Disusun Oleh :
Renanda Silmi Farihi (1202020131)
Reza Fahlefi (1202020133)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya ilmu ushul fiqh bersamaan dengan ilmu fiqh meskipun dalam
penyusunannya ilmu fiqh dilakukan lebih dahulu dari ushul fiqh. Sebenarnya
keberadaan fiqh harus didahului oleh ushul fiqh, karena ushul fiqh itu adalah
ketentuan atau kaidah yang harus diikuti mujtahid pada waktu menghasilkanfiqhnya.
Namun dalam perumusannya ushul fiqh datang belakangan.
Secara historis, fiqh lebih dikenal dan tercatat/dibukukan lebih dulu daripada ushul
fiqh, produk ijtihad. Namun jika suatu produk sudah ada maka tidak mungkin tidak
memiliki pabrik. Fiqh tidak mungkin ada jika tidak ada ilmu ushul fiqh. Oleh karena
itu pembahasan dalam makalah ini membahas tentang sejarah perkembangan dan
aliran ilmu ushul fiqh. Sehingga kita bisa mengetahui bagaimana dan kapan ushul fiqh
itu ada. Penelitian ini mengkaji sejarah perkembangan ushul fiqh, aliran ushul fiqh,
serta karya ilmiah di bidang ushul fiqh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan ushul fiqh?
2. Apa saja aliran-aliran dalam ushul fiqh?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ushul fiqh.
2. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dalam ushul fiqh.
BAB II
PEMBAHASAN
lmu ushul fiqh tumbuh pada abad ke dua Hijriah, karena pada abad pertama
hijriahSaat Rasulullah saw masih hidup, umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah
tertentu dalam memahami hukum syara’, semua permasalahan dapat langsung
ditanyakan langsung kepada Rasulullah saw atau merujuk kepada penjelasan beliau
mengenai Al-Qur’an dan juga melalui sunnahnya. Para sahabat menyaksikan dan
berinteraksi langsung dengan turunnya wahyu baik al-Quran maupun hadits,
disamping itu mereka juga merupakan ahli bahasa, memiliki kecerdasan berpikir
serta jiwa yang bersih sehingga sangat mudah memahami hukum.
Sepeninggal rasulullah saw, para sahabat tidak membutuhkan perangkat teori (kaidah)
untuk berijtihad, meskipun prinsip-prinsip dari kaidah tersebut telah mereka kuasai
dan dapat digunakan saat memerlukannya.
b. Masa Tabi’in
Pada masa ini permasalahan hukum yang muncul semakin kompleks
yang tejadi di berbagai daerah kekuasaan Islam. Seiringdengan perkembangan
zaman maka para tabi’in melakukan ijtihad seperti halnya yang telah
dilakukan oleh para sahabat. Seperti halnya yang terjadi di Madinah muncul
fatwa yang berkaitan dengan permasalahan baru. Sebagaimana diungkapkan
oleh Sa’id al-Musayyab, bahwa titik tolak para ulama dalam menetapkan
hukum bisa berbeda; yang satu melihat dari sudut mashlahat, sementara yang
lain menetapkan hukumnya melalui qiyas.
Pada periode tabi‘in lapangan istinbath atau perumusan hukum
semakin meluas karena begitu banyaknya peristiwa hukum yang bermunculan.
Dalam masa itu beberapa orang ulama tabi‘in tampil sebagai pemberi fatwa
hukum terhadap kejadian yang muncul;umpamanya Sa‘id ibn Musayyab di
Madinah dan lbrahim al- Nakha‘i dilrak. Masing-masing ulama ini mengetahui
secara baik ayat - ayat hukumdalam Al-Qur’an dan mempunyai koleksi yang
lengkap tentang hadis Nabi. Jika mereka tidak menemukan jawaban hukum
dalam Al-Qur’an atau hadis, sebagian dari mereka mengikuti metode maslahat
Dan sebagian mengikuti metode qiyas. Usaha istinbath hukum yang dilakukan
Ibrahim Al-Nakha’I dan ulama Irak lainnya mengarah kepada mengeluarkan
‘Illat hukum dari nash dan menerapkan nya terhadap peristiwa yang lama yang
baru bermunculan kemudian hari.
