Anda di halaman 1dari 98

BAHAN AJAR

METODE PELAKSANAAN DAN


PEMELIHARAAN KONSTRUKSI

DISUSUN OLEH:

IR. IDA BAGUS RAI ADNYANA, MT.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2008

PTM dan Alat Berat I - 1


Kata Pengantar

Mata Kuliah PTM dan Alat Berat bertujuan agar mahasiswa mengenal dan mampu untuk

menghitung biaya pekerjaan dengan menggunakan peralatan atau alat berat. Tujuan tersebut akan

dapat dicapai bila mahasiswa dapat menguasai materi – materi yang tercakup didalam Silabus mata

kuliah tersebut.

Dengan menyadari hal tersebut diatas, maka disusunlah bahan ajar PTM dan Alat Berat ini,

dan dengan menyadari bahwa banyak acuan yang ada dan dapat digunnakan dalam menghitung biaya

pekerjaan dengan menggunakan peralatan, maka disini kami mengacu kepada rumus -rumus yang

dikeluarkan oleh Departemen PU dan rumus -rumus dari Manual Alat. Pemilihan acuan tersebut

dilakukan karena Departemen PU selalu mengadakan revisi rumus untuk memperoleh hasil yang

mendekati kenyataan sesuai dengan pengalamannya dilapangan.

Dan dengan tersusunnya bahan acuan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu menyelesaikan bahan ajar ini.

penulis

PTM dan Alat Berat I - 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………… i


Daftar Isi ………………………………………………………… ii
BAB I : Pendahuluan ………………………………………… I - 1
1.1. Pengertian Dasar Mengenai Tanah ……………………… I - 1
1.2. Pengertian Mengenai Alat Berat ………………………… I - 3
1.2.1. Tahanan Gelinding ……………………………... I - 3
1.2.2. Pengaruh Kelandaian …………………………... I - 5
1.2.3. Koefisien Traksi ……………………………….. I - 6
1.2.4. Pengaruh Ketinggian …………………………... I - 7
1.2.5. Drawbar Pull …………………………………... I - 8
1.2.6. Rimpull ………………………………………... I - 8
1.2.7. Gradeability …………………………………… I - 9

BAB II : Pengelompokkan Alat Berat ………………………. II - 1


2.1. Pengelompokkan Alat Menurut Penggerak Utama ……... II - 1
2.2. Pengelompokkan Alat Menurut Fungsinya …………….. II - 2

BAB III : Analisa Produksi Alat ……………………………… III - 1


3.1. Rumusan Perhitungan Produksi …………………………. III - 1
3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Peralatan …. III - 4
3.2.1. Faktor Kondisi Peralatan ……………………… III - 4
3.2.2. Faktor Kondisi Medan dan Peralatan. ………… III - 7
3.2.3. Faktor Operator dan Mekanik ………………… III - 11
3.2.4. Faktor Cuaca ………………………………….. III - 13
3.2.5. Faktor Material. ………………………………. III - 15
3.2.6. Faktor Manajemen ……………………………. III - 18
3.2.7. Job Faktor ………………………………………… III - 19
3.3. Waktu Siklus ………………………………………………... III - 21
3.3.1. Bulldozer ………………………………………….. III - 21
3.3.2. Excavator …………………………………………. III - 24
3.3.3. Loader …………………………………………….. III - 26
3.3.4. Dump Truk ……………………………………….. III - 30

PTM dan Alat Berat I - 3


3.3.5. Motor Scraper …………………………………….. III - 33
3.3.6. Motor Grader dan Compactor ……………………. III - 36
3.4. Jumlah Kebutuhan Peralatan………………………………… III - 36
3.5. Jadwal Penyelesaian (Time Schedule) ……………………… III - 38

BAB IV : Analisa Biaya Penggunaan Alat ………………………. IV - 1


4.1. Komponen Biaya …………………………………………… IV - 1
4.1.1. Biaya Pemilikan ………………………………….. IV - 2
4.1.2. Biaya Operasional ………………………………... IV - 7
4.1.3. Biaya Pemeliharaan/Perbaikan …………………… IV- 14

BAB V : Analisa Harga Satuan Pekerjaan Alat ………………… V - 1


5.1. Harga Satuan ……………………………………………….. V - 1
5.2. Kombinasi Alat …………………………………………….. V - 1
5.3. Bahan dan Tenaga ………………………………………….. V - 4
5.4. Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan ………………………. V - 4

Daftar Pustaka

Lampiran

PTM dan Alat Berat I - 4


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Pengertian Dasar Mengenai Tanah

Tanah dalam keadaan alam terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Bagian padat ( solids )  merupakan partikel tanah yang padat.

b. Bagian pori ( voids )  berisi air dan udara.

Keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang dijumpai

dalam pemindahan tanah yaitu :

Keadaan asli, yaitu : keadaan tanah sebelum diadakan pengerjaan,

dinyatakan dalam ukuran alam Bank Measure ( BM ).

Keadaan lepas, yaitu : keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan,

misalnya : tanah diatas blade, diatas truk didalam bucket dsb.,

dinyatakan dalam Loose Measure (LM) yang besarnya sebagai berikut :

LM = ( BM x % swell ) + BM.

Keadaan padat, yaitu : keadaan tanah setelah ditimbun kembali dan

dipadatkan. Volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih besar mungkin

juga lebih kecil dari volume keadaan bank measure, tergantung usaha

pemadatan yang dilakukan.

Faktor tanah yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas alat berat adalah :

1. Berat material, per M3

PTM dan Alat Berat I - 5


 Berpengaruh terhadap volume yang diangkut / didorong, hubungannya dengan

tenaga tarik.

2. Kekerasan,

 Makin keras akan semakin sukar untuk dikerjakan oleh alat, sehingga

berpengaruh terhadap produktifitas alat.

3. Kohesivitas / daya ikat,

 Merupakan kemampuan untuk saling mengikat diantara butir tanah itu sendiri,

tiap-tiap jenis tanah mempunyai kohesivitas yang berbeda-beda sehingga

pengerjaan terhadap jenis-jenis tanah tertentu tidak sama dengan tanah yang

lain dalam hal produktifitas dari peralatan.

4. Bentuk butir / material,

 Butiran yang kecil akan terdapat rongga yang kecil, sedangkan tanah dengan

butiran yang besar akan terdapat rongga yang besar, sehingga akan

berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan tanah yang pada

akhirnya akan mempengaruhi produktifitas alat.

Cara menghitung perubahan volume berbagai keadaan tanah.

a. swell ditentukan dengan :

Sw =  ( B-L ) / L  x 100 %

b. Shrinkage ( penyusutan ) ditentukan dengan :

Sh =  (C - B)/C  x 100 %

PTM dan Alat Berat I - 6


dimana :

Sw = swell = persentase pengembangan tanah/material.

Sh = shrinkage = persentase penyusutan tanah/material.

B = berat jenis tanah keadaan asli.

L = berat jenis tanah dalam keadaan lepas.

C = berat jenis tanah dalam keadaan telah dipadatkan/padat.

I.2. Pengertian – Pengertian Mengenai Alat Berat.

I.2.1. Tahanan Gelinding ( Rolling Resistance ),

Tahanan gelinding adalah tahanan yang dialami kendaraan ketika melalui

suatu jalan atau permukaan.

Logika terjadinya tahanan gelinding tersebut adalah sebagai berikut :

r d

B B’

D E F

Roda dengan jari-jari ( r ) yang bertitik tangkap di O akan menimbulkan

lekukan diatas permukaan jalan. Bila roda tidak bergerak maka beban terbagi

keseluruh permukaan DEF yang reaksinya berimpit atau satu garis dengan titik

PTM dan Alat Berat I - 7


tangkap B yaitu O. Bila roda bergerak, permukaan DE mulai terlepas, sehingga

titik tangkap reaksi bergeser kearah B’ sejarak d dari titik E. Oleh karena

demikian maka akan timbul momen perlawanan sebesar :

M = B.d.

Perlu diketahui bahwa makin lunak tanah makin besar jarak d tadi.

Untuk praktisnya, tahanan gelinding ( RR ) dpt. dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

RR = CRR x berat kendaraan beroda. ………. ( kg/ton )

Dimana :

CRR = koefisien tahanan gelinding, yang besarnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel Koefisien tahanan gelinding.

CRR
JENIS TANAH
RODA BESI RODA KARET

Tanah keras 0,10 0,04

Tanah gembur 0,12 0,05

Tanah lunak 0,16 0,09

Kerikil lepas 0,15 0,12

Pasir lepas 0,15 0,12

Tanah basah / lumpur - 0,16

PTM dan Alat Berat I - 8


I.2.2. Pengaruh Kelandaian ( Grade Resistance ).

Jika kendaraan bergerak pada jalan menanjak maka akan mendapat hambatan

akibat grafitasi, sebaliknya bila menurun akan mendapat tambahan tenaga akibat

grafitasi tersebut.

Wg adalah komponen berat yang menghambat

atau membantu pergerakan kendaraan.

Makin besar % kemiringan makin besar pula nilai

Wg.

Setiap 1 % kemiringan medan Wg bertambah

sebesar 10 kg untuk setiap 1 ton berat kendaraan.

Wg Misalnya : Kendaraan dengan berat 5 ton, bergerak

W menanjak sebesar 4 % maka besar hambatan akibat

kelandaian tersebut adalah sebesar :

 10 x 4 x 5 = 200 kg 

Artinya : diperlukan tenaga tambahan sebesar 200 kg oleh kendaraan tersebut

dibandingkan dengan bila kendaraan tersebut bergerak dijalan yang

datar.

PTM dan Alat Berat I - 9


I.2.3. Koefisien Traksi.

Koefisien traksi adalah suatu faktor yang harus dikalikan pada berat total

kendaraan untuk mendapatkan tenaga maksimum yang boleh dikerahkan agar

roda tidak selip.

Tenaga atau traksi yang boleh dikerahkan agar roda tidak selip disebut traksi

kritis, besarnya traksi tersebut adalah sebagai berikut :

Traksi kritis = koefisien traksi x berat total kendaraan.

Besarnya koefisien traksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

JENIS RODA
TYPE DAN JENIS TANAH
BAN KELABANG
Lempung 0,55 0,90
Liat kering 0,55 0,90
Tanah kering 0,55 0,90
Jalan datar tanpa perkerasan 0,55 0,90

Lempung liat basah 0,45 0,70


Lempung liat becek 0,45 0,70
Tanah pertanian basah 0,45 0,70

Tempat pengambilan batu 0,65 0,55


Pasir basah 0,40 0,50
Jalan kerikil gembur 0,36 0,50
Pasir kering gembur 0,20 0,30
Tanah basah berlumpur 0,20 0,25

PTM dan Alat Berat I - 10


I.2.4. Pengaruh Ketinggian ( Altitude ).

Makin tinggi suatu tempat, lapisan oksigen semakin tipis sehingga

pembakaran antara bahan bakar dan oksigen dalam mesin menjadi berkurang.

Oleh karena itu tenaga mesin juga akan berkurang.

Menurut hasil penelitian untuk mesin 4 langkah pengurangan tenaga mesin

sebesar 3 % setiap kenaikan tempat 100 m diatas ketinggian 750 m diatas muka

air laut.

Itu artinya sampai ketinggian 750 m diatas muka air laut tenaga mesin belum

berkurang.

Sedangkan untuk mesin 2 langkah, pengurangan tenaga mesin hanya 1 %.

Contoh, Mesin dengan kekuatan 200 HP, 4 langkah bekerja pada ketinggian

3000 meter diatas muka air laut, maka akan terjadi kehilangan tenaga mesin

sebesar :

= [ 3 % x 200 HP x ( ( 3000 – 750 )/100 ) ]

= 135 HP.

Dengan demikian tenaga mesin efektif sebesar = 200 HP – 135 HP

= 65 HP.

PTM dan Alat Berat I - 11


I.2.5. Drawbar Pull ( DBP ).

DBP adalah tenaga yang tersedia pada kait di belakang traktor dinyatakan

dalam satuan Lb, kg atau HP.

DBP merupakan tenaga bersih yang bisa digunakan oleh traktor atau kendaraan

untuk menarik beban.

