Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

MENUMBUHKEMBANGKAN HUMAN DIGITAL SKILL PENDIDIK DI ABAD KE 21

Inda Arintina1, dan Rika Novi Yarti2


1,2
Universitas PGRI Palembang
e-mail: indaarintina@gmail.com

Abstrak- Dengan berkembangnya dunia di Era Digital. Peran guru di tuntut untuk
mengikuti perkembangan zaman dengan bermacam teknologi. Penggunaan
teknologi dalam pembelajaran berguna untuk memfasilitasi pembelajaran yang
berkualitas. Buku bisa digantikan dengan teknologi. Konten pembelajaran sudah
tersedia di internet. Namun, tetap ada peran guru yang tidak bisa digantikan. Di
sinilah kita harus memperkuat guru sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk
dapat memanfaatkan sumber belajar yang beragam. Guru mampu
mentrasformasikan diri dalam era digital, misalnya tingginya minat baca. Selama ini
berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca di kalangan guru di
Indonesia masih rendah, dan bahkan kurang memiliki motivasi membeli atau
mengoleksi buku. Dengan kata lain, guru dalam era informasi sekarang ini, ketika
terlibat dalam internet, bukan sekadar mengunduh, tetapi juga mengunggah karya-
karya tulisnya yang bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya
peningkatan kualitas pembelajaran.

Kata Kunci- Budaya Organisasi, Kompetensi, Sertifikasi Guru

Abstract- The development of the world in the Digital Era. The role of the teacher is
required to follow a generation of different technologies. The use of technology in
learning is useful for facilitating quality learning. Books can be replaced with
technology. Learning content is available on the internet. However, there is still a
teacher's role that cannot be replaced. This is where we must strengthen the
teacher as a facilitator who helps students to exploit a variety of learning resources.
Teachers are able to transform themselves in the digital era,such an interest in
reading. So far, various research results have shown that reading interest among
teachers in Indonesia is still low, and even lacks the motivation to buy or collect
books. In other words, teachers in the current information era, when involved in the
internet activity, are not just downloading, but also uploading their written works that
can contribute ideas to improve the quality of learning.

Keywords- Organization Culture, Competence, Teacher Certification

——————————  ——————————

PENDAHULUAN
Abad ke-21 adalah abad yang sangat cepat oleh siapa pun dan dari manapun.
berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Komunikasi antar personal dapat dilakukan
Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar dengan mudah, murah kapan saja dan di
biasa di segala bidang.pada abad ini, mana saja.
terutama bidang Information and Namun demikian, pada abad ke-21 ini
Communication Technology (ICT) yang permasalahan yang dihadapi manusia
serba membuat dunia semakin sempit. semakin complicated misalnya krisis
Karena kecanggihan teknologi ICT ini ekonomi global, pemanasan global,
beragam informasi dari berbagai sudut terorisme, rasisme, drug abuse, trafficking,
dunia mampu di akses dengan mudah dan masih rendahnya kesadaran multikultural,

