Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan (INFAK)

Volume 3 Nomor 2, Juni 2017


http://jurnal.poliupg.ac.id/index.php/infak

Literasi Keuangan Pelaku UMKM Kota Semarang

Mustika Widowati
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang
mustika2_66@yahoo.com
Winarto
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
winartosuwiryo@yahoo.com

(Diterima: 00-Juni-2017; direvisi: 00-Bulan-2017; dipublikasikan: 00-Juni-2017)

Abstract
This research is aim to identify the small medium enterprise behavior pattern in the financial decision
specially on investment, saving and consumption; to measure financial literacy and to measure the con-
tribution of authority institution in customer financial education. This research is the descriptive analy-
sis and used survey technique. The results showed that consumption behavior pattern is less than 60%
from their income is used to consume; all respondents agree that they are take their saving with special
appropriation from their income; 97,66% respondens choose that saving account as the first priority to
invest their fund and 97% respondent choose to invest land/houses/property if they have more money.
Financial literacy level are not literate 36%, less literate 28%, sufficient literate 27% dan well literate
9%. The last research finding is that the contribution of the authority institution is low, the society less
literate about the financial institution and their products.

Keyword: financial education, financial literacy, small medium enterprice, financial institution.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola perilaku masyarakat dalam pengambilan keputusan
keuangan khususnya dalam investasi, menabung dan konsumsi; mengukur tingkat literasi keuangan
UMKM dan mengukur peran lembaga yang berwenang (OJK/lembaga pendidikan/pemerintah daerah)
dalam mengedukasi masyarakat tentang literasi keuangan. Penelitian ini adalah penelitian diskriptif
dengan teknik survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perilaku konsumsi responden adalah
kurang dari 60% dari penghasilan yang digunakan untuk konsumsi, 100% responden menyatakan
bahwa menabung dilakukan dengan penyisihan khusus dari penghasilan, 97,66% responden memilih
tabungan sebagai pilihan investasi dan 97% responden memilih tanah/rumah/property sebagai instru-
ment investasi untuk dana berlebih. Tingkat literasi keuangan responden adalah not literate 36%, less
literate 28%, sufficient literate 27% dan well literate 9%. Peran lembaga terkait dalam edukasi keuan-
gan ke masyarakat masih rendah dan masyarakat masih kurang paham dengan lembaga keuangan dan
produk-produknya.

Kata kunci: edukasi keuangan, literasi keuangan, UMKM, lembaga keuangan

PENDAHULUAN kat baik kalangan yang berduit, terpelajar


sampai dengan kalangan bawah yang miskin
Fenomena yang terjadi di masyarakat dan tidak terpelajar. Modus yang dilakukan
menunjukkan banyaknya kasus penipuan yang pada kejahatan keuangan ini pasti bermula
dilakukan oleh lembaga keuangan, baik yang dari janji imbal hasil investasi dan bisnis yang
berkedok sebagai koperasi, unit simpan pin- menggiurkan sampai dengan ketidakjelasan
jam, arisan dan sebagainya sampai dengan informasi. Kejadian serupa juga menimpa
penipuan yang dilakukan oleh lembaga resmi masyarakat manakala berada pada pihak debi-
seperti bank. Berbagai kasus yang terjadi tur. Keluhan karena tidak transparannya per-
tersebut menimpa berbagai kalangan masyara- hitungan bunga dan biaya, perubahan

