Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam”
Dosen pengampu :
M. Ubaidillah Ridwanulloh, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 3 :


Nadya Rosidha (20205030)
Fadila Rizky Maulidiya (20205043)
Zakina Salsa Nabila (20205106)
Amilia Sufidina (20205134)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) KEDIRI
2022KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Dasar Pengadaan Sarana
dan Prasarana” dan penulis sangat berharap semoga Allah SWT. Memberikan
manfaat kepada pembaca dan barakah kepada penulis baik di dunia maupun di
akhirat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. serta keluarga dan sahabatnya, yang telah
memberikan petunjuk kepada kita menuju jalan yang lurus.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak M. Ubaidillah Ridwanulloh, M.Pd.I selaku dosen pengampu yang
senantiasa sabar membimbing penulis, hingga selesainya makalah ini.
2. Teman-teman senasib dan seperjuangan, terutama teman-teman jurusan
Manajemen Pendidikan Islam yang turut memberikan semangat dan do’a.
3. Serta kepada semua orang yang telah membantu penulis yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu namanya.
Semoga amal kalian semua dibalas oleh Allah SWT. Amin. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mohon maaf yang setulus-tulusnya apabila terdapat kekurangan maupun
kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran akan penulis terima
dengan kerendahan hati dan senang hati demi perbaikan makalah ini.

Kediri, 19 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Pengadaan Sarana dan Prasarana................................................2
B. Strategi Pengadaan Sarana dan Prasarana.....................................................3
C. Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana...................................................4
D. Jenis-jenis Pengadaan Sarana dan Prasarana................................................5
E. Perbedaan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Lembaga Pendidikan
sesuai dengan Kebutuhan Pendidikan Islam...............................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pengadaan sarana dan prasarana?
2. Bagaimana strategi pengadaan sarana dan prasarana?
3. Bagaimana prosedur pengadaan sarana dan prasarana?
4. Apa saja jenis-jenis pengadaan sarana dan prasarana?
5. Apa perbedaan sarana dan prasarana di lingkungan lembaga pendidikan sesuai
dengan kebutuhan pendidikan Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengadaan sarana dan prasarana
2. Untuk mengetahui strategi pengadaan sarana dan prasarana
3. Untuk mengetahui prosedur pengadaan sarana dan prasarana
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pengadaan sarana dan prasarana
5. Untuk mengetahui perbedaan sarana dan prasarana di lingkungan lembaga
pendidikan sesuai dengan kebutuhan pendidikan Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengadaan Sarana dan Prasarana


Barnawi dan Arifin (2012) berpendapat pengadaan sarana dan prasarana
merupakan serangkaian kegiatan yang menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana
pendidikan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan
Gunawan (1996:135) berpendapat pengadaan sarana dan prasarana adalah segala
kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang, benda, dan jasa bagi keperluan
pelaksanaan tugas. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
penyediaan semua jenis sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.1 Pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan merupakan fungsi operasional kedua dalam manajeman sarana
dan prasarana pendidikan setelah perencanaan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan
serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan
sesuai kebutuhan,baik berkaitan dengan jelas dan spesifikasi,jumlah,waktu maupun
tempat, dengan harga dan sumber yang dapat di pertanggung jawabkan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah adalah segala kegiatan
yang dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa
berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran
agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah pasal 1 ayat 1 menyatakan pengadaan Barang/Jasa pemerintah
adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang
dilaksanakan secara swakelola maupun penyedia barang/jasa.

1Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2011).

2
B. Strategi Pengadaan Sarana dan Prasarana
Ada beberapa cara alternatif dalam pengadaan sarana dan prasara pendidikan
persekolahan. Beberapa cara alternatif pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan tersebut adalah melalui:2
1. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara (membeli)
Membeli adalah merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan yang lazim ditempuh yaitu dengan jalan membayar sejumlah uang
tertentu kepada penjual tau supplier untuk mendapatkan sejumlah sarana dan
prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
2. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui (membuat sendiri)
Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan membuat sendiri yang biasanya dilakukan oleh
guru,siswa, atau pegawai.
3. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui (penerimaan hibah atau
bantuan)
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara pemenuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan pemberian secara Cuma-Cuma dari pihak
lain.penerimaan hibah atau bantuan harus dilakukan dengan cara membuat berita
acara.
4. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui (penyewaan)
Yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan pemanfaatan sementara
barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dengan cara membayar
berdasarkan perjanjian sewa-menyewa.
5. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui (pinjaman)
Yaitu penggunaan barang secara Cuma-Cuma untuk sementara waktu dari pihak
lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam.
6. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui (mendaur ulang)

2Jahari Jaja dan Syarbini Amirullah, Manajemen Madrasah (Teori, Strategi, Dan Implementasi) (Bandung: Alfabeta, 2013).

3
Mendaur ulang adalah kegiatan mengolah barang-barang bekas yang
kegunaannya sudah berkurang dengan cara peleburan atau perakitan kembali
agar barang-barang tersebut berguna kembali atau memiliki nilai tambah.
7. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui (penukaran)
Penukaran adalah cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan
jalan menukar sarana dan prasarana yang dimiliki dengan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan organisasi atau instansi lain.
8. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan melalui (perbaikan)
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan
jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah mengalami kerusakan.

C. Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana


Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 3 menyatakan pengadaan barang/jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip:
1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan yang ditetapkan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu singkat serta dapat dipertanggungjawabkan.
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-sebesarnya sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan.
3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi persayaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi
syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan
transparan.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi,
hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi
peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya.

4
5. Adil atau tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi
semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat
bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan
masyarakat sesuai dengan prinsipprinsip serta ketentuan yang berlaku dalam
pengadaan barang/jasa.
Prosedur pengadaan sarana dan prasarana:3
a. Analisis kebutuhan sarana dan prasarana beserta fungsinya;
b. Mengklasifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan;
c. Menyusun proposal pengadaan sarana dan prasarana;
d. Menerima peninjauan dari pihak yang dituju untuk menilai kelayakan sekolah
memperoleh sarana dan prasarana atau sebaliknya sekolah yang melakukan
peninjauan (survei); dan
e. Setelah ditinjau dan dikunjungi, sekolah akan menerima kiriman sarana dan
prasarana yang diajukan.
Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana harus memikirkan perlengkapan
yang dibutuhkan sekolah pada masa datang dan bagaimana pengadaannya secara
sistematis, rinci, dan teliti berdasarkan informasi yang realistik tentang kondisi sekolah.

D. Jenis-jenis Pengadaan Sarana dan Prasarana


Proses pengadaan sarana dan prasarana pendidikan memiliki beragam cara
tergantung dari jenis barang yang akan diadakan. Jenis-jenis sarana dan prasarana
pendidikan dapat digolongkan ke dalam buku, alat, perabot, bangunan, dan tanah.
Berikut merupakan proses pengadaan berdasarkan jenis sarana dan prasarana
pendidikan :4

3Supadi Novita Wahyuningsih, Bedjo Sujanto, “Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di SMP Islam AL-Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi (2015),”

Improvement Vol 9 No 1 (2015).

4Martini dan Fuad Nurhattati, Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016).

5
1) Pengadaan Buku
Buku-buku atau majalah yang akan disajikan kepada pembaca terlebih dahulu
harus diseleksi agar bahan bacaan tersebut sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan
pembaca, ideologi negara, dan lain sebagainya. Pelaksanaan seleksi dilakukan oleh Tim
Seleksi yang dibentuk oleh Pimpinan Proyek atau kepala satuan kerja berdasarkan
pertimbangan atasan langsungnya. Kriteria penilaian memerhatikan:
 Isi buku menunjang pendidikan berpikir dan humaniora sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional;
 Tidak bertentangan dengan ideologi negara pancasila dan undang-undang dasar
1945;
 Memerhatikan ketentuan larangan peredaran judul buku tertentu dari kejaksaan
agung, kejaksaan tinggi;
 Menghindari pembelian buku dari penerbit yang termasuk dalam daftar hitam;
 Ditentukan skala prioritas sesuai dengan keperluan dan dana yang tersedia.
Untuk pengadaan buku dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:
a. Membeli
b. Menerbitkan sendiri
c. Menerima bantuan/hadiah
d. Menukar.
Dalam hal ini yang biasa dilakukan oleh sekolah adalah membeli dan menerima
bantuan/hibah. Sebab jika menerbitkan sendiri akan sangat membutuhkan waktu yang
lama, sedangkan jika menukar tidak semua materi akan sesuai dengan materi yang
diajarkan atau dengan kurikulum.
2) Pengadaan Alat
Alat yang dimaksud dalam hal ini terdiri atas alat-alat kantor dan alat-alat
pendidikan. Adapun yang termasuk alat kantor ialah alat-alat yang biasa digunakan di
kantor seperti: mesin tulis, mesin hitung, mesin stensil, komputer, alat-alat pembersih
dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam alat pendidikan ialah alat-alat yang
secara fungsional digunakan dalam proses belajar mengajar seperti alat peraga, alat
Praktik alat laboratorium. alat kesenian, alat olahraga dan sebagainya. Pengadaan alat

