Anda di halaman 1dari 2

Nurul Muthmainnah Dwi DN

162050701004
A2

Psikologi Pendidikan
1. Santrock Chapter 3
 “For example, consider the school and park supervisory boards in a community. They
have strong roles in determining the quality of schools, parks, recreation facilities,
and libraries, which can help or hinder a child’s development.” (Santrock, 2010)
Di Indonesia, Presiden di bantu oleh Menteri Pendidikan untuk membuat keputusan
dalam bidang Pendidikan. Sampai saat ini, kita sering mendengar kata “ganti menteri
ganti kurikulum”, ini terjadi pada masa jabatan Presiden Jokowi. Pertanyaannya,
apaka Presiden dan Menteri Pendidikan merupakan salah satu contoh dalam sistem
exosystem oleh Bronfenbrenner? Dan menurut kalian, keputusan untuk mengganti
kutikulum tersebut merupakan keputusan yang membantu atau malah menghambat
perkembangan anak?
 “Identity versus identity confusion is Erikson’s fifth psychosocial stage. It
corresponds to the adolescent years. Adolescents try to fi nd out who they are, what
they are all about, and where they are going in life.” (Santrock, 2010)
Tahap ini terjadi pada periode perkembangan dewasa awal (usia 20-an, 30-an).
Pertanyaannya, apakah pada tahap ini, barulah seseorang mampu membentuk konsep
tentang dirinya (self-concept)? Dan setelah membentuk self-concept, apakah ini akan
memicu seseorang untuk self-esteem ?
2. Moreno Chapter 3
Berdasarkan tabel 4.2 halaman 120 (Moreno, 2009), diperlihatkan bahwa anak yang
sukses di sekolah itu diasuh dengan gaya pengasuhan Authoritative. Pertanyaanya, apakah
dapat dipastikan bahwa semua anak yang sukses di sekolah itu diasuh dengan gaya
pengasuhan Authoritative? Dan apakah anak yang di asuh dengan gaya pengasuhan
Uninvolved tidak memiliki kesempatan untuk sukses di sekolah?
3. Artikel 3 (Zins & Elias, 2003)
“Developing social–emotional competence is a key to success in school and in life..” (Zins
and Elias, 2003)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa EQ lebih bayakberpengaruh terhadap
kesuksesan seseorang dibandingkan dengan IQ. Pertanyaannya, apakah social-emotional
ini merupakan bagian dari EQ? Dan bagaimana kah social-emotional ini mempengaruhi
kemampuan kognitif siswa sehingga siswa ini dapat mencapai kesuksesan di sekolah?
4. Artikel 10 (Thompson & Thompson, 2014)
“...emotion feeling can occur in the absence of relevant facial expressions of emotion.”
(Thompson & Thompson, 2014)
Saya termasuk orang yang terkdang mengalami hal tersebut. Saya mungkin marah, kecewa
dan sedih terhadap sesuatu, tetapi sama sekali tidak menunjukkan wajah yang sedang
marah, kecewa dan sedih, melainkan terkadang saya hanya terdiam dan bergulat dengan
diri sendiri. Pertanyaannya, apakah hal tersebut akan memberikan dampak negatif kepada
saya? Dan apakah saya dapat mengatasi hal tersebut? Sehingga, saya bisa
mengeksprisikan secara tepat emosi yang saya rasakan.

Anda mungkin juga menyukai