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


Mustika Widowati, Literasi Keuangan Pelaku UMKM Kota Semarang ... 115
(kenaikkan) bunga yang dibebankan tanpa dan hasil ini juga lebih tinggi dibandingkan
persetujuan debitur dan berbagai kasus yang India tetapi lebih rendah dari West Bank. Na-
merugikan masyarakat sangat sering terjadi. mun dalam hal risk diversification maka ca-
Dengan perkembangan pola perekono- paian Indonesia rendah dan lebih rendah dari
mian masyarakat yang bergeser dari pereko- India. Rendahnya tingkat literasi dalam hal
nomian tradisional ke pola perekonomian risk diversification mengindikasikan bahwa
digital, maka modus kejahatan keuangan masysrakat Indonesia menghadapi risiko keti-
berkembang dan semakin canggih. Pemanfaat dakmampuan dalam melakukan diversifikasi
teknologi dan rekayasa sosial menjadi modus penempatan pilihan alternatif pengelolaan
yang semakin berkembang sehingga dikenal keuangan. Hal ini dimungkinkan karena ren-
dengan istilah technology based money laun- dahnya pengetahuan dalam pengelolaan
dering yang berkedok pada bisnis-bisnis ille- keuangan.
gal dan bisnis investasi seperti perhiasan, Survey Otoritas Jasa keuangan (OJK)
emas, benda-benda seni, game online, piracy, 2013 menghasilkan temuan bahwa tingkat
olah raga (sepak bola), mobil (mewah), prop- literasi keuangan masyarakat Indonesia masih
erty, P2P transactions, E-money (commodity sangat rendah yakni sebesar Well literate se-
backed), prepaid access cards, loading cash, besar 21,84%; Sufficient literate sebesar
new payment technology dan berbagai macam 75,69 %, Less literate (2,06 %), Not literate
investasi lain (Simsar, J., 2013). (0,41%). Hasil ini tentu saja sangat mempri-
Fakta yang menyedihkan adalah hatinkan karena menunjukkan ketidakpaha-
maraknya turunan modus-modus kejahatan man masyarakat terhadap cara dan pola
keuangan tersebut dan ditujukan pada segmen pengelolaan keuangan yang tepat. Oleh
masyarakat ekonomi bawah. Berbekal pema- karena itu tidaklah mengagetkan kalau keja-
haman faktor sosial psikologi masyarakat hatan keuangan juga sangat banyak terjadi di
yang demikian mudah percaya dan kurang tengah-tengah masyarakat seperti dalam ben-
rasional maka modus-modus kejahatan keuan- tuk investasi ilegal.
gan ini tumbuh subur. Minimnya pengeta- Amaliyah dan Rini (2015) melaporkan
huan, dan akses perlindungan konsumen men- bahwa tingkat literasi pemilik UMKM di kota
jadikan korban semakin mudah diperdaya. Tegal masih tergolong rendah. Faktor yang
Koran Jakarta, Minggu, 30 September 2012 mempengaruhi literasi keuangan adalah gen-
menyampaikan Report to the Nations 2012 der, pendidikan dan pendapatan. Indrawati
yang dirilis Association of Certified Fraud (2015) juga melaporkan bahwa tingkat literasi
Examiners (ACFE) menyebutkan 5 persen keuangan masyarakat perkotaan di Kabupaten
dari total pendapatan yang diperoleh perusa- Jember rendah dan dipengaruhi pendapatan,
haan dicuri penjahat keuangan. Angka ini pendidikan, gender, kepemilikan produk
diperoleh dari penelitian di 96 negara dengan keuangan dan perilaku terhadap jasa keuan-
total kerugian 3,5 triliun dollar AS. Ada tiga gan. Beberapa hasil penelitian tersebut se-
daerah terbesar mengalami kejahatan keuan- muanya melaporkan rendahnya tingkat literasi
gan, yakni Amerika Serikat 778 kasus dengan keuangan yang ada di Indonesia. Halabi, A.
kerugian 120.000 dollar AS, kemudian, Asia K., R. Barret., and R. Dyt. (2010) menyam-
294 kasus senilai 195.000 dollar AS, dan paikan bahwa penelitian di SMEs Australia
Eropa 234 kasus sebesar 250 dollar AS. Se- memberikan bukti bahwa pelaku usaha kecil
banyak 16,6 persen kasus yang terjadi dialami hanya memahami hal-hal sangat dasar dari
sektor perbankan dan keuangan. informasi akuntansi dan memiliki masalah
Xu & Zia, (2012) melaporkan bahwa terhadap pemahaman literacy keuangan.
tingkat literasi keuangan Indonesia pada tahun Penggunaan laporan keuangan hanya terfokus
2007 sebesar 78% untuk Compound interest, pada masalah pajak. Rowbottom, N. and A.
61% untuk inflation dan 28% untuk risk di- Lymer (2010) menyampaikan bahwa pemakai
versification. ini mengindikasikan bahwa yang paling sering menggunakan laporan
dalam hal pemahaman terhadap compound keuangan adalah individual yang tercatat oleh
interest masyarakat Indonesia yang mampu suatu internet provider, karyawan dan profes-
menjawab benar dari pertanyaan yang diaju- sional, investor/kreditor. Penelitian ini juga
kan sebanyak 78%. Pemahaman yang paling melaporkan 7,15% permintaan annual report
baik dibandingkan masyarakat di Negara lain berasal dari akademisi. Jumlah ini cukup sig-
yang sekategori (West Bank dan India). Un- nifikans dan lebih tinggi dari permintaan kon-
tuk pemahaman tentang inflasi 61% men- sultan, customer, supplier, competitor dan
jawab benar atas pertanyaan yang diajukan kantor akuntan terhadap laporan keuangan.

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


116 INFAK, Vol 3, No 2, Juni 2017
Dalam menghadapi masyarakat yang pengukurannya. Vitt, (2000) menyatakan
mendunia ini tantangan yang dihadapi bahwa personal financial literacy adalah ke-
masyarakat semakin kompleks. Apabila mampuan seseorang untuk membaca, menga-
kondisi ini dibiarkan tanpa proses penanganan nalisa, mengelola dan mengkomunikasikan
yang terkonsep secara mendasar tentu saja kondisi keuangan pribadi yang mempenga-
dapat berdampak pada lemahnya kesehatan ruhi kehidupan secara material Clereq and
pola pikir ekonomi masyarakat dalam jangka Venter (2009). Clereq and Venter (2009)
panjang. Mengingat perkembangan rekayasa menyampaikan banyak studi di tataran inter-
keuangan juga semakin canggih maka dalam nasional melaporkan bahwa pendidikan pen-
kondisi ketidaktepatan ilmu dan sikap maka genalan tentang keuangan sejak dini adalah
masyarakat menjadi semakin tidak berdaya berpotensi baik untuk meningkatkan literasi
dan salah dalam menentukan sikap eko- keuangan.
nominya. Perilaku kolektif masyarakat yang Program literasi keuangan adalah rang-
seperti ini tentu saja dapat berdampak pada kaian proses atau aktivitas untuk meningkat-
lemahnya ketahanan keuangan masyarakat kan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan
dan daya saing bangsa. konsumen dan masyarakat luas sehingga
Lo (2009) menyampaikan bahwa dalam mereka mampu mengelola keuangan pribadi
kondisi krisis ekonomi yang tidak terhindar- dengan lebih baik. OJK menggunakan indika-
kan hardwired perilaku manusia akan men- tor literasi keuangan sebagai berikut: ke-
jadi “animal spirit”. Hal ini akan memberikan pemilikan pengetahuan dan keyakinan ten-
dampak yang merusak tidak saja pada kondisi tang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa
kesejahteraan ekonomi tetapi juga merambah keuangan; memiliki pengetahuan dan keyaki-
pada aspek kepanikan dan ketakutan psiko- nan tentang fitur, manfaat dan risiko, hak dan
logik. Sebagai Negara yang berpotensi eko- kewajiban terkait produk dan jasa keuangan;
nomi baik dengan jumlah penduduk yang be- memiliki ketrampilan dalam menggunakan
sar maka tingginya tingkat literasi keuangan produk dan jasa keuangan.
masyarakat sangat diperlukan untuk menghin- Selanjutnya tingkat literasi keuangan
darkan masyarakat dari kejahatan keuangan. diklasifikasikan menjadi empat jenjang.
Untuk itu OJK sebagai lembaga yang Keempat jenjang tingkat literasi keuangan
memiliki wewenang dan tugas mengawasi adalah well literate, sufficient literate, less
lembaga jasa keuangan memiliki strategi un- literate dan not literate (OJK.go.id).
tuk melawan investasi illegal yang merugikan
dan meresahkan masyarakat. Usaha preventif Pengukuran Literasi Keuangan
yang dilakukan OJK adalah dengan strategi Pelaksanaan edukasi keuangan bertujuan me-
nasional literasi keuangan dan untuk pelak- wujudkan masyarkat Indonesia yang well lit-
sanaannya telah diterbitkan surat edaran OJK erate. Sebagai instrument pengukur tingkat
nomor 1/SEOJK.07/2014 tentang Pelak- literasi keuangan, OJK menggunakan tiga in-
sanaan Edukasi dalam Rangka Meningkatkan dikator yakni 1. pengetahuan dan keyakinan
Literasi Keuangan Kepada Konsumen atau tentang lembaga keuangan serta produk jasa
Masyarakat yang diterbitkan 14 Februari keuangan, 2. pengetahuan dan keyakinan ter-
2014. Dalam kurun waktu pelaksanaan pro- hadap fitur, manfaat dan risiko, hak dan ke-
gram edukasi literasi keuangan tersebut perlu wajiban terkait produk dan jasa keuangan, 3.
sekali dilakukan penilaian untuk melihat dam- keterampilan menggunakan produk dan jasa
pak dari kebijakan tersebut. Pengkajian ini keuangan. Selanjutanya kategorisasi tingkat
diperlukan untuk melihat dampak program literasi keuangan dibagi menjadi empat
terhadap peningkatan literasi keuangan bagian, yakni:
masyarakat dan untuk menemukan perma- Well literate, yakni memiliki pengeta-
salahan serta hambatan yang terjadi di huan dan keyakinan tentang lembaga jasa
masyarakat dalam pelaksanaan program terse- keuangan serta produk jasa keuangan, terma-
but. suk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewaji-
ban terkait produk dan jasa keuangan, serta
KAJIAN LITERATUR memiliki keterampilan dalam menggunakan
produk dan jasa keuangan.
Literasi Keuangan 1. Sufficient literate, memiliki pengetahuan
Berbagai kajian menunjukkan belum dan keyakinan tentang lembaga jasa
adanya kesepakatan dalam mendifinisikan keuangan serta produk dan jasa keuangan,
konsep literasi keuangan dan juga standar termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


