Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR STUDI ISLAM

Dosen Pengampu ;
Khainuddin, S.Pd.I, M.Ag

Penyusun:
Zakina Salsa Nabila NIM : 932410620
Andika Kurnia Sandy NIM : 932412620
Fadila Laylatul Solekhah NIM : 932412720
Diana Ayu Kusuma NIM : 932413620
Diva Salma Al Hulaymi NIM : 932413720

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah yang mengangkat tema ”Pengantar Studi Islam” ini sekiranya dapat terselesaikan
pada waktunya. Sholawat serta salam tentunya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang
telah menuntun umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman modernisasi.
Makalah ini merupakan rangkain tugas dalam pelaksaan diskusi kelas yang bertujuan untuk
memajukan pengetahuan peserta tentang makalah. Oleh karena itu maka penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak dosen pengampu atas motivasinya, dukungan, serta
anjurannya untuk pembuatan makalah ini. Semoga hal tersebut bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada pembaca yang sekiranya telah
meluangkan waktunya untuk mencari pengetahuan tentang isi makalah dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan sedikit informasi shingga dapat di guanakan sebagaimana mestinya.
Untuk itu penulis menerima dengan baik segala kritik dan saran. Akhir kata, penulis
memohon maaf apabila ada kata – kata yang tidak berkenan, terima kasih.

Kediri, 27 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Masalah atau Topik Bahasan .................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Islam ............................................................................................ 2
B. Urgensi Studi Islam ................................................................................................. 2
C. Signifikasi Studi Islam ............................................................................................ 3
D. Tujuan Studi Islam .................................................................................................. 5
E. Aspek Sasaran Studi Islam ..................................................................................... 6
F. Asal Usul Studi Islam ............................................................................................. 6
G. Pertumbuhan Studi Islam ........................................................................................ 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perubahan waktu dan perkembangan zaman, agama semakin dituntut agar ikut
terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Agama
tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam
khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukan cara-cara yang paling efektif dalam
memecahkan masalah.
Untuk itu diperlukan kajian pendekatan yang dapat digunakan dalam Dirasah Islamiah
sehingga kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan penganutnya. Sebaliknya tanpa
mengetahui berbagai pendekatan dalm memahami ajaran agama, tidak mustahil agama menjadi
sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan
masalah pada agama lain, dan hal ini tidak boleh terjadi.
B. Masalah atau Topik Bahasan
A. Apa pengertian studi islam ?
B. Bagaimana urgensi studi islam ?
C. Bagaimana signifikasi studi islam ?
D. Apa tujuan studi islam ?
E. Bagaimana aspek sasaran studi islam ?
F. Bagaimana asal-usul studi islam ?
G. Bagaimana pertumbuhan studi islam ?
C. Tujuan
A. Menjelaskan pengertian Studi islam.
B. Mengetahui urgensi studi islam.
C. Mengetahui signifikasi studi islam.
D. Menjelaskan tujuan studi islam.
E. Mengetahui aspek sasaran studi islam.
F. Mengetahui asal-usul studi islam.
G. Mengetahui pertumbuhan studi islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Islam
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemah dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah.
Sedangkan studi islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka studi islam
secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan islam. Makna ini
sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang studi islam
dalam kajian yang sistematis dan terpadu.
Studi Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan agama lain. Dengan kata lain studi islam adalah usaha sadar dan
sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk buluk
atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-
praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Selain itu, kata studi islam sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata studi
dan kata islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian. Rumusan Lester Crow dan Alice
Crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan
maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau
meningkatkan suatu keterampilan.
Sedangkan pengertian islam menurut istilah adalah agama yang didasarkan pada lima
pilarutama, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, mengeluarkan
zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.

