Anda di halaman 1dari 3

Desa Beji "Langkah Menanti"

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil'aalamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada


Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahillah naskah buku ini terselesaikan
tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir. Buku ini ditulis
berdasarkan permintaan dari Dosen untuk mahasiswa - mahasiswi untuk meneliti sejarah
mengenai masing - masing di Desa nya. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis berusaha
menyusun buku ini dengan memuat beragam teknik bercerita. Terselesaikannya penulisan
buku ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada salah seorang anggota desa karena telah memberikan bantuan untuk
membantu penulis mencari informasi mengenai hal - hal yang ada di Desa. Dengan
kepercayaan tersebut, penulis berkeyakinan bahwa itu dapat mendukung penulis dalam upaya
meningkatkan kualitas diri dan karya untuk waktu yang akan datang.

Semua bentuk kemudahan yang telah diberikan benar-benar bermanfaat bagi penulis
untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, penulis juga menyampaikan rasa
terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan bantuan berupa ide - ide,
motivasi, dan saran-sarannya. Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan,
penulis menyadari juga bahwa buku ini masih mempunyai kelemahan sebagai
kekurangannya. Karena itu, penulis berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan.
Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terima kasih
dengan setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan.
Akhir kata, penulis berharap agar buku ini dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara
khusus, penulis berharap semoga buku ini dapat menginspirasi generasi bangsa ini agar
menjadi generasi yang tanggap dan tangguh. Jadilah generasi yang bermartabat, kreatif, dan
mandiri.

Semarang, November 2018

Penulis
Sejarah Nama Desa Beji
Di riwayatkan pada masa penjajahan Belanda dilereng gunung merapi terdapat sebuah
padepokan yang diasuh oleh Kyai Matorik. Aktifitas keseharian Kyai Matorik adalah
menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam. Oleh pemerintah Belanda, keberadaan padepokan
tersebut dianggap bisa mengancam kekuatan kolonial Belanda. Maka dari itu, pemerintah
kolonial Belanda mengusir paksa Kyai Matorik dan 5 orang anaknya yang bernama 1. Wono
Robo, 2. Wono Sari, 3. Wono Kusumo, 4. Wono Harjo, 5. Wono Lupo. Setelah berhari-hari
melewati hutan belantara hingga merasa kelelahan, untuk menghilangkan kelelahan Kyai
Matorik beserta anaknya beristirahat dan bertapa (bersemedi) dan berdoa untuk mendoakan
keturunan dan pengikutnya agar anak-anaknya bisa mengembangkan desa yang di
singgahinya. Setelah istirahat lalu meneruskan perjalanan, di tengah perjalanan menemukan
pohon besar. Di batang pohon tersebut terhadap huruf tulisan NG yang disinyalir tulisan
tersebut dibuat oleh Belanda. Setelah menemukan pohon tersebut, secara tidak langsung Kyai
Matorik mengucapkan kata “yen ono rejaning jaman mbesuk arep tak dedekke utowo tak
jenengke dukuh NGOYOG” (kalau tempat ini berkembang menjadi padukuhan, maka akan
kami beri nama Dukuh Ngoyog). Lalu meneruskan perjalanan ke arah utara, tibalah pada
perempatan jalan besar. Pada waktu itu, di lingkungan perempatan itu sudah mulai ada tanda-
tanda keberadaan kelompok penduduk yang paling menonjol tingkat sosial budayanya di
bandingkan padukuhan lainnya. Oleh karena itu, keberadaan tempat tersebut lebih
mempunyai nilai (biji) dibandingkan dengan padukuhan lain, maka Kyai tersebut menyebut
tempat itu dengan “DESA BEJI”. Sedangkan anaknya, Wono Roba dan Wono Sari singgah di
Dukuh Beji dan menyiarkan agama Islam sampai akhir hayatnya. Selanjutnya Kyai Matorik
bersama dua anaknya Wono Kusuma dan Wono Harjo melanjutkan perjalanan ke arah timur
terus berhenti mendirikan Pasanggrahan dan menyiarkan agama Islam sampai akhir hayatnya.
Pasanggrahan itu sekarang terletak di Dukuh Bandung. Kemudian Kyai Matorik dan satu
anak Wono Lupo berjalan ke arah timur keluar dari Desa Beji.
Yang menjabat sebagai kepala desa di Desa Beji.
Periode :
Tahun 2007-2017 adalah Bapak Suradi
Tahun 1998-2006 adalah Bapak Suyanto
Tahun 1987-1996 adalah Bapak Ngatmin
Tahun 1978-1986 adalah Bapak Ngadiman
Tahun ..... -1977 adalah Bapak Wignyo Suharjo
Untuk Tahun sebelumnya, data belum diketahui.

Anda mungkin juga menyukai