Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

“Bioteknologi Hasil Perikanan”

Dosen Pembimbing : Dr. Lily Viruly, S.TP., M. Si

Disusun oleh:

Yopan Febrian (170254244028)

Tiara Agustina (180254244002)

Aini Sapitri (180254244015)

Nurul Azizah El-fath (180254244020)

Nadya Namira Adzani (180254244024)

Ramadha Jumari Apri (180254244030)

Elvin Gullo (180254244036)

Fadel Fernanda Islamy (180254244041)

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul 
“Replikasi DNA dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR)” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas ibu  Dr.Lily Viruly, S.TP, M.Si pada Mata Kuliah Bioteknologi Hasil
Perikanan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Replikasi DNA dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR)
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu  Dr.Lily Viruly, S.TP, M.Si


Dosen Mata Kuliah Bioteknologi Hasil Perikanan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum yang penulis tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

                                                              Tanjungpinang, Desember 2020

                                                                     Penulis

                                                                                  
iii

DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................


2.1 Definisi Polymerase Chain Reaction (PCR).......................................................
2.2 Tahapan-Tahapan Polymerase Chain Reastion (PCR).......................................
2.3 Komponen-Komponen Polymerase Chain Reaction (PCR)...............................
2.4 Gambar Alat dan Bahan Yang Dibutuhkan dalam (PCR)..................................
2.5 Manfaat Polymerase Chain Reaction (PCR).......................................................

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................


3.1 Hasil .................................................................................................................
3.2 Pembahasan ........................................................................................................

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................


4.1 Kesimpulan ........................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belakangan ini kita sering mendengar kata DNA di berbagai media, baik cetak
maupun elektronik. Setelah terjadinya peristiwa peledakan bom, kasus
pemerkosaan ataupun pembunuhan maka biasanya tim penyelidik dari kepolisian
akan mengirimkan sampel untuk analisa DNA yang dikenal dengan istilah uji
sidik DNA. DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) yang merupakan asam nukleat
pembawa pesan genetik dalam kehidupan terletak di dalam sel dan tersusun rapi
membentuk kromosom.

Pola DNA penyusun kromosom inilah yang menentukan jenis rambut, warna
kulit dan sifat-sifat khusus yang berbeda antara satu individu dengan lainnya.
Karena perbedaan DNA yang dimiliki oleh seseorang, maka metode sidik DNA
menjadi salah satu alat pembuktian yang cukup handal. Namun karena letaknya
yang ada didalam sel maka untuk mendapatkan DNA diperlukan tahap-tahap
khusus yang biasanya dilakukan di laboratorium tertentu. DNA ditemukan
pertama kali pada tahun 1869, kemudian dengan menggunakan teknologi X-ray
diketahui bahwa DNA memiliki struktur yang tertata secara rapi. Adanya
publikasi model rantai ganda DNA oleh Watson dan Crick di jurnal Nature pada
tahun 1953, teknik pemurnaian DNA mengalami perkembangan yang pesat dan
menjadi prosedur rutin yang dilakukan dalam penelitian bioteknologi.

DNA dapat diisolasi dari semua bagian tubuh misalnya dari daging, darah,
sperma, ginjal, jantung, hati, dan lain-lain. Begitu pun untuk tanaman, DNA dapat
diambil dari semua bagian. DNA juga bisa diperoleh dari spesimen yang berumur
ratusan tahun atau fosil. Untuk mengeluarkan DNA dari sel maka teknik
pemurnian DNA secara biokimia dilakukan dengan merusak dinding sel yang
telah dilarutkan dalam larutan penyangga tertentu dengan menggunakan berbagai
jenis deterjen. Dengan terbukanya lapisan sel maka DNA dapat dikeluarkan dan
diendapkan dengan penambahan alkohol, seperti pada gambar berikut ini.
2

Reaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR


(polymerase chain reaction) merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan
(replikasi DNA) secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik
ini, DNA dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat
sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA. Secara
prinsip, PCR merupakan proses yang diulang-ulang antara 20–30 kali siklus.
Setiap siklus terdiri atas tiga tahap. Berikut adalah tiga tahap bekerjanya PCR
dalam satu siklus:

1. Tahap peleburan (melting) atau denaturasi. Pada tahap ini (berlangsung


pada suhu tinggi, 94–96 °C) ikatan hidrogen DNA terputus (denaturasi)
dan DNA menjadi berberkas tunggal. Biasanya pada tahap awal PCR,
tahap ini dilakukan agak lama (sampai 5 menit) untuk memastikan semua
berkas DNA terpisah. Pemisahan ini menyebabkan DNA tidak stabil dan
siap menjadi template ("patokan") bagi primer. Durasi tahap ini 1–2 menit.
2. Tahap penempelan atau annealing. Primer menempel pada bagian DNA
template yang komplementer urutan basanya. Ini dilakukan pada suhu
antara 45–60 °C. Penempelan ini bersifat spesifik. Suhu yang tidak tepat
menyebabkan tidak terjadinya penempelan atau primer menempel di
sembarang tempat. Durasi tahap ini 1–2 menit.
3. Tahap pemanjangan atau elongasi. Suhu untuk proses ini tergantung dari
jenis DNA polimerase yang dipakai. Dengan Taq-polimerase proses ini
biasanya dilakukan pada suhu 76 °C. Durasi tahap ini biasanya 1 menit.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum penanganan hasil perairan ini adalah :

1. Mahasiswa mampu memahami metode persiapan sampel untuk analisis


DNA dengan menggunakan alat PCR
2. Mahasiswa mampu memahami metode replikasi DNA dengan PCR
setelah berhasil menyiapkan sampelnya, walaupun hanya menggunakan
peragaan melalui LCD
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Polymerase Chain Reaction (PCR)

Reaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR


(Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan
(replikasi) DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik
ini, DNA dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat
sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA. Teknik ini
dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh hadiah Nobel pada
tahun 1994 berkat temuannya tersebut. Penerapan PCR banyak dilakukan di
bidang biokimia dan biologi molekular karena relatif murah dan hanya
memerlukan jumlah sampel yang kecil. Polymerase Chain Reaction (PCR),
merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida
secara in vitro.

Pada dasarnya reaksi PCR adalah tiruan dari proses replikasi DNA in vivo,
yaitu dengan adanya pembukaan rantai DNA (denaturasi) utas ganda, penempelan
primer (annealing) dan perpanjangan rantai DNA baru (extension) oleh DNA
polimerase dari arah terminal 5’ ke 3’. Hanya saja pada teknik PCR tidak
menggunakan enzim ligase dan primer RNA. Secara singkat, teknik PCR
dilakukan dengan cara mencampurkan sampel DNA dengan primer
oligonukleotida, deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP), enzim termostabil Taq
DNA polimerase dalam larutan DNA yang sesuai, kemudian menaikkan dan
menurunkan suhu campuran secara berulang beberapa puluh siklus sampai
diperoleh jumlah sekuens DNA yang diinginkan.

Langkah-langkah siklus termal yang diperlukan pertama yang secara fisik


memisahkan dua helai dalam heliks ganda DNA pada suhu tinggi dalam proses
yang disebut DNA leleh . Pada suhu yang lebih rendah, masing-masing untai
kemudian digunakan sebagai template dalam sintesis DNA oleh polimerase DNA
untuk selektif memperkuat DNA target. Selektivitas hasil PCR dari penggunaan
4

primer yang komplementer ke wilayah yang ditargetkan untuk amplifikasi DNA


di bawah kondisi spesifik siklus termal.

2.2 Tahapan-Tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Proses PCR terdiri dari tiga tahapan, yaitu denaturasi DNA templat,
penempelan (annealing) primer, dan polimerisasi (extension) rantai DNA.
Denaturasi merupakan proses pemisahan utas ganda DNA menjadi dua utas
tunggal DNA yang menjadi cetakan (templat) sebagai tempat penempelan primer
dan tempat kerja DNA polimerase, dengan pemanasan singkat pada suhu 90-
95°C selama beberapa menit. Penjelasan ringkas tentang setiap siklus reaksi PCR
adalah sebagai berikut:

1) Denaturasi

Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka menjadi


dua untai tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang tinggi
menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang komplemen.
Pada tahap ini, seluruh reaksi enzim tidak berjalan, misalnya reaksi
polimerisasi pada siklus yang sebelumnya. Denaturasi biasanya dilakukan
antara suhu 900C – 95̊ C.

2) Penempelan Primer

Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju


daerah yang spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada proses
annealing ini, ikatan hidrogen akan terbentuk antara primer dengan urutan
komplemen pada templat. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50 oC –
60oC. Selanjutnya, DNA polymerase akan berikatan sehingga ikatan
hidrogen tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali
apabila dilakukan reaksi polimerisasi selanjutnya, misalnya pada 72oC. 

3) Reaksi Polimerisasi (extension).


5

Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai ini, terjadi


pada suhu 72oC. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami
perpanjangan pada sisi 3’nya dengan penambahan dNTP yang komplemen
dengan templat oleh DNA polimerase. 