6
kantor dan alat pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara (Martin dan Fuad, 2016: 22-
31-32):
a. Membeli;
b. Membuat sendiri;
c. Menerima bantuan/hibah/hadiah.
3) Pengadaan Perabot
Perabot ialah barang-barang yang berfungsi sebagai tempat untuk menulis,
istirahat, tempat penyimpanan alat atau bahan. Contoh: meja, kursi, lemari, rak, filling
kabinet dan sebagainya. Dalam pengadaan perabot sekolah, maka ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut (Martin dan Fuad, 2016: 32):
a. Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan tinggi badan
atau ukuran penggal-penggal tubuh pemakai (misalnya siswa dan tenaga
kependidikan lainnya);
b. Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut memerhatikan segi
kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pemakai;
c. Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai karena
bentuk dan warnanya menarik;
d. Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harganya tetapi
merupakan transformasi wujud efisiensi dan efektivitas dalam pengadaan dan
pendayagunaannya.
4) Pengadaan Bangunan
Pengadaan bangunan dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut:
1) Membangun Bangunan Baru
Pengadaan bangunan dengan membangun bangunan baru dapat meliputi sebagai
berikut: Mendirikan, memperbaharui (rehabilitasi/renovasi), memperluas, mengubah
dengan cara membongkar seluruh atau sebagian bangunan gedung; Pembuatan pagar
halaman, jalan, pengerasan halaman, pemasangan pompa/menara air, pengadaan listrik;
2) Membeli Bangunan
Pengadaan bangunan melalui membeli bangunan yang sudah jadi mengikuti ketentuan
sebagai berikut:

7
a. Pada prinsipnya membeli bangunan yang sudah jadi termasuk tanahnya tidak
diperbolehkan. Tetapi dalam hal-hal luar biasa, dapat diusulkan kepada Menteri
Keuangan dan Ketua Bappenas dengan disertai alasan-alasan yang kuat melalui
Menteri Pendidikan Nasional;
b. Setelah ada persetujuan dan dananya sudah tersedia, selanjutnya dilakukan
penawaran harga dari pemiliknya melalui Panitia Pembebasan Tanah setempat
yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 80/2003;
c. Apabila antara harga penawaran dan harga penaksiran Panitia sudah ada
kecocokan, maka dapat langsung diselesaikan akta jual beli di depan
Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah dan selanjutnya diselesaikan balik nama
sertifikat tanah.
3) Menyewa Bangunan
Pengadaan bangunan melalui menyewa bangunan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Apabila diperlukan untuk keperluan gedung sekolah, gudang dan sebagainya,
maka suatu instansi diperkenankan untuk menyewa bangunan, dengan syarat
anggaran untuk membayar sewa itu harus sudah tersedia lebih dahulu;
b. Untuk menetapkan besarnya sewa, pemilik bangunan perlu dimintakan
pengesahan/penetapan lebih dahulu kepada Panitia Sewa Menyewa atau Kantor
Urusan Perumahan setempat;
c. Setelah ditetapkan sewanya, dibuat Surat Perjanjian (kontrak) antara pihak
penjual dan pihak yang menyewakan, jika dianggap perlu dilakukan dengan akta
notaris;
d. Gedung sekolah milik swasta (bersubsidi) dahulu pernah mendapat subsidi dari
Pemerintah cq Departemen Pendidikan Nasional, apabila dipakai oleh sekolah
negeri, berdasarkan peraturan subsidi yang sekarang masih berlaku tidak perlu
dibayar sewanya, tetapi Pemakai wajib memelihara bangunan tersebut
sebagaimana mestinya.
4) Menerima Hibah Bangunan
Pengadaan bangunan melalui menerima hibah bangunan mengikuti ketentuan sebagai
berikut:

8
a. Departemen Pendidikan Nasional dapat menerima hibah bangunan berikut tanah
dari pihak lain (Pemerintah Daerah/ Swasta);
b. Agar ada dasar hukumnya, sebaiknya pelaksanaannya dilakukan dengan Akta N
otaris Pejabat Pembuat Akta Tanah setempat.
5) Menukar Bangunan
Pengadaan bangunan melalui menukar bangunan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Penukaran bangunan atau pemindahtanganan barang tidak bergerak milik negara
pada umumnya diatur dalam Keputusan Presiden tentang pelaksanaan APBN,
yaitu segala sesuatu harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan terlebih
dahulu;
b. Bangunan milik negara yang tidak memenuhi fungsinya lagi, lokasinya terlalu
ramai atau tanahnya terlalu sempit untuk diadakan perluasan bangunan, dapat
diusulkan untuk ditukarkan dengan bangunan milik pihak lain yang sudah jadi
atau masih akan dibangun di lokasi lain. Usul penukaran diajukan kepada
Menteri Pendidikan Nasional;
c. Setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan, maka perlu dibentuk
Panitia Penaksir yang terdiri atas wakil-wakil dari Departemen Pendidikan
Nasional, Departemen Keuangan, Departeman Kimpraswil, Departemen Dalam
Negeri, BPN dan pemerintah Daerah, untuk menetapkan penaksiran harga tanah/
bangunan yang lama dan harga tanah/bangunan baru;
d. Apabila kedua penaksiran itu sudah disepakati, maka dapat diselesaikan Surat
Perjanjian Penukaran di depan Notaris Pejabat Pembuat Akta Tanah. Penyerahan
tanah/bangunan lama, baru boleh dilakukan setelah tanah/bangunan baru selesai
dibangun menurut Surat Perjanjian dan diterima baik oleh Departemen
Pendidikan Nasional;
e. Selanjutnya diselesaikan balik nama sertifikat tanah/bangunan baru, dan
diselesaikan pula penghapusan tanah/bangunan lama dari daftar inventaris
dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

9
5) Pengadaan Tanah
Pengadaan tanah dapat dilaksanakan dengan cara membeli, menerima bantuan
atau hadiah, dan dengan menukar. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
pengadaan tanah adalah (Martin dan Fuad, 2016: 39) :
a. Menyusun rencana pengadaan tanah yang lokasi dan luasnya sesua-l dengan
keperluan;
b. Mengadakan survei untuk menentukan lokasi tanah yang baik sesuai dengan
maksud serta memerhatikan perencanaan tata bangunan;
c. Mengadakan survei terhadap adanya sarana jalan, listrik, telepon, air, dan alat
pengangkutan;
d. Mengadakan survei harga tanah di lokasi yang telah ditentukan untuk bahan
pengajuan rencana anggaran dari hasil survey;
e. Mengajukan rencana anggaran kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota
dengan melampirkan data yang telah disusun.

E. Perbedaan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Lembaga Pendidikan sesuai


dengan Kebutuhan Pendidikan Islam
Pada dasarnya sarana dan prasarana merujuk pada hal yang berbeda, namun
saling berkaitan. Perbedaan sarana dan prasarana:5
1. Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan definisinya, sarana ditujukan untuk benda-benda yang memiliki
ukuran kecil dan dapat dipindahkan. Misalnya buku, meja, kursi, dan lain-lain.
Sedangkan prasarana umumnya memiliki bentuk yang lebih besar dan menetap
di suatu tempat. Contohnya adalah gedung dan ruangan kantor.
2. Berdasarkan Fungsinya
Sarana sangat penting untuk kelancaran kegiatan karena memang menjadi
bagian utama. Prasarana juga penting tetapi fungsinya adalah sebagai penunjang
kegiatan. Dalam bidang pendidikan misalnya, sarana belajar bertujuan untuk
mempermudah penyampaian materi ajar. Sedangkan prasarana belajar

5M. Barnawi dan Arifin, Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).

10
merupakan segala macam peralatan dan benda-benda yang digunakan untuk
memudahkan penyelenggaraan pendidikan.
3. Berdasarkan Sifatnya
Sarana cenderung bersifat habis pakai, yakni apabila digunakan terus menerus
maka jumlahnya akan menyusut. Sedangkan prasarana dapat digunakan
berulang kali namun kemampuannya akan berkurang.
4. Kepemilikan
Secara umum, sarana dapat dimiliki secara individu, swasta, dan pemerintah.
Sedangkan, prasarana pada umumnya dimiliki suatu badan institusi seperti
pemerintah dan swasta
5. Pembiayaan Pengadaan
Pembiayaan pengadaan sarana lebih kecil sehingga bisa dilakukan oleh pihak
tertentu yang mengadakan suatu kegiatan.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi dan Arifin, M. Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media, 2012.
Gunawan, Ary H. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta, 2011.
Jahari Jaja dan Syarbini Amirullah. Manajemen Madrasah (Teori, Strategi, Dan
Implementasi). Bandung: Alfabeta, 2013.
Novita Wahyuningsih, Bedjo Sujanto, Supadi. “Pengadaan Sarana Dan Prasarana
Pendidikan Di SMP Islam AL-Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi (2015).”
Improvement Vol 9 No 1 (2015).
Nurhattati, Martini dan Fuad. Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016.

Anda mungkin juga menyukai