1. Aliran Mutakallimin
Para ulama dalam aliran ini dalam pembahasannya denganmenggunakan cara-
cara yang digunakan dalam bidang ilmu kalam. Aliran usuliyah ini banyak disebut
sebagai aliran Syafi’iyah karena yang membangun teori-teori usuliyah ini
didomnasi dan berafiliasi kepada mazhab Syafiíyah dan jumhur Mutakallimin
(aliran ilmu kalam). yakni menetapkan kaidah yang didukung dengan alasan-
alasan yang kuat baik naqly (dengan dalil nash) maupun argumen‘aqly (dengan
akal fikiran) tanpa terikat dengan hukum-hukum furu' yang telah ada dari mazhab
manapun, kaidah usuliyah itusesuai atau tidak antara kaidah dengan hukum-
hukum tersebut tidak menjadi persoalan.
Aliran ini diikuti oleh para ulama dari golongan Mu'tazilah,Malikiyah dan
Shafi'iyah. Di antara kitab-kitab ilmu Usul Fiqh dalam aliran ini yaitu:
Dari tiga kitab tersebut yang dapat ditemui hanyalah kitab Al- Mustashfa,
sedangkan dua kitab lainnya hanya dapat dijumpai nukilan-nukilannya dalam
kitab-kitab yang disusun oleh para ulama berikutnya,seperti nukilan kitab dari Al-
Burhan oleh Al-Asnawiy dalam kitab Shahr al- Minhaj.
2. Aliran Hanafiyyah
Para ulama dalam aliran ini, dalam pembahasan ilmu usul fiqhberangkat dari
hukum-hukum furu’ yang diterima dari imam-imam (mazhab) mereka, yakni
dalam menetapkan kaidah usuli selalu berdasarkan kepada hukum furu' yang
diterima dari imam-imam mereka. Aliran ini dapat juga dinamakan aliran fuqaha’
yang banyak dianut oleh kalangan yang berafiliasi dengan mazhab Hanafiyah.
Aliran fuqaha’ini sangat praktis dandapat berubah sesuai perkembangan sosial dan
budaya di sekitarnya. Jika terdapat kaidah yang bertentangan dengan hukum-
hukum furu’ yang diterima dari imam-imam mereka, maka kaidah itu diubah
sedemikian rupa dandisesuaikan dengan hukum-hukum furu' tersebut. Ulama
dalam aliran iniselalu menjaga persesuaian antara kaidah dengan hukum furu'
yang diterima dari imam-imam mereka. Kaidah usuli mereka diadaptasikan
dengan hukum realitas yang dipraktikkan pada masyarakat
Di antara kitab-kitab Ilmu Usul Fiqh dalam aliran Hanafiyah, yaknikitab yang
disusun oleh Abu Bakar Ahmad bin 'Aliy yang terkenal dengansebutan Al-Jassas (
380 H); kitab yang disusun oleh Abu Zaid 'Ubaidillahbin 'Umar Al-Qadiy Al-
Dabusiy ( 430 H), kitab yang disusun oleh Shamsal-Aimmah Muhammad bin
Ahmad Al-Sarkhasiy (w. 483 H) dan kitab yang disusun oleh Fakhr al-Islam Aliy
bin Muhammad Al-Bazdawiy ( 483 H), kitab yang disebut terakhir ini diberi
penjelasan oleh Ala‘u al-Din Abd al-Azis bin Ahmad Al-Bukhariy ( 730 H) dalam
kitabnya yang diberi nama Kasyf al-Asrar . Dan juga kitab ilmu usul fiqh dalam
aliran ini ialah kitabyang disusun oleh Hafidh al-Din Abdullah bin Ahmad Al-
Nasafiy ( 790 H) yang berjudul Al-Manar , dan sharahnya yang terbaik yaitu kitab
Misykat al- Anwar.