Tenaga bersih tersebut merupakan tenaga yang disediakan oleh mesin setelah

dikurangi oleh tenaga yang digunakan untuk mengatasi rolling resistance, grade

resistance dan pengaruh ketinggian.

I.2.6. Rimpull.

Rimpull adalah tenaga yang disediakan oleh mesin kepada roda, dinyatakan

dalam satuan kg.

Tenaga ini akan bisa dimanfaatkan secara optimal untuk memindahkan alat

bila roda tidak selip. Agar roda tidak selip harus ada gesekan yang cukup antara

roda dan landasan kerja.

Bila rimpull suatu alat tidak diketahui, biasanya bisa dihitung dengan rumus :

Rimpull = ( 375 x HP x efisiensi ) / Kec. ( mph )………..lb.

Besarnya efisiensi berkisar antara 80 % s/d 85 %

PTM dan Alat Berat I - 12


Dalam menghitung tenaga tari alat, rimpull harus dikurangi dengan tenaga

yang dihabiskan untuk mengatasi RR, GR, dan tenaga karena pengaruh

ketinggian (altitude).

I.2.7. Gradeability.

Gradeability adalah kemampuan alat untuk mendaki tanjakan yang dinyatakan

dalam persen ( % ).

Gradeability tergantung dari :

- kendaraan sendiri  dalam kondisi kosong atau dimuati

- kecepatan pada gear yang dipilih

- daya tarik yang tersedia

- berat total kendaraan

- rolling resistance

Contoh Perhitungan

 Sebuah traktor roda ban dengan kekuatan mesin 140 HP bekerja pada gear 1

dengan kecepatan 3,25 mph. Ketinggian medan 1000 m diatan muka air laut.

Berat alat 10 ton ( total dengan muatan ). Koefisien traksi 0,55 (mesin 4 langkah).

Koefisien rolling resistance 0,10.

 Dari data diatas maka hitunglah persentase ( % ) tanjakan yang mampu di daki

oleh traktor tersebut jika efisiensinya sebesar 80 %.

PTM dan Alat Berat I - 13


Jawab.

 Kehilangan tenaga karena ketinggian :

= 3 % x 140 x (1000 –750)/100

= 10,5 HP.

 Tenaga ( traksi ) efektif :

= 140 – 10,5 = 129,50 HP.

 Rimpull yang tersedia pada mesin :

= 375 x 129,5 x 80 % / 3,25

= 11.953,80 lb ………………………….. 1 lb = 0,4535 kg

= 5421,04 kg.

 Rimpull maksimum yang bisa dik erahkan agar roda tidak selip :

= koef. Traksi x berat total kendaraan

= 0,55 x 10.000 = 5500 kg.

 Jadi rimpull yang tersedia pada mesin dapat dikerahkan seluruhnya.

 Rimpul yang digunakan untuk mengatasi rolling resistance ( RR ) :

= CRR x berat total kendaraan.

= 0,10 x 10.000 = 1000 kg.

PTM dan Alat Berat I - 14


 Rimpul yang tersedia / tersisa untuk mengatasi tanjakan :

= rimpull yang tersedia – rimpull untuk mengatasi RR

= 5421,04 kg – 1000 kg.

= 4421,04 kg.

 Kemampuan mendaki tanjakan ( gradeability ) :

Ingat : tenaga yang diperlukan untuk mendaki tanjakan adalah 10 kg per ton

per persen.

Jadi setiap 1 % tanjakan alat ini diperlukan tenaga sebesar :

= 10 x berat total ( dalam ton )

= 10 x 10 = 100 kg / %

Sehingga didapat kemampuan traktor tersebut untuk mendaki tanjakan sebesar :

= tenaga yang tersedia / tenaga yang diperlukan untuk setiap % tanjakan.

= 4421,04 kg / 100 kg/%

= 44,2104 %.

 Jadi traktor diatas bila bekerja pada ketinggian 1000 m diatas muka air laut akan

mempunyai kemampuan untuk mendaki tanjakan sebesar 44,2104 % .

PTM dan Alat Berat I - 15


BAB II

PENGELOMPOKKAN ALAT BERAT

II.1. Pengelompokkan Alat Menurut Penggerak Utama.

1. Traktor sebagai penggerak utama.

Traktor sebagai penggerak utama, bila ditinjau dari rodanya dibedakan menjadi 2

yaitu :

- Traktor roda kelabang ( crawler ).

- Traktor roda ban ( wheel ).

Peralatan yang menggunakan traktor sebagai penggerak utama antara lain :

- Bulldozer ( penggusur ).

- Ripper ( alat pembajak ).

- Scapper ( alat pengelupas ).

- Motor greder ( pembentuk permukaan ).

- Loader ( alat pemuat ).

2. Excavator sebagai penggerak utama .

Excavator pada dasarnya adalah suatu alat berat yang diperuntukkan sebagai

alat yang tidak perlu mobilitas tinggi. Dan excavator biasanya identik dengan alat

penggali stasioner. Alat penggali ini banyak macamnya tergantung pada peralatan

yang digunakan untuk menggali untuk atau memindahkan material.

PTM dan Alat Berat I - 16


Peralatan yang menggunakan excavator sebagai penggerak utamanya adalah :

- Backhoe ( penggali dengan arah ke belakang. )

- Clamshell ( penggali dengan penjepit ).

- Shovel ( penggali dengan arah ke depan ).

- Skidder ( khusus untuk balok-balok kayu ).

- Dragline ( penggali sambil menarik ).

- Crane ( kran pengangkat ).

3. Alat selain traktor dan excavator.

Alat tersebut antara lain :

- Truk.

- Trailer.

- Alat pemadat ( roller ).

- Stone crusher ( pemecah batu )

- Alat pengolah aspal ( asphalt mixing plant ).

II.2. Pengelompokkan alat menurut fungsinya.

1. Alat pembersihan lapangan, yang termasuk alat ini antara lain :

- Bulldozer.

- Ripper.

PTM dan Alat Berat I - 17


2. Alat pengangkat dan pemuat, yang termasuk alat ini antara lain :

- Backhoe.

- Power shovel.

- Dragline.

- Clamshel.

- Loader.

3. Alat penggali dan pengangkut, yang termasuk alat ini antara lain :

- Scrapper.

- Truk.

4. Alat pembentuk permukaan, yang termasuk alat ini antara lain :

- motor grader.

5. Alat pemadat, yang termasuk alat ini antara lain :

- Roller.

- Stamper.

A. Peralatan pembersihan lahan / lapangan.

1. Bulldozer.

Bulldozer adalah mesin yang serba guna pada banyak proyek konstruksi,

di mana alat-alat itu dapat digunakan sejak awal hingga akhir, misalnya :

 Memindahkan tanah.

 Menebar timbunan tanah.

PTM dan Alat Berat I - 18


 Membuka jalan-jalan perintis melalui pegunungan dan daerah yang

berbatu-batu.

 Membersihkan medan dari tanggul dan kayu.

 Membersihkan tempat konstruksi dari puing-puing.

2. Ripper/alat bajak.

Ripper adalah alat untuk “mengerjakan” tanah yang agak keras, dimana

jika pekerjaan ini dilakukan oleh bulldozer hasilnya akan kurang efektif, tidak

semua tanah keras bias dikerjakan oleh ripper, kadang-kadang harus

dilakukan peledakan (blaster).

3. Bilah khusus yang dipasang pada traktor.

Bilah khusus digunakan untuk menumbangkan pohon, dipasang pada

ujung depan traktor. Bilah khusus tersebut berbentuk V dengan penusuk yang

mencuat diujung depannya. Satu-satunya pengaruh bilah itu adalah

memungkinkannya bergeser sepanjang permukaan tanah, dengan demikian

memotong tumbuhan rata dengan permukaan tanah. Akan tetapi, bilah itu

dapat dinaikkan untuk memungkinkan penusuk tersebut menusuk pohon di

atas permukaan tanah.

4. Garu yang dipasang pada traktor.

Garu yang dipasang pada traktor dapat digunnakan untuk membongkar

dan menumpuk pohon, batu dan bahan-bahan yang serupa tanpa mengangkut

tanah yang terlalu banyak. Bahan yang berbutir, seperti pasir dan kerikil, lolos

PTM dan Alat Berat I - 19


dengan mudah diantara giginya. Garu ini merupakan perkakas yang efektif

ketika menumpuk bahan yang dibersihkan menjadi tumpukan untuk dibakar.

B. Peralatan penggali, pengangkut dan pemuat.

1. Back hoe.

Back hoe adalah peralatan yang dikhususkan untuk penggalian yang

letaknya dibawah kedudukan alat itu sendiri dan bisa digunakan sebagai

pemuat truk-truk.

2. Power shovel.

Power shovel adalah peralatan yang dikhususkan untuk penggalian yang

letaknya lebih tinggi dari pada kedudukan alat tersebut.

3. Dragline.

Dragline adalah alat yang didapat dengan menambahkan attachment boom

crane dan drug bucket pada excavator. Dragline ini mempunyai jangkauan

yang lebih besar dari jenis shovel yang lain, tetapi dalam tenaga penggali (

digging power ) hanya dengan mengandalkan kekuatan dari pada berat sendiri

digging bucket.

PTM dan Alat Berat I - 20


4. Clamshell.

Clamshell didapat dengan menggantikan drug becket pada drug line

dengan suatu clamshell. Clamshell ini sangat cocok dikerjakan untuk bahan-

bahan yang lepas seperti : pasir, kerikil, batu pecah, lumpur, batu bara dan

sebagainya.

5. Loader.

Loader adalah alat yang digunakan untuk pemuatan material kepada dump

truk.

PTM dan Alat Berat I - 21


C. Peralatan pengangkut dan penggali.

1. Srapper.

Scrapper adalah alat yang digunakan untuk memuat, mengangkut

sekaligus membongkar material yang lepas ( loose material ). Scrapper sangat

efektif digunakan untuk mengerjakan tanah yang lepas menggaruk, memuat

dan kemudian membongkarnya menjadi lapisan-lapisan yang teratur.

2. Truk.

Truk adalah alat angkut, yang karena kepesatannya yang tinggi apabila

bekerja di jalan yang cocok, berkapasitas besar dan menghasilkan biaya

angkut yang relatif rendah.

Jenis alat angkut yang lain adalah :

 Dump wagon.

Dump wagon adalah suatu alat angkut untuk mengangkut material yang

khusus dan dalam jumlah yang besar.

PTM dan Alat Berat I - 22


 Trailer.

Trailer adalah suatu alat pengangkut khusus untuk kepentingan

pengangkutan alat berat kelapangan. Selain pengangkutan alat berat,

trailer juga bisa dipakai untuk mengangkut barang yang berat dalam

jumlah besar.

D. Peralatan pembentuk permukaan.

1. Motor grader.

Motor grader adalah alat yang digunakan untuk meratakan tanah dan

untuk membentuk permukaan yang dikehendaki.

PTM dan Alat Berat I - 23


E. Perataan untuk pemadatan.

Pemadatan adalah suatu usaha untuk penyusunan kembali letak butir

tanah, sehingga pada tanah tersebut di capai letak butir yang rapat. Adapun

untuk ha tersebut dapat dipakai peralatan antara lain :

1. Smooth steel roller ( penggilas besi dengan roda halus )

Smooth steel roller adalah jenis penggilas dengan permukaan roda

yang terbuat dari roda baja rata. Ditinjau dari segi design

pengaturan/pengaturan rodanya ada beberapa macam alat ini diantaranya

adalah :

 Three wheel roller ( TWR ).

TWR ini sering juga disebut macadam roller, karena jenis ini sering

digunakan dalam usaha-usaha pemadatan material yang berbutir kasar.

Untuk menambah bobot dari pada TWR ini, maka roda silinder yang

kosong ini dapat diisi dengan zat cair atau kadang-kadang juga diisi

dengan pasir.

 Tandem roller.

Jenis tandem roller ini ada yang berporos dua juga ada yang berporos

tiga. Tujuan dari tandem roller ini adalah untuk mendapatkan permukaan

yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton. Tandem roller

ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya,

PTM dan Alat Berat I - 24


beratnya antara 8 sampai 14 ton, penambahan berat akibat pengisian zat

cair berkisar antara 25 % sampai dengan 60 % dari pada berat penggilas.

