Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN MENINGITIS

Disusun Oleh : Kelompok IV

Patia Andari (131911015)


Putri Apricilia Nurlis (131911016)
R.Meeta Anggiana (131911017)

Dosen Pembimbing :

Wasis Pujiati, M.kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERATAWAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Meningitis”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Keperawatan Anak I di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung Pinang.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Bambang Wijayanto Kolonel Purn selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Tanjung Pinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, NS, M.Kes. selaku ka-Prodi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung Pinang.
3. Wasis Pujiati, M.kep selaku pembimbing mata kuliah keperawatan Anak I.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun
materi.mengingat akan kemampuan yang kami miliki. untuk itu penulis mengharapkan, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang, 08 November 2020

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1


A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Definisi...................................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis...................................................................................................4
D. Klasifikasi.............................................................................................................5
E. Patofisiologi............................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................6
G. Penatalaksanaan......................................................................................................6
H. Komplikasi.............................................................................................................8
I. Patway....................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................10
A. Pengkajian Keperawatan.........................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................11
C. Intervensi.....................................................................................................................11
D. Implementasi.......................................................................................................12
E. Evaluasi Keperawatan................................................................................................13
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................14
A. Kesimpulan ...........................................................................................................14
B. Saran .....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah satu
penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf pusat
adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi
dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.

Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian penyakit
yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe B ditemukan
pada 33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38% penyebab
meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang
disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada
usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan
Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada
anak kurang dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh
kelompok usia, dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%,
kejang 14% dan gangguan pendengaran 28%.

Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya gejala


perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai peningkatan
jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan durasi dari gejalanya,
meningitis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi
klinis dalam rentang jam hingga beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki
onset dan durasi berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala
klinik meningitis saling tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi.

Meningitis juga dapat dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial akut merujuk
kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini memiliki onset gejala meningeal
dan pleositosis yang bersifat akut. Penyebabnya antara lain Streptococcus pneumoniae,
Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae. Jamur dan parasit juga dapat
menyebabkan meningitis seperti Cryptococcus, Histoplasma, dan amoeba.

Meningitis aseptik merupakan sebutan umum yang menunjukkan respon selular


nonpiogenik yang disebabkan oleh agen etiologi yang berbeda-beda. Penderita biasanya
menunjukkan gejala meningeal akut, demam, pleositosis LCS yang didominasi oleh
limfosit. Setelah beberapa pemeriksaan laboratorium, didapatkan peyebab dari meningitis
aseptik ini kebanyakan berasal dari virus, di antaranya Enterovirus, Herpes Simplex Virus
(HSV).

Pada referat ini akan dibahas mengenai meningitis bakterialis. Meningitis bakterialis
merupakan penyakit yang mengancam jiwa disebabkan oleh infeksi lapisan meningen oleh
bakteri. Insidensi meningitis bakterialis di Amerika Serikat sudah menurun sejak
diterapkannya penggunaan rutin vaksin Haemophilus influenzae tipe B (HIB). Umumnya
penderita berusia di bawah 5 tahun dan pada 70% kasus terjadi pada anak-anak usia 2
tahun.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Definisi meningitis
2. Mengidentifikasi Etiologi meningitis
3. Mengidentifikasi Manifestasi Klinik meningitis
4. Mengidentifikasi Klasifikasi meningitis
5. Mengidentifikasi Patofisiologi meningitis
6. Mengidentifikasi Pemeriksaan Diagnostik meningitis
7. Mengidentifikasi Penatalaksanaan meningitis
8. Mengidentifikasi Komplikasi meningitis
9. Mengidentifikasi pathway meningitis
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi
Peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. (Rita Yuliani & Suriadi, 2006).
Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita,
2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu
dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter, araknoid
dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superfisial (neorologi kapita selekta, 1996).

B. Etiolog·
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara
umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
 Haemophillus influenza
 Nesseria meningitides (meningococcal)
 Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
 Streptococcus, grup A
 Staphylococcus aureus
 Escherichia coli
 Klebsiella
 Proteus
 Pseudomonas

b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya
sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat
melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes
simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel
sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi
enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan
neurologic.
 Faktor Predisposis : jenis kelamin : laki-laki lebih sering dibandingkan dengan
wanita.
 Faktor Maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
 Faktor Imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang
mendapat obat obat imunosupresi.
 Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan.

