jakarta:EGC)
Sprainadalah teregangnya atau robeknya ligamen (yaitu jaringan ikat
yang menghubungkan dua atau lebih tulang dalam sebuah sendi). Sprain dapat
disebabkan oleh jatuh, terpelintir, atau tekanan pada tubuh yang menyebabkan
tulang pada sendi bergeser sehingga menyebabkan ligamen teregang atau
bahkan robek. Biasanya, sprain terjadi pada keadaan seperti saat orang terjatuh
dengan bertumpu pada tangan. (kapita selekta kedokteran 2000.)
Sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada
ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau
penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. (Giam & Teh, 1993)
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah
cedera struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal,
yang juga merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen.
9
2.3 Etiologi
Beberapa faktor sebagai penyebab sprain :
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh
tahun kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen
menurun pada usia tiga puluh tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga
jaringan ligamen mengalami sprain.
3. Pukulan
Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian sendi dan
menyebabkan sprain.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan.
Dengan melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur.
Menurut Kowalak (2011), etiologi keseleo meliputi :
1. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan
ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi diluar kisaran gerak (RPS)
normal
2. Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan
3. Faktor Risiko
Riwayat keseleo sebelumnya (faktor risiko yang paling sering)
Gangguan pada jaringan ikat
Kaki Cavovarus
10
d. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan
sekitarnya.
e. Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah
f. Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
g. Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
h. Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.
2.5 Klasifikasi
Menurut Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis
Keperawatan Klinis. Hal 124. Jakarta : Erlangga
a. Sprain derajat I (kerusakan minimal)
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif
dan pasif, menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan
instabilitas atau gangguan fungsi.
b. Sprain derajat II (kerusakan sedang)
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang
lebih menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri
dan tertahan, sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan
gangguan fungsi.
c. Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)
Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan
peningkatan kirasan gerak yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri
pada kisaran pergerakan pasif mungkin kurang dibandingkan derajat yang
lebihh rendah (serabut saraf sudah benar-benar rusak). Hilangnya fungsi
yang signifikan yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk
mengembalikan fungsinya.
11
2.6 Patofisiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung
(impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot
tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi
kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci
paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas
otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.
Moscule strain atau tarikan otot atau robekan otot yang dapat
menyebabkan kerusakan otot atau tendo bisa disebabkan aktivitas harian,
Wujud kerusakan otot dapat berupa robekan sebagian atau keseluruhan otot
atau tendo serta kerusakan pada pembuluh darah kecil,akan menyebabkan
perdarahan lokal(memar)dan rasa nyeri akibat ujung saraf di lokasi trauma
12
2.7 Proses penyembuhan Luka
Pada saat tubuh mengalami kerusakan jaringan atau luka maka akan
terjadi peradangan yang ditandai dengan nyeri, bengkak, panas kemerahan dan
gangguan fungsi. Hal ini perlu diuraikan sehubungan dengan patofisiologi dan
penggunaan ultrasound. Adapun fase-fase penyembuhan luka secara
fisiologis adalah sebagai berikut:
1. Fase Perdarahan
Fase perdarahan adalah fase yang terjadi antara 20 - 30 menit infiltrasi
fibrin mengubah perdarahan menjadi hematoma setelah terjadi trauma.
Pada fase tahap ini perdarahan berhenti setelah dikeluarkan fibrin untuk
menutupi luka. Pada fase ini ditandai dengan keluarnya hematoma dan
keluarnya zat - zat iritan.
2. Fase Peradangan
Fase peradangan adalah fase yang terjadi antara 24 - 36 jam setelah
trauma. Fase peradangan aktif ditandai dengan radang tinggi dengan gejala
- gejala panas, merah dan bengkak pada daerah trauma. Pada fase ini
terjadi aktualitas nyeri yang tinggi dimana fase ini sebagai awal dari
proses penyembuhan luka.