Dalam abad itu muncul para ulama yang dalam pembahasannyamemadukan
antara dua aliran tersebut di atas, yakni dalam menetapkan ilmuusul fiqh dengan
memperhatikan alasan-alasannya yang kuat dan sekaligusmemperhatikan pula
persesuaiannya dengan hukum-hukum furu' di tengah masyarakat. Di antara
mereka itu ialah Mudhafar al-Din Ahmad bin 'Aliy Al-Sha'atiy Al-Baghdadiy
( 694 H) dengan menulis kitab Badi' al-Nizam yang merupakan paduan antara
kitab yang disusun oleh Al- Bazdawiy dengan kitab Al-Ihkam fi Usul al-
Ahkam yang ditulis oleh Al-Amidiy; dan Shadr al-Shariah'Ubaidillah bin Mas'ud
Al-Bukhariy Al-Hanafiy ( 747 H) menyusun kitab Tanqih al-Usul yang kemudian
penjelasan-penjelasan dalam kitabnya yang berjudul Al-Taudih. Kitab tersebut
merupakan ringkasan dari kitab yangdisusun oleh Al-Bazdawiy, kitab Al-
Mahsul karya Al-Raziy dan kitab Mukhtasar al-Muntaha karya Ibnul Hajib.
Demikian pula, termasuk ulamayang memadukan dua aliran tersebut di atas, yaitu
Tajud al-Din 'AbdulWahhab bin Al-Subkiy Al-Shafi'iy .( 771 H) dengan
kitab Jam'u al- Jawami’ dan Kamal al-Din Muhammad 'Abdul-Muin yang
terkenal dengan sebutan Ibn al-Hamam ( 861 H) dengan menyusun kitab yang
diberi nama Al-Tahrir.
Dalam kaitan dengan pembahasan Ilmu Usul Fiqh ini, perludikemukakan
bahwa Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa Al- Shatibiy ( 760H) telah menyusun
sebuah kitab Ilmu Usul Fiqh, yang diberi nama Al- Muwafaqat. Dalam kitab
tersebut selain dibahas kaidah-kaidah juga dibahastujuan shara' (maqasid al-
shariah) dalam menetapkan hukum.
Kemudian perlu pula diketahui kitab-kitab Ilmu Usul Fiqh yangdisusun oleh
para ulama pada masa belakangan ini, antara lain : kitab Irshadal-Fuhul ila Tahqiq
al-Haq min 'llmi al-Usul oleh Imam Muhammad bin AliyAl-Shaukaniy .( 1255
H), kitab Ta‘sil al -Wusul ila llmi al-Usul oleh Syaikh Muhammad 'Abdur
Rahman Al-Mihlawiy ( 1338 H); kitab Usul al-Fiqh oleh Muhammad Al-
Khudhariy Biyk ( 1345 H) dan kitab-kitab Ilmu Usul Fiqh yang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
lmu ushul fiqh tumbuh pada abad ke dua Hijriah, karena pada abad pertama hijriahSaat
Rasulullah saw masih hidup, umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu dalam
memahami hukum syara’, semua permasalahan dapat langsung ditanyakan langsung kepada
Rasulullah saw atau merujuk kepada penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an dan juga melalui
sunnahnya. Para sahabat menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan turunnya wahyu
baik al-Quran maupun hadits, disamping itu mereka juga merupakan ahli bahasa, memiliki
kecerdasan berpikir serta jiwa yang bersih sehingga sangat mudah memahami hukum.
1. Aliran Mutakallimin
2. Aliran Hanafiyyah
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Satria. 2017.Ushul Fiqh.cet. 7. Jakarta: K E N C A N A - PrenadaMedia Group.
Khallaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushulul Fiqh. Terjemahan Noer Iskandar Al-Barsany
dan Moch. Tolchah Mansoer.1994. cet. 4. Jakarta: PT RajaGraffindo persada.