C. Manifestasi Klinis
 Aktivitas/Istirahat: Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter, kelemahan, hipotonia.
 Sirkulasi : Riwayat endokarditis, abses otak, tekanan darah meningkat, nadi
menurun, tekanan nadi berat, takikardi, dan disritmia pada fase akut.
 Eliminasi : Adanya inkontinensia atau retensi urin.
 Makanan/cairan : Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa
kering.
 Higiene : Tidak mampu merawat diri
 Neurosensori : Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensai, Hiperalgesia
meningkatnay rasa nyeri, kejang, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia,
ketulian, halusianasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambil keputusan,
afasia, pupil anisokor, hemiparese, hemiplegia, tanda brudzinzki positif, rigiditas
nukal, refleks babinski positif, refleks abdominal menurun, refleks kremasterik
hilang pada laki-laki.
 Nyeri/ketidaknyamanan : Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,
fotosensitivitas, nyeri tenggorokan,
gelisah, mengaduh/mengeluh.
 Pernafasan : Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas meningkat, letargi
dan gelisah.
 Keamanan : Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis,
abdomen atau kulit, Fungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit,
imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks, demam,
diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
 Penyuluhan/pembelajaran : Riwayat hipersensitifitas terhadap obat, penyakit kronis,
diabetes mellitus.
 Neonatus : Menolak untuk makan, refleks mengisap kurang, muntah atau diare, tonus
otot kurang, kurang gerak,, dan menangis lemah.
 Anak-anak dan remaja : Demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
 Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun): Demam, malas makan, muntah,
mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk, dan tanda Kernig dan Brudzinsky positif.

D. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 :
1. Meningitis purulen ( pus )
Radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
2. Meningitis serosa ( bakteri )
Peradangan yang disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti meningococcus,
staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus tubercula, Neiserria meningitides,
sreptococus pnemoniae (pada dewasa), haimopilus influenza (pada anak-anak dan
remaja).

E. Patofisiologi
 Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinal yang dapat 
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan
intra kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah Hiperemi pada
meningen. Edema dan esudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra
kranial.
 Organisasi masuk melalui sel darah merah blood brain barrier. Masuknya dapat
melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral atau
kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tenggkorak
dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.
 Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub-arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CFS dan ventrikel.
 Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema
dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan
menimbulkan hidrosefalus.
 Meningitis bakteri: netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya merupakan sel
respon  radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang
subarachnoid. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF
di sekitar otak dan medulla spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh
darah dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan
jaringan otak dapat menjadi infarct.
 Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes
simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan
tidak ada mikroorganisme pada kultur CSF.

F. Pemeriksaan Penunjang
 Lumbal Pungsi:Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis
sel dan protein, cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan TIK.
 Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein
meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
 Glukosa & dan LDH : meningkat.
 LED/ESRD: meningkat.
 CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
 Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
 Kultur Darah
 Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Terapeutik
 Isolasi
 Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultru,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
 Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan mencegah
kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
 Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi
heparin pada anak yang mengalami DIC,
 Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
 Mempertahankan ventilasi
 Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
 Penatalaksanaan syok bacterial
 Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
 Memperbaiki anemia

2. Penatalaksanaan Medis
 Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
 Steroid untuk mengatasi inflamasi
 Antipiretik untuk mengatasi demam
 Antikonvulsant untuk mencegah kejang
 Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
 Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
 Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau
ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan
anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis
sering datang dengan penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat
muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan intake
cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
 Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan
diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat
diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus 30 mg, anak
kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya
diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan
selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis
diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian
diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat menurunkan suhu
tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu tubuh juga berasal dari
kontraksi otot akibat kejang.
 Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara,
cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan
kejang pada anak karena peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat
berlangsung cepat.
 Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan memposisikan
anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan nafas
dipadu dengan pemberian oksigen untuk mensupport kebutuhan metabolisme yang
meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi pusat pernafasan karena
peningkatan tekanan intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih
tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernafasan. Pemberian oksigen pada
anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui
masker oksigen.
 Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik
yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-400mg/KgBB dibagi dalam
6 dosis pemberian secara intrevena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50
mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling
rasional melalui kultur dari pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.

3. Penatalaksanaan di Rumah:
 Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan
tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan
oksigen lingkungan yang cukup karena anakyang menderita demam terjadi
peningkatan metabolisme aerobik yang praktis membutuhkan masukan oksigen
yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi
saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun lingkunganyang panas
selain mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi
sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
 Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi.
 Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga
mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
 Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres
ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas
anak biar dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis
sehingga panas tubuh anak mudah berpindah ke lingkungan.
 Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk
patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 – 120
mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3
kali sehari.
 Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan
30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang
hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan
fungsi sel tubuhyang sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan
minuman hangat dapat membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran
pernafasan.

H. Komplikasi
a) Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain: Munculnya cairan
pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena adanya desakan pada
intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak
ke daerah subdural.
b) Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada meningen
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler.
c) Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor
Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis.
Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial.
d) Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e) Epilepsi
f) Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori.
g) Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas
atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan.

I. Pathway
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a) Identitas Klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
 Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
 Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
 Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama.
d) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter.
e) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
f) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
g) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor
kulit jelek dan membran mukosa kering.
h) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
i) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi
penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan
halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas
nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada
laki-laki.
j) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
k) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
B. Diagnosa Keperawatan yang sering terjadi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah vena
arteri

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Bersihan jalan nafas 1. Respiratory Status : 1. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
tidak efektif Ventilation
2. Minta klien nafas dalam sebelum
berhubungan dengan 2. Respiratory status : suction dilakukan
3. Berikan O2 dengan menggunakan
disfungsi neuromuskuler Airway patency
nasal untuk memfasilitasi suction
3. Aspiration Control nasotrakeal
4. Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan
5. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam setelah kateter
dikeluarkan dan nasotrakeal
·
2. Pola nafas tidak efektif 1. Respiratory Status : 1. Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan Ventilation
memaksimalkan ventilasi
disfungsi neuromuskuler 2. Respiratory status :
Airway patency 2. Identifikasikan pasien perlunya
3. Vital sign Status
pemasangan alat jalan nafas buatan
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
3. Ketidakefektifan perfusi 1. Circulation status 1. Monitor adanya daerah tertentu
jaringan berhubungan 2. Tissue Prefusion : cerebral yang hanya peka terhadap panas/
dengan penurunan aliran dingin/ tajam/ tumpul
darah vena arteri 2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada isi
atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher
dan punggung

D. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Implementasi


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif 1. Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang
berhubungan dengan disfungsi suctioning
neuromuskuler 2. Meminta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
3. memberikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal
4. Menggunakan alat yang steril setiap melakukan
tindakan
5. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan dan nasotrakeal.
2 Pola nafas tidak efektif 1. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan disfungsi
2. Mengidentifikasikan pasien perlunya pemasangan alat
neuromuskuler
jalan nafas buatan
3. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
3 Ketidakefektifan perfusi jaringan 1. Memonitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
berhubungan dengan penurunan
terhadap panas/ dingin/ tajam/ tumpul
aliran darah vena arteri
2. Memonitor adanya paretese
3. Menginstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
jika ada isi atau laserasi
4. Mengunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
E. Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif S : klien mengatakan sudah tidak sulit bernafas
berhubungan dengan disfungsi O : Klien nampak tidak sesak
neuromuskuler A : tujuan tercapai
P : intervensi dihentikan
2 Pola nafas tidak efektif S : klien mengatakan sudah tidak sulit bernafas
berhubungan dengan disfungsi O : Klien nampak tidak sesak
neuromuskuler A : tujuan tercapai
P : intervensi dihentikan
3 Ketidak efektifan perfusi jaringan S: klien mengatakan sudah lebih baik
berhubungan dengan penurunan O: keadaan klien merasa lebih tenang dan baik
aliran darah vena arteri A: tujuan tercapai
P: intervensi dihentikan
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Yang
disebabkan oleh bakteri, virus, faktor predisposisi, faktor maternal dan faktor
imunologi. Meningitis dibagi menjadi 2 yaitu  Meningitis purulen ( pus ) adalah
radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis
dan Meningitis serosa ( bakteri ) merupakan peradangan yang disebabkan oleh organisme
pada bakteri seperti meningococcus, staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus
tubercula, Neiserria meningitides, sreptococus pnemoniae (pada dewasa), haimopilus
influenza (pada anak-anak dan remaja).

B. Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis
dan problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau
health education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis
dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi,dkk.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta;Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Riyadi,Sujono.2010.Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.Yogyakarta;Gosyen Publising

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome.
Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.

Anda mungkin juga menyukai