3. Fase Regenerasi
Pada fase ini terdiri dari tiga fase :
a. Fase proliferasi (2 - 4) hari
Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri, jumlah protein
pertahanan tubuh banyak dan jumlah fibroblast meningkat. Pada fase
ini juga terjadi rekonstruksi jaringan pembentukan jaringan permukaan
dan memberikan kekuatan pada daerah trauma. Sel - sel lain
peningkatan, juga terjadi peningkatan sel - sel macrophage dan sel - sel
endothelia untuk membentuk pembuluh - pembuluh darah baru yang
terkenal dengan proses angiogenesis.
b. Fase produksi (4 hari - 3 minggu)
Pada fase ini ditandai dengan penurunan proses pertahanan tubuh,
diikuti dengan peningkatan fibroblast dan monosit yang tinggi, telah
terjadi pelekatan kolagen dan jaringan granulasi baru serta peningkatan
13
oksigenisasi pada daerah cidera. Beberapa fibroblast terbentuk menjadi
myofibroblast yang memberikan efek wound contraction.
c. Fase remodeling (3 minggu - 3 bulan)
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:
a. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh
dengan sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk
memperbaikinya (kadang-kadang).
b. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum
sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang
ruptur, maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang
disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan).
c. Strain yang berulang
d. Tendonitis
14
2.10 Penatalaksanaan Sprain
a. RICE (Rice, Ice, Compression, Elevation)
Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi pembengkakan
dan nyeri yang terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai
penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice,
compression, elevation), yaitu :
1. Rest (istirahat)
Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban
pada tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu
seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau
besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.
2. Ice (es)
Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik atau
semacamnya. Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama
maksimal 2 menit guna menghindari cedera karena dingin.
3. Compression (penekanan)
Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat
dilakukan penekanan pada daerah yang cedera. Penekanan dapat
dilakukan dengan perban elastik. Balutan dilakukan dengan arah dari
daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung.
4. Elevation (peninggian)
Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera berada
lebih tinggi daripada jantung. Sebagai contoh jika daerah pergelangan
keki yang terkena, dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya
supaya pergelangan kaki lebih tinggi daripada jantung. Tujuan
daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat
dikurangi.
b. Penanganan sprain menurut klasifikasi
1. Sprain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup
diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sprain tingkat dua (Second degree).
15
a. Pemberian pertolongan dengan metode RICE
b. Tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian
yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan,
spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
3. Sprain tingkat tiga (Third degree).
a. Pemberian pertolongan dengan metode RICE
b. Dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali
2.11 Pencegahan
a. Saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti
sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan
kaki selama aktivitas
b. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas
atletik, serta latihan yang tidak berlebihan.
c. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan
pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai.
2.12 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pembedahan
terkoyak.
2. Farmakologi
Aspirin:
Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg
peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa
1tablet atau 3tablet perhari,anak > 5tahun setengah sampai
1tablet,maksimum 1 ½ sampai 3tablet perhari.
Bimastan :
16
Kandungan : Asam Mefenamat 250 mg perkapsul, 500mg
perkaplet ; Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi :
hipersensitif, tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping :
mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal
500 mg lalu 250 mg tiap 6 jam.
Analsik :
Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri
otot dan sendi ; Kontra indikasi : hipersensitif ; Efek samping :
agranulositosis ; Dosis : sesudah makan (dewasa 3xsehari 1 kaplet,
anak 3xsehari 1/2kaplet).
Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat)
Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat,
pemasangan gips lunak atau bidai untuk imobilisasi sendi
3. Elektromekanis
c. Posisi ditinggikan.
d. Latihan ROM.
e. Penyangga beban.
f. Penggunaan gips
17
g. Imobilisasi sendi yang cedera untuk mempercepat penyembuhan
pergelangan kaki)
18
Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara
menggabungkan teknik terusan (friction) dan gosokan
(effleurage), pada otot hamstring ke arah atas.
Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara
menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan
(effleurage), pada ligamen sendi lutut bagian belakang ke arah
atas. Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara
menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan
(effleurage), pada otot gastrocnemius ke arah atas.
d. Posisi Traksi dan Reposisi pada Lutut dengan Posisi Tidur
Terlentang
Lakukan traksi dengan posisi kedua tangan memegang satu
pergelangan kaki. Kemudian traksi/tarik ke arah bawah secara
pelan-pelan dan putar tangkai setengah lingkaran ke arah samping
dalam dan samping luar dengan kondisi tangkai dalam keadaan
tertarik.
5. Masase Terapi pada Rehabilitasi Cedera Pergelangan Kaki (Engkel)
Masase terapi yang dilakukan pada rehabilitasi sendi pergelangan kaki
(engkel) yaitu menggunakan teknik masase (manipulasi masase)
dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dengan teknik
gosokan (effleurage) yang menggunakan ibu jari untuk merilekkan
atau menghilangkan ketegangan otot. Setelah itu dilakukan penarikan
(traksi) dan pengembalian (reposisi) sendi pergelangan kaki (engkel)
pada tempatnya.
a. Posisi Tidur Terlentang
Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara
menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan
(effluarage), pada otot-otot fleksor/otot gastrocnemius bagian
depan ke arah atas. Lakukan teknik masase (manipulasi masase)
dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan
(effluarage), pada otot punggung kaki atau otot fleksor pada kaki
bagian muka kearah atas. Lakukan teknik masase (manipulasi
19
masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan
gosokan (effluarage), pada ligament sendi pergelangan kaki ke
arah atas.
b. Posisi Tidur Telungkup
Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara
menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan
(effluarage), pada otot gastrocnemius ke arah atas.
Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara
menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan
(effluarage), pada otot di belakang mata kaki atau tendo achilles ke
arah atas.
c. Posisi Traksi dan Reposisi pada Pergelangan Kaki dengan Posisi
Badan Tidur Terlentang.
Lakukan traksi dengan posisi satu tangan memegang tumit dan satu
tangan yang lain memegang punggung kaki. Kemudian traksi/tarik
kearah bawah secara pelan-pelan dan putarkan kaki (engkel)
dengan kondisi pergelangan kaki dalam keadaan tertarik.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Airway
a. LIHAT - LOOK
Gerak dada & perut
Tanda distres nafas
Warna mukosa, kulit
Kesadaran
b. DENGAR - LISTEN
Gerak udara nafas dengan telinga
c. RABA - FEEL
Gerak udara nafas dengan pipi
2. Breathing
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
3. Circulation
21
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
1. Aktivitas/istirahat
b. Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
c. Tachikardi
3. Neurosensori
a. Kesemutan
b. Kelemahan
4. Kenyamanan
22
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
5. Keamanan
a. laserasi kulit
b. perdarahan
c. perubahan warna
d. pembengkakan local
dan lain-lain
a. Lokasi nyeri
23
b. Penyebaran nyeri
sebenarnya.
gangguan kesadaran.
5. T (Time/waktu) : kapan nyeri itu tersa atau datag dan lama nyeri
tersebut.
24
2. Keluhan Utama : nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan,
perubahan mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot
dan tendon.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat
harus menanyakannya secara langsung kepada pasien dengan teknik P,
Q, R, S, T.
Provoking (penyebab) : apa yang menimbulkan nyeri (aktivitas,
spontan, stress setelah makan dll)?
Quality (kualitas) : apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam,
permukaan dll?
Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya?
Region (daerah) : dimana letak nyeri?
Severity (intensitas) : jelaskan skala nyeri dan frekuensi,
apakah di sertai dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing,
diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal
dll)?
Timing (waktu) : kapan mulai nyeri? Bagaimana lamanya?
Tiba-tiba atau bertahap? Apakah mulai setelah anda makan?
Frekuensi?
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Data Biologis
Gerak dan Aktivitas
Kaji kemampuan aktifitas dan mobilitas kehidupan klien sehari-
hari.