Selain ketiga proses tersebut, secara umum PCR didahului dan diakhiri oleh
tahapan berikut:

a. Pra-Denaturasi

Dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan


kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase (jenis hot-
start alias baru aktif kalau dipanaskan terlebih dahulu.

b. Final Elongasi

Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama 5-


15 menit untuk memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah
diperpanjang secara sempurna. Proses ini dilakukan setelah siklus PCR
terakhir.

2.3 Komponen-komponen Polymerase Chain Reaction (PCR)

Beberapa komponen-komponen PCR antara lain:

1) Enzim DNA Polymerase

Dalam sejarahnya, PCR dilakukan dengan menggunakan Klenow


Fragment DNA Polimerase I selama reaksi Polimerisasinya. Enzime ini
ternyata tidak aktif secara termal selama proses denaturasi, sehingga peneliti
harus menambahkan enzim di setiap siklusnya. Selain itu, enzim ini hanya
bisa dipakai untuk perpanjangan 200 bp dan hasilnya menjadi kurang spesifik.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, dalam perkembangannya kemudian
dipakai enzim Tag DNA Polymerase yang memiliki keaktifan pada suhu
6

tinggi. Oleh karenanya, penambahan enzim tidak perlu dilakukan di setiap


siklusnya, dan proses PCR dapat dilakukan dalam satu mesin.

2) Primer

Primer merupakan oligunukleotida pendek rantai tunggal yang


mempunyai urutan synthesizer. Komplemen dengan DNA template yang akan
diperbanyak. Panjang primer berkisar antara 20-30 basa. Untuk merancang
urutan primer, perlu diketahui urutan nukleotida pada awal dan akhir DNA
target. Primer oligunukleotida di sintesis menggunakan suatu alat yang disebut
DNA.

3) Reagen lainnya

Selain enzim dan primer, terdapat juga komponen yang lain yang ikut
menentukan keberhasilan reaksi PCR. Komponen tersebut antara dNTP untuk
reaksi polimerisasi, dan buffer yang mengandung MgCl2. Konsentrasi ion
Mg2+ dalam campuran reaksi merupakan hal yang sangat kritis. Konsentrasi
ion Mg2+ ini sangat mempengaruhi proses primer annealing, denaturasi,
spesifisitas produk, aktivitas enzim dan fidelitas reaksi.

2.4 Gambar Alat dan Bahan yang dibutuhkan dalam Polymerase Chain Reaction
(PCR)

Gambar thermocycler

Alat pengatur suhu reaksi yang biasanya digunakan pada teknik reaksi berantai
polimerase Reagen khusus yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses PCR
secara in vitro antara lain.
7

1. Pasangan primer oligonukleotida sintetik mengapit urutan yang akan


diamplifikasi
2. Buffer PCR 5X (250 mM KCl, 50 mM Tris-HCl pH 8,3, 7,5 mM MgCl2)
3. Campuran dari empat dNTP (dGTP, dATP, dTTP, dCTP) masing-masing
sebesar 2,5 mM (ultra murni DNTP set, Pharmacia # 27-2035-01). DNTP
campuran dibuat dengan volume 10 mM larutan dari masing-masing
empat dNTP terpisah yang digabung
4. Taq DNA Polymerase (AmpliTaqTM, Perkin-Elmer/Cetus)
5. Minyak mineral ringan
6. Akrilamida (grade elektroforesis)

Peralatan khusus yang yang dibutuhkan dalam pelaksanaan PCR antara lain:

1. Mighty-small II SE-250 vertical gel electrophoresis unit (Hoefer)


2. Perkin-Elmer/Cetus Thermal Cycler
3. Sterile Thin-wall 0.5 ml Thermocycler microfuge tubes: (TC-5, Midwest
Scientific)

2.5 Manfaat Polymerase Chain Reaction (PCR)

Reaction (PCR Polymerase Chain) dapat digunakan untuk:

a. Amplifikasi urutan nukleotida


b. Menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi.
c. Bidang kedokteran forensik.
d. Melacak asal-usul sesrorang dengan membandingkan “finger print”.

Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk berbagai macam kebutuhan,
diantaranya:

1) Isolasi Gen

Kita tahu bahwa DNA makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat
besar, DNA manusia saja panjangnya sekitar 3 miliar basa, dan di dalamnya
mengandung ribuan gen. Fungsi utama DNA adalah sebagai sandi genetik,
8

yaitu sebagai panduan sel dalam memproduksi protein, DNA ditranskrip


menghasilkan RNA, RNA kemudian diterjemahkan untuk menghasilkan rantai
asam amino alias protein. Dari sekian panjang DNA genome, bagian yang
menyandikan protein inilah yang disebut gen, sisanya tidak menyandikan
protein atau disebut ‘junk DNA’, DNA ‘sampah’ yang fungsinya belum
diketahui dengan baik. Para ahli seringkali membutuhkan gen tertentu untuk
diisolasi. Sebagai contoh, dulu kita harus mengekstrak insulin langsung dari
pancreas sapi atau babi, kemudian menjadikannya obat diabetes, proses yang
rumit dan tentu saja mahal serta memiliki efek samping karena insulin dari
sapi atau babi tidak benar-benar sama dengan insulin manusia.

2) DNA Sequencing

Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA


Sequencing, metode yang umum digunakan saat ini adalah metode Sanger
(chain termination method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-
dideoxy terminator, dimana proses awalnya adalah reaksi PCR dengan
pereaksi yang agak berbeda, yaitu hanya menggunakan satu primer (PCR
biasa menggunakan 2 primer) dan adanya tambahan dideoxynucleotide yang
dilabel fluorescent. Karena warna fluorescent untuk setiap basa berbeda, maka
urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui bisa ditentukan.

3) Identifikasi Forensik

DNA dapat diambil dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan


analisa PCR untuk mengamplifikasi bagian-bagian tertentu DNA yang disebut
fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik bagi setiap orang.
Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang memiliki
pertalian darah, misalnya ibu atau bapak kandung. Jika memiliki kecocokan
yang sangat tinggi maka bisa dipastikan identitas orang yang dimaksud.
Banyak orang yang juga yang memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri
orang tua ‘sesungguhnya’ dari seorang anak jika sang orang tua merasa ragu.

4) Diagnosa Penyakit
9

Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi


sedang mewabah saat ini, bahkan satu fase lagi dari fase pandemi. Penyakit
berbahaya seperti ini memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat. PCR
merupakan teknik yang sering digunakan. Teknologi saat ini memungkinkan
diagnosa dalam hitungan jam dengan hasil akurat. Disebut akurat karena PCR
mengamplifikasi daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas virus
Influenza A (H1N1) yang tidak dimiliki oleh virus atau makhluk lainnya.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
1. Persiapan sampel
- Ikan lele dimatikan dan dicuci bersih, lalu ikan difillet (diambil
dagingnya) dan ditimbang sebanyak 1 gram
- Daging ikan dipotong kecil-kecil 0,5 mm, ditimbang 0,5 gram
ditambahkan aquades dingin 5 mL (1:10)
- Sentrifuge 6000xg, selama 10 menit (seharusnya pada suhu 40C)

- Ambil supernatannya secara hati-hati dengan pipet

- Sentrifuge lagi selama 5 menit (diulang sampai 2 kali) dengan


mengambil
Supernatannya
- Ambilah Supernatan yang terakhir dengan hati-hati (setelah sentrifuge 3
kali)
- Tambahkan khloroform dengan volume yang sama kemudian
sentrifuge 5
menit (untuk mengendapkan asam nukleat dari proteinnya)
10

- Ambil lagi supernatannya, lalu tambahkan etil alkohol (etanol), jika


diaduk maka asam nukleat akan melekat pada gelas pengaduk (benang-
benang DNA)
-Benang-benang DNA dilarutkan dengan larutan NaCl encer 50 ml
- Jika prosedur dilakukan dengan hati-hati maka dapat diperoleh 1 sampai
2 mg DNA
- Simpanlah DNA tersebut jika tidak langsung digunakan pada -40C,
dengan menambahkan beberapa tetes khloroform

2. Ekstraksi DNA
- Larutkan DNA 0,5 ml ke dalam larutan NaCl encer (larutkan 0,18 gr
NaCl ke dalam 200 ml aquades, ukur pH =7)
- Siapkan Spektrofotometer UV
- Siapkan sampel larutan DNA tadi untuk diukur absorbansinya pada
Absorbansi 260 nm dan 280 nm (gunakan larutan standarnya NaCl encer)
- Tentukanlah pada absorbansi berapakah DNA dapat terdeteksi? Jika
terlalu pekat bisa diencerkan
- Mengapa sebelum kita menyiapkan sampel untuk replikasi DNA dengan
menggunakan PCR, kita harus mengkarakterisasi dulu DNA nya?

