Anda di halaman 1dari 45

RESUME BUKU

KEPEMIMPINAN
Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian
(Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si.)

Disusun oleh:
Annisa Shada
(173080007)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2020
BAB 1
KEPEMIMPINAN DAN KEMANUSIAAN
A. Kepemimpinan dan Sistem Sosial
1. Krisis Kepemimpinan
Sepuluh tahun memasuki abad ke 21, negara Indonesia mengalami krisis
kepemimpinan. Rakyat Indonesia kehilangan kepercayaan terhadap sebagian besar
pemimpin, baik pemimpin politik, pemimpin ekonomi, pemimpin sosial dan
pemimpin agama mereka. Dalam bidang politik, para pemimpin Orde Baru
menciptakan kestabilan politik dan pertmbuhan ekonomi yang semu yang
dibangun berdasarkan utang luar negeri yang makin lama makin membengkak.
Ketika nilai uang dollar Amerika Serikat meningkat, pemerintah, bisnis dan
industri Indonesia mengalami krisis ekonomi yang membuat banyak bisnis dan
industri bangkrut sehingga menyebabkan lebih dari 10 juta buruh kehilangan
pekerjaan dan saham dari perusahaan milik masyarakat kecil hangus. Akan tetapi,
para pengusaha yang mendapatkan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia triliuanan
rupiah malah membawanya ke luar negeri. Selain itu, integritas kepemimpinan
TNI, Kepolisian RI dan kepemimpinan birokrat pemerintah diragukan masyarakat
karena mereka telah digunakan Pemerintah Orde Baru untuk menginjak-injak
HAM dan mempertahankan kekuasaanya.
Terjadinya krisis kepemimpinan di Indonesia juga dikarenakan tidak adanya
pemimpin yang kuat semenjak runtuhnya Pemerintahan Orde Baru. Pada Orde
Lama terdapat pemimpin politik yang kuat seperti: Bung Karno, Bung Hatta,
Jenderal Nasution, dan Sultan Hamengku Buwono IX. Orde Baru dipimin oleh
pemimpin politik yang kuat seperti Jenderal Soeharto dan Sultan Hamengku
Buwono IX, pada masa ini juga muncul banyak pemimpin bisnis yang
mengembangkan ekonomi Indonesia menjadi salah satu macan ekonomi di Asia.
Pada masa reformasi, sebagian pemimpin yang muncul bersifat koruptif.
Korupsi banyak dilakukan oleh para pemimpin pusat maupun daerah dalam
lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Walaupun sudah didirikan KPK, tidak
mnyurutkan para pemimpin untuk melakukan korupsi, bahkan Indonesia
mendapat predikat salah satu negara terkorup di dunia. Setelah reformasi
Indonesia tidak mempunyai pemimpin yang kuat dan disegani oleh rakyat
Indonesia maupun oleh pemerintah negara-negara ASEAN. Sebagian besar
bangsa Indonesia kehilangan kepercayaan terhadap pemimpin Indonesia dan
mengalami krisis kepemimpinan.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya krisis kepemimpinan di
Indonesia. Pertama, visi, misi dan kepemimpinan pemimpin Indonesia tidak
sesuai dengan harapan sebagian besar anggota sistem sosial yang mengingingkan
perubahan, sedangkan pemimpin menginginkan status quo. Kedua, perilaku
kepemimpinan para pemimpin menimbulkan penderitaan bagi warga Indonesia,
mereka hanya memikirkan diri sendiri dan mengabaikan warga yang mereka
pimpin. Ketiga, pemimpin terlalu lama memimpin sehinggan berubah dari
pemimpin menjadi manajer yang hanya mampu melakukan kegiatan rutin yang
tidak sesuai dengan perubahan zaman hanya sekadar untuk mempertahankan
kekuasaannya. Kualitas kepemimpinan sangat menentukan kuat tidaknya seorang
pemimpin.
2. Sistem Sosial
Sistem sosial adalah sistem yang berisi kumpulan orng yang dibentuk untuk
mencapai tujuan bersama mereka. Secara umum, sistem sosial dikelompokkan
menjadi organisasi profit dan nonprofit. Organisasi profit adalah orgnisasi yang
dibentuk untuk menjual barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari profit atau
keuntungan. Sedangkan organisasi nonprofit memiliki beragam jenis dari yang
bersifat lokal, nasional bahkan internasional. Termasuk dalam jenis sistem sosial
ini yaitu lembaga pemerintah, organisasi kepolisian dan tentara, lembaga
pendidikan, lembaga keagamaan dan sosial serta LSM.