Kebersihan Diri
25
Kaji apakah ada kesulitan dalam memelihara dirinya.
b. Data Psikologis
Rasa Aman
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan
pencegahan pada saat melaksanakan akitivitas hidup sehari-hari,
termasuk faktor lingkungan, faktor sensori, serta faktor
psikososial.
Rasa Nyaman
Kaji apakah pasien mengalami mual dan nyeri (PQRST).
c. Data Sosial
Sosial
Melalui komunikasi antar perawat, pasien, dan keluarga dapat
dikaji mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien
dengan cara mengidentifikasi kemampuan pasien dalam
berkomunikasi.
Prestasi
Kaji tentang latar belakang pendidikan pasien.
Bermain dan Rekreasi
Kaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan
dan frekuensinya)
Belajar
Kaji apakah pasien sudah mengerti tentang penyakitnya dan
tindakan pengobatan yang akan dilakukan. Kaji bagaimana cara
klien mempelajari sesuatu yang baru.
d. Data Spiritual
Ibadah
Kaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum
dan ketika sakit.
5. Pemeriksaan Fisik
Status lokalis : pemeriksaan dilakukan secara sistematis : Inspeksi (Lihat/
Look), Palpasi (Raba/ Feel), Kekuatan otot (Power), Pergerakan (Move).
a. Inspeksi (look) :
26
Raut muka pasien, cara berjalan/duduk/tidur.
Lihat kulit, jar lunak, tulang dan sendi.
b. Palpasi (Feel) :
Suhu kulit panas atau dingin, denyutan arteri teraba/tdk, adakah
spasme otot.
Nyeri tekan atau nyeri kiriman (refered pain)
c. Kekuatan otot (Power) :
Grade 0,1,2,3,4,5 (Lumpuh s/d normal)
d. Pergerakan (Move) :
ROM (Range of Joint Movement)
Pergerakan sendi : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi dll
6. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk
membedakan dengan patah tulang.
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d spasme otot
2. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri
3. Resiko infeksi b/d inflamasi
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri berhubungan dengan spasme NOC : NIC :
otot Pain level, Pain Management
Pain control, Lakukan pengkajian nyeri
Comfort level secara komprehensif
Kriteria hasil : termasuk lokasi,
Mampu mengontrol karakteristik,
nyeri (tahu durasi,frekuensi, kualitas
penyebab nyeri, dan faktor presipitasi
mampu Observasi
menggunakan reaksinonverbal dari
tehnik ketidaknyamanan
nonfarmokologi Gunakan teknik
27
untuk mengurangi komunikasi terapeutik
nyeri, mencari untuk mengetahui
bantuan) pengalaman nyeri pasien
Melaporkan bahwa Kaji kultur yang
nyeri berkurang mempengaruhi respon
dengan nyeri
menggunakan Evaluasi pengalaman
manajemen nyeri nyeri masa lampau
Mampu mengenali Evaluasi bersama pasien
nyeri (skala dan tim kesehatan lain
intensitas, tentang ketidakefektifan
frekuensi dan tanda control nyeri masa
nyeri) lampau
Menyatakan rasa Bantu pasien dan
nyaman setelah keluarga untuk mencari
nyeri berkurang dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
28
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administrasion
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
Satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
29
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pembarian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
30
meningkatkan terapi fisik tentang
kekuatan dan rencana ambulasi sesuai
kemampuan dengan kebutuhan
berpindah Berikan alat bantu jika
Memperagakan klien memerlukan
penggunaan alat bantu Ajarkan pasien
untuk mobilisasi bagaimana merubah
(walker) posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Damping pasien dan
bantu pasien saat
mobilitas dan peduhi
kebutuhna ADLs
3. Resiko infeksi berhubungan dengan NOC NIC
inflamasi immune Status Infection Control
knowledge : (control infeksi)
Infection control Bersihkan lingkungan
Risk control setelah di pakai pasien
Kriteria hasil : lain
Klien bebas dari Pertahankan teknik
tanda dan gejala isolasi
infeksi Batasi pengunjung bila
Mendeskripsikan perlu
proses penularan Instruksikan pada
penyakit, factor pengunjung bila perlu
yang Instruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannya berkunjung
Menunjukkan meninggalkan pasien
kemampuan untuk Gunakan sabun
mencegah antimikroba untuk cuci
31
timbulnya infeksi tangan
Jumlah leukosit Cuci tangan setiap
dalam batas normal sebelum dan sesudah
Menunjukkan perilaku tindakan keperawatn
hidup sehat Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptic
selama pemasangan
alat
Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake
nutrisi
Berikan terapi
antibiotic bila perlu
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
Monitor hitung
granulosit,WBC
Monitor kerentanan
32
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kulit pada area edema
Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukkan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotic
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
33
infeksi
Laporkan kultur positif
Pathway Sprain
Gerakan oleh sendi yang berlebihan terjadi sobekan dan juga rupture pada ligament
(SPRAIN)
Hambatan
Nyeri akut
MK:resiko cedera BAB IV mobilitas
fisik
ASEKP KASUS
34
Identitas klien :
Nama : Ny.S
Umur : 23
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : belimbing,padang
Diagnosa medis : Sprain
Alasan Masuk rumah sakit : klien masuk ke IGD rumah sakit TK,III
REKSODIWIRYO dengan sprain karena melakukan breakdance. Klein tampak
meringis kesakitan dan tampak lemas
A. Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. Ds : klien menngatakan Spasme otot Nyeri
nyeri pada sendi mata Gerakan frakmen tulang
kaki Edema
Do : klien tampak Cidera jaringan lunak
meringis
- skala nyeri 9
- tampak membengkakak
daerah sendi mata kaki
-tampak memar pada
kaki klien
2. Ds : klien mengatakan Cidera jaringan Hambatan
kesulitan dalam Kerusakan rangka mobilitas fisik
menggerakan ekstremitas neuromuscular
bawah
-klien mengatakan
kesulitan saat berubah
posisi
Do : -klien tampak
kesulitan dalam mengator
posisi
-klien tampak kesulitan
dalam bergerak
35
3. Ds : klien mangatakan Tidak adekuatnya Resiko infeksi
sakit pada kakinya pertahanan primer
-klien mengatakan
merasakan demam Kerusakan kulit dan
Do : kaki klien tampak trauma jaringan
terlihat kemerahan
BAB V
PEMBAHASAN
1. Pada kasus di atas pada bab empat tentang Asuhan Keperawatan, diagnosa yang
muncul hanya tiga dari tujuh diagnosa yang terdapat pada bab tiga tentang asuhan
keperawatan teori. Bisa dilihat dari analisa data
36
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot
2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi
A.Analisa data
37
merasakan demam Kerusakan kulit dan
Do : kaki klien tampak trauma jaringan
terlihat kemerahan
BAB VI
PENUTUP
1 Kesimpulan
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan
menjepit atau memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari
benda tumpul atau benda tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan
mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan
38
stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak dengan
tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan
gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.
2 Saran
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan
mengerti tentang bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan
yang baik dan tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan
adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk
menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Daftar Pustaka
Anonymus.2009.CederaMuskuloskeletal.http://arsip2.lkc.or.id/kesehatan/detail/82
diakses tanggal 26 April 2015 pukul 14.00
Anonymus.2012.PengertianSprainhttp://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/p
engertian-sprain-keseleo.html diakses tanggal 26 april 2015 pukul 12.15
Baraik.2012.PertolonganSaatTerkiliratauKeseleo.http://rqbaraik.blogspot.com/22
/09/pertolongan-saat-terkilir-atau-keseleo.html diaksestanggal26April2015
pukul 14.15
39
Jatiarso,Eko.2012.MakalahAskepStrain.http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/04/
makalah-askep-strain.html diakses tanggal 26 April 2015 pukul 14.30
http://www.scribd.com/doc/106915170/Makalah-Dislokasi-Sprain-Strain diakses
40