356
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

kesenjangan mutu pendidikan antar dikuasai oleh BIG THREE, yaitu Amerika
kawasan dan lain sebagainya. Setiap Serikat, Uni Eropa, dan China. Sedangkan
masalah tersebut membutuhkan negara-negara lain yang sering disebut
pemecahan yang harus dilakukan emerging market disebutnya sebagai
masyarakat secara bersama-sama second world yang bernasib sebagai tempat
(collaboration). Kompleksitas permasalahan persaingan dan pertarungan BIG
pada abad ini juga terletak pada tidak THREE tersebut.
berdayanya manusia mencari sumber dan Mulai dari kemajuan Information and
penyebab permasalahannya secara tepat Communication Technology dan beragam
dan cepat. Di samping itu juga kapan dampak positif negatifnya, semakin
timbulnya permasalahan sering tidak kompleksnya permasalahan manusia, dan
mampu diprediksi (unpredictable) dan tidak kita berada pada era kompetitif yang
terduga sebelumnya. Pada akhirnya banyak semakin ketat pada abad ke-21 ini,
permasalahan masyarakat tidak mampu dibutuhkanlah persiapan yang matang dan
diselesaikan secara efektif dan efisien. mantap baik konsep maupun aplikasinya
Era ini juga ditandai semakin ketatnya untuk membentuk sumber daya manusia
persaingan diberbagai bidang antarnegara, (human resources) yang unggul. Dan yang
dan antar bangsa. Terutama yang bias paling bertanggung jawab dalam
diamati setiap saat adalah persaingan menyiapkan sumber daya manusia yang
pemasaran produk – produk industry. unggul adalah lembaga-lembaga
Pasar didesain sedemikian rupa menjadi pendidikan di mana guru sebagai unsur
sebuah system perdagangan yang terbuka yang berperan paling dominan dan
(free trade). Perilaku persaingan modern ini menentukan . Hal inilah yang membuat guru
benar-benar merupakan praktek memikul tanggung jawab yang tidak ringan
perilaku “survival for the fittest” yang kejam. dalam upaya peningkatan sumber daya
Siapa kuat dialah yang akan menjadi manusia.
pemenang, sebaliknya siapa yang tidak Guru merupakan profesi tertua di
berdaya dialah yang akan kalah. dunia seumur dengan keberadaan manusia.
Negara-negara maju (advanced Apabila melihat kehidupan masyarakat
countries) yang telah memiliki sumber daya yang semakin terdiferensial dan ketika
manusia yang unggul akan semakin jauh semua orang mempunyai banyak pilihan
meninggalkan Negara-negara berkembang sebagai lading kehidupannya, maka citra
(developing countries) dan negara-negara profesi guru kian merosot didalam
terbelakang (under developing countries). kehidupan sosial. Apalagi masyarakat
Sebuah artikel yang ditulis oleh Parag makin lama makin terarah kepada
Kahnna di New York Times Magazine kehidupan materialistis, sehingga suatu
(21/1/2008) dengan jelas mengatakan profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh
bahwa dunia pada abad ke-21 akan sebab itu tidak heran bila profesi guru

357
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir. masyarakat perlu diikuti oleh transformasi
Fenomena tersingkirnya profesi guru kultur guru dalam proses pembelajaran.
dalam kehidupan masyarakat merupakan Jadi jika sekarang masyarakat telah
suatu gejala global. Bukan saja di negara- berubah ke masyarakat digital, maka guru
negara maju citra profesi guru semakin juga segera perlu mentransformasikan diri,
menurun namun juga terjadi di Negara baik secara teknik maupun sosio-kultural.
miskin dan berkembang. Namun demikian, Oleh karena itu perlu mengidentifikasi,
tak ada golongan masyarakat yang tidak karakteristik guru seperti apa yang mampu
membutuhkan profesi guru. Tidak dapat mentransformasikan diri pada era digital
dipungkiri bahwa masyarakat tanpa profesi pada abad 21 sekarang ini. Terdapat
guru tidak mungkin tercipta suatu generasi ungkapan bahwa, buku bisa digantikan
unggul, kreatif dan cerdas. Ironi yang dengan teknologi, tetapi peran guru tidak
terjadi, begitu besarnya jasa guru dalam bisa digantikan, bahkan harus diperkuat.
membangun masyarakat bangsa namun Pada era sekarang, abad 21, guru harus
penghargaan yang diberikan rendah. mampu memanfaatkan teknologi digital
Sehingga tidak mengherankan bila para untuk mendesain pembelajaran yang
pakar berpendapat bahwa profesi guru kreatif. Kemampuan para guru untuk
merupakan “Most thankless profession in mendidik pada era pembelajaran digital
the world ”. perlu dipersiapkan dengan memperkuat
Secara konseptual guru sebagai pedagogi siber pada diri guru. Guru yang
tenaga professional harus memenuhi lebih banyak berperan sebagai fasilitator
berbagai persyaratan kompetensi untuk harus mampu memanfaatkan teknologi
menjalankan tugas dan kewenangannya digital yang ada untuk mendesain
secara profesional, sementara kondisi riil di pembelajaran kreatif yang memampukan
lapangan masih sangat memprihatinkan, siswa aktif dan berpikir kritis (Kompas, 9
baik secara kuantitas, kualitas maupun April 2018, hal. 12).
profesionalitas guru. Persoalan ini masih Menurut Ketua Divisi Persatuan Guru
ditambah adanya berbagai tantangan Republik Indonesia (PGRI) Smart Learning
kedepan yang masih kompleks di era global Center, Richardus Eko Indrajit mengatakan,
ini. guru harus mulai dibiasakan untuk
merasakan pembelajaran digital yang terus
berkembang. Sebab, penggunaan teknologi
PEMBAHASAN
dalam pembelajaran berguna untuk
Karakteristik Guru Abad 21
memfasilitasi pembelajaran yang
Perubahan karakter masyarakat
berkualitas. Buku bisa digantikan dengan
secara fundamental sebagaimana terjadi
teknologi. Konten pembelajaran sudah
dalam abad 21 tentu berimplikasi terhadap
tersedia di internet. Namun, tetap ada peran
karakteristik guru. Dalam pandangan
guru yang tidak bisa digantikan. Di sinilah
progresif, perubahan karakteristik

358
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

kita harus memperkuat guru sebagai mentrasformasikan diri dalam era


fasilitator yang membantu siswa untuk pedagogi siber atau era digital, adalah
dapat memanfaatkan sumber belajar yang tingginya minat baca. Selama ini berbagai
beragam. Oleh karena itu karakteristik guru hasil penelitian menunjukkan bahwa minat
dalam abad 21 antara lain: baca di kalangan guru di Indonesia masih
Pertama, guru disamping sebagai rendah, dan bahkan kurang memiliki
fasilitator, juga harus menjadi motivator dan motivasi membeli atau mengoleksi buku.
inspirator. Lebih lanjut Eko Indrajit Tingkat kepemilikan buku di kalangan guru
mengatakan, pada era sekarang, siswa di Indonesia masih rendah. Bahkan sering
sudah banyak mengetahui pembelajaran terdengar pemeo bahwa penambahan
lewat internet terlebih dahulu, baru sekolah. penghasilan melalui program sertifikasi
Jangan sampai guru gagap menghadapi guru, tidak untuk meningkatkan
kondisi siswa yang lebih banyak tahu profesionalisme guru, tetapi hanya untuk
konten pembelajaran yang didapat dari gaya hidup konsumtif. Sudah sering
internet. Oleh karena itu kemampuan guru terdengar bahwa, tambahan penghasilan
sebagai fasilitator harus diperkuat. Guru gaji guru melalui program sertifikasi bukan
dapat mengarahkan pembelajaran lebih untuk membeli buku, tetapi untuk kredit
banyak pada diskusi, memecahkan mobil. Karakteristik seperti itu, adalah tidak
masalah, hingga melakukan proyek yang cocok bagi pengembangan profesionalisme
merangsang siswa berpikir kritis (Kompas, 9 guru pada abad 21. Oleh karena itu, guru
April, 2018, hal. 12). Kemampuan guru harus terus meningkatkan minat baca
dalam posisi sebagai fasilitator, ini berarti dengan menambah koleksi buku. Setiap kali
harus mengubah cara berpikir bahwa guru terdapat masalah pembelajaran, maka guru
adalah pusat (teacher center) menjadi siswa perlu menambah pengetahuan melalui
adalah pusat (student center) sebagaimana bacaan buku, baik cetak maupun digital
dituntut dalam kurikulum 13. Ini berarti guru yang bisa diakses melalui internet. Tanpa
perlu memposisikan diri sebagai mitra minat baca tinggi, maka guru pada era
belajar bagi siswa, sehingga guru bukan pedagogi siber sekarang ini akan
serba tahu karena sumber belajar dalam ketinggalan dengan pengetahuan
era digital sudah banyak dan tersebar, serta siswanya, sehingga akan menurunkan
mudah diakses oleh siswa melalui jaringan kredibilitas atau kewibawaan guru.
internet yang terkoneksi pada gawai. Ini Hilangnya kewibawaan guru akan
memang tidak mudah, karena berkait berdampak serius bukan saja pada
dengan transformasi kultural baik yang menurunya kualitas pembelajaran, tetapi
masih berkembang dalam guru maupun juga bagi kemajuan sebuah bangsa.
siswa itu sendiri, dan bahkan masyarakat. Ketiga, guru pada abad 21 harus
Kedua, salah satu prasyarat paling memiliki kemampuan untuk menulis.
penting agar guru mampu Mempunyai minat baca tinggi saja belum

359
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

cukup bagi guru, tetapi harus memiliki bangsa adalah guru. Oleh karena itu
keterampilan untuk menulis. Guru juga kompetensi mengajar berbasis TIK adalah
dituntut untuk bisa menuangkan gagasan- mutlak bagi guru pada abad 21. Jadi
gagasan inovatifnya dalam bentuk buku seorang guru harus mampu menerapkan
atau karya ilmiah. Tanpa kemampuan model pembelajaran misalnya yang
menulis guru akan kesulitan dalam upaya menggunakan pola hibrida (hybrid learning),
meningkatkan kredibilitasnya di hadapan karena proses pembelajaran dalam abad 21
murid. Guru yang memiliki kompetensi tidak hanya secara konvensional dengan
dalam menulis gagasan, atau menulis buku tatap muka di kelas, tetapi juga secara
dan karya almiah, maka akan semakin online melalui situs pembelajarannya. Jadi
disegani oleh siswanya. Sebaliknya, jika pembelajaran hibrida adalah sebuah pola
guru tidak pernah menulis, maka akan pembelajaran yang mengombinasikan
semakin dilecehkan oleh siswa. Oleh pertemuan tatap muka dengan
karena itu, jika sudah memiliki kemampuan pembelajaran berbasis online, teknologi
untuk menulis gagasan, maka ketika terlibat hadir dalam proses belajar. Tujuan
dalam era digital bukan saja sebagai utamanya untuk keperluan memperluas
konsumen pengetahuan, tetapi juga kesempatan belajar, meningkatkan kualitas
produsen pengetahuan. Dengan kata lain, proses belajar, menumbuhkan kesempatan
guru dalam era informasi sekarang ini, yang sama antarpeserta didik, dan
ketika terlibat dalam internet, bukan sekadar berbagai kemungkinan lainnya. Melalui pola
mengunduh, tetapi jugamengunggah karya- pembelajaran hibrida yang memanfaatkan
karya tulisnya yang bisa memberikan perangkat komputer atau pun smartphone
sumbangan pemikiran bagi upaya yang terkoneksi pada jaringan internet
peningkatan kualitas pembelajaran. memberikan peluang seluas-luasnya bagi
Keempat, guru abad 21 harus kreatif guru dan siswa untuk melakukan aktivitas
dan inovatif dalam mengembangkan belajar sambil melakukan aktivitas lain,
metode belajar atau mencari pemecahan termasuk rekreatif secara bersama-sama.
masalah-masalah belajar, sehingga Atau inilah yang disebut pembelajaran
meningkatkan kualitas pembelajaran multitasking. Kehadiran e-learning guru
berbasis TIK (Kristiawan, 2014). abad 21 juga dituntut untuk kreatif dan
Penguasaan terhadap e-learning bagi inonvatif dalam memanfaatkan media baru
seorang guru abad 21 adalah sebuah (new media) untuk pembelajaran berbasis
keniscayaan atau keharusan, jika ingin web. Oleh karena itu guru perlu mempunyai
tetap dianggap berwibawa di hadapan kompetensi untuk menerapkan mutltimedia.
murid. Guru yang kehilangan kewibawaan Kalau toh tidak membuat aplikasi sendiri,
di mata siswa adalah sebuah bencana, tetapi setidaknya bisa memanfaatkan dan
bukan saja bagi guru itu sendiri tetapi bagi menerapkan multimedia bagi pembelajaran.
sebuah bangsa karena kunci kemajuan Demikian pula dengan gamifiication atau

360
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

pembelajaran berbasis pada permainan ketika transformasi digunakan untuk


yang sekarang semakin diminati oleh siswa, menjelaskan konsep transformasi budaya,
adalah peluang yang perlu dimanfaatkan maka mengandaikan terjadinya proses alih
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ubah nilai, sikap, dan praksis dalam
(Sayer dkk, 2018) (Rozalena dan aktivitas kebudayaan. Setidaknya terdapat
Kristiawan, 2017. Berbagai bidang studi proses penyesuaian dari nilai, sikap, dan
yang selama ini dirasa sulit oleh siswa, praksis budaya lama menuju budaya baru.
seperti matematika, fisika, dan kimia Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi
misalnya, terbukti dapat menjadi yang menggunakan konstruksi budaya
pembelajaran yang menyenangkan melalui berbasis pada nilai budaya Barat, maka
kreasi pembelajaran berbasis permainan. mau tidak mau nilai budaya lama
Dengan demikian, guru abad 21 juga perlu masyarakat pengadopsinya harus
memiliki kemampuan perancangan melakukan penyesuaian-penyesuaian.
pembelajaran berbasis permainan, Salah satu nilai yang imperatif dituntut oleh
sehingga proses belajar menjadi mudah ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
dan menyenangkan, sekalipun itu pada apresiasi tinggi terhadap logika kausalitas,
bidang studi yang selama ini dianggap rumit akurasi, presisi, detail, dan terukur. Di
dan membosankan. samping itu tentu saja penghargaan
Kelima, karakteristik guru abad 21 di terhadap prinsip kejujuran, disiplin, dan
tengah pesatnya perkembangan era kerja keras yang merupakan etos
teknologi digital, bagaimanapun harus masyarakat Barat dan negara maju lainnya
mampu melakukan transformasi kultural. di kawasan Asia. Oleh karena itu tesis yang
Karena itu transformasi mengandaikan ditawarkan adalah, jika masyarakat,
terjadi proses pergantian dan perubahan taruhlah yang masih mengikuti prinsip
dari sesuai yang dianggap lama menjadi tradisionalisme, ingin menjadi masyarakat
sesuatu yang baru. Atau paling tidak modern berbasis pada ilmu pengetahuan
mengalami penyesuaian terhadap dan teknologi, maka perlu melakukan
kehadiran yang baru. Jika dipandang dari transformasi kultural. Transformasi di sini
perspektif kritis, konsep transformasi seperti mengandaikan terjadinya proses alih ubah
itu segera akan mengundang kecurigaan nilai, sikap, dan praksis lama menuju yang
bahwa konsep transformasi mau tidak mau baru. Transformasi kultural, bila diterapkan
akan berbau positivistik. Ketika asumsi dalamkaitannya dengan perkembangan
linearistik yang menjadi karakter utama model pembelajaran hibrida, maka konsep
positivistik, pastilah mengandaikan bahwa transformasi kultural tentu mengandaikan
yang lama akan dipandang sebagai sesuatu proses alih ubah dari nilai tradisional ke nilai
yang tertinggal, atau paling tidak sedikit pembelajaran modern. Secara umum sudah
muatan kemajuannya (Wahyono, 2011). berkembang persepsi bahwa model
Selanjutnya Wahyono menjelaskan bahwa pembelajaran yang lebih lazim digunakan

361
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

adalah berat pada karakter berorientasi ketersediaan sarana. Selanjutnya ia mampu


pada guru (teacher center) daripada mensinergikan kompetensi ini dalam
berorientasi pada peserta didik (student penyajian di kelas konvensional, yaitu
center). Oleh karena pembelajaran online bersama dengan peserta didik
masuk kategori belajar berbasis media baru menggunakan TIK untuk proses belajar dan
(new media) maka mengedepankan mengajar. Adapun guru yang mahir
egalitarianism, kesetaraan, emansipatif, dan menggunakan TIK dapat menjadi guru TIK,
partisipatif dalam proses komunikasinya, yaitu menularkan perilaku positif dan
maka student-center lebih sesuai dengan mengintegrasikannya dalam materi ajar TIK
prinsip pembelajaran online. serta menumbuhkan kesadaran dalam
Dengan demikian diperlukan adanya berinternet sehat, misalnya ia dapat
transformasi kultural dari model menjelaskan bagaimana mengakses
pembelajaran yang berprinsip searah, top- jejaring sosial sekaligus memanfaatkannya
down, dan memposisikan peserta didik untuk diskusi suatu mata ajar tertentu
sebagai pihak pasif, ke arah model (Salma, 2016: 4). Oleh karena itu, setelah
pembelajaran konstruktivistik yang guru memilikikarakteristik yang sesuai
berorientasi pada peserta didik. Pandangan dengan tuntutan abad 21 yang serba digital,
bahwa guru adalah sumber pengetahuan maka seorang guru juga perlu mempunyai
dan rujukan utama pengetahuan, perlu kompetensi di bidang perancangan atau
diubah ke arah pandangan bahwa sumber desainer pembelajaran. Disainer
pengetahuan bersifat menyebar. Semua pembelajaran menjadi sosok yang harus
pada prinsipnya dapat menjadi sumber lebih banyak berperan dalam
rujukan, tidak terkecuali peserta didik. Atau menyelenggarakan e-learning. Disainer
setidaknya murid adalah pihak yang aktif pembelajaran adalah ahli yang terbuka dan
mengkonstruksi dan memaknai pesan. dinamis, mampu memecahkan masalah di
Begitulah, guru dalam pembelajaran abad tingkat trouble shooting, di depan monitor,
21 dituntut mengenali dan menguasai atau hingga menjadi problem solver dalam
pembelajaran berbasis TIK. Jenjang tatanan menciptakan proses belajar maya
kompetensi TIK yang sebaiknya dimiliki oleh yang “hidup”, interaktif, dan manusiawi
seorang pengajar atau guru untuk (Salma, 2016: 5).
menerapkan model e-learning meliputi lima
tahapan. Upaya dini yang harus dilakukan KESIMPULAN
oleh pegelola sekolah adalah menyiapkan Perubahan peradapan menuju
SDM guru yang melek TIK (ICT literate). masyarakat berpengetahuan (knowledge
Ciri-ciri utama seorang guru yang melek TIK society). menuntut masyarakat dunia untuk
ialah guru yang menggunakan TIK secara menguasai keterampilan abad 21 yaitu
tepat, berdasarkan kebutuhan belajar, mampu memahami dan memanfaatkan
kompetensi, karakteristik isi atau mata ajar, teknologi informasi dan komunikasi (ICT

362
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12 JANUARI 2019

Literacy Skills). Pendidikan memegang (http://www.sarjanaku.com/2010/11/tant


peranan sangat penting dan strategis dalam angan-guru-sebagai-tenaga.html),
membangun masyarakat berpengetahuan diakses 14 Desember 2012.
yang memiliki keterampilan: (1) melek 5. Sayer, I. M., Kristiawan, M., & Agustina,
teknologi dan media; (2) melakukan M. (2018). Fairy Tale as a Medium for
komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4) Children’s Character Cooperation
memecahkan masalah; dan (5) Building. Al-Ta lim Journal, 25(2), 108-
berkolaborasi. Dengan hadirnya ICT dunia 116.
pendidikan bisa membawa dampak positif 6. Sutamto. 2010. Tantangan Guru pada
apabila teknologi tersebut dimanfaatkan Abad Ke-21, (Online),
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, (http://sutamto.wordpress.com/2010/04/
tetapi bisa menjadi masalah baru apabila 10/tantangan-guru-pada-abad-ke-21/),
lembaga pendidikan tidak siap. Untuk itu, diakses 15 Desember 2012.
perlu dilakukan suatu kajian tentang 7. Febryani, Yoeyhan. 2012. Guru Abad
dampak positif dan negatif dari 21, (Online),
pemanfataan Teknologi Komunikasi dan (http://yoeyhanfebryani.blogspot.com/2
Informasi (ICT) sebagai media komunikasi 012/11/guru-abad-21.html), diakses 15
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Desember 2012.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kristiawan, M. (2014). A Model for


Upgrading Teachers Competence on
Operating Computer as Assistant of
Instruction. Global Journal of Human-
Social Science Research.
2. Lahamuddin, Basri. 2011. Guru Abad
21, (Online),
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/1
0/04/guru-abad-21/), diakses 15
Desember 2012.
3. Rozalena, R., & Kristiawan, M. (2017).
Pengelolaan Pembelajaran Paud dalam
Mengembangkan Potensi Anak Usia
Dini. JMKSP (Jurnal Manajemen,
Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan), 2(1).
4. Sarjanaku. 2010. Tantangan Guru
Sebagai Tenaga Profesional, (Online),

363

Anda mungkin juga menyukai