2. Pneumatic tired roller / penggilas roda ban angin ( PTR )

Roda-roda penggilas jenis ini terdiri dari roda-roda ban karet yang di

pompa, susunan dari roda-roda depan dan belakang selang seling

sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan

tergilas oleh roda bagian belakangnya.

PTM dan Alat Berat I - 25


3. Sheep foot type roller / penggilas tipe kaki kambing ( SFTR ).

Prinsip kerja dari jenis ini adalah sebuah silinder yang di bagian

luarnya dipasang kaki-kaki, pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi

sehingga kaki-kaki ini masuk kedalam tanah, dan memberikan pemadatan

dari bawah.

4. Mesh grid roller ( penggilas tipe anyaman ).

Roda penggilas pemadat ini berbentuk anyaman-anyaman. Penggilas

ini memberikan efek “pemadatan dari bawah” yang dikarenakan bentuk

roda penggilasnya. Penggilas ini cocok digunakan untuk menggilas

lapisan tanah yang berbutir kasar.

PTM dan Alat Berat I - 26


5. Segmen roller ( penggilas tipe lempengan ).

Penggilas ini dinamakan segmen roller sebab roda-rodanya tersusun

dari lempengan-lempengan, sama halnya dengan mesh grid roller,

penggilas ini juga memberikanefek pemadatan dari bawah. Walaupun

masuknya roda kedalam tanah tidak begitu dalam.

Keuntungan lain adalah air kelebihan yang terdapat didalam tanah

dapat ditekan ke luar, sehingga yang tinggal cukup untuk memberikan

kepadatan yang maksimal.

. F. Peralatan pembetonan.

1. Truk molen.

Truk molen adalah truk yang mencampurkan adukan beton dan akan

menuangkan beton jadi atau ready mix yang siap dihamparkan pada lokasi

pengecoran.

PTM dan Alat Berat I - 27


II. 3. T R A K T O R

Traktor adalah alat yang mengubah energi mesin menjadi energi mekanik.

Penggunaan utama dari traktor adalah sebagai alat untuk menarik atau mendorong

beban yang memerlukan tenaga yang agak besar.

Karena kemampuan untuk menghasilkan energi yang besar, maka traktor

biasanya dipakai sebagai penggerak utama dari berbagai macam alat berat.

Jadi perbedaan nama alat berat yang menggunakan traktor sebagai penggerak

utama dikarenakan oleh perlengkapan peralatan untuk melakukan pekerjaan.

Perlengkapan ini tergantung pada fungsi alat.

Contoh :

 Bulldozer adalah traktor yang dilengkapi dengan alat penggusur didepannya.

 Loader adalah traktor yang dilengkapi dengan alat untuk memuat material

keatas truk, dll.

Pada dasarnya traktor dibedakan menjadi dua macam menurut bantalan atau

roda geraknya yaitu :

1. Traktor roda kelabang ( crawler tractor ).

2. Traktor roda ban ( wheel tractor ).

I. Traktor roda kelabang ( crawler tractor ).

Alat ini merupakan alat yang paling penting pada pekerjaan konstruksi jalan

raya. Penggunaannya antara lain :

PTM dan Alat Berat I - 28


1. Penggerak utama loader.

2. Penggerak utama buldozer.

3. Khusus untuk alat penarik/pendorong ( traktor lepas ).

4. Penggerak motor grader, dll.

Dalam perdagangan biasanya traktor jenis apapun dibedakan menurut tenaga

geraknya ( flywheel ) berkisar antara 65 HP – 700 HP. Pemilihannya tergantung

ppada kondisi dilapangan seperti tahanan gelinding, landai medan, ketinggian tempat,

dll. Gaya tarik traktor biasanya dinyatakan dalam :

HP ( horse power – Inggris ).

PK ( paarde kracht – Belanda ).

PS ( pfadder starke – Jerman ).

Meskipun spesifikasi traktor berbeda-beda menurut pabrik pembuatnya,

biasanya kecepatan traktor berkisar antara 7 – 8 mph atau 10 – 12 km/jam.

Crawler tractor biasanya dibutuhkan pada medan yang licin/lembek atau medan yang

mempunyai gesekan yang kecil sehingga memberikan pijakan yang kuat untuk

mendorong, menarik beban, dll.

II. Traktor roda ban ( Wheel tractor ).

Merupakan traktor yang menggunakan ban karet. Alat ini terutama digunakan

untuk pekerjaan dengan mobilitas yang cukup tinggi seperti penggerak loader.

Tipe-tipe wheel tractor antara lain :

1. Traktor roda dua.

2. Traktor roda empat.

PTM dan Alat Berat I - 29


Ada beberapa pertimbangan kenapa ada traktor roda dua dan roda empat yaitu :

1. Traktor roda dua :

 Traksi ( tenaga ) yang dikerahkan lebih besar karena seluruh beban

dilimpahkan ke dua roda saja.

 Rolling resistance lebih kecil karena jumlah roda lebih sedikit.

 Pemeliharaan lebih kecil.

2. Traktor roda empat :

 Lebih comfortable dikemudikan.

 Pada jalan yang buruk lebih stabil.

 Dapat bekerja sendiri bila dilepas dari unit trailnya (alat yang

digandengnya).

Perbedaan crawler tractor dan wheel tractor antara lain :

1. Crawler tractor :

 Tenaga tarik yang besar.

 Kecepatan relatif besar.

 Luas bidang singgung antara ban dan tanah lebih luas.

 Dapat bekerja pada kondisi tanah yang buruk.

 Kemungkinan slip kecil.

2. Wheel tractor :

 Tenaga tarik relatif kecil.

 Kecepatan relatif besar.

 Luas bidang singgung antara ban dan tanah lebih kecil.

PTM dan Alat Berat I - 30


 Sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah dilapangan.

II.4. BULLDOZER

Bulldozer adalah traktor yang dilengkapi dengan perlengkapan berupa Blade

untuk mendorong.

Bulldozer khususnya untuk mendorong kedepan bila dozer tersebut bisa

digunakan untuk mendorong kesamping disebut dengan Angledozer. Dorongan

kesamping dilakukan dengan mengubah kemiringan Blade pada arah horizontal,

sudutnya biasanya sampai 250 sehingga material bisa didorong kesamping meskipun

arah gerakan tetap kedepan.

Menurut track shoesnya ( bantalan geraknya ) Bulldozer dibedakan menjadi :

1. Crawler tractor dozer ( roda kelabang )

2. Wheel tractor doser ( roda ban )

3. Swamp bulldozer ( untuk rawa – rawa )

Menurut penggerak bladenya, bulldozer dibedakan menjadi :

1. Cable control ( kendali kabel ) saat ini sudah tidak diproduksi.

2. Hydroulic controled ( kendali hidrolis )

Fungsi dan Kerja Bulldozer.

1. Pembersihan dari kayu – kayuan atau tonggak – tonggak pohon dan batu –

batuan.

2. Pembukaan jalan kerja dipegunungan atau daerah yang berbatu – batu.

PTM dan Alat Berat I - 31


3. Memindahkan tanah dengan jalan didorong  90 m.

4. Menarik scraper ( pengelupasan dan pemindahan tanah )

5. Menghampar tanah urugan.

6. Menimbun kembali tranches ( medan ).

7. Pembersihan site.

8. Pemeliharaan jalan kerja.

9. Menyiapkan material pada soil borrow pit dan quary pit / tempat

pengambilan bahan.

Kedudukan Blade bulldozer bisa diangkat sedikit atau turun sedikit dari

kedudukan datar. Posisi naik untuk mengakhiri dorongan dan posisi turun untuk

mulai dorongan.

Pada angle dozer, selain gerakan seperti diatas, posisi Blade bisa digerakkan

pada arah horisontal untuk mendorong material kesamping.

Macam – Macam Blade

1. Universal Blade ( U – Blade )Blade ini dilengkapi dengan sayap dikiri dan

kanannya dengan bentuk diarah vertikal berbentuk U. Hal ini

memungkinkan bulldozer untuk mendorong material yang banyak dengan

kehilangan yang sedikit dengan jarak yang jauh. Blade ini digunakan pada :

- Reklamasi tanah

PTM dan Alat Berat I - 32


- Penyediaan material / pengumpulan

2. Straight Blade ( S – Blade )

Jenis Blade ini paling cocok untuk segala lapangan, merupakan dari

universal Blade sehingga manuver lebih mudah dan dengan Blade ini

bulldozer dapat menghandel dengan mudah.

PTM dan Alat Berat I - 33


3. Angle Blade ( A – Blade )

Blade ini dibuat untuk posisi lurus dan menyerong. Blade ini juga dibuat

untuk :

-Pembuangan kesamping ( side casting )

-Pembuaan jalan ( pioneering road )

-Menggali saluran ( cutting ditches )

-Dll.

4. Hal – Hal Yang Perlu

Saat ini Blade bulldozer dikendalikan dengan sistem hidrolik karena sistem

ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan kendali rantai.

1. Dapat menekan kebawah sebagai tambahan beratnya sendiri.

2. Penyetelan Blade lebih tepat pada posisi yang dikehendaki.

Tetapi ada beberapa kekurangan seperti :

1. Pemeliharaan / perbaikan sulit ( harus teliti )

2. Kadang – kadang kesulitan dalam penyediaan minyak hidrolis

karena biasanya operasi Bulldozer cukup jauh dari kota besar.

PTM dan Alat Berat I - 34


BAB III

ANALISA PRODUKSI PERALATAN

3.1. Rumusan Perhitungan Produksi.

Perhitungan produksi peralatan didasarkan pada fungsi peralatan yang

bersangkutan dan cara atau metode memfungsikannya.

Misalnya :

1. Bulldozer difungsikan hanya sebagai pendorong ( pusher ) pada motor

scraper.

Dalam hal ini bulldozer secara individu tidak mempunyai produksi, yang ada

adalah produksi bersama.

2. Bulldozer difungsikan untuk pekerjaan stripping.

Dalam hal ini ada 2 cara perhitungan yang berbeda, bergantung pada metode

yang memungkinkan dilaksanakan yaitu :

- periodical product, dan

- continous product.

Hasil kedua cara akan sangat berbeda.

Jadi rumus perhitungan produksi peralatan berbeda untuk fungsi dan jenis alat

yang berbeda, tetapi tidak mutlak, karena ternyata beberapa peralatan yang berbeda

fungsi dan jenis dapat mempunyai rumusan yang sama.

PTM dan Alat Berat I - 35


Rumus-rumus tersebut dapat diperlihatkan seperti tabel dibawah ini :

No JENIS ALAT RUMUSAN PRODUKSI SATUAN KETERANGAN

1 - Bulldozer Q = ( 60.q/Ct ) x E M3L/jam q = kapasitas blade,

- Excavator Atau bucket dan bowl

- Dump Truk Q = ( 60 x E ) / M3B/jam (m3).

- Loader {Ct(1+Sf)} Ct = cycle time

- Scraper Atau M3B/jam (mnt).

Q = ( 60.q.CF/Ct ) x E E = job faktor.

Sf = swell faktor

material.

CF = faktor Konv.

material.

L = kondisi material

lepas (loose).

B B = kondisi material

asli alam (bank).

2 Motor Grader Q = 1000 V.t.(L.sin a – M3L/jam V = kecepatan

Lo) .E Operasi(km/j).

= 1000.V x t x Le x E T = tebal

pemotongan

atau spreading.

Le = Panjang blade

efektif (meter).

PTM dan Alat Berat I - 36


L = Panjang blade

(m).

a = sudut blade

terhadap arah

lintasan ( o ).

Lo = lebar overlap

(m)

E = job faktor.

3 Compactor / Q = 1000.V.W.H.(1-Sf).E M3C/jam V = kecepatan

Roller type /n lindas (km/j).

Atau W = lebar drum

Q = 1000.V.W.H.CF.E / whell (m).

n Sf = shrinkage

faktor material.

H = Tebal lapisan

(m).

CF = faktor

konversi.

n = jmlh lindasan..

E = job faktor.

Catatan :

- M3L/jam adalah meter kubik tanah lepas ( loose ) per jam.

PTM dan Alat Berat I - 37


- M3B/jam adalah meter kubik tanah asli ( bank ) per jam.

- M3C/jam adalah meter kubik tanah padat ( compct ) per jam.

3.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Peralatan.

