Anda di halaman 1dari 3

DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI

DI DESA BUMIREJO MAGELANG

A. Lanjut usia
1. Pengertian
Menurut Hawari (2013), lansia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap stres fisiologis. Kegagalan
tersebut berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual.

2. Fisiologi Lansia
Proses penuaan seseorang berarti normal dan berlangsung terus menerus secara alamiah.
Menua merupakan proses penuaan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya
tahan tubuh. Semua orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada seseora
ng berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya, diantaranya
yaitu faktor hereditar, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lainnya. (Stanley, 2012).

3. Klasifikasi Lansia
Menurut Nugroho (2010), lansia dikategorikan menjadi beberapa kelompok , diantaranya :

1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.


2) Lansia (elderly) antara usia 60-70 tahun.
3) Lansia tua (old) antara usia 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) 90 tahun keatas.
4. Teori Proses Menua
Menurut Nugroho (2009), proses menua bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan
kejadian kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain.

5. Perubahan Fisiologis Pada Lansia


Menurut Fatmah (2010), perubahan fisiologis pada lansia dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Penurunan Fungsi Panca Indera


a) Penglihatan : penurunan kemampuan penglihatan pada lansia terjadi dibola mata, dian
taranya lensa mata, iris, pupil, badan kaca, dan retina.
b) Pendengaran : penurunan pendengaran pada lansia dikarenakan degenerasi primer dio
rgan korti berupa hilangnya sel epitel saraf yang biasa dimulai pada usia pertengahan.
c) Peraba (kulit) : perubahan fisiologis pada lansia mudah untuk dilihat dengan mata tela
njang. Ini dikarenakan terjadinya atrofi pada epidermis dan atrofi pada kelenjar keringat
pada kulit.
2) Penurunan Sistem Tubuh
a) Sistem imun : merupakan mekanisme yang betindak sebagai pertahanan tubuh terhada
p bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam linkungan hidup.
b) Sistem saraf : pada lansia umumnya terjadi penurunan berat otak 10-20%. Selain itu te
rjadi peningkatan resiko demensia vaskular, hal tersebut dikarenakan terjadinya penebal
an intima pada pembuluh darah akibat ateroskerosis dan tunika media dapat menyebab
kan terjadinya dimensia vaskular, stroke, dan serangan iskemik sesaat (transient ischae
mic attack, TIA).
c) Sistem pencernaan : masalah yang muncul pada sistem pecernaan lansia adalah anore
ksia. Hal ini terjadi perubahan kemampuan digesti dan absorpsi yang terjadi akibat hila
ngnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin.
d) Sistem pernafasan : lansia rentan terhadap gangguan paru-paru dan pernapasan. Ini dis
ebabakan karena terjadi radang paru-paru (pneumonia), tuberkulosis, bronkitis, emfise
ma, dan turunnya daya tahan paru-paru akibat rokok atau polusi udara.
e) Sistem endokrin : penyakit metabolik yang terjadi pada lansia adalah diabetes melitus
dan osteoporosis.
f) Sistem muskuloskeletal : terjadi pengurangan kelenturan kekuatan otot, dan daya taha
n sistem muskuloskeletal pada lansia mendapat perhatian lebih, kemudian dilakukan lat
ihan otot.
g) Sistem kardiovaskular : bertambahnya usia tidak mempengaruhi penurunan organ jant
ung seperti organ tubuh lainnya, bahkan jantung pada lansia biasanya membesar. Penya
kit yang berkaitan dengan kardiovaskular adalah hipertensi, penyakit jantung koroner, j
antung pulmonik, kardiomiopati, dan sebagainya.

B. Konsep penyakit
1. Definisi
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak ber
segmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae
dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapa
t empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma cor
onavirus. (Burhan, E, et al, 2020)
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyeb
abkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Sy
ndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease
2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumn
ya pada manusia. (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020)

2. Karakteristik
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfi
k dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tida
k bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan
virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan
merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan
dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inan
g).
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan
oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, et
er, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan klorof
orm. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
3. Klasifikasi
a. Orang Tanpa Gejala (OTG)
1) Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang positif COVID19
2) Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif COVID-19
b. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
1) Orang yang mengalami demam (≥38⁰C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan siste
m pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum t
imbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporka
n transmisi lokal
2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggoroka
n/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak denga
n kasus konfirmasi atau probabel COVID-19.
c. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38⁰C) atau riway
at demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/
sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat DAN pada 14 hari terakhir sebel
um timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melap
orkan transmisi lokal
Orang dengan demam (≥38⁰C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki r

Anda mungkin juga menyukai