B. Urgensi Studi Islam


Seiring berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi islam diharapkan dapat
mengarahkan kita untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran ajaran-
ajaran Islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah ketinggalan zaman
tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan
modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sumber agama islam yang asli, yaitu
al;qur’an dan as-sunnah.
Urgensi studi islam yang demikian dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut:
1. Umat islam saat ini pada kondisi yang problematis
Umat islam memang berada dalam suasana problematic. Jika sekarang umat islam
masih berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam hasil penafsiran ulama terdahulu yang
dianggap sebagai ajaran yang mapan dan sempurna serta paten, berarti mereka memiliki
intelektual sebatas itu saja yang pada akhirnya menghadapi masa depan suram.
2
Oleh karena itu, disinilah pentingnya studi islam yang dapat mengarahkan dan
bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-
ajaran agama islam yang merupakan warisan ajaran yang turun temurun agar mampu
beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern dengan tetap
berpegang pada sumber ajaran islam yang murni dan asli, yaitu al-qur’an dan As sunnah.
Studi islam juga dapat diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi
umat islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati yang hidup dan mampu menjawab
tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era global sekarang. Melalui pendekatan
yang rasional-objektif, studi islam diharapkan memberikan alternative pemecah masalah
atau jalan keluar dari kondisi yang problematis tersebut.
2. Umat manusia dan peradapannya berada dalam suasana problematis tersebut.
Umat manusia dalam sejarah peradapan dan kebudayaannya telah berhasil
menemukan aturan, nilai, norma, sebagai pegangan dan pedoman yang berupa agama,
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat islam pada masa yang serba canggih
semakin menjadikan manusia-manusia modern kehilangan identitas serta sifat-sifat
manusiawinya.
Islam, sebagai agama yang rahmatullah lil ‘alamin, tentunya mempunyai konsep
atau ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat
manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Akan tetapi, umat islam sendiri saat ini
berada dalam situasi yang serba problematic. Kondisi kehidupan sosial budaya dan
peradaban umat islam dalam keadaan lemah dan tidak berdaya berhadapan dengan
budaya dan peradaban manusia dan dunia modern. Disinilah urgensi nya studi islam,
yaitu untuk menggali ajaran ajaran islam yang asli dan murni, dan bersifat manusiawi.
Dan dari situlah kemudian didikan dan transformasi kepada generasi penerusnya yang
bias menawarkan alternative pemecah permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia
dalam dunia modern.

C. Signifikasi Studi Islam


Dari segi tingkatan kebudayaan, agama merupakan universal cultural. Salah satu
prinsip teori fungsional menyatakan bahawa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan
lenyap dengan sendirinya. Karena sejak dulu hingga sekarang agama dengan tangguh
menyatakan eksitensinya, berarti ia mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan
fungsi di masyarakat. Oleh karena itu, secara umum, studi islam menjadi penting karena
agama, termasuk islam, memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat.

3
Dalam pengantar symposium nasional yang diselenggarakan oleh Forum
Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana (FKMP) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 6
Agustus 1998 di pusat pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), Harun Nasution
mengatakan bahwa personal yang menyangkut usaha perbaikan pemahaman dan
penghayatan agama, terutamadari sisi etika dan moralitasnya, kurang mendapat tempat
yang memadai.
Situasi keberagaman di Indonesia yang legalistik-formalistik. Agama “harus”
dimanifestikan dalam bentuk ritual-formal, sehingga muncul formalisme keagamaan yang
lebih mementingkan “bentuk” daripada “isi”. Kondisi seperti itu menyebabkan agama
kurang dipahami sebagai perangkat paradigm moral dan etika yang bertujuan
membebaskan manusia dari kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan. Di samping itu,
formalisme gejala keagamaan yang cenderung invidualistik daripada kesalahan social
mengakibatkan munculnya sikap kontra produktif seperti nepotisme, kolusi, dan korupsi.
Harun Nasution berpandangan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang orang yang
melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi cegahanya. Dengan demikian, orang yang
bertakwa adalah orang yang melaksanakan perintah orang yang dekat dengan tuhan; dan
yang dekat dengan dengan yang maha suci adalah “suci”; orang-orang yang sucilah orang
yang mempunyai moral yang tinggi.
Gambaran yang dikemukakan oleh Harun Nasetion di atas mendapat sambutan
cukup serius dari Masdar F. Mas’udi. Masadar F. Mas’udi mengatakan bahwa kesalahan
kita, sebagai umat islam di Indonesia, adalah mengabaikan agama sebagai sistem nilai
etika dan moral yang releven bagi kehidupan manusia sebagai makhluk hidup yang
bermartabat dan berakal budi. Karna itulah, kita serentak ketika temuan memperlihatkan
kepada dunia sesuatu yang sangat ironi: Negara Indonesia yang penduduknya 100%
beragama, mayaritas beragama islam (sekitar 90%), dan para pejabatnya rajin merayakan
hari-hari besar agam, ternyata menduduki peringkat terkemuka di antara negara-negara
yang paling korup di dunia.
Dari gambaran umat Islam di Indonesia di atas, kita dapat mengetahui bahwa
agama Islam di Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan dihayati oleh umat islam. Oleh
karena itu, signifikansi study islam di Indonesia adalah mengubah pemahaman dan
penghayatan keislaman masyarakat Muslim Indonesia secar khusus, dan masyarakat
beragama pada umunya. Adapun perubahan yang diharapkan adalah format formalisme
keagamaan islam diubah diubah menjadi format agama yang substantif. Sikap
engklusivisme, kita ubah menjadi format agama yang subnstantif. Sikap engklusivisme,kita

4
ubah menjadi sikap universalisme, yakni agama yang tidak mengabaikan nilai-nilai
spiritualis dan kemanusiaan karena pada dasarnya agama di wahyukan untuk manusia.
Disamping itu, study islam diharapkan mampu melahirkan suatu komunitas yang
mampu dapat mempertemukan dan mencari jalan keluar dari konflik intra-agama Islam;
tampaknya konflik internal umat islam yang didasari dengan organisasi formal keagamaa
belum sepenuhnya final. Di samping itu, akhir-akhir ini kita dihadapkan pada krisis
nasional. Salah satunya krisis kerukunan umat beragams: pembakaran gereja di Ketapang
Jakarta dan Babjarmasin ciamis, pembakaran masjid di Ambon, serta persoalan-persoalan
lainya. Study islam diharapkan melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran
(tasamuh) dalam wawancara pluaralitas agama sehingga, sehingga tidak melahirkan
muslim ekstrem yang membalas kekerasan pula: pembakaran masjid dibalas dengan
pembakaran gereja. Oleh karena itu, dalam situasi hidup keberagaman Indonesia, study
agama. Terutama Islam, karena merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk,
dan sangat penting dilakukan.
D. Tujuan Studi Islam
Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan keimanan dan
mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus ilmiah,
bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan demikian tujuan studi Islam
adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam
agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta menjadikannya
sebagai pegangan dan pedoman hidup. Memahami dan mengkaji Islam direfleksikan dalam
konteks pemaknaan yang sebenarnya bahwa Islam adalah agama yang mengarahkan pada
pemeluknya sebagai hamba yang berdimensi teologis, humanis, dan keselamatan di dunia
dan akhirat. Dengan studi Islam, diharapkan tujuan di atas dapat di tercapai.
Kedua, untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah secara
transparan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dalam hal ini, seluk beluk agama
dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku bagi umat Islam dijadikan dasar ilmu
pengetahuan. Dengan kerangka ini, dimensi-dimensi Islam tidak hanya sekedar dogmentis,
teologis. Tetapi ada aspek empirik sosiologis. Ajaran Islam yang diklaim sebagai ajaran
universal betul-betul mampu menjawab tantangan zaman, tidak sebagaimana diasumsikan
sebagian orientalis yang berasumsi bahwa Islam adalah ajaran yang menghendaki ketidak
majuan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