Dari penulisan rumus-rumus diatas, terlihat jelas bahwa produksi suatu peralatan

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Kecermatan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi dan ketelitian

memberi nilai atas faktor-faktor terasebut akan menghasilkan ketepatan perhitungan

produksi peralatan sekaligus memberi ketepatan waktu penyelesaian dan ketepatan

biaya produksi

Dari pengalaman dan atau penelitian diperoleh 6 (enam) faktor uatama ayng

mempengaruhi produksi peralatan, ada yang berdiri sendiri dan ada yang secara

terkombinasi yaitu :

3.2.1. Faktor Kondisi Peralatan

Produksi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Sejalan

dengan penurunan kondisinya maka kondisi peralatan pun akan turun. Semakin

tinggi jumlah jam operasi yang sudah dicapai, maka kondisi pun akan semakin

turun akibat keausan komponen-komponen mesin/peralatan yanng bergesekan.

Kondisi peralatan layak operasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah antara :

K = 100 % sebagai kondisi umum, dan

K = 60 % sebagai kondisi minimum.

PTM dan Alat Berat I - 38


Pada pengoperasian normal 2000 jam per tahun, maka penurunan kondisi

peralatan per jam secara garis lurus ( straight line ) adalah :

K = ( 100 – 60 ) / UE ……… ( % / jam )

di mana :

UE = adalah umur ekonomis peralatan dalam satuan jam ( lihat tabel )

Jadi kondisi peralatan saat penilaian sesuai dengan jam operasi yang sudah

dicapai adalah :

K = 100 - K.t ( % )

= 100 – ( (100-60)/UE ) x t ( % )

di mana :

UE = umur ekonomis alat dalam jam.

t = jam operasi yang sudah dicapai.

Bahwa kemungkinan tiap jenis peralatan yang digunakann lebih dari satu dan

masing-masing mempunyai nilai kondisi dapat dilakukan dengan menetapkan

kondisi rata-rata per jenis peralatan sebagai berikut :

n
Krata-rata = 1/n  kondisi alat per jenis
1

PTM dan Alat Berat I - 39


Kondisi rata-rata tersebut supaya ditampilkan dalam bentuk format spt dibawah

ini :

KONDISI ( K )
No JENIS ALAT Krata-rata
1 2 3 4 dst

1. Bulldozer 0,8 0,8 0,7 0,7


- 0,78 ( contoh )
5 0 5 2

2. Back Hoe

3. Scraper

4. Loader

dst Dan lain-lain

Berdasarkan tabulasi diatas kondisi diatas selanjutnya kondisi peralatan

dikelompokkan dalam klasifikasi kondisi sebagai berikut :

KLASIFIKASI KONDISI PERALATAN

No. Klasifikasi Kondisi Nilai Kondisi ( % )

1. Prima 100 – 90

2. Baik 90 – 80

3. Cukup 80 – 70

4. Sedang 60

PTM dan Alat Berat I - 40


3.2.2. Faktor Kondisi Medan dan Lingkungan.

Prestasi suatu peralatan akan berbeda pada kondisi medan lapangan (

topografi ) dan lingkungan yang berbeda. Tetapi kondisi medan yang sama akan

memberikan pengaruh yang tidk sama terhadap peralatan yang berbeda jenis atau

berbeda fungsi.

Misalnya suatu kondisi medan disebut berat untuk dump truck, tetapi untuk

bulldozer, excavator, dan atau peralatan lain dapat disebut ringan.

Jadi suatu kondisi medan disebut ideal, ringan, sedang dan berat bergantung

pada jenis peralatan yang dioperasikan dilapangan bersangkutan.

Penilaian atas klasifikasi medan apakah ideal, ringan, sedang dan berat

terhadap sesuatu jenis peralatan didasarkan pada prestasi maksimum yang dapat

dicapai dibandingkan pada prestasi ideal seperti ditampilkan dalam tabel dibawah ini

KONDISI MEDAN

KLASIFIKASI

KONDISI KRITERIA

LAPANGAN

- Lapangan datar kering

IDEAL - Jalan hantar lurus, keras/aspal, datar

- Ruang gerak luas

- Lingkungan bebas

PTM dan Alat Berat I - 41


- Lapangan datar lembab

- Jalan hantar lurus, bergelombang, perkerasan

RINGAN kering ( alam ) lembab

- Ruang gerak luas

- Lingkungan bebas

- Lapangan kering bergelombang

- Jalan hantar tidak lurus, bergelombang, tanpa

SEDANG perkerasan ( alam ) lembab

- Ruang gerak luas

- Lingkungan bebas

- Lapangan bergelombang dan becek

- Jalan hantar berbelok-belok tajam dan


BERAT
bergelombang tidak terawat ( alalm ) dan becek

- Ruang gerak sempit

- Lingkungan terbatas

PTM dan Alat Berat I - 42


Bahwa peralatan dengan kondisi tertentu akan beroperasi diatas lapangan atau

medan dengan klasifikasi seperti tersebut diatas, karena itu perlu diketahui faktor

yang harus diperhitungakan dalam hubungan antara peralatan dengan kondisi

medan seperti matrik di bawah ini :

Faktor Gabungan Alat dan Medan

No. KONDISI KONDISI ALAT

MEDAN PRIMA BAIK CUKUP SEDANG

1 Ideal 0,95 0,90 0,85 0,80

2 Ringan 0,90 0,852 0,805 0,757

3 Sedang 0,85 0,805 0,760 0,715

4 Berat 0,80 0,715 0,715 0,673

Disamping atas penilaian atas kondisi medan perlu juga diketahui besarnya

angka Rolling Resistance dan Koefisien Traksi di medan bersangkutan dengan

cara penyesuaian dengan standar industri faktor rolling resistance dan koefisien

traksi seperti yang ditampilkan pada tabel dibawah ini :

PTM dan Alat Berat I - 43


STANDARD INDUSTRI FAKTOR ROLLING RESISTANCE

No. KONDISI JALAN HANTAR ROLLING RESISTANCE

( Kg/ton )

1. Jalan permanen diaspal, halus dan keras

tanpa penetrasi dibawah muatan, dirawat, 20

kering dan datar.

2. Jalan bergelombang, halus dan lurus dengan

permukaan tanah atau aspal tipis melentur


35
sedikit dibawah roda beban atau naik turun,

dirawat teratur.

3. Jalan tanah penuh bekas roda, melentur

dibawah roda beban, kurang terawat, 50

penetrasi ban 1 in sampai 2 in.

4. Jalan tanah penuh bekas roda, lembek tidak

terawat tidak permanan penetrasi ban 4 in 75

sampai 6 in.

5. Pasir gembur kering atau kerikil gembur. 100

6. Jalan penuh berlumpur, penuh bekas roda,


100 – 200
tidak terawat.

PTM dan Alat Berat I - 44


STANDARD INDUSTRI KOEFISIEN TRAKSI

KOEFISIEN TRAKSI ( KT )
No. JENIS PERMUKAAN
BAN KARET TRACK

1 Beton 0,90 0,45

2 Tanah liat, kering 0,55 0,90

3 Tanah liat, basah 0,45 0,70

4 Tanah liat penuh bekas roda 0,40 0,70

5 Pasir kering 0,20 0,30

6 Pasir basah 0,40 0,50

7 Jalan kerikil gembur 0,36 0,50

8 Tanah padat 0,55 0,90

9 Tanah gembur 0,45 0,60

3.2.3. Faktor Operator dan Mekanik.

Besar kecilnya prestasi kerja suatu peralatan sangat tergantung pada

kemampuan operator mengendalikan dilapangan dan kemampuan mekanik

menyiapkan peralatan siap operasi.

Kemampuan Operator dan Mekanik dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :

- terampil

- cukup

PTM dan Alat Berat I - 45


- sedang

- kurang

Nilai kemampuan pada masing-masing klasifikasi didasarkan atas

curriculum vitae ( CV ) operator dan mekanik sebagai berikut :

No. KUALIFIKASI IDENTITAS

( CURRICULUM VITAE )

a. Pendidikan STM/Sederajat

1 Terampil b. Sertifikat SIMP/SIPP(III) dan atau

Pengalaman lebih dari 6000 jam

a. Pendidikan STM/Sederajat

2 Baik b. Sertifikat SIMP/SIPP(II) dan atau

Pengalaman lebih dari 4000 - 6000 jam

a. Pendidikan STM/Sederajat

3 Cukup b. Sertifikat SIMP/SIPP(I) dan atau

Pengalaman 2000 - 4000 jam

a. Pengalaman STM/Sederajat

4 Sedang b. Sertifikat dan atau Pengalaman kurang

dari 3000 jam.

PTM dan Alat Berat I - 46


Mengingat pekerjaan akan dilakasanakan oleh operator dengan menggunakan

peralatan maka para estimator baik owner maupun rekanan dituntut harus mampu

menentukan klasifikasi operator dan mekanik yang bagaimana dibutuhkan,

berdasarkan tingkat kesulitan pekerjaan dan tingkat keamanan yang diterjemahkan

dari kriteria kondisi medan dan tinjauan lapangan.

3.2.4. Faktor Cuaca.

Keadaan cuaca yaitu kelenghasan dan temperatur udara sangat mempengaruhi

prestasi kerja operator. Operator membutuhkan waktu untuk keperkuan pribadinya

seperti makan, minum, merokok, melap keringat, dan lain-lain dan hal ini merupakan

waktu yang hilang.

Waktu-waktu hilang dari setiap 1 jam kerja yang tersedia akan semakin besar

sebagai akibat dari keadaan cuaca yang semakin jelek.

Keadaan cuaca dapat dibagi 4 klasifikasi, yaitu :

1. Terang, segar

2. Terang, panas, berdebu

3. Mendung, gerimis, dingin

4. Gelap

Prestasi operator sebagai akibat dari pengaruh cuaca dapat diukur dan dinyatakan

dalam satuan menit/jam atau % yaitu perbandingan antara waktu efektif kerja dari

tiap jam kerja dengan tiap jam waktu kerja tersedia.

PTM dan Alat Berat I - 47


Untuk keperluan perhitungan, faktor pengaruh cuaca terhadap prestasi operator

perlu ditetapkan seperti matrik sebagai berikut ini :

FAKTOR GABUNGAN CUACA DEN OPERATOR

OPERATOR DAN MEKANIK


No CUACA
Trampil Baik Cukup Sedang

1 Terang, segar 0,90 0,85 0,80 0,75

2 Terang, panas, berdebu 0,83 0,783 0,737 0,691

Dingin, mendung,
3 0,75 0,708 0,666 0,624
gerimis

4 Gelap 0,666 0,629 0,592 0,555

PTM dan Alat Berat I - 48


3.2.5. Faktor Material ( Em ).

Kapasitas produksi atau pay load aktual per siklus suatu peralatan tidak selalu

sama dengan kapasitas spesifikasi tang dinyatakan pabrik. Hal ini disebabkan faktor

sifat dan kondisi meterial yang akan dikerjakan, ada yang mudah dan ada yang sulit

masuk mengisi bucket atau blade secara penuh, munjung tanpa rongga.

Faktor pengisian ( fill factor ) adalah perbandingan antara kapasitas ( pay load )

aktual dengan kapasitas spesifikasi. Mengingat pengerjaan tanah akan merobah

kondisi tanah dari keadaan asli (bank) menjadi lepas ( gembur ) dan atau padat (

compack ), maka kapasitas produksi alat selalu dinyatakan dalam notasi, asli, lepas,

atau padat mengikuti kehendak dalam perencanaan dan perhitungan.

Volume tanah dari keadaan asli menjadi lepas atau padat berbeda untuk berat

yang sama dan perbedaan itu disebut faktor konversi atau conversion factor.

Berikut ini ditampilkan fill factor dan conversion factor yang dapat digunakan

untuk perhitungan seperti tabel berikut :

PTM dan Alat Berat I - 49


Tabel Faktor Material ( Em )

TINGKAT FAKTOR KONDISI DAN JENIS


PENGERJAAN
KESULITAN MATERIAL MATERIAL

Dapat digusur secara

sempurna penuh blade, kadar

Mudah 1,10 air rendah, bukan tanah pasir

dipadatkan, tanah biasa,

onggokan material.

Tanah lepas tetapi tdk.