3. PCR proses replikasi


- Aturlah alat PCR sehingga dapat melakukan proses inkubasi pada
beberapa suhu yang berbeda-beda secara otomatis selama 20 – 25 siklus.
Sebagai contoh :
1) 550C selama 1,8 menit untuk melakukan proses penempelan primer
pada DNA cetakan (DNA template).
2) 720C selama 1,8 menit untuk melakukan proses polimerisasi DNA
3) 950C selama 1,6 menit untuk melakukan denaturasi DNA lagi

4. Elektroforesis Gel
- Setelah dilakukan siklus inkubasi selama 20 – 25 kali (untuk Replikasi
DNA),
inkubasikan tabung pada 720C selama 4 menit. Pada akhir reaksi ambil
sampel
sebanyak 2 – 4 µl dari tabung Eppendorf kecil steril dan lakukan
elekroforesis
pada gel agarosa (suntikan kedalam sumur pada gel agarosa).
- Lakukan pula elektroforesis DNA cetakan sebagai pembanding dan
marker DNA
11

- Hasil elekroforesis berupa band-band (pita) yang menunjukkan sususnan


DNA dari suatu sel dalam jaringan

3.2 Pembahasan

4. Elektroforesis Gel

DNA hasil amplifikasi dianalisa lebih lanjut menggunakan elektroforesis untuk


dapat melihat apakah sampel yang diperiksa positif atau negatif terinfeksi virus
VNN. Pada prinsipnya adalah DNA yang bermuatan negatif akan berpindah
menuju ke arah muatan positif dalam medan listrik. Menurut Seow and Bahaman
(2012) perpindahan tersebut tergantung pada kondisi buffer, suhu, durasi waktu,
konsentrasi gel dan ukuran molekul. Tahapan dalam proses elektroforesis adalah
pembuatan Gel Agarose, elektroforesis, dan pewarnaan.

Diagnosa Hasil Gel hasil elektroforesis yang telah direndam dengan larutan EtBr,
kemudian dimasukkan dalam alat UV doc atau UV Transluminator. Setelah UV
Transluminator dinyalakan, pita DNA akan berpendar. Hasil dari sampel dapat
dilihat dilayar monitor yang terhubung dengan UV Transluminator. Band atau
pita DNA yang muncul pada sampel dibandingkan dengan band yang muncul
pada kontrol positif. Sampel yang dinyatakan positif VNN apabila band sampel
ada pada ukuran 294 bp atau sejajar dengan band pada kontol positif.
12

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain
Reaction (PCR), merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk
melipatgandakan suatu sekuens nukleotida tertentu secara in vitro. PCR
merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara
enzimatik tanpa menggunakan organisme.
Tahapan-Tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR), denaturasi DNA
templat, penempelan (annealing) primer, dan polimerisasi (extension) rantai
DNA.
Komponen-Komponen Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzim DNA
Polymerase: enzim Taq DNA polymerase yang memiliki keaktifan pada suhu
tinggi; Primer merupakan oligonukleotida pendek rantai tunggal yang mempunyai
urutan komplemen dengan DNA templat yang akan diperbanyak. Panjang primer
berkisar antara 20-30 basa; Reagen lainnya berupa dNTP untuk reaksi
polimerisasi, dan buffer yang mengandung MgCl2.
Manfaat Polymerase Chain Reaction (pcr), yaitu: amplifikasi urutan
nukleotida, menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami
mutasi, bidang kedokteran forensik, melacak asal-usul sesorang dengan
membandingkan DNA “finger print”.
4.2 Saran
13

Hendaknya pembahasan tentang Polymerase Chain Reactions (PCR) dapat


lebih di perdalam, mengingat bahasan yang disajikan dalam makalah ini masih
sangat sedikit. Sehingga diharapkan pengetahuan kita tentang Polymerase Chain
Reactions (PCR)  akan lebih baik, guna menunjang pengetahuan yang kita miliki
sebagai seorang mahasiswa.

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT UNTUK PEMBAHASAN DI


LAPORAN

1.Jelaskanlah bagaimana proses mengeluarkan DNA dari sel ?

2. Jelaskanlah mengapa untuk membuktikan genetik suatu spesies kita harus


mengisolasi DNA dan bukan RNA ?

3. Mengapa DNA yang sudah diisolasi harus di replikasi menggunakan PCR?

4. Mengapa proses replikasi DNA dengan menggunakan PCR dilakukan sampai


20-25 siklus?

5. Bagaimanakah membuktikan bahwa kita berhasil mendapatkan DNA sebelum


di replikasi pada alat PCR ?

6. Mengapa harus dilakukan identifikasi DNA dengan menggunakan


elektroforesis?

7.Bagaimanakah langkah yang harus kita lakukan setelah replikasi DNA dengan
menggunakan PCR, jika kita ingin memanfaatkan DNA tersebut.
14

DAFTAR PUSTAKA

Amin, I. 2008. Aplikasi Ekstrak Daun Sirih dalam Menghambat Oksidasi Lemak
Jambal Patin. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Bogor. Hal. 1 – 2.

Anda mungkin juga menyukai