5
E. Aspek Sasaran Studi Islam
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang belum serasi.
Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang dalam bidang ilmiah terdapat sikap rasional
dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran studi Islam meliputi 2 hal yaitu:
1. Aspek sasaran keagamaan
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan sandaran sentral
agar kajian keislaman tidak keluar dan tercabut dari teks dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut,
wacana keagamaan dapat ditransformasikan secara baik dan menajdikan landasan kehidupan dalam
berperilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman yang harus dijadikan
pegangan: pertama, islam sebagai dogma juga merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan.
Oleh karena itu sasaran study Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang memuat
nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan
setelah mati, tapi orientasi utama adalah dunia sekarang. Dengan demikian sasaran study Islam
diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam
sejarah Islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas dan
memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empirik yang kebenarannya
relatif.
2. Aspek sasaran keilmuwan
Studi keilmuwan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metodologis, empiris, dan historis.
Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuwan membutuhkan berbagai pendekatan.
Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan
beranjak dan terikat pada pemikiran rasional. Oleh karena itu kajian keislaman yang bernuansa
ilmiah meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatik yang bersumber dari wahyu dan aspek
perilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan
F. Asal Usul Studi Islam
Dalam sejarah muslim dicatat sejumlah kajian islam disejumlah kota. Berikut uraian sejarah
perkembangan islam di dunia. Akhir periode madinah sampai dengan abad ke-4 H adalah fase
pertama pendidikan islam di masjid-masjid, dan rumah-rumahdengan ciri hafalan namun sudah
dikenalkan dengan logika. Abad ke-5 H selama periode khalifah Abbasiyah sekolah-sekolah
didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai begeser dari
matakuliah ayang bersifat intelektual, ilmu alam, dan ilmu sosial.
Berdirinya madrasah justru menjadi titik balik kejayaan, karena madrasah dibiayai dan
diprakarsai oleh negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk memepertahnkan doktrin-
doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo. Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111) M disebut

6
sebagai awal dari pemisahan ilmu agama dan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat
kajian Islam dizamannya yakni Nisyaburi, Baghadad, Kairo, dan Damaskus.
Ada 4 perguruan tinggi Muslim tertua di dunia yakni:
1. Nizamiyah di Baghdad
2. Al-Azhar di Kairo
3. Cordova
4. Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko
Pada mulanya pemikiran-pemikiran mengenai islamisasi sains atau ilmu tentang keislaman
dilontarkan sekitar tahun 1980 oeh seorang pemikir Islam terkemuka Ismail Raji Al-Faruqi.
Ilmu pendidikan Islam secara sederhana adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek
pendidikan (visi, misi, tujuan, sasaran, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, saran
prasarana, dan sebagainya) dengan berdasarkan ajaran islam. Sumber ajaran islam selain berasal dari
Al-Qur’an dan Al-Sunnah, juga sejarah, filsafat, dan pemikiran manusia. Dengan berdasarkan pada
sumber ini maja ilmu pendidikan islam dapat dibagi menjadi 4 macam.
1. Ilmu Pendidikan Islam Normatif Perenialis
Ilmu pendidikan Islam normatif perenials adalah ilmu pendidikan yang dibangun
berdasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Sunnah yagng bersifat abadi. Ilmu
pendidikan islam normatif perenialis ini termasuk yang paling banyak dilakukan para ahli
dari zaman klasik hingga sekarang.
2. Ilmu Pendidikaan Islam Bercorak Historis
Ilmu pendidikan Islam bercorak historis adalah ilmu pendidikan Islam yang dibangun
dengan berdasarkan sumber-sumber sejarah Islam sajak zaman klasik, pertengahan,
hingga zaman modern. Yakni sejak zaman Rosulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, Bani
Umayah, Bani Abbas, Dinasti-dinasti kecil, Keusultanan Turki Usmani, Kesultanan
Mughal di India, dan Kesultana Syafawi di Persia, yang berlangsung sejak abad ke-7 M
sampai abad ke-18 M. Pada zaman tersebut, sejarah mencatat bahwa dunia Islam tampil
sebagai pencetus, pelopor, pemimpin, pemandu, dan pusat peradaban dunia.
3. Ilmu Pendidikan Bercorak Filosofis
Kajian ilmu pendidikan Islam bercorak filosofis adalah kajian ilmu pendidikan Islam
yang menggunakan bahan-bahan yang terdapat dalam pemikiran para filsuf sebgaimana
yang terdapat dalam kitab yang mereka susun. Karena masalah pendidikan terkait erat
dengan pembinaan sumber daya manusia dan pembentukan akhlak mulia, maka secara
tidak langsung diantara filsuf juga berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan akhlak
dan kepribadian yang utama. Beberapa tokoh filsafat seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu

7
Sina, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyid berbicara tentang jiwa manusia dalam hubungannya
dalam pembinaan akhlak mulia.
4. Ilmu Pendidikan Islam Bercorak Aplikatif
Ilmu pendidikan Islam bercorak aplikatif dapat diartikan ilmu pendidikan Islam yang
berisi pembahaan yang didasarkan pada hasil penelitian eksperimen atau uji coba, dan
dapat diterapkan secara langsung dalam kegiatan pendidikan. Ilmu pendidikan bercorak
aplikatif ini misalnya ilmu yang berkaitan dengan metode dan langkah-langkah dalam
mengajarkan Al-Qur’an, metode dan langkah-langkah praktis dalam mengajarkan bahasa
Arabdengan berbagai cabangnya: nahu, sharaf, dan sebagainya, metode dan langkah-
langkah dalam mengajarkan fikih dan lain sebagainya.

G. Pertumbuhan Studi Islam


Pertumbuhan studi Islam terkait erat dengan perkembangan pendidikan Islam
yang membahas kurikulum dan kelembagaannya, baik di dunia Islam, dunia Barat, maupun
di Indonesia sendiri. Bahan uraian pada bagian ini diadaptasi dari Pengantar Studi Islam
Hadidjahdan M. Karman al-Kuninganiy (2008:11-21).
1. Studi Islam di Negara Muslim (Dunia Timur)
Studi Islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh Negara di dunia, baik di
dunia Islam maupun bukan Islam, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas
Ummul Qura di Arab Saudi. Di Teheran didirikan Universitas Teheran . di Universitas
ini, studi Islam dilakukan dalam satu fakultas yang disebut kulliyat asy-syari’ah
(Fakultas syari’ah) yang di dalamnya terdapat program studi ushuludin , tasawuf, dan
sejenisnya.(Abdul Hakim. metodologi studi Islam.2004)
2. Studi Islam di Negara Barat
Kajian tentang keIslaman di Barat sudah ada sejak abad ke19, yaitu ketika para
sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khususnya dunia Islam. Bahkan,
kalau ditarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan Barat-Islam dimulai sejak
abad-13, ketika sebuah Universitas di Perancis secara gencar mempelajari karya-karya
sarjana Islam universitas yang menjadi cikal bakal Universitas Paris-Sorbone ini, secara
intensif mengkaji karya-karya para filosof muslim, seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, dan Ibn
Rusyd. Dulu, kajian keIslaman di Barat lebih terfokus, terutama, pada bidang filsafat dan
ilmu pengetahuan. karena itu, yang dipelajari oleh akademi Barat pada awal-awal
Renaissance adalah karya-karya para filosof dan saintis muslim.
Pada era modern ini, kita mendapati dunia akademi Barat lebih terbuka pada
cabang-cabang keilmuan Islam yang lain. Tidak hanya filsafat dan sains tetapi juga
8
cabang-cabang ilmu keIslaman, seperti Al-Qur’an, hadits, fiqh, dan sejarah Islam.
Berkembangnya kajian-kajian terhadap ilmu-ilmu ini, merupakan respons dari semakin
meningkatnya kajian arkeologis ,antropologis, historis, dan sosiologis di Eropa.
Perbedaan mendasar tradisi kajian Islam di Dunia Timur dan Barat terletak pada
pendekatan yang digunakan. Di Timur pendekatan lebih berorientasi pada penguasaan
subtansi materi dan penguasaan atas khazanah keIslaman klasik. Adapun Islamic studies
di Barat, kajiannya lebih berorientasi pada Islam sebagai realitas atau fenomena social,
yakni Islam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu. Islam dikaji dan dipelajari
hanyalah sebatas Islam sebagai ilmu pengetahuan. Studi Islam di Negara-negara Barat
diselenggarakan di beberapa Negara, antara lain sebagai berikut: Kanada, Amerika
Serikat, Inggris, Belanda, Jerman, Australia, dan sebagainya.
3. Kajian Islam di Asia Tenggara
Sebagai wilayah kajian maupun sebagai salah satu area kajian, Islam di Asia
Tenggara, dan Indonesia khususnya, pada awalnya tidak menarik perhatianAda berapa
alasan mengapa Islam di Asia Tenggara mendapat perhatian. Pertama, perkembangan
Islam di Asia Tenggara mengesankan terutama jika dikaitkan dengan wacana global
dunia.
Kedua, corak pendidikan para intelektual Muslim di Asia Tenggara yang lebih
menerima ide-ide ilmu social yang berkembang di Barat, seperti Nurcholis Majid,
Kuntowidjoyo, Anwar Ibrahim, Chandra Muzaffar, dan sebagainya. Hal ini menjadikan
perkembangan Islam di Asia Tenggara tidak teraleniasi dari perkembangan global.
Ketiga, Islam di Asia Tenggara memberikan gambaran real terhadap apa yang
disebut sebagai Islam local, yang mencerminkan suatu pertemuan budaya, social, dan
intelektual antara budaya local dan Islam.
Islam di Indonesia dapat dijadikan model dalam menghadapi dua hal yaitu:
1) Model untuk menjembatani antara budaya local dan Islam, mengingat Indonesia terdiri dari
beberapa etnis budaya. Perbedaan-perbedaan budaya local dan Islam di setiap wilayah akan
memberikan model bagi penjelajahan teori.
2) Islam lokal di Indonesia mungkin bisa dijadikan model untuk melihat hubungan antara Islam
dan dunia modern. Situasi pluralitas budaya Indonesia yang Islam dapat dijadikan suatu
model bagaimana Negara Islam menerima ide-ide global. Mialnya saja pengalaman
Indonesia dalam berdemokrasi akan sangat berarti bagi dunia Muslim lainnya.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita diajarkan untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan tentang ajaran islam
dan kita diharapkan untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam
seluk buluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah
maupun praktik-praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang
sejarahnya.
Dari segi tingkatan kebudayaan, agama merupakan universal cultural. Salah satu prinsip
fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan
sendirinya. Karenanya agama islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh menyatakan
eksistansinya. Hal ini berarti bahwa agama mempunyai dan memerankan sejumlah peran
dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu, study islam dituntut untuk untuk membuka
dirinya agar studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia modern serta
menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.

B. Saran
Semoga makalah tentang pengantar studi islam ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dan kami sebagai penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Komperhensif. Jakarta : Kencana Prenada Media Grub
6 Musahadi, Islamic Legal Studies di Dunia Modern, dalam Jurnal Istiqra’ Volume 04, Nomor
01, 2005, Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI.
Atang, A.H. dan Mubarak. 2004. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja
Roskadakarya.
Musahadi,”Islamic legal studies di dunia modern“. jurnal istiqra`. Jakarta, 2005: 01
Asy’ari, dkk. Pengantar Studi Islam Cetakan III. 2005. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Supiana. 2017. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://sujudhku.blogspot.com/2013/01/pengertian-urgensi-dan-tujuan-study.html
http://studi-agama-islam.blogspot.com/2016/04/pengertian-ruang-lingkup-tujuan-studi.html
http://stydyislam.blogspot.com/2012/01/pengertian-studi-islam.html
https://books.google.co.id/books?id=YaKHDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=EBOO
K+metodologi+studi+islam&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjvsaO3xoTsAhUWWCsKHfbM
BVwQ6AEwAHoECAMQAQ#v=onepage&q&f=false
http://vyellacharming.blogspot.com/2015/03/v-behaviorurldefaultvmlo_7.html?m=1
https://tarbiyyah-blog.blogspot.com/2012/04/pengertian-tujuan-dan-aspek-aspek.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai