Anda di halaman 1dari 2

CORONA VIRUS ITU SOLUSI

Kedatangan tamu Coronavirus butuh dipikirkan secara seimbang. Demikian yang diajarkan
oleh metode berfikir ala QS. Al Insyirah. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.
Kedatangan Coronavirus bagi sebagian besar penduduk bumi merupakan kedatangan
ancaman, kesulitan, penyakit yang dibenci. Tapi ingat kembali selalu saja kesulitan datang
beserta kemudahan.

Mungkin orang yang selama ini distreskan dengan kemacetan jalan, berkah coronavirus jalan
jadi lenggang. Manusia modern yang cenderung berbudaya ‘belanja’ tanpa memperhatikan
prioritas kebutuhan, kedatangan Coronavirus menjadikan manusia untuk berfikir efektif
dalam belanja. Dapat dilihat beberapa mall, supermarket terlihat lenggang. Orang tua yang
selama ini berlomba-lomba dalam menitipkan anak di sekolahan-sekolahan favorit, yang
pada akhirnya tergantung pada sekolahan tersebut, mulai menyadari bahwa pendidikan itu
bukan amanat Tuhan kepada sekolahan, tetapi amanat Tuhan kepada setiap orang tuanya.

Coronavirus merupakan solusi Jaman, ketika setiap orang tua semakin tidak sadar bahwa
anak merupakan amanah untuk dirinya, bukan amanah untuk lembaga pendidikan.
Coronavirus seperti sedang merencanakan kesadaran baru tentang kedekatan anak dengan
orang tuanya. Bahwa pendidikan paling efektif adalah pendidikan keluarga, bahwa permainan
yang paling menyenangkan bagi anak adalah tubuh orang tuanya.

Hingar bingar peringatan keagamaan, seremonial yang mengandung kemungkinan gebyar,


dan tak menggapai substansi ruhaniah semakin berkurang. Coronavirus menggiring manusia
kepada pertapaan diri menyusuri jalan-jalan ruhaniah untuk bertemu dengan hakekat diri dan
Tuhan. Dalam sirah nabawiyah kita bisa mengerti kenapa Nabi dalam kesendirian shalatnya
ia sering menangis, dan tak menangis ketika berjamaah di masjid. Kenikmatan ruhaniah lebih
memungkinkan digapai dalam kekhusyukan diri, lebih sulit dalam keramaian, karena setiap
keramaian ekspresinya adalah kesan dan image bukan pendalaman dan kesadaran.

Segala sesuatu di dunia ini pasti menyimpan prosentase kabaikan, dan keburukan, demikian
pula Coronavirus ia tidak hanya menyembul sebagai ancaman, ia bahkan telah menyebarkan
solidaritas kemanusiaan yang semakin meluas.

Saya jadi penasaran dengan arti Qarana, saya sengaja membuka kamus al-Qur’an. Saya
dapati lafald Qarana ( ‫ ) َق ْر َن‬ada di QS. Al Ahzaab: 33. Saya jadi tercengang ketika melihat
potongan ayat tersebut.

‫وقَرْ نَ في بُيُوْ ت ُك َّن واَل تَبرَّجْ نَ تَبرُّ ج ْالجاهليَّة ااْل ُوْ ٰلى واَقمنَ الص َّٰلوةَ و ٰات ْينَ ال َّز ٰكوةَ واَط ْعنَ هّٰللا‬
َ ِ َ ِ َ ِْ َ ِ ِِ َ َ َ َ َ ِ ْ ِ َ
٣٣ - ‫َط ِه ْير ًۚا‬ ْ ‫ت َويُطَه َِّر ُك ْم ت‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫س اَ ْه َل ْالبَ ْي‬ َ ‫َو َرسُوْ لَهٗ ۗاِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِي ُْذ ِه‬
َ ْ‫ب َع ْن ُك ُم الرِّج‬
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku)
seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya

Pesannya sangat jelas bahwa lafadz Qarana mengandung arti perintah untuk tinggal.
Tinggalnya dimana? Dirumah-rumahmu, di keluargamu, karena kata Nabi rumahku adalah
sorgaku. Rumah kalian adalah sorga kalian semua. Ciptakan sorga di keluarganya masing-
masing. Coronavirus menggiring kembalinya kesadaran bahwa yang paling hakekat dalam
kehidupan adalah keluarga. Sehingga Nabi sendiri memberi parameter kebaikan manusia
diukur dari kebaikannya kepada keluarganya

‫خَرْي ُك ْم خَرْي ُك ْم أِل ْهلِ ِه َواَنَا خَرْي ُك ْم أِل ْهلِى‬


"Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku (Rasulullah)
orang yang terbaik diantara kalian kepada keluargaku”

Seakan Allah sedang berkata, “wahai manusia modern, janganlan cari kepuasan di gedung-
gedung mewah yang menyediakan berbagai macam kamuflase kesenangan yang tak sejati,
kebagaiann itu bukan karir dan gajimu yang selalu tak memuaskanmu, karena selama ini
yang kau kejar sebagai kenikmatan itu hanyalah fatamorgana dunia yang kalian anggap
kenikmatan dan keindahan (itu semua perilaku jahiliah). Padahal sesungguhnya sorga itu ada
di keluargamu, ada di rumahmu masing-masing yang bisa kau bangun dan kau ciptakakan.
Kembalilah kepada keluargamu masing-masing dan berbahagialah atas berkumpulnya
keluarga.”

Mangan ora mangan asal kumpul, demikian kata Simbah.

Anda mungkin juga menyukai