Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH AGAMA

HUKUM PACARAN DALAM


ISLAM

OLEH :

LAODE AHMAD FAUZAN MUBARAK

F1B1 19 006

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT karena berkat limpahan
rahmat,karunia,dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Makalah ini merupakan hasil dari beberapa referensi tentang “ Waqaf “.


Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ Pendidikan Agama Islam “

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Demi


kesempurnaan makalah ini, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................2

1.3 Tujuann............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pacaran Tidak Islami.............................................................3

2.2 Konsep Pacaran Dalam Islam.............................................................5

2.3 Akibat Positif Dan Negatif Pacaran Gaya Sekarang.........................12

2.4 Penybab Remaja Berpacaran..............................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................17

3.2 Saran .................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena
cinta-lah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah
Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni
surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana
menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin.
Bagi sebagian besar remaja, pacaran merupakan hal yang sudah dianggap
biasa terjadi di dalam lingkup masyarakat dan pergaulan zaman sekarang. Pacaran
identik dengan bersatunya laki-laki dan perempuan yang belum muhrim dengan
pernyataan cinta dari salah satu pihak yang menjadi symbol adanya ikatan
diantara keduanya.Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai "Naksir" lawan 
jenisnya sehingga ia berupaya melakukan pendekatan untuk mendapatkan
kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah pendekatannya berhasil dan
lawan jenis menyambut, keduanya mulai berpacaran.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat


dibanggakan. Biasanya  seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah
memiliki pacar. Sebaliknya, remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang
gaul. Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja  tidak  saja  menjadi 
kebutuhan biologis tetapi juga menjadi kebutuhan  sosiologis. Maka tidak heran,
kalau sekarang mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut
"pacar".

Topik ini penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang sudah
biasa dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja pada
umumnya, baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah
untuk menikmati masa muda mereka, dimana mereka sebenarnya ada yang tidak
tahu bagaimana hukum pacaran menurut agama atau ada yang sudah mengetahui
namun tetap melakukannya karena mengikuti tren atau bahkan takut gengsi
dengan temannya karena tidak mempunyai pacar. Selain itu, akibat dari 
“pacaran” juga tidak jarang yang menimbulkan konflik dan juga merugikan
berbagai pihak, diantaranya adalah putus sekolah, hamil di luar nikah, pernikahan
dini, aborsi bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Oleh karena itu, penulis
menganggap topik pacaran ini memang sangat penting untuk dibahas agar kita
dapat mengetahui dan memahaminya sesuai norma agama dan ketentuan-
ketentuan di dalam agama Islam.

1.2  Rumusan Masalah

Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah yang
diantaranya adalah :
a.    Apakah yang dimaksud dengan Pacaran?
b.    Apakah Islam membolehkan Pacaran?
c.    Bagaimana perspektif hukum Islam tentang berpacaran?
d.   Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja?

1.3  Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini mengenai “Pacaran dalam Islam” yakni agar kita :
a.    Mengetahui hukum berpacaran dalam agama Islam
b.    Mengetahui bagaimana Islam mengatur urusan hubungan antara laki-laki dan
perempuan
c.    Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama yang
berlaku di Islam
BAB II
PEMBASAHAN

2.1 Konsep Pacaran Tidak Islami


Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pacar”, yang
kemudian diberi akhiran–an. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yaitu :
a.       Pacar                     : teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta kasih; kekasih
b.      Berpacaran            :   bercintaan, berkasih-kasihan
c.       Memacari              :   menjadikan sebagai pacar; mengencani.
Dari definisi tersebut, pacaran hanya merupakan sikap batin, namun bagi
para remaja sikap batin ini disusul dengan tingkah laku berdua-duaan, saling
memegang, dan seterusnya. Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan  tunangan
sering dirangkai menjadi satu. Muda-mudi yang pacaran, jika ada kesesuaian lahir
batin, dilanjutkan dengan tunangan. Sebaliknya, mereka bertunangan  biasanya
diikuti dengan pacaran. Pacaran di sini, dimaksudkan sebagai proses mengenal
pribadi masing-masing.
Pacaran adalah…..

·                     Masa mengenal pasangan kita namun yang terjadi sekarang adalah ajang
pelampiasan nafsu.
·                     Suatu jalinan hubungan antara dua individu (laki-laki & perempuan) yang
saling suka dan memiliki perasaan sama.
·                     Taaruf, proses pengenalan antar lawan jenis yang dianggap spesial.
·                     Rasa kasih sayang dimana masing-masing pasangan tidak merasa dirugikan
tidak ada pengorbanan tapi sebuah pengertian.
·                     Suatu tahap pengenalan sebelum tahap pernikahan.
·                     Hubungan antar lawan jenis yang belum ada ikatan apa-apa namun masing-
masing merasa saling dekat dan nyaman.
·                     Mengenal lebih dalam kepada seseorang dan mengaplikasikan rasa saying
kepadanya untuk mengenalnya lebih jauh lagi serta untuk mencari orang yang
tepat
·                     Hubungan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan yang saling
menyayangi .
·                     Kegiatan yang mengasyikan.
·                     Suatu bentuk hubungan antara lawan jenis untuk saling mengenal dan
mendalami karakter masing-masing. Dalam hubungan tersebut harus ada saling
percaya, jujur, memahami, dan bertanggungjawab.
·                     Laki-laki dan perempuan yang mengikat komitmen untuk membina
.hubungan khusus berdasar pada cinta, dan hubungan ini landasan mereka untuk
menikah.
·                     Suatu yang bisa membuat semangat belajar, tempat curhat dan saling
berbagi.

Sebelumnya kita mengetahui bahwa Islam adalah agama yang


mengharamkan perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang mendekati zina.

ْ ‫َوالَ تَ ْق َرب‬
ً‫ُوا ال ِّزنَى إِنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َساء َسبِيال‬

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32).

Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk atau
manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-
duaan, dan lainnya. Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam,
maka tentu saja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang,
termasuk dengan aktifitasnya yakni Pacaran. Hal ini sebagaimana telah disebutkan
dalam hadits berikut:

Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:


"Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari
pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang
pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah
adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan
menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang
membenarkan atau mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

2.2  Konsep Pacaran Dalam Islam

            Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena
sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah
Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni
surga. 
Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana
menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin.
Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak
syar`i...??? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda.
Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran...!!! 

Bila kita tinjau fenomena pacaran ala anak muda sekarang, maka kita akan
menemukan bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan
pandangan mata terlebih dahulu, Lalu pandangan itu mengendap di hati,
Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua, Lalu berani berdua-duaan di tempat
yang sepi, Setelah itu bersentuhan dengan pasangan, Lalu dilanjutkan dengan
ciuman, dan akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina.
[Naudzu billahi min dzalik], 
Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan
melebihi pintu pacaran...??? Mungkinkah ada pacaran Islami...???Sungguh,
pacaran yang dilakukan saat ini bahkan yang dilabeli dengan ’pacaran Islami’
tidak mungkin bisa terhindar dari larangan-larangan di atas. 

Solusi permasalahan diatas adalah kita harus kembali kepada konsep yang
sesuai dengan tuntunan islam, yaitu Taaruf

Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang


berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan
berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari
berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika
kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk
bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah.    Taaruf juga 
dimaksudkan untuk  mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud
agar saling mengenal.

Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan


pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang
diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. 

Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan
manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat.
Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.
Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan
menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing
nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan
dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada
yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi,taaruf
bukanlah bermesraan berdua,tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis
untuk mempersiapkn sebuah perjalanan panjang brdua. ta'aruf adalah proses
saling kenal mengenal pra nikah dengan dilandasi ketentuan syar'i.

Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan


pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tak hanya
terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut
masing-masing pihak cukup penting, misalnya masalah kecantikan calon istri,
dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang saksama, bukan
cuma sekadar curi-curi pandang atau melihat fotonya. Islam telah memerintahkan
seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung, bukan
melalui media foto, lukisan, atau video. Karena pada hakikatnya wajah seorang
wanita itu bukan aurat.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)
Dalam Islam, pernikahan bukan semacam transaksi gelap dan tidak jelas,
seperti orang membeli kucing dalam karung. Pasangan yang menikah justru harus
saling mengenal dan saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Dalil perlunya melihat calon istri/suami antara lain tiga hadits berikut ini :

 “Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang


perempuan, kemudian dia dapat melihat sebahagian apa yang kiranya
dapat menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah”. (HR Ahmad dan
Abu Daud)
 “Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bertanya kepada seseorang
yang hendak menikahi wanita, “Apakah kamu sudah pernah melihatnya?”
“Belum,” jawabnya. Nabi SAW bersabda, ‘Pergilah melihatnya dahulu.’”
(HR. Muslim)
 Mughirah bin Syu’bah RA berkata, “Aku meminang seorang wanita. Dan
Rasulullah SAW bertanya padaku, “Apakah kamu sudah melihatnya?”
Aku menjawab ‘Tidak.” Lalu beliau berkata, “Lihatlah dia karena melihat
itu lebih dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua.” (HR. Ibnu
Majah)

Mughirah kemudian pergi rumah calon istrinya, tetapi tampaknya kedua


calon mertua tidak suka. Si calon istri, yang mendengar dari dalam biliknya,
kemudian berkata, “Kalau Rasulullah menyuruh kamu supaya melihat aku, maka
lihatlah.” Mughairah pun melihatnya dan kemudian mengawini perempuan itu.
(HR. Ibnu Majah)

Berikut ini adalah kaidah sesuai syariah yang harus dipatuhi saat taaruf :

1. Niat ingin menikahi

Hanya pria yang benar-benar berniat menikahi sang perempuan saja yang
dibolehkan melihat. Sedangkan mereka yang cuma sekadar iseng-iseng atau coba-
coba, padahal di dalam hati belum berniat menikahi, tentu tidak dibenarkan
melihat.
Bahkan ulama Maliki, Syafii, dan Hambali mensyaratkan bahwa orang yang
melihat calon istrinya sudah punya keyakinan bahwa wanita itu sendiri pun akan
menerimanya.
Sementara mazhab Hanafi tidak mensyaratkan sampai sejauh itu, mereka hanya
membatasi adanya keinginan untuk menikahinya saja, tidak harus ada timbal-balik
antara keduanya (Al-Hathab Ar-Ra’ini, Mawahibul Jalil Syarah Mukhtashar
Khalil, jilid 3 hal. 405).

2. Tidak harus seizin wanita


Mughirah menemui calon istrinya spontan, tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
Dari sini jumhur ulama berpendapat, tak ada ketentuan bahwa wanita mesti tahu
sejak awal bahwa dia akan dilihat.
Sebagian ulama berpandangan sebaiknya sang wanita memang tidak diberitahu,
agar dia tampil alami di mata yang melihat, sehingga tidak perlu menutupi apa
yang ingin ditutupi.
Sebab kalau wanita itu mengetahui bahwa dirinya sedang dilihat, secara naluri dia
akan berdandan sedemikian rupa untuk menutupi aib-aib yang mungkin ada pada
dirinya. Maka dengan begitu, tujuan inti dari melihat malah tidak akan tercapai.
Namun mazhab Maliki berpendapat kalau pun bukan izin dari wanita yang
bersangkutan, setidaknya harus ada izin dari pihak walinya. Hal itu agar jangan
sampai tiap orang merasa bebas memandang wanita mana saja dengan alasan
ingin melamar (Shalih Abdussami’ Al-Abi Al-Azhari, Jawahirul Iklil, jilid 1 hal.
275).
3. Sebatas wajah dan kedua tangan hingga pergelangan

Jumhur ulama sepakat bahwa batasan yang boleh dilihat dalam taaruf adalah
bagian tubuh yang bukan aurat.
Bila calon suami ingin melihat calon istrinya, maka dia hanya boleh melihat wajah
dan kedua tangannya hingga pergelangan. Sedangkan bila calon istri ingin melihat
calon suaminya, maka batasan auratnya adalah antara pusar dan lututnya.
4. Tidak boleh menyentuh

Yang dibolehkan hanya melihat bagian tubuh yang bukan aurat, sedangkan
menyentuh, apalagi dengan nafsu justru dilarang.

5. Melihat berulang-ulang

Pria boleh melihat calon pasangan lebih dari sekali, sebab bisa saja penglihatan
yang pertama akan berbeda hasilnya dengan penglihatan kedua, ketiga dan
seterusnya.
Oleh karena itu, pada prinsipnya asalkan bertujuan mulia dan terjaga dari fitnah,
dibolehkan melihat calon istri beberapa kali, hingga si pria betul merasa mantap
dengan pilihan.
6. Tidak boleh berduaan

Sebagian kalangan ada yang dengan sangat ketat melarang calon pasangan untuk
saling bertemu muka langsung. Alasannya karena takut nanti menimbulkan
gejolak di dalam hati.
Padahal sebenarnya pertemuan langsung itu tidak dilarang secara mutlak. Apabila
ada ayah kandung, atau laki-laki mahram yang ikut mendampingi, maka
pertemuan yang bersifat langsung boleh saja dilakukan.
Pasangan itu bisa saja berjalan-jalan sambil bercakap-cakap, misalnya sambil
berbelanja, berekreasi, atau melakukan perjalanan bersama. Yang penting tidak
berduaan, dan pihak calon istri didampingi oleh laki-laki yang menjadi
mahramnya.Yang dilarang adalah posisi berduaan dan bersepi-sepi di tempat yang
tidak ada orang tahu.
7. Mengirim utusan untuk melihat

Untuk hal-hal yang lebih dalam, terkait dengan aib dan cacat, apabila dirasa
kurang etis untuk dibicarakan secara langsung, maka masing-masing pihak baik
suami atau istri boleh mengirim utusan untuk melihat secara langsung.
Pihak calon suami boleh mengirim kakak atau adik perempuannya kepada pihak
calon istri, untuk melihat hal-hal yang sekiranya masih haram dilihat langsung
oleh calon suami. Sehingga detail keadaan fisik calon istri bisa diketahui oleh
sang utusan.
Dan demikian pula sebaliknya, calon istri boleh mengirim kakak atau adiknya
yang laki-laki untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang sang calon suami.
Tujuan Taaruf
Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan
pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tak hanya
terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut
masing-masing pihak cukup penting, misalnya masalah kecantikan calon istri,
dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang saksama, bukan
cuma sekadar curi-curi pandang atau melihat fotonya. Islam telah memerintahkan
seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung, bukan
melalui media foto, lukisan, atau video. Karena pada hakikatnya wajah seorang
wanita itu bukan aurat.
Islam menciptakan aturan yang sangat indah tentang hubungan lawan jenis
yang sedang jatuh cinta, yaitu dengan konsep khithbah. Khithbah adalah sebuah
konsep “pacaran berpahala” dari dispensasi agama sebagai media legal hubungan
lawan jenis untuk saling mengenal sebelum memutuskan menjalin hubungan
suami-istri. Konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi seseorang yang telah
menaruh hati kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah. Akan tetapi
hubungan ini harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga
kedekatan hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep
ini.
Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah yakni,
pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah
merupakan tahapan untuk menuju pernikahan.  Persamaan  keduanya  merupakan 
hubungan percintaan antara dua  insan  berlainan  jenis  yang  tidak  dalam ikatan
perkawinan. Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan
antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang
mempraktikkannya.

Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan


melanggar batas-batas yang telah ditentukan Islam, maka itu pun haram.
Demikian juga pacaran, jika orang dalam berpacarannya melakukan hal-hal yang
dilarang oleh Islam, maka hal itu haram. Jika seseorang menyatakan cinta pada
lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam
waktu dekat, apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah
fitrah yang diberikan Allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut:
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dialah menciptakan untukmu isteri -
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.” (QS. Ar-Rum : 21)

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki - laki
maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-
pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak
ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti
halnya hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa
cinta, sehingga setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun
rumah tangga. Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan
syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau
implisit melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh
dan yang tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami
istri.

2.3  Akibat Positif dan Negatif dari Pacaran Gaya Sekarang


Dampak pacaran Bagi kita, pacaran memiliki dampak positif maupun negatif :

·         Prestasi sekolah
Pacaran bisa menurunkan atau meningkatkan prestasi belajar kita. Prestasi
meningkat biasanya karena semangat belajar yang naik akibat ada pacar yang
senantiasa memberikan dorongan dan perhatian atau karena ingin membuktikan
kepada orangtua bahwa meskipun kita pacaran prestasi belajar kita tidak
terganggu.Prestasi belajar bisa menurun jika ada permasalahan yang cukup berat
hingga mengganggu konsentrasi dan gairah untuk belajar atau lebih senang
menghabiskan waktu bersama sang pacar daripada belajar.

·         Pergaulan sosial
Pergaulan sosial dengan teman sebaya maupun lingkungan sosial sekitar bisa
menjadi meluas atau menyempit. Pergaulan menjadi sempit kalau kita lebih
banyak menghabiskan waktu hanya berdua, enggak gaul lagi dengan teman lain.
Makin lama biasanya kita menjadi sangat bergantung pada pacar kita atau
sebaliknya dan tidak memiliki pilihan interaksi sosial lainnya.
Hubungan dengan keluarga pun biasanya menjadi renggang karena waktu luang
lebih banyak dihabiskan dengan pacar.

·         Bisa Stres
Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus yang semula diduga karena
memang ada perbedaan karakteristik, latar belakang, serta perbedaan keinginan
dan kebutuhan. Hal itu menyebabkan banyak sekali terjadi masalah dalam
hubungan. Biasanya hal itu akan menguras energi dan emosi serta menimbulkan
stres hingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.

·         Berkembang perilaku baru


Pacaran dapat bermakna munculnya perilaku yang positif atau sebaliknya muncul
perilaku negatif. Pacaran bisa membantu orang mengembangkan perilaku yang
positif kalau interaksi yang terbentuk bersifat positif, sedangkan interaksi yang
kurang mendukung tentu saja lebih memungkinkan terbentuknya perilaku negatif.
Misalnya, pacaran dengan orang yang jago motret. Maka, bukan tidak mungkin
kita akan tertular barang sedikit. Atau pacaran dengan orang yang sangat peduli
sama orang lain dan penolong, maka kita yang tadinya cuek bisa saja tertular.
Begitu pula pada kelakuan yang negatif.

·      Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak
mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti
mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat
tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah
selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya
kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja.
Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah
bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.

·        Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam  pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran.
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)
Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran
(KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh
orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual
dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang
yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu
memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.

·        Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk
pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk
membelikan hadiah untuk pacarnya.

Pacaran yang sehat dan bertanggung jawab:

·      Saling terbuka, mau berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, jujur, mau
berterus terang dengan perasan kita terhadap tingkah laku pacar. Siap nerima
kritik dan kompromi.
·      Menerima pacar apa adanya yang dilandasi oleh perasaan sayang. Tidak
menuntut sesuatu yang berada di luar kemampuannya.

·      Saling menyesuaikan. Kalau dalam proses ini terlalu sering ribut, maka perlu
mempertimbangkan kemungkinan berpisah.

·      Tidak melibatkan aktivitas seksual karena dapat mengaburkan proses saling


mengenal dan memahami satu sama lain.

·      Mutual dependensi, masing-masing merasakan adanya saling ketergantungan


satu sama lain. Oleh karena itu, diharapkan kita dan pacar mampu melengkapi
kekurangan, sedangkan kelebihan yang dimiliki diharapkan mampu menutupi
kekurangan pasangan.

2.4  Penyebab Remaja Berpacaran


1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung.  Globalisasi yang
paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat
berkembangnya internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk
mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti
konsuntif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para
remaja untuk berpacaran di usia dini.
2. Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat  ini, para remaja sudah  melewati batas bergaul yang telah di tetapkan
oleh orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar,
bagi mereka merupakan salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu,
pacar merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik
dan patut untuk mendapat perhatian dar lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-
temannya.Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan
menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga
mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja
berusha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut
kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.
BAB lll
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia
berjalan pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya
jalan adalah dengan pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh
keberkahan. Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang
tidak halal alias menjurus kepada hal-hal berbau zinah atau maksiat. Bukan karena
apa pun, tapi karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan
mencegah kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu sendiri.
"Tidak ditemukan jalan lain bagi dua orang yang saling mencintai selain menikah"
(HR. Ibnu Majah)
Islam mempunyai khitbah dimana konsep hubungan ini sangat dianjurkan
bagi seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan bermaksud untuk
menikah. Akan tetapi hubungan ini harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai
kesalehan, sehingga kedekatan hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah
sudah di luar konsep ini. Karena sesungguhnya rasa cinta adalah fitrah yang
diberikan Allah SWT kepada setiap insan manusia. Hal yang harus diperhatikan
adalah etika dalam bergaul dengan lawan jenis, seperti tidak melakukan hal yang
mengarah pada zina, tidak menyentuh dan berduaan dengan lawan jenis yang
bukan muhirmnya, menjaga pandangan, serta menutup aurat. Maka dari itu,
manusia perlu menahan hawa nafsunya jika belum merasa berkecukupan dan
mapan baik materi ataupun iman bagi pasangannya kelak
3.2 Saran
Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih
banyak membawa mudaratnya daripada manfaatnya. Jika memang ingin
menyalurkan perasaan karena tertarik pada lawan jenis, disarankan untuk
melakukan khitbah dengan tidak merugikan pihak laki-laki atau perempuan
DAFTAR PUSTAKA

Siauw, Felix Y. 2013. Udah Putusin Aja!. Bandung. Mizania


https://googleusercontent.com
http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-agama-
islam/

http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml

Anda mungkin juga menyukai