Mustika Widowati, Literasi Keuangan Pelaku UMKM Kota Semarang ... 117
dan kewajiban terkait produk dan jasa Dengan laporan publikasi yang menyangkut
keuangan. non-financial information diharapkan
2. Less literate, hanya memiliki pengetahuan masyarakat akan semakin paham dengan lem-
tentang lembaga jasa keuangan, produk baga keuangan sehingga memiliki sikap posi-
dan jasa keuangan. tif. Secara khusus OJK juga mewajibkan lem-
3. Not literate, tidak memiliki pengetahuan baga keuangan melaporkan rencana dan pe-
dan keyakinan terhadap lembaga jasa laksanaan edukasi melalu SE nomor 1/
keuangan serta produk dan jasa keuangan, SEOJK.07/2014.
serta tidak memiliki keterampilan dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan. METODE PENELITIAN
Literasi Keuangan memiliki tujuan Model penelitian adalah penelitian tera-
jangka panjang bagi seluruh golongan pan yakni penelitian yang berusaha menemu-
masyarakat, yaitu: meningkatkan literasi se- kan solusi atas suatu permasalahan yang dapat
seorang yang sebelumnya less literate atau digunakan sebagai informasi pengambilan
not literate menjadi well literate dan mening- kebijakan. Informasi yang akan diberikan dari
katkan jumlah pengguna produk dan layanan penelitian ini adalah 1. Identifikasi pola peri-
jasa keuangan. Agar masyarakat luas dapat laku para pelaku UMKM dalam pengambilan
menentukan produk dan layanan jasa keuan- keputusan keuangan khususnya dalam inves-
gan yang sesuai dengan kebutuhan, masyara- tasi, menabung dan konsumsi; 2. Identifikasi
kat harus memahami dengan benar manfaat tingkat literasi keuangan para pelaku UMKM;
dan risiko, mengetahui hak dan kewajiban
serta meyakini bahwa produk dan layanan 3. Identifikasi peran lembaga yang berwenang
(OJK/ lembaga pendidikan/ pemerintah
jasa keuangan yang dipilih dapat meningkat- daerah) dalam mengedukasi masyarakat ten-
kan kesejahteraan masyarakat. Manfaat bagi tang literasi keuangan.
masyarakat adalah masyarakat akan mampu Penelitian dilakukan dengan teknik sur-
memilih dan memanfaatkan produk dan laya- vey dengan alat pengumpul data kuisioner dan
nan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan, menggunakan sampel pemilik usaha mikro
memiliki kemampuan dalam melakukan per- kecil dan menengah (UMKM) di Semarang.
encanaan keuangan dengan lebih baik, terhin- Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai
dar dari aktivitas investasi pada instrumen dengan bulan Desember 2016 di kota Sema-
keuangan yang tidak jelas dan mendapatkan rang.
pemahaman mengenai manfaat dan risiko pro- Teknik sampling dengan menggunakan
duk dan layanan jasa keuangan. Lembaga judgement sampling. Kriteria sampel yang
keuangan dan masyarakat saling membu- ditentukan adalah: 1. UMKM berada di
tuhkan satu sama lain sehingga semakin tinggi daerah Tembalang dengan pertimbangan
tingkat literasi keuangan masyarakat, semakin
banyak masyarakat yang akan memanfaatkan bahwa daerah Tembalang merupakan daerah
cluster yang memiliki keunikan UMKM dan
produk dan layanan jasa keuangan. Lusardi, berada pada daerah yang memiliki potensi
Pierre-Carl & Olivia (2015) menyampaikan perputaran uang yang cepat dan besar. Daerah
bahwa efektifitas program literasi keuangan Tembalang juga merupakan kawasan kampus
yang diberikan untuk karyawan yang berusia yang memiliki variasi UMKM yang sangat
sekitar 40 tahun dapat menumbuhkan jumlah banyak. 2. Pemilik UMKM sudah melakukan
tabungan pensiun sebesar 10%, walaupun pro- usahanya selama minimal 1 tahun sehingga
gram edukasi keuangan memberikan lebih sudah pernah melakukan berbagai keputusan
berpengaruh dalam jangka pendek dan hanya keuangan baik investasi, konsumsi maupun
sedikit berpengaruh untuk jangka panjang. menabung. Dengan keterbatasan sumber daya
Untuk mendukung peningkatan yang dimiliki maka wilayah survey berada
masyarakat dalam memahami laporan keuan- dalam radius 2 km dari kawasan kampus
gan sebenarnya lembaga keuangan juga sudah Politeknik Negeri Semarang dan ditentukan
berupaya komunikatif memberikan berbagai sebanyak 30 responden.
fasilitas dan media komunikasi yang dapat Alat pengumpul data adalah kuisioner.
diakses masyarakat dengan teknologi terkini. Model kuisioner disusun dengan pertanyaan
Hal ini senada dengan pendapat Arvidsson, S.
(2011) memperlihatkan terjadinya perubahan terbuka dan tertutup. Skala yang digunakan
adalah skala interval yakni dengan cara re-
tren penyampaian laporan keuangan ke arah sponden memberikan skore persepsi dari
non-financial information untuk mengekspos angka 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 4
intangible assets yang dimiliki perusahaan. (sangat setuju) (Ghozali, 2008). Namun

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


118 INFAK, Vol 3, No 2, Juni 2017
demikian mengingat sifat dari pertanyaan Tabel 2 Model Pengambilan Keputusan
yang diajukan maka beberapa pertanyaan Investasi UMKM
hanya disediakan 3 atau 2 alternatif
(dikotomi) jawaban. Sebaliknya terdapat juga No Jenis Investasi Frekuensi Frekuensi
alternative jawaban yang disediakan lebih dari Ya Tidak
4 dengan satu tujuan untuk menggali pemaha- 1 Tabungan 29 1
man, sikap dan penilaian responden secara (96,66%)
lebih dalam. Hal ini dilakukan untuk memper- 2 Deposito 4 26
kokoh pemahaman, sikap dan penilaian re- (13,33%)
3 Saham/sukuk/ 1 29
sponden terhadap suatu masalah yang ditan-
reksadana (3,3%)
yakan. Teknik wawancara dilakukan untuk 4 Simpanan 22 8
melengkapi data yang diperlukan apabila dari tunai di rumah (73,33%)
kuisioner dirasakan terdapat hal yang perlu
digali lebih lanjut. Wawancara dilakukan saat Sumber: data primer diolah
pengisian kuisioner untuk memastikan lang-
sung kebenaran data yang diisikan oleh re- Tabel 2 memaparkan tentang model
sponden. Tingkat pengisian kuisioner yang pengambilan keputusan investasi dari
disebarkan terlihat dalam tabel 1 berikut: UMKM. Dengan memberikan keleluasaan
yang diberikan kepada responden untuk
Tabel 1Tingkat Pengisian Kuisioner memilih alternatif jawaban lebih dari satu da-
pat terlihat bahwa model investasi terbanyak
No Keterangan Jumlah yang paling diminati adalah tabungan, dan
1 Kuisioner disebarkan 40 yang paling rendah adalah saham/sukuk/
2 Kuisioner kembali 32 (80%) reksadana. Model ini menunjukkan bahwa
3 Kuisioner rusak (tidak lengkap) 2 (6,25%) responden UMKM masih berorientasi jangka
4 Kuisioner digunakan 30 (93,75%) pendek untuk menjaga likuiditasnya dan men-
gutamakan kepraktisan. Tingkat imbal hasil
Sumber: data primer diolah yang lebih tinggi belum menjadi prioritas
UMKM dalam berinvestasi pada instrument
di lembaga keuangan. Kekurangpahaman den-
Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa gan variasi jenis instrument lain yang dike-
tingkat partisipasi responden dalam mengisi luarkan oleh lembaga jasa keuangan juga
kuisioner yang disebarkan sangat tinggi yang menjadi kemungkinan pemicu model berin-
menunjukkan bahwa kuisioner dapat dipa- vestasi mereka.
hami oleh responden sehingga kemungkinan Tingginya responden yang masih
responden menjawab sebagaimana yang di- memilih investasi dengan cara menabung di
harapkan juga tinggi. rumah seberapapun kecilnya sebenarnya men-
Analisis data yang digunakan adalah jadi peluang bagi lembaga keuangan untuk
statistik diskriptif distribusi frekuensi untuk menjadikan mereka target nasabah yang po-
menggambarkan pola perilaku masyarakat tensial. Dengan kemajuan teknologi informasi
dalam keputusan keuangan dan persepsi peran perbankan yang berkembang saat ini yang
lembaga yang berwenang (OJK/lembaga pen- mengarah pada branchless banking maka se-
didikan/pemerintah daerah) dalam mengedu-
benarnya transaksi dapat dilakukan dengan
kasi masyarakat tentang literasi keuangan. sangat mudah melalui fasilitas internet bank-
Mean digunakan untuk mengetahui tingkat ing, mobil banking ataupun e-banking. Na-
literasi keuangan masyarakat. mun fakta ini menunjukkan bahwa responden
di Semarang pun yang pastinya sangat dapat
HASIL PENELITIAN menjangkau teknologi tersebut kebiasaan ber-
Identifikasi Model Pengambilan Kepu- investasi dengan model menabung di rumah
tusan Investasi, Menabung dan Konsumsi masih menjadi pilihan yang relatif tinggi.
Keputusan investasi
Keputusan menabung
Model pengambilan keputusan investasi dari
responden UMKM adalah sebagai berikut: Model pengambilan keputusan me-
nabung dari responden UMKM adalah bahwa

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


Mustika Widowati, Literasi Keuangan Pelaku UMKM Kota Semarang ... 119
mereka menabung sebagai aktivitas yang dila- Tabel 4 menggambarkan model kepu-
kukan dari penyisihan penghasilan secara tusan konsumsi dari responden UMKM yakni
khusus dan bukan dari sisa dari konsumsi atas bahwa model konsumsi mereka seluruhnya
penghasilan yang diperolehnya. Tabel 3 beri- kurang dari 60% penghasilan yang diperoleh.
kut menyatakan bahwa seluruh responden Hal ini menunjukkan perilaku yang sangat
memiliki pola tersebut. hati-hati dalam melakukan konsumsi. Tidak
heran kalau hampir semua responden men-
Tabel 3 Model Pengambilan Keputusan yatakan mereka melakukan investasi dalam
Menabung UMKM bentuk tabungan dan seluruh responden juga
melakukan penyisihan penghasilan secara
No Keputusan Frekuensi Frekuensi khusus untuk menabung.
Menabung Ya tidak
1 Penyisihan dari 30 - Instrument yang digunakan untuk kepu-
penghasilan tusan dana berlebih
secara khusus Instrument yang digunakan untuk kepu-
Total 30 - tusan dana berlebih dari responden UMKM
Sumber: data primer diolah disajikan dalam tabel 5. Dari tabel 5 terlihat
bahwa instrument yang digunakan untuk
Tabel 3 menunjukkan telah adanya ke- keputusan dana berlebih dari responden
sadaran yang sangat tinggi dari responden UMKM paling tinggi adalah investasi dalam
UMKM akan kebutuhan menabung sehingga bentuk tanah/rumah/property. dan paling ren-
mereka mengagendakan menabung berasal dah adalah investasi dalam saham/sukuk/
dari penyisihan yang dilakukan secara reksadana. Temuan ini mengindikasikan
khusus. bahwa investasi aman menjadi pilihan paling
Kesadaran yang sangat tinggi ini meru- banyak dilakukan oleh responden UMKM.
pakan modal kuat bagi lembaga keuangan un- Hal ini juga didukung kondisi lingkungan dari
tuk mengarahkan masyarakat semakin banyak responden yang merupakan daerah kampus
bermitra dengan bank dan lemabaga keuangan yang memiliki karakteristik nilai tanah/rumah/
dan menggunakan berbagai produk banka dan property sangat tinggi dengan eskalasi kenai-
lembaga keuangan yang lain. Bila dihubung- kannya yang sangat menggiurkan, sehingga
kan dengan model investasi sebagaimana mendorong siapapun yang memiliki berlebih
yang disajikan dalam tabel 2 terlihat memang akan ingin memiliki investasi di tanah/rumah/
adanya perilaku yang linier dari responden.. property di daerah Tembalang dan sekitar
Temuan ini mengindikasikan bahwa investasi kampus. Hal ini ternyata mendorong pelaku
tabungan yang dilakukan oleh responden baik UMKM pun mengarah pada pola investasi
tabungan di bank atau lembaga keuangan lain- tersebut.
nya dan simpanan tunai di rumah merupakan Sebagai pengusaha maka pilihan pe-
perilaku sadar dan dilakukan dari penyisihan manfaatan dana berlebih yang dimiliki juga
penghasilan secara khusus. mengarah ke investasi ke usaha baru yang
menjanjikan keuntungan kebih tinggi. Dua
Keputusan konsumsi pertiga responden memilih jenis investasi ke
Model pengambilan keputusan kon- usaha baru yang kebih menjanjikan. Hal ini
sumsi dari responden UMKM adalah sebagai menunjukkan bahwa motivasi berusaha yang
mana disajikan dalam tabel 4 berikut. dimiliki para pelaku UMKM ini cukup tinggi.
Walaupun sebanyak 63,33% responden men-
Tabel 4 Model Pengambilan Keputusan yatakan berkeinginan memperbesar usaha
Konsumsi UMKM mereka namun responden cenderung memilih
investasi dana berlebih ke usaha baru yang
No Alokasi Konsumsi Frekuensi
lebih menjanjikan dibanding investasi dalam
1 100 % penghasilan untuk -
konsumsi
usaha yang sudah ada. Hanya sebanyak 23%
2 80 % - 99% penghasilan - responden memilih memberpesar usaha yang
untuk konsumsi sudah ada. Penjelasan yang dapat diberikan
3 60 % - 79% penghasilan - adalah terjadinya persaingan usaha yang
untuk konsumsi demikian ketat terjadi di daerah Tembalang
4 Kurang 60 % penghasilan 30 yang terjadi di seluruh lini jenis usaha, ke-
untuk konsumsi mungkinan adanya switching customer yang
Total 30 tinggi dan loyalitas konsumen rendah.
Sumber: data primer diolah
Fenomena ini ditandai dengan bila ada usaha

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


120 INFAK, Vol 3, No 2, Juni 2017
baru yang muncul maka akan segera diikuti han utamanya. Tabungan pun juga pilihan
oleh usaha yang sama di banyak tempat. Mun- simpanan di rumah menjadi pilihan yang
culnya usaha sejenis ini mengakibatkan kon- tinggi pula disamping menabung di lembaga
sumen memiliki alternative baru yang menga- lain selain bank. Temuan inilah yang perlu
rahkan mereka untuk berpindah sehingga menjadi perhatian dan kajian lebih lanjut
mendorong swithching customer yang tinggi. mengingat potensi UMKM di Tembalang ini
Oleh karena itu alternatif memperbesar usaha sangat tinggi dengan pasar yang sangat besar
yang sudah ada tidak menjadi pilihan se- serta konsistensi permintaan. Dengan tingkat
bagian besar responden. Mereka cenderung literasi keuangan yang sangat rendah maka
menginvestasikan dana berlebihnya ke usaha dikuatirkan UMKM tersebut akan masuk ke
baru yang menjanjikan keuntungan lebih dalam investasi illegal yang merugikan.
tinggi atau bagi yang merasa tidak sanggup
lagi bersaing maka investasi dalam bentuk Tabel 5 Instrument yang Digunakan UMKM
tanah/rumah/property menjadi pilihan aman. untuk Keputusan Dana Berlebih
Pilihan investasi dana berlebih untuk No Alokasi Konsumsi Frekuensi
disimpan di rumah juga menjadi acuan seba- 1 100 % penghasilan untuk -
hagian besar responden. Konsisten dengan konsumsi
pilihan investasi sebagaimana tersaji dalam 2 80 % - 99% penghasilan -
tabel 2 bahwa sebanyak 73,33% responden untuk konsumsi
juga menyatakan pilihan investasinya adalah 3 60 % - 79% penghasilan -
simpanan di rumah. Untuk kepemilikan dana untuk konsumsi
berlebih pun responden masih menganggap 4 Kurang 60 % penghasilan 30
simpanan di rumah sebagai alternative yang untuk konsumsi
dipilih oleh 70% responden. Merujuk hasil Total 30
yang tersaji dalam tabel 4 yang menggambar- Sumber: data primer diolah
kan bahwa 97,66% responden memilih inves-
tasi berupa tabungan maka bila dilihat dari Tingkat Literasi Keuangan UMKM
hasil dari tabel 7 terdapat fakta yang cukup Tingkat literasi keuangan UMKM pada
unik. aspek pengetahuan terhadap Lembaga Keuan-
Dalam tabel 5 terlihat bahwa pilihan gan terpapar dalam tabel 6. Dari tabel 6 terse-
investasi dana berlebih dari responden adalah but terlihat bahwa tingkat literasi keuangan
disimpan di rumah, ditabungkan ke koperasi/ UMKM pada aspek pemahaman terhadap
tempat lain dan diinvestasikan ke bank dalam lembaga keuangan untuk not literate 36%,
bentuk tabungan dan deposito.. Fakta ini less literate 28%, sufficient literate 27% dan
menunjukkan bahwa bank dan lembaga well literate 9%. Capaian not literate sebesar
keuangan belum menjadi pilihan bagi respon- 36% berarti 36% responden tidak memiliki
den UMKM untuk menyimpan dananya. Al- pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga
ternatif tempat lain selain bank dan lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuan-
keuangan yang digunakan sebagai tempat me- gan, serta tidak memiliki keterampilan dalam
nabung perlu dikaji lebih jauh. Berbagai spe- menggunakan produk dan jasa keuangan. Less
kulasi bisa muncul dan yang sangat di- literate 28% berarti 28% responden hanya
kuatirkan adalah apabila responden masuk memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa
dan terperangkap ke dalam lembaga-lembaga keuangan, produk dan jasa keuangan.
yang menawarkan investasi illegal. Sufficient literate 27% berarti 27% re-
Tabel 5 memberikan juga gambaran
bahwa investasi dalam emas, barang berharga sponden memiliki pengetahuan dan keyakinan
dan barang seni serta saham/sukuk/reksadana tentang lembaga jasa keuangan serta produk
masih belum menjadi pilihan. Hal ini terjadi dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat
karena rendahnya tingkat literasi keuangan dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
responden sehingga tidak tahu alternative lain dan jasa keuangan. Well literate 9% berarti
dalam menginvestasikan dananya. Dari tabel 9% responden memiliki pengetahuan dan ke-
5 terlihat jelas bahwa literasi responden yakinan tentang lembaga jasa keuangan serta
khususnya tentang pasar modal dan produk
pasar modal serta lembaga pembiayaan dan produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat
produk lembaga pembiayaan juga sangat ren- dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
dah. Hal ini mengakibatkan responden tidak dan jasa keuangan, serta memiliki keterampi-
memiliki alternatif investasi lain selain inves- lan dalam menggunakan produk dan jasa
tasi dalam bentuk tabungan yang menjadi pili- keuangan.

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


Mustika Widowati, Literasi Keuangan Pelaku UMKM Kota Semarang ... 121

Tabel 6 Tingkat Literasi Keuangan UMKM pada Aspek Pengetahuan terhadap


Lembaga Keuangan

No Literasi Aspek Pengetahuan Tingkat Literasi Rata-rata


Not Sufficent Well tertimbang
Literate Less Literate Literate Literate
(0) (1) (2) (3)
1 Bank konvensional 3 13 14 - 1,37
2 Bank syariah - 1 28 1 2,00
3 Produk bank - 3 23 4 2,03
Pengertian tabungan - 24 6 - 1,20
Pengertian deposito 7 12 11 - 1,13
Pengertian giro 27 - 2 1 0,23
Pengertian transfer - - - 30 3,00
4 Pasar modal 25 4 1 0 0,20
5 Produk pasar modal 26 4 - - 0,13
6 Asuransi 1 29 - - 0,97
7 Produk asuransi 3 7 20 - 1,57
8 Lembaga pembiayaan 27 2 1 - 0,13
9 Produk lembaga pembiayaan 21 9 - - 0,30
Total 140 108 106 36 390
Prosentase 36% 28% 27% 9% 100%
Sumber: data primer diolah

Dengan potensi keuangan yang dimiliki cu- Tabel 7 Peran Lembaga Terkait dalam
kup besar yakni dengan volume penjualan per Edukasi Keuangan
bulan sebesar Rp. 1.059.500.000. dengan rata- No Jenis LK Frekuensi Pemahaman
rata volume penjulan per responden sebulan 1 Bank konvensional 48% Kurang paham
sebesar Rp 35.316.000-an. Perkiraan keuntun- 2 Bank syariah 37,67% Kurang paham
gan per bulan responden sebanyak Rp. 3 Pasar modal 1% Tidak paham
222.141.833 atau rata rata sebesar Rp. 4 Asuransi 64,22% Kurang paham
7.404.727 per responden. Dengan perilaku 5 Lembaga pembiayaan 5,69% Tidak paham
Rata-rata 31,31%
konsumsi mereka yang kurang dari 60%
penghasilan yang diperoleh maka sisa Sumber: data primer diolah
penghasilan yang berpotensi untuk diinvesta-
sikan dalam berbagai instrument sebesar Rp. Dari tabel 7 terlihat bahwa lembaga ter-
2.965.890. kait belum dirasakan perannya oleh responden
Otoritas Jasa Keuangan secara khusus meru- UMKM dalam melakukan edukasi keuangan.
pakan lembaga yang diamanati untuk melaku- Dengan kecilnya peran lembaga terkait dalam
kan edukasi keuangan dan pendampingan edukasi keuangan yang dirasakan UMKM
konsumen lembaga keuangan. Namun pun juga menghasilkan tingkat pemahaman
demikian lembaga lain yang terkait seperti yang rendah tentang lembaga keuangan.
lembaga pendidikan dan juga lembaga keuan- Kondisi ini tentu saja mengkuatirkan.
gan sendiri serta pemerintah daerah juga san- Mengingat progam yang sudah dijalankan
gat berkepentingan dalam proses edukasi oleh OJK telah memiliki kerangka pilar yang
keuangan untuk meningkatkan literasi keuan- demikian bagus, namun agaknya perlu adanya
gan. Berikut adalah peran lembaga terkait keterlibatan instansi lain dalam menjalankan
dalam edukasi keuangan ke masyarakat. program tersebut agar hasil dapat maksimal.

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482


122 INFAK, Vol 3, No 2, Juni 2017
KESIMPULAN DAN SARAN Lo, A. W. 2009. Regulatory reform in the
wake of financial crisis of 2007 – 2008.
(1) Pola konsumsi responden sangat hati hati Journal of Financial Economic Policy.
yang hanya mengkosumsi kurang dari 60% Vol 1. No. 1. p. 4- 43.
penghasilan yang diperolehnya; (2) responden Lusardi, A. Pierre-Carl Michaud &Olivia S.
memiliki kesadaran yang sangat tinggi karena Mitchell. 2015. Using a life cycle model
memiliki pola menabung yang disisihkan se- to evaluate financial literacy program
cara khusus dari penghasilannya; (3) jenis in- effectiveness. Pension Research Coun-
vestasi yang menjadi pilihan utama adalah cil. The Wharton School. University of
tabungan sedangkan apabila mereka memiliki Pennsylvania. Philadelphia.
dana berlebih maka instrument investasi yang Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Buku saku
dipilih adalah tanah/rumah/property; (4) re- otoritas jasa keuangan. Edisi 2. Otoritas
sponden memiliki tingkat literasi keuangn Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan.
yang rendah; (5) peran lembaga terkait dalam Literasi Keuangan. Ojk.go.id
edukasi keuangan kepada masyarakat masih Rowbottom, N. & A. Lymer. 2010. Exploring
rendah dan tingkat pemahaman responden the use and users of narrative reporting
terhadap pengertian, profil dan produk lem- in the online annual report. Journal of
baga keuangan juga rendah; (6) Saran untuk Applied Accounting Research. Vol. 11.
peningkatan literasi keuangan adalah dengan No. 2. P. 90 – 108.
melibatkan lembaga pendidikan, mahasiswa Simsar, J. 2013. Money loundering: emerging
dan tokoh masyarakat dalam edukasi keuan- treads and trends. Journal of Money
gan mengingat peran dari OJK/lembaga pen- Loundering Control. Vol. 16. no.1. p.
didikan/pemerintah yang dirasakan masyara- 41-54.
kat masih rendah; (7) Model edukasi perlu Xu, L. & B. Zia. 2012. Overview of the evi-
diperbaharui dengan mempertimbangkan ke- dence with practical suggestions for the
unikan dan daya jangkau pemahaman way forward. Policy Research Working
masyarakat serta perlunya role model yang Paper. The World Bank Development
dapat dipercaya. Research Group Finance and Private
Sector Development Team.
DAFTAR RUJUKAN
Amaliyah, R. dan Rini S. W. (2015). Analisis
faktor yang mempengaruhi tingkat lit-
erasi keuangan di kalangan UMKM
kota Tegal. Management Analysis Jour-
nal. 4 (3). p. 252 – 257.
Arvidsson, S. 2011. Disclosure of non finan-
cial information in the annual report.
Journal of Intellectual Capital. Vol. 12.
No. 2. p. 277-300.
Clereq, B. De. & JMP. Venter. 2009. Factors
influencing a prospective chartered ac-
countant’s level of financial literacy: an
exploratory study. Meditari Accoun-
tancy Research. Vol. 17 no. 2 . p. 47-60.
Ghozali, I. 2008. Model persamaan struc-
tural: konsep dan aplikasi dengan pro-
gram Amos 16.0. Badan Penerbit Uni-
versitas Diponegoro. Semarang.
Halabi, A. K., R. Barret., & R. Dyt. 2010. Un-
derstanding financial information used
to assess small firm performance. Quan-
titative Research in Accounting & Man-
agement. Vol. 7. No. 2. p. 163 – 179.
Indrawati, Y. 2015. Determinan dan strategi
peningkatan literasi keuangan masyara-
kat perkotaan di Kabupaten Jember.
Lembaga Penelitian Universitas Jember.

Copyright © 2017, INFAK, ISSN 2356-4482

Anda mungkin juga menyukai