Digusur sepenuh blade, tanah


Sedang 0,90
DOZING kerikil, pasir, batu pecah

halus.

Kadar air tinggi, liat lengket,

Agak sulit 0,70 tanahliat keras kering, pasir

kerikil.

Batu hasil peledakan atau

Sulit 0,60 batu berukuran kasar dan

lumpur.

Kondisi alam, tanah biasa


EXCAVATING Mudah 1,20
atau tanah lunak

PTM dan Alat Berat I - 50


Kondisi alam tanah liat,

Sedang 1,10 tanah liat, tanah pasir atau

pasir kering.

Kondisi alam tanah pasir


Agak sulit 0,90
dengan kerikil.

Onggokan batu hasil


Sulit 0,80
peledakan, lumpur.

Onggokan material, hasil

galian dapat munjung, pasir,


Mudah 1,00 – 1,10
tanah pasir, tanah liat lembek

basah ( kadar air sedang ).

Onggokan tanah material

tetapi untuk mengambilnya

LOADING Sedang 0,85 – 0,95 agak diforsir, pasir kering,

tanah liat, batu pecah, kerikil

halus.

Batu pecah halus, tanah liat

keras, sirtu, tanah pasir,


Agak sulit 0,80 – 0,85
tanah liat yang semuanya

sulit di sodok dan lumpur.

PTM dan Alat Berat I - 51


Batu pecah kasar, hasil

peledakan, batu kali, sirtu,

Sulit 0,75 – 0,80 tanah pasir, tanah liat yang

semuanya sulit disodok dan

lumpur.

- Semua material yg.

diangkut adalah

Pengisian material lepas.


HAULING 1.10 – 1,20
oleh Loader - Alat hanya berfungsi

pengangkutan, bukan

pengisian.

3.2.6. Faktor Manajemen ( EM )

Prestasi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemantapan suatu

manajemen.

Tetapi manajemen adalah seni untuk mendapatkan seluruh kegiatan dalam suatu

sistem untuk dapat :

- berjalan lancar

- sesuai arah

- efektif

- ekonomis

PTM dan Alat Berat I - 52


- aman

- terpadu dan terkoordinir

Hal-hal diatas merupakan tanggung jawab seorang manajer, yang setiap saan

harus melakukan evaluasi atas tiap komponen dan atas keseluruhan sistem.

Karena merupakan seni menjadi sangat sulit menilai tahap awal baik buruknya

suatu manajemen sebelum kegiatan berjalan atau selesai.

Tetapi sejak tahap awal atau tahap kegiatan belum dimulai sudah harus ada

kepercayaan bahwa seluruh kegiatan akan terlaksanan memenuhi hal-hal tersebut

diatas secara tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.

3.2.7. Job Factor ( ETOT )

Job faktor sering juga disebut dalam buku-buku lain sebagai job

efisiensi yang sebenarnya pengertiannya sangat berbeda. Dalam modul ini kata

job efisiensi tidak dipakai karena pengertian, job efisiensi dapat diartikan

perbandingan antara besaran sumber daya yang dikerahkan dengan keluaran

sumber daya yang nilainya baru dapat diketahui setelah pekerjaan selesai.

Sebagai penggantinya digunakan kata job faktor (ETOT ), yang arti adalah

kombinasi dari faktor-faktor yang telah diuraikan dimuka/diatas secara bersama-

sama dan saling terikat mempengaruhi produksi peralatan.

PTM dan Alat Berat I - 53


Besarnya nilai gabungan faktor-faktor tersebut diformulasikan atau

dinyatakan dengan :

ETOT = ECO x EAM x Em x EM

Mengingat job faktor berbeda untuk tiap jenis peralatan yang digunakan

dalam suatu medan, maka niali job faktor untuk tiap jenis peralatan harus

ditampilkan dalam bentuk farmat seperti dibawah ini :

TABULASI JOB FAKTOR

FAKTOR
No. JENIS ALAT E Total
ECO EAM Em EM

1 2 3 4 5 6 7=3x4x 5x6

PTM dan Alat Berat I - 54


3.3. WAKTU SIKLUS

Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk 1 ( satu ) kali produksi.

Perhitungan waktu siklus diberlakukan hanya untuk alat-alat yang tidak setiap saat

berproduksi secara terus menerus.

Alat – alat tersebut antara lain :

 Bulldozer.

 Excavator.

 Loadeer.

 Dump Truck.

 Motor Scraper.

Perhitungan waktu siklus tersebut berbeda tergantung pada jenis alat sebagai berikut :

3.3.1. Bulldozer.

Waktu siklus = waktu muat + waktu mundur + waktu tetap.

Ct = ( 1000/60 ).( (D/Vg ) + (D/Vm) ) + Ft ( menit )

di mana :

Vg = kecepatan gusur ( Km/jam )

Vm = kecepatan mundur ( Km/jam )

D = jarak gusur atau jarak mundur ( m )

Ft = waktu tetap untuk tukar gigi ( menit )

PTM dan Alat Berat I - 55


Agar dapat menetapkan Vg dan Vm maka perlu sekali mengetahui :

a. keadaan permukaan medan ( tanjakan atau turunan )

b. jenis material yang akan digusur

c. jumlah beban mesin ( berat alat + berat material  tahanan-tahanan )

d. tenaga yang tersedia pada mesin

Selanjutnya kecepatan Vg dan Vm dapat ditetapkan dengan rumusan sebagai

berikut:

Vg = ( N.75/Pg ) x 3,6  km/jam

atau

Vg = 270. ( N/Pg )  km/jam

dan

Vm = ( N.75/Pm ) x 3,6  km/jam

atau

Vm = 270. ( N/Pm )  km/jam

dimana :

N = tenaga yang tersedia pada mesin ( fly wheel horse power )  Hp.

Pg = kekuatan gusur ( draw bar pull )  kg.

Pm = kekuatan mundur  kg.

PTM dan Alat Berat I - 56


Sedangkan besaran Pg dan Pm adalah sebagai berikut :

Pg = ( Bo + Bj.q ) ( Kt  sin. a )  Kg. dan

Pm = Bo ( Kt  sin. a )  Kg.

dimana :

Bo = berat alat operasi  kg

Bj = berat jenis material  kg/m3

q = kapasitas blade  m3

Kt = koefisien traksi

a = derajat kemiringan tanjakan terhadap arah gusur

+ = menanjak

- = menurun.

Selanjutnya dalam pelaksanaan besarnya Pg dan Pm diperiksakan pada data

spesifikasi alat untuk mendapat angka kecepatan pasti yang dapat dilaksanakan

mesin, tanpa terjadi slip atau mesin mati.

Selanjutnya waktu tetap Ft yang angkanya dipengaruhi oleh jenis drive perlu

diketahui. Untuk memudahkan perhitungan berikut ini diberikan angka waktu tetap

sebagai berikut:

Untuk jenis drive : - direct drive  Ft = 0,10 menit.

- torq flow  Ft = 0,05 menit.

PTM dan Alat Berat I - 57


3.3.2. Excavator.

Waktu siklus terdiri dari 4 ( empat ) komponen waktu yaitu :

- waktu muat bucket ( digging time ), tm

- waktu putar bermuatan ( swing loaded time ), tpb

- waktu buang muatan ( dumping time ), tb

- waktu putar kosong/kembali ( swing empty time ), tpk

Jadi waktu siklus atau cycle time adalah :

Ct = tm + tpb + tb + tpk  menit.

Waktu siklus masih dipengaruhi oleh faktor kedalaman galian yaitu :

R = ( digging depth / Max. Spec. digging depth )

Sehingga waktu siklus diperhitungkan adalah :

Cta = Ct x R  menit.

Dari rumus waktu siklus diatas terlihat bahwa :

1. waktu muat sangat mempengaruhi jenis material ( lunak/keras ) dan kondisi

galian.

2. Waktu putar sangat dipengaruhi oleh beban dan jarak buang ( 900 – 1800 ).

3. Waktu buang sangat dipengaruhi oleh cara pembuangan ( bebas atau tertentu).

PTM dan Alat Berat I - 58


Jadi menentukan waktu siklus cukup rumit dan besarnya angka waktu siklus

berbeda untuk alat yang berbeda merk walaupun kapasitas bucket sama, karena

pertimbangan yang berbeda waktu perencanaan alat dimaksud.

Karena itu, berikut ini diberikan tabel waktu siklus dan tabel faktor R sebagai

pegangan untuk keperluan perhitungan dalam perencanaan seperti dibawah ini :

TABEL WAKTU SIKLUS

Satuan : menit

SUDUT KAPASITAS BUCKET ( M3 )

BUANG 0,25 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,20 1,50 1,70

90 0,20 0,20 0,23 0,23 0,23 0,26 0,26 0,26 0,26 0,28 0,30 0,31 0,33

180 0,25 0,25 0,28 0,28 0,28 0,31 0,31 0,31 0,31 0,33 0,35 0,36 0,38

TABEL FAKTOR

R(%) Mudah Sedang Agak sulit Sulit

< 40 0,70 0,90 1,10 1,40

40 – 75 0,80 1,00 1,30 1,60

> 75 0,90 1,10 1,50 1,80

PTM dan Alat Berat I - 59


Pada tabel R diatas, yang dimaksud dengan :

a. Mudah  - tanah lunak

- galian dangkal

- kehati-hatian menggali tidak perlu

b. Sedang  - pembuangan bebas

- tanah biasa

- kedalaman sedang

- kehati-hatian menggali tidak perlu

c. Agak sulit  - pembuangan tertentu

- tanah keras, liat

- perlu kehati-hatian menggali

d. Sulit  - pembuangan tertentu

- tanah liat, keras dan membatu

- galian kedalaman maksimum

- perlu kehati-hatian menggali

3.3.3. Loader

Untuk loader waktu siklus atau cycle time dihitung berdasarkan metode dan

kondisi pengoperasian.

Ada 3 macam cara atau metode pengoperasian yaitu :

3.1. Cross loading.

Pada cara ini waktu siklus adalah :

Ct = D/Vfk + D/Vrb + Ft  menit

PTM dan Alat Berat I - 60


3.2. V Shaped loading.

Pada cara ini waktu siklus adalah :

Ct = D/Vfb + D/Vfk + D/Vrb + D/Vrk + Ft  menit

3.3. Ambil dan angkut ( Load and carry ).

Pada cara ini waktu siklus adalah :

Ct = D/Vfb + D/Vfk + Ft  menit

Dalam rumus rumus diatas :

D = jarak angkut ( m )

Vfb = kecepatan maju bermuatan ( m/menit)

Vfk = kecepatan maju kosong ( m/menit )

Vrb = kecepatan mundur bermuatan ( m/menit )

Vrk = kecepatan mundur kosong ( m/menit )

Ft = waktu tetap ( fixed time ) untuk tukar gigi, muat, buang, serta putar

posisi atau arah.

Berikut ini diberikan nilaiwaktu tetap ( Ft ) untuk ketiga cara diatas seperti

pada tabel dibawah ini :

TABEL WAKTU TETAP (menit)

DRIVE V-Shaped Cross Load and


Loading Loading Carry
Direct drive 0,25 0,35 0,40
Hydrolik shift drive 0,20 0,30 0,37
Torq flow drive 0,20 0,30 0,35

PTM dan Alat Berat I - 61


Memperhatikan rumus waktu siklus tersebut diatas terlihat bahwa kecepatan

translasi merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya angka waktu siklus,

sehingga perlu terlebih dahulu menetapkan besarnya kecepatan melalui rumus

seperti dibawah ini, yaitu :

Kecepatan maju Vf = ( N x 75 x 60 ) / Pf  m/menit

dan

Kecepatan mundur Vr = ( N x 75 x 60 ) / Pr  m/menit

dimana :

N = tenaga mesin atau fly wheel horse power ( HP )

Pf, Pr = gaya dorong ( kg )

Selanjutnya dalam rumus kecepatan diatas perlu menghitung gaya maju Pf dan

gaya mundur Pr, sebagai berikut :

Rumusan
No. Cara Pengoperasian
Tipe Wheel Tipe Track

Pfk = Bo.RR ( kg ) Pfk = Bo.q.Kt ( kg )

1 Cross Loading Prb = (Bo+q.BJ).RR Prb = (Bo+q.BJ).Kt

(kg ) ( kg )

Pfb = (Bo+q.BJ).RR Pfb = (Bo+q.BJ).Kt

2 V-Shaped Loading ( kg ) ( kg )

Pfk = Bo.RR ( kg ) Pfk = Bo.Kt ( kg )

PTM dan Alat Berat I - 62


Prb = Pfb Prb = Pfb

Prk = Pfk Prk = Pfk

Load and Carry


Pfb = ( Bo + q.BJ ) ( RR  (sin. a/1000) ) ( kg )
( untuk ini digunakan
3
tipe wheel agar
Pfk = Bo ( RR  (sin. a/1000) ) ( kg )
efektif dan efisien )

Keterangan :

 Notasi b, artinya bermuatan

k, artinya kosong

+, artinya menanjak

-, artinya turun

 Bo = berat alat operasi ( ton )

 q = kapasitas bucket ( m3 )

 BJ = berat jenis material ( ton/m3 )

 RR = tahanan gelinding atau rolling resistance ( kg/ton )

 Kt = koefisien traksi

 a = sudut kelandaian tanjakan dalam derajat

PTM dan Alat Berat I - 63


Untuk cara 1 dan 2 :

Sudut kelandaian tidak diperhitungkan karena tempat operasi relatif horisontal

dan jarak angkut kurang lebih 10 m

Untuk cara 3 :

Tipe track tidak digunakan karena jarak angkut > 100 m

3.3.4. Dump Truck.

Waktu siklus terdiri dari 5 komponen waktu yaitu :

- Waktu muat : tm = qdt/ql x Cu ( menit )

- Waktu angkut muatan : tam = D/Vam ( menit )

- Waktu kembali ( kosong ) : tk = D/Vk ( menit )

- Waktu buang muatan : tb ( menit )

- Waktu tunggu dimuati : tt ( menit )

Jadi waktu siklus adalah :

Ct = (qdt/ql x Ctl) + (D/Vam) + (D/Vk) + tb + tt ( menit )

dimana :

qdt = kapasitas bak dump truck ( m3 )

ql = kapasitas bucket pemuat ( m3 )

Ctl = waktu siklus pemuat ( menit )

D = jarak angkut ( m )

Vam = kecepatan angkut ( m/menit )

Vk = kecepatan kembali ( m/menit )

PTM dan Alat Berat I - 64


Memperhatikan rumus waktu siklus tersebut diatas terlihat bahwa kecepatan

translasi merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya angka waktu siklus,

sehingga perlu terlebih dahulu menghitung besarnya kecepatan sebagai berikut :

 Kecepatan angkut Vam = Nx75x60 / Pam ( m/menit )

 Kecepatan balik VVk = Nx75x60 / Pk ( m/menit )

Selanjutnya dalam rumus kecepatan diatas perlu terlebih dahulu menghitung

gaya angkut / Pam dan gaya kembali / Pk sebagai berikut :

Pam = R ( Bo + q.BJ ) ( RR  sin.a/1000 ) ( kg )

Pk = R.Bo ( RR  sin.a/1000 ) ( kg )

dimana :

N = tenaga mesin ( HP )

Bo = berat alat ( ton )

q = kapasitas angkut ( m3 )

BJ = berat jenis material dalam keadaan lepas ( ton/m3 )

RR = rolling resistance/tahanan gelinding ( kg/ton )

a = sudut kelandaian ( derajat )

+ = menanjak

PTM dan Alat Berat I - 65


- = menurun

R = kosentrasi beban pada roda penggerak

= 0,60 untuk rear drive

= 0,50 untuk rear and front drive

Selanjutnya waktu tunggu dan waktu buang yang angkanya dipengaruhi oleh

metode kerja, kondisi lapangan, dan kondisi alat perlu diketahui.

Untuk memudahkan perhitungan berikut ini diberikan angka-angka untuk tb dan

tt seperti tabel berikut :

No. Kondisi Wkt. Buang, tb (menit) Wkt. Tunggu, tt (menit)

1 Baik 0,50 – 0,70 0,10 – 0,20

2 Sedang 1,00 – 1,30 0,25 – 0,35

3 Kurang 1,50 – 2,00 0,40 – 0,50

Kriteria kondisi baik, sedang dan kurang pada tabel diatas adalah sbb :

Baik : - pembuangan bebas

- tidak perlu manuver mengatur posisi pembuangan atau unloading

dan pengisian

- antrian tidak terjadi

PTM dan Alat Berat I - 66


Sedang : - pembuangan bebas.

- perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian

- antrian sekejap ( tidak lebih dari 1 unit )

Kurang : - pembuangan tidak bebas

- perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian

- antrian menumpuk ( lebih dari 2 unit )

3.3.5. Motor Scraper.

Waktu siklus terdiri dari 5 komponen waktu yaitu :

a. waktu muat : tm = q/(Vm.a.l)  menit

b. waktu angkut : tam = D/Vam  menit

c. waktu buang muatan

atau spreading : tbm = q/(Vbm.b.l)  menit

d. waktu kembali : tk = D/Vk  menit

e. waktu persiapan muat dan buang dan lain – lain ( spot and delauy time )

: tp.

Jadi waktu siklus adalah :

Ct = q/(Vm.a.l) + D/Vam + q/(Vbm.b.l) + D/Vk + tp  menit

Dimana :

q = kapasitas bak sraper ( m3 )

Vm = kecepatan muat ( m/menit )

PTM dan Alat Berat I - 67


a = kedalaman pemotongan maksimum ( max depth of cut )

sesuai spesifikasi alat ( m )

l = lebar pemotongan atau panjang blade ( m )

D = jarak angkut ( m )

Vam = kecepatan angkut ( m/menit )

Vbm = kecepatan buang muatan ( m/menit )

b = lebar pembukaan pintu buang atau tebal penghamparan

(m)

Vk = kecepatan kembali ( m/menit )

tp = waktu untuk spot dan delay ( menit )

Memperhatikan rumus waktu siklus tersebut diatas terlihat bahwa kecepatan

translasi merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya angka waktu siklus,

sehingga perlu terlebih dahulu menghitung besarnyakecepatan sebagai berikut :

Vm = N x 75 x 60 / Pm  m/menit

Vam = N x 75 x 60 / Pam  m/menit

Vbm = N x 75 x 60 / Pbm  m/menit

Vk = N x 75 x 60 / Pk  m/menit

Dimana :

N = tenaga yang tersedia pada mesin ( HP )

Pm, Pbm, Pam, dan Pk = gaya dorong ( rimpull ) ( kg )

Pm = R.Bo(RR  sin.a/1000) + a’.l.p ( kg )

PTM dan Alat Berat I - 68


Pm < PF1 ( gaya dorong pada gigi 1 sesuai dengan spesifikasi alat )

Pm > PF1 ( perlu alat bantu pendorong )

Pam = R ( Bo + q.BJ ) (RR  sin.a/1000 ) ( kg )

Pbm = R ( Bo + q.BJ ) (RR  sin.a/1000 ) ( kg )

Pk = R.Bo(RR  sin.a/1000) ( kg )

Dimana :

R : konsentrasi beban pada roda penggerak

0,60 u/. front wheel drive atau single engine

0,50 u/. front and rear drive atau tandem engine

Bo : berat alat operasi tanpa muatan ( ton )

RR : tahanan gelinding yang disesuaikan dengan tempat operasi (kg/ton)

a : derajat kemiringan tempat operasi

q : kapasitas munjung alat ( m3 )

BJ : berat jenis material ( ton/m3 )

+ : menanjak

- : menurun

a’ : tebal pemotongan ( m )

l : lebar pemotongan ( m )

p : tegangan geser tanah atau shearing stress tanah ( kg/m2 )

: cone index tanah ( lihat soil mekanik )

PTM dan Alat Berat I - 69


Selanjutnya spot and delay time yang dipengaruhi metode kerja, situasi

kondisi lapangan perlu diketahui. Berdasarkan pengalaman spot and delay time tp

berkisar antara 0,10 – 0,30 menit.

3.3.6. Motor Grader dan Compactor

Memperhatikan rumur produksi pada motor grader dan kompaktor, waktu

siklus tidak perlu di hitung, karena yang mempengaruhi produksinya adalah :

- Motor grader : faktor kecepatan, overlap dan faktor lain

- Compactor : faktor kecepatan lintas, jumlah lintasan dan faktor lain

Cara menghitung kecepatan untuk kedua jenis alat tersebut sama dengan cara

untuk alat-alat yang telah dijelaskan dimuka.

3.4. Jumlah Kebutuhan Peralatan.

Dalam dokumen tender selalu ditetapkan jangka waktu penyelesaian

pekerjaan dalam satuan hari kalender. Karena itu maka peralatan yang digunakan

harus dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dengan terlebih dahulu

menetapkan / menghitung hari kerja efektif sebagaimana telah diuraikan dimuka

sehingga target penyelesaian per satu-satuan waktu dapat diketahui.

Dengan begitu jumlah unit peralatan perkegiatan dapat dirumuskan sebagai

berikut :

n = V / (We.S.Q)  unit

PTM dan Alat Berat I - 70


dimana

n : jumlah unit peralatan per jenis

V : volume per jenis pekerjaan ( m3 )

We : waktu efektif hari kerja ( hari )

S : Standar jam kerja per hari sesuai peraturan ( = 8 jam/hari )

Q : produksi peralatan per satu-satuan waktu ( m3/jam )

Bahwa tiap pekerjaan dapat atau mungkin terdiri dari beberapa kegiatan yang

umumnya secara seri. Dalam hal ini hasil kerja alat yang satu harus dapat

diselesaikan alat yang lain dalam satu satuan waktu yang sama seperti misalnya

pembuatan tanggul.

Untuk kegiatan seri, maka rumusan kebutuhan peralatan per seri kegiatan

adalah:

n1 = R.n ( unit )

n2 = R2.n1 ( unit ) dst.

dimana :

R : perbandingan produksi peralatan pada kegiatan seri 1 dengan

produksi peralatan pada kegiatan seri 2

R1 = Q/Q1

R2 = Q1/Q2

n, n1, n2, dst, adalah jumlah unit perjenis alat yang sesuai dengan jenis kegiatan.

PTM dan Alat Berat I - 71


Dalam rumus-rumus diatas hasil perbandingan tidak selalu angka bualat jadi perlu

pembulatan. Pembulatan dilakukan ke atas, karena dengan begitu ketepatan waktu

penyelesaian dapat dilakukan secara pasti tanpa lembur ( over time ).

Tetapi bila pembulatan dilakukan ke bawah biasanya selalu dilakukan lembur

untuk menghindari keterlambatan.

3.5. Jadwal Penyelesaian ( Time Schedule )

Bahwa setiap pekerjaan atau tiap kegiatan mempunyai urutan urutan penyelesaian

sebagai mana dituangkan dalam NWP dari pekerjaan atau seluruh pekerjaan. Sejalan

dengan itu dan dengan hasil perhitungan volume pekerjaan, produksi alat, jumlah unit

alat per jenis pekerjaan, dapat disusun jadwal kegiatan penggunaan peralatan pada

seluruh pekerjaan sebagaimana diperlihatkan pada format berikut ini :

Jenis dan Jenis Jadwal ( hari ke …) dan Jumlah Alat ( unit )


No.
Volume Pek. Alat 1 2 3 4 5 …dst

Galian Excavator 7 7 7 7 7
1 …dst
saluran Dump truck 23 23 23 23 23
…dst

Bulldozer 1 1 1 1
1 …dst
Timbunan P. Shovel 2 2 2 2
2 2 …dst
tanggul Dump truck 10 10 10 10
10 …dst
Compactor 4 4 4 4
4 …dst

PTM dan Alat Berat I - 72


BAB IV

ANALISA BIAYA PENGGUNAAN ALAT

4.1. Komponen Biaya.

Biaya penggunaan peralatan dihitung berdasarkan keperluan biaya untuk

mengoperasikan alat per 1 ( satu ) jam pengoperasian, yang harus memperlihatkan

komponen biaya sebagai berikut :

1. Biaya Kepemilikan, terdiri dari :

a. biaya penyusutan

b. bunga modal

c. asuransi

2. Biaya Operasi, terdiri dari :

a. bahan bakar

b. bahan pelumas mesin

c. bahan pelumas transmisi

d. minyak hidrolik

e. gemuk

f. filter-filter

g. bahan-bahan pokok

h. biaya operator

3. Biaya Pemeliharaan/Perbaikan PTK. III dan PTK. IV.

PTM dan Alat Berat I - 73


4.1.1. Biaya Pemilikan

1. Biaya Penyusutan.

Penyusutan adalah cicilan pengembalian modal atau investasi yang ditanam

dalam bentuk alat yang ada pada suatu saat akan habis karena proses keausan

akibat penggunaan.

Ada tiga cata yang umum dalam menentukan nilai penyusutan :

a. Straight Line.

Adalah : penyusutan yang nilainya pada tiap kali penyusutan dilakukan

sama besar sepanjang masa penyusutan, sebagai berikut :

D = ( Hp – Hs – Hbp ) / ( UE.h )  Rp./jam

Dimana :

D = penyusutan  depresiasi

Hp = harga pokok alat  Rp

Hs = harga sisa atau nilai sisa alat, biasanya 10 % Hp  Rp

Hbp = harga ban untuk peralatan beroda ban dan pipa – pipa untuk

kapal keruk ( ban/pipa bukan merupakan bagian dari harga

pokok alat )

UE = umur ekonomis alat yang akan disusut  tahun

H = jumlah jam operasi per tahun

PTM dan Alat Berat I - 74


b. Double Declining Balance

Adalah penyusutan yang didasarkan pada harga buku saat akan disusut,

sehingga nilai penyusutan tidak sama pada periode penyusutan, sebagai

berikut :

Dn = ( 2/UE ) x ( HB(n-1) / h )  Rp/jam

dimana :

Dn : penyusutan pada periode ke – n

HB(n-1) : harga buku alat sebelum periode ke-n  Rp.

UE : umur ekonomis alat  tahun

h : jumlah jam operasi per tahun

n : periode ke-n

c. Sum of Years Digits.

Adalah penyusutan yang nilai susut pada tiap periode penyusutan tidak

sama dan didasarkan pada jumlah digits umur ekonomis sebagai berikut :

Dn = [ 2.h.(UE + 1) / (Ue + 1 ) ] x [ (Hp – Hs – Hbp)/h ]

PTM dan Alat Berat I - 75


dimana :

Dn : penyusutan pada periode ke-n

UE : umur ekonomis alat  tahun

h : umur alat pada saat akan disusut  tahun

Hp : harga poko alat  Rp

Hs : harga sisa alat, biasanya diperhitungkan sebesar 10 % Hp  Rp

Hbp : harga ban untuk peralatan beroda ban, dan pipa u/. peralatan

keruk

Memperhatikan rumus-rumus penyusutan diatas, maka untuk :

1. Cara double declining balance dan sum of years digits harus diketahui data

alat meliputi :

- periode penyusutan tahun ke-n

- harga buku alat pada sebelum tahun ke-n

karena itu cara ini hanya cocok untuk pekerjaan swakelola.

2. Cara straight line, tidak perlu mengetahui data yang dimaksud butir 1

diatas, karena nilai penyusutan rata atau sama tiap periode.

Mengingat pekerjaan dilaksanakan secara kontraktual dan data inventaris

sumberdaya kontraktor dalam bentuk alat tidak diketahui, maka dalam rangka

penyusunan owner’s estimate cost digunakan straight line. Cara ini juga

PTM dan Alat Berat I - 76


sangat sesuai dengan cara para kontraktor menghitungpenyusutan dalam

penawarannya.

2. Bunga modal.

Bunga modal adalah bunga dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memiliki alat. Jumlah dari biaya-biaya tersebut disebut sebagai harga pokok

alat.

Modal dalam bentuk alat tersebut mengalami penyusutan, sehingga nilainya

semakin kecil dengan bertambahnya umur alat. Sejalan dengan hal tersebut,

maka nilai bunganya juga harus semakin kecil.

Mengingat saat pengenaan perhitunnggan bunga dalam tenggang masa

penyusutan datannya tidak diketahui, terlebih karena pemilik modal adalah

pihak lain, maka dalam rangka pennyusunan owners estimate cost ( OE )

digunakan cara perhitungan bunga rata-rata sebagai berikut :

Bm = i. ( (UE+1)/2.UE ) x ( Hp/h )  Rp/jam

dimana :

i : tarif bunga yang angkanya sesuai dengan ketetapan Bank

Inndonesia pada saat bersangkutan.

PTM dan Alat Berat I - 77


UE : umur ekonomis dari alat bersangkutan  tahun

Hp : harga pokok alat  Rp

H : standar jam operasi per tahun = 2000 jam

3. Asuransi.

Mengingat investasi dalam bentuk alat cukup mahal, maka umumnya

kontraktor mengasuransikan peralatannya guna menghadapi resiko kecurian,

kebakaran dan kecelakaan dengan perhitungan premi sebagai berikut :

Biaya asuransi = p% . [ (UE+1)/2.UE ] x (Hp/h)  Rp/jam

dimana :

p : premi asuransi = 2 % ( biasanya )

UE : umur ekonomis alat  tahun

Hp : harga pokok alat  Rp

h : standar jam operasi alat per tahun = 2000 jam.

Mengingat peralatan terdiri dari berbagai jenis dan dalam rumusan depresiasi,

bunga modal dan asurannsi terdapat komponen umur ekonomis maka perlu

sekali diketahui umur ekonomis dari tiap jenis alat, seperti yang di berikan

pada lampiran ( tabel ).

PTM dan Alat Berat I - 78


4.1.2. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya-biaya yang harus disediakan untuk

memperoleh jasa alat.

Biaya ini terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :

a. Biaya bahan bakar ( BBM )

Ditentukan sebagai berikut :

BBM = (0,80. N. S / E ) x H bbm  Rp/jam

dimana :

N : tenaga maksimum yang tersedia pada fly wheel sesuai denngan

spesifikasi teknik dari alat ( HP )

S : kebutuhan spesifik bahan bakar sesuai dengan spesifikasi

peralatan yang bersangkutan.

Bila hal tersebut tidak diketahui, maka dapat digunakan pendekatan

empiris sebagai berikut :

S = 0,22. Liter / HP. Jam : untuk bensin

S = 0,15. Liter / HP.jam : untuk solar

Hbbm : harga bahan bakar setempat ( Rp//jam )

E : job faktor alat yang mempengaruhi pengoperasian alat. Nilainya

sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi.

b. Biaya bahan oli pelumas.

PTM dan Alat Berat I - 79


Ditentukan sebagai berikut :

1. Untuk mesin.

BB.Om = [(C/T) + (S/E)] x N x H bop  Rp/jam

dimana :

C : kapasitas crank case atau carter mesin sesuai dengan spesifikasi

mesin. Bila hal tersebut tidak diketahui maka dapat digunakan

pendekatan empiris yaitu :

C = 0,13 liter / HP

T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 250 jam operasi.

S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang hilang karena

penguapan atau rembesan melalui seal.

= 0,0005 liter / HP.jam

E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi alat.

Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan

produksi.

N : tenaga yang tersdia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat  HP

Hbop : harga bahan pelumas setempat  Rp/liter

2. Untuk transmisi, meliputi tarque converter, main clutch, steering cases,

differential, final drive, dan lain-lain.

BBOT = [(C/T) + ( S/E)] x N.H bop  Rp/jam

PTM dan Alat Berat I - 80


dimana :

C : kapasitas transfer cases sesuai spesifukasi alat, bila tidak

diketahui dapat digunakan pendekatan empiris yaitu :

C = 0,223 liter / HP

T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam

S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang hilang

karena penguapan atau rembesan melalui seal.

= 0,0003 liter / HP.jam

E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi.

Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada

perhitungan produksi.

N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan

spesifikasi alat ( HP ).

Hbop : harga bahan pelumas setempat  Rp/ltr

Catatan :

Harga jenis bahan pelumas mesin dapat berbeda dengan harga dan jenis

pelumas transmisi.

c. Biaya bahan hidraulic

Ditentukan sebagai berikut :

BBH = [(C/T) + ( S/E )] x N. H bbh  Rp/jam

PTM dan Alat Berat I - 81


dimana :

C : kapasitas tangki persediaan bahan hidraulic yang nilainya seperti

tabel dibawah ini :

No. Jenis Alat C ( liter/HP )

1 Bulldozer

2 Track Loader

3 Dump Truck
0,62
4 Motor grader

5 Motor scraper

6 Wheel loader

7 Compactor ( Vibroller ) 1,29

8 Excavator ( hidraulic )

9 Drilling rig 2,875

10 Kapal keruk

T : interval waktu penggantian hidraulic = 2000 jam operasi

S : kebutuhan spesifik bahan hidraulic pengganti yang hilang karena

penguapan dan rembesan melalui seal

= 0,0003. Liter/HP.jam untuk alat nomor 1 s/d 6 pada tabel C.

= 0,00064 liter/HP.jam untuk alat nomor 7 s/d 10 pada tabel C.

PTM dan Alat Berat I - 82


E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi.

Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan

produksi.

N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan spesifikasi

alat ( HP ).

Hbbh : harga bahan hydraulic setempat  Rp/ltr

d. Biaya bahan gemuk ( grease )

Ditentukan sebagai berikut :

BBG = S/E x N x Hbbg  Rp/jam

dimana :

S : kebutuhan spesifik bahan gemuk

= 0,00009 kg / HP. Jam untuk alat nomor urut 1 s/d 6,7,9 dan 10 tabel

= 0,006 kg /HP. Jam untuk excavator

N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat.

Hbbg : harga bahan gemuk setempat  Rp/kg

E : job faktor alat yang nilainya sama dengan yang diperhitungkan pada

produksi alat.

e. Biaya filter-filter.

Ditentukan berdasarkan biaya-biaya bahan bakar pelumas dan hidraulic serta

grease, yaitu :

BFF = 0,50 ( BBM + BBO + BBH + BBG )  Rp/jam

PTM dan Alat Berat I - 83


dimana :

BBM : biaya bahan bakar

BBO : biaya bahan pelumas

BBH : biaya bahan hidraulic

BBG : biaya bahan grease

f. Biaya bahan pokok

Bahan-bahan pokok dimaksud disini adalah :

- ban, untuk peralatan beroda ban

- pipa-pipa, untuk peralatan yang menggunakan pipa-pipa (misalnya kapal

keruk)

Biaya bahan pokok ditentukan sebagai berikut :

BBP = Hbbp / T  Rp/jam

dimana :

Hbbp : harga bahan pokok  Rp

T : umur ekonomis bahan pokok  jam

Nilai T untuk ban adalah seperti pada tabel berikut ini yang didasarkan

pada kondisi medan pengoperasian.

PTM dan Alat Berat I - 84


TABEL UMUR EKONOMIS UNTUK BAN

T ( jam )

No. Jenis Alat Kondisi Medan

Ringan Sedang Berat

1 Dump truck 3500 2500 1500

2 Motor scraper 3000 2000 1000

3 Towed scraper 5000 4000 3000

4 Motor grader 3000 2000 1000

5 Wheel loader 3000 2000 1000

g. Biaya operator.

Operator tidak sama dengan pekerja ( labour ) karena itu biaya operator harus

sesuai dengan peraturan penggajian dengan komponen penerimaan operator

terdiri dari :

1. Gaji ( upah operator dan pembantu operator ( bila ada ) )  Rp/jam

2. Biaya lembur  Rp/jam

3. Premi prestasi ( bila ada )  Rp/jam

4. Tunjangan pengobatan, ekstra fooding pakaian kerja  Rp/jam

PTM dan Alat Berat I - 85


4.1.3. Biaya Pemeliharaan / Perbaikan

Biaya pemeliharaan / perbaikan yang dimaksud disini adalah untuk

pemeliharaan / perbaikan tingkat III ( PTK. III ) dan tingkat IV ( PTK. IV ). Dalam

biaya ini sudah termasuk biaya pengadaan suku cadang dan biaya mekanik dengan

komposisi 57 % suku cadang dan 43 % mekanik.

Biaya pemeliharaan/perbaikan ditentukan sebagai berikut :

BPP = f x [(HP – Hbbp) / UE ]  Rp/jam

dimana :

f : faktor biaya pemeliharaan selama umur ekonomis alat = 65 % atau

90 % tergantung pada jenis alat sebagaimana tercantum dalam tabel

umur ekonomis.

HP : harga pokok peralatan  Rp

Hbbp : harga ban  Rp

UE : umur ekonomis alat  jam ( lihat tabel umur ekonomis )

PTM dan Alat Berat I - 86


BAB V

Analisa Harga Satuan Pekerjaan Alat

5.1. Harga Satuan

Hasil kerja atau produksi peralatan adalah equivalen dengan jumlah biaya

yang dikeluarkan dalam penggunaan peralatan. Atas dasar itu maka nilai atau

harga hasil kerja per satu-satuan volume yang disebut Harga Satuan Pekerjaan

Alat adalah hasil bagi antara biaya penggunaan alat dengan hasil kerja atau

produksi alat.

Jadi :

HSP.A = B/Q  Rp/m3

dimana:

HSP.A = harga satuan pekerjaan alat  Rp/m3

B = biaya penggunaan alat  Rp/jam

Q = produksi alat  m3/jam

5.2. Kombinasi Alat

Umumnya tiap pekerjaan terdiri dari beberapa kegiatan secara berurutan (seri)

atau pararel dan masing-masing kegiatan diselesaikan secara khusus oleh alat

yang sesuai dengan kekhususannya.

PTM dan Alat Berat I - 87


Sejalan dengan hal itu dapat dikatakan suatu pekerjaan membutuhkan suatu

kompisisi dan kombinasi alat agar pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan

permintaan.

Ketepatan pengaturan dalam metode kerja tentang komposisi dan kombinasi alat

sangat menentukan besar kecilnya harga satuan pekerjaan.

Ada 3 macam kombinasi alat, yaitu :

a. Kombinasi Seri.

Kombinasi seri adalh susunan dari peralatan berbeda jenis dan fungsi

yang bekerja pada masing-masing urutan kegiatan sesuai dengan ketentuan

bahwa hasil kerja alat yang satu harus habis diselesaikan oleh alat lain, dalam

ukuran waktu yang sama.

Jadi disini produksi suatu alat yang seri dengan perkataan lain, idealnya harus

sama, karena itu maka harga satuan pekerjaan adalah :

HSP(s) = B/Qs atau

= 1/Qs x B  Rp/m3

dimana :

HSP(s) : harga satuan pekerjaan alat secara seri  Rp/m3

Qs : produksi alat, yaitu :

Q = Q1 = Q2 = Qn  m3/jam

B : biaya penggunaan peralatan pada tiap-tiap seri  Rp/jam

PTM dan Alat Berat I - 88


b. Kombinasi Pararel.

Kombinasi pararel adalah susunan peralatan sama jenis dan fungsi,

tetapi dapat berbeda kapasitas yang bekerja dalam suatu kegiatan untuk

mendapatkan pendapatan yang lebih besar dalam satu-satuan waktu. Jadi

disini produksi adalah produksi rata-rata dari keseluruhan alat.

Karena itu maka harga satuan pekerjaan adalah :

HSP(p) = (1/n.Qp) x B  Rp/m3

dimana :

B : biaya penggunaan per unit alat  Rp/jam

Qp : produksi rata-rata otimum

= 1/n x Q

n : jumlah pararel

c. Kombinasi Seri Pararel.

Kombinasi seri pararel adalah susunan peralatan dalam satu kelompok

seri pararel dengan kelompok seri yang lain untuk mendapatkan produksi

yang lebih besar dalam satu-satuan waktu tertentu. Jadi disini produksi adalah

penjumlahan dari produksi masing-masing seri.

PTM dan Alat Berat I - 89


Karena itu harga satuan pekerjaan adalah :

HSP(sp) = 1/n x HSP(s)  Rp/m3

Dimana :

HSP(sp) : harga satuan pekerjaan seri pararel  Rp/m3

HSP(s) : harga satuan pekerjaan seri

n : jumlah gugus seri.

5.3. Bahan dan Tenaga

Bahwa untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, disamping peralatan juga

diperlukan bahan-bahan ( bukabn bahan-bahan untuk mesin ) dan tenaga

pengawas, pengatur dan pekerja.

Harga satuan pekerjaan untuk pengawas, pengatur dan pekerja didasarkan pada

produksi optimum peralatan yang diatur dan diawasi.

Jadi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk bahan-bahan dan tenaga menjadi bagian

dari harga satuan pekerjaan.

5.4. Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan

Bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan diperlukan peralatan, bahan-bahan dan

tenaga pengawas, pengatur dan pekerja. Karena itu perhitungan harga satuan

pekerjaan adalah :

HSP = B/Q  Rp/m3

dimana :

PTM dan Alat Berat I - 90


B : total/biaya yang dikeluarkan per satu satuan waktu alat, bahan,

tenaga dan biaya umum.

Q : produksi optimum per satu satuan waktu yang menjadi target.

Dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan, khususnya dalam

penggunaan alat berat, maka perlu diperhatikan sumber dari alat berat tersebut,

apakah alat tersebut milik proyek atau milik kontraktor.

Perhitungan harga satuan pekerjaan untuk keperluan penyusunan kontrak antara

proyek dengan kontraktor dapat dilakukan dengan memperhatikan :

1. Jika peralatan berasal dari kontraktor maka owning cost diperhitungkan.

2. Jika peralatan berasal dari proyek maka owning cost tidak diperhitungkan.

Adapun variasi dari cara kontrak adalah sebagai berikut :

PELAKS.
CARA PEMILIK PELAKS. HARGA SATUAN
OPERASIONAL
PEKERJAAN ALAT PERBAIKAN PEKERJAAN
& PERAWATAN
( I + II + III ) /
Kontrak K K K
Produksi Alat
( I.2 + I.3 + II + III ) /
Kontrak P K K
Produksi Alat
( I.2 + II + III ) /
Kontrak P K P
Produksi Alat

PTM dan Alat Berat I - 91


Keterangan :

I : Biaya langsung yang terdiri dari :

I.1. : Biaya kepemilikan

I.2. : Biaya operasional

I.3. : Biaya perbaikan

II : Biaya tak langsung, biasanya diambil sebesar 20 % dari biaya

langsung.

III : Biaya yang terdiri dari Keuntungan dan Pajak

dimana :

Keuntungan, diperhitungkan sebesar 15 % dari biaya langsung dan

biaya tak langsung

Pajak, diperhitugkan sebesar 10 % dari biaya langsung + biaya tak

langsung + keuntungan.

PTM dan Alat Berat I - 92


DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Rochmanhadi; Alat – Alat Berat dan Kegunaannnya; Tahun 1982; Badan

Penerbit Pekerjaan Umum Jakarta.

2. Ir. Rochmanhadi; Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan

Menggunakan Alat-Alat Berat; Tahun 1985; Badan Penerbit Pekerjaan Umum

Jakarta.

3. Ir. Rochmanhadi; Pemindahan Tanah Mekanis; Tahun 1988; Badan Penerbit

Pekerjaan Umum Jakarta.

4. R.L. Peurifoy, W.B. Ledbetter, Djoko Martono; Perencanaan Peralatan dan

Metode Konstruksi; Tahun 1988; Erlangga.

5. Dep. PU.; Pedoman Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan dengan menggunakan

Peralatan ( P2HSPP ); Tahun 1998 ; Badan Penerbit Pekerjaan Umum Jakarta.

PTM dan Alat Berat I - 93


PTM dan Alat Berat I - 94
PERHITUNGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN

JENIS PEKERJAAN : ………………………………………………………….


URAIAN PEKERJAAN : 1. …………………………………….…………
2. ………………………………………………
3. ………………………………………………
4. .………………………………………………
KUANTITAS PEKERJAAN :
PRODUKSI ALAT ………………. ……. Q = ………………………m3/jam
HARGA
No. URAIAN SATUAN KUANTITAS SATUAN JML
DASAR
Bahan.
1.
2.
I.
3.
4.
5.
Tenaga
1. Pengawas
II.
2. Pengatur
3. Pekerja
Peralatan
1.
2.
III.
3.
4.
5.
SUB TOTAL
BIAYA UMUM dan KEUNTUNGAN 10 %
IV.
Termasuk biaya tak langsung
V. JUMLAH HARGA atau BIAYA ; B ( Rp. / jam )
VI. HARGA SATUAN PEKERJAAN ; B / Q ( Rp. / m3 )

PTM dan Alat Berat I - 95


FAKTOR MANAGEMENT ( EM )

NILAI
N0. KUALIFIKASI CURRICULUM VITAE
FAKTOR (%)
Pendidikan :
a. Formal : S1 – teknik
b. Informal :
1. Large project management
1. Sangat baik 2. Management audit 0,95
3. Project administration
Pengalaman :
1. Proyek dengan nilai 1 M.
2. Proyek dengan nilai 1,5 M.
Pendidikan :
a. Formal : S1 – teknik
b. Informal :
1. Contraction management
2. Baik 2. Engineering management 0,90
3. Similar project management
Pengalaman :
1. Proyek dengan nilai 0,50 M
2. Proyek dengan nilai 1 M
Pendidikan :
a. Formal : S1 – teknik
b. Informal :
1. Engineering management
3. Cukup 2. Similar project management 0,85
3. …………………………..
Pengalaman :
1. Proyek dengan nilai 0,25 M
2. Proyek dengan nilai 0,50 M
Pendidikan :
a. Formal : SM – teknik
b. Informal :
1. Engineering management
4. Sedang 2. ………………………….. 0,80
3. …………………………..
Pengalaman :
4. Proyek dengan nilai 0,10 M
Proyek dengan nilai 0,25 M

PTM dan Alat Berat I - 96


UMUR EKONOMIS DAN PRESENTASE BIAYA PERBAIKAN PERALATAN
SELAMA UMUR EKONOMIS

UMUR A. PERBAIKAN
NO. JENIS PERALATAN EKONOMIS Thd. Hrg POKOK
Th Jam (%)
1. Bulldozer 5 10.000 90
2. Grader 5 10.000 90
3. Loader 5 10.000 90
4. Excavator 5 10.000 90
5. Towed sraper 6 12.000 65
6. Selt propelled scraper 5 10.000 90
7. Crawler tractor 5 10.000 90
8. Wheel tractor 5 10.000 90
9. Crane 5 10.000 65
Pile hammer ( lengkap dg.
10. 4 4.000 90
Mesin )
Non vibrating roller :
11. - self propelled 5 10.000 65
- towed ( exel tractor ) 5 10.000 65
Vibrating rollers :
- self propelled s/d 2 ton 3 6.000 90
12. - self propelled diatas 2 4 8.000 90
ton
- towed ( exel tractor ) 4 8.000 90
Stamper :
13. - mechanical / pneumatic 4 8.000 65
- vibrating flat stamper 4 8.000 65
14. Dump truc s/d 8 ton 5 10.000 90
15. Dump truck 8 s/d 200 ton 8 16.000 90
16. Cargo truck 5 10.000 90
17. Tank truck 5 10.000 90
18. Trailer with tractor 10 10.000 90
19. Asphalt distributor 5 10.000 90
20. Asphal t sprayer 5 10.000 65
21. Asphalt finisher 6 12.000 90
22. AMP 10 10.000 90
23. Batching mixing plant 15 30.000 90
24. Chip speaker 4 4.000 65
25. Soil stabilizer 4 4.000 65
26. Soil mixing plant 5 10.000 65

PTM dan Alat Berat I - 97


27. Stone crusher 5 10.000 90
28. Harrow 4 4.000 65
29. Plow 4 4.000 65
30. Chain saw 2 2.000 65
31. Compresor 5 10.000 90
32. Concerete mixer s/d 250 ltr 2 4.000 65
33. Water pump s/d 4 “ 2 4.000 65
34. Water pump diatas 4 “ 3 6.000 65
35. Generator set 30 KVA ke atas 5 10.000 65
36. CDR 15 30.000 90
37. Floating her 10 20.000 90
38. Tug boat 10 20.000 90
39. Fuel barge 15 30.000 65
40. House boot 10 20.000 65
41. Dredge tender 10 20.000 65
42. Fuel boat 10 20.000 90
43. Landing ship 10 20.000 90
44. Surver ship 15 30.000 90
45. Floating pump 10 20.000 65
46. Inspection boat 4 8.000 65

PTM dan Alat Berat I - 98

Anda mungkin juga menyukai