Anatomi sistem sosial memiliki beragam unsur dan bentuk, akan tetapi
memiliki pola kesatuan sistem yang sama.
a. Subsistem. Suatu sistem sosial terdiri sejumlah subsistem atau unit kerja
yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu. Jumlah subsistem
tergantung sederhana dan kompleksitas sistem sosial.
b. Ikatan sinergi. Setiap subsistem dihubungkan oleh ikatan sinergi yang
memiliki beberapa fungsi. Pertama, mengikat semua subsistem dalam
sistem agar tetapberjalan bersama mencapai tujuan sistem. Kedua, untuk
menciptakan kesatuan produkrivitas dari subsistem-subsistem yang bekerja
dalam sistem. Ketiga, menciptakan strutur organisasi dari sistem. Keempat,
mentransformasi masukan dari sistem menjadi keluaran sistem yang
mempunyai bentuk baru, manfaat baru dan nilai baru.
c. Kepemimpinan. Setiap sistem sosial dipimpin oleh pemimpin (individual
atau kolektif) yang menggunakan pola kepemimpinan tertentu.
d. Budaya organisasi, agar para anggota sistem sosial mau dan mencapai
tujuan sistem sosial, pemimpin mengembangkan budaya organisasi yang
terdiri dari norma, nilai, asumsi, filsafat dan sebagainya yang
memengaruhi sikap dan perilaku anggota supaya mau dan mampu
mencapai tujuan sistem sosial.
e. Garis batas sistem, sistem sosial merupakan sistem terbuka yang garis
batasnya bercelah, sehingga dapat mempenagruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan eksternalnya yang berada di luar sistem.
f. Tujuan sistem, sistem sosial dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Konsep Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan semenjak zaman kuno telah dibahas oleh para cerdik pandai.
Mereka mengemukakan berbagai definisi dan teori mengenai kepemimpinan,
tetapi mereka tidak sepakat mengenai formula kepemimpinan.
Definisi kepemimpinan menurut para pakar:
a. Yukl, Garry (2010) : Leadership is the process of influencing others
to understand and agree about what needs to
be done and how to do it, and the process of
facilitating individual and collective efforts to
accomplish shared objectives.
b. Lussier, Robert N. & : Leadership is the influencing process of
Achua, Christopher leaders and followers to achieve
F. (2007) organizational objectives through change.
c. Nanus, Burt & : ... a leader of nonprofit organization is a
Dobbs, Stephen M. person who marshall the people, capital, and
(1999) intellectual resource f the organization to
move it in the right direction.
d. Headquarter, : Leadership is the process of influencing
Departmen of Army people by providing purpose, directio, and
(2006) motivation while operating to accomplish the
mission and imroving the organization.

Definisi diatas berbeda satu sama lain walaupun ada indikator yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sebgai proses pemimpin menciptakan
visi dan melakukan interaksi saling memengaruhi dengan para pengikutnya untuk
merealisasikan visi. Dijelaskan lai lebih rinci sebagai berikut.
a. Proses, kepemimpinan memerlukan waktu bukan sesuatu yang terjadi
seketika, yang lamanya waktu tersebut tergantung pada situasi pada latar
kepemimpinan, kualitas pemimpin, dan kualitas pengikut.
b. Pemimpin, inti dari kepemimpinan adalah pemimmpin yang di setiap
organisasi atau sistem memiliki sebutan yang berbeda.
c. Visi, untuk menjasi pemimin seseorang harus mempunyai visi mengenai
sistem sosial yang dipimpinnya. Visi adalah sesuatu yang diimpikan dan
ingin dicapai pada masa mendatang.
d. Memengaruhi, proses mengubah perilaku, sikap, mindset, pendapat dan
sebagainya agar mau dan mampu bergerak mencapai visi dan misi sistem
sosial.
e. Pengikut, kepemimpinan dalah interaksi saling mempengaruhi antara
pemimpin dan pengikutnya.
f. Merealisasi visi, tujuan kepemimpinan adalah merealisasi visi dari
pemimpin dan pengikutnya. Keberhasian dari kepemimpinan ditentukan
oleh tercapainya visi tersebut.
Kepemimpinan yang baik adalah lebih daripada sekedar kalkulasi dan
perencanaan atau mengikuti ceklis, walaupun analisis rasional dapat
mengembangkan kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan yang baik juga
meliputi menyentuh perasaan pengikut, dan emosi memainkan peran penting
dalam kepemimpinan.
2. Pemimpin
Pemimpin adalah tokoh atau elit anggota sistem sosial yang dikenal oleh orang
dan berupaya memengaruhi para pengikutnya secara langsung atau tidak
langsung. Pemimpin adalah tokoh masyarakat yang dikenal secara langsung
maupun tidak langsung oleh para pengikutnya.
Pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin formal dan pemimpin
informal. pemimpin formal adalah pemimpin yang menduduki posisi atau jabatan
formal kepemimpinan dalam suatu organisasi formal yang didirikan berdasarkan
undang-undang atau peraturan negara atau peraturan perusahaan, serta dipilih oleh
mereka yang berhak mengangkat atau memilihnya. Pemimpin informal adalah
pemimpin yang tidak menduduki jabatan organisasi formal dalam sistem sosial,
akan tetapi mempunyai pengaruh terhadap para anggota sistem sosial.
Para peneliti ilmu kepemimpinan berusaha mencari tahu karakteristik yang
dapat membuat seseorang menjadi pemimpin. Untuk itu mereka meneliti kualitas
fisik dan kejiwaan serta sosial dari peemimpin. Untuk menjadi pemimpin,
seseorang harus memenuhi kualifikasi tertentu.
a. Elit Masyarakat
Pemimpin adalah elit anggota sistem sosial yang mempunyai kualitas
pendidikan, ekonomi atau status sosial yang relatif lebih tinggi daripada
para anggota sistem sosial lainnya. Banyak pemimpin yang berasal dari
status sosial rendah, kemudian meniti karir sehingga dapat bergerak ke
status sosial yang lebih tinggi, ia menjadi pemimpin karena dipilih,
diangkat, keturunan atau dituakan oleh para anggota sistem sosial lainnya.
b. Kualitas Fisik
Seorang pemimpin memerlukan kesehatan fisik dan jiwa yang prima. Jika
seorang pemimpin tidak sehat secara fisik maupun jiwanya, ia tidak akan
melaksanakan fungsinya dengan baik dan akan sangat bergantung pada
bantuan para pengikutnya.
c. Kualitas Psikologi
Orang yang tidak sehat jiwanya atau kualitas psikologinya rendah, sulit
untuk menjadi pemimpin. Adapun aspek dari kualitas psikologi sebagai
berikut:
1) Memahami diri sendiri.
Pemimpin harus memahami kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri
serta mengukur apakah dirinya mempunyai kompetensi yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Jika tidak, maka ia
harus belajar dan mengembangkan dirinya.
2) Kecerdasan intelektual
Seorang pemimpin merupakan seorang yang intelektual, orang yang
cerdas, berakal dan mudah memahami sesuatu. Pemimpin selalu
menghadapi tantangan dalam melakukan perubahan untuk mencapai
visinya, untuk itu diperlukan kapasitas intelektual yang memadai untuk
memahami visi dan ligkungannya baik internal maupun eksternal
sistem sosialnya.
3) Kecerdasan emosional
Emosi pemimpin sangat memengaruhi perilaku pemimpin dalam
memengaruhi pengikutnya.
4) Kecerdasan spiritual
Pemimpin yang cerdas secara spiritual akan melaksanakan tugasnya
dengan motivasi yang berupa imbalan melebihi imbalan finansial dan
status, serta memandang pekerjaannya sebagai bentuk pelayanan
terhadap sang pencipta.
5) Kecerdasan sosial
Pemimpin memerlukan kecerdasan sosial untuk memengaruhi dan
memotivasi pengikutnya. Tinggi rendahnya kecerdasan sosial
pemimpin sangat memengaruhi keberhasilan kepemimpinannya.
6) Kreativitas dan inovasi
Kepemimpinan memerlukan pemimpin dan pengikut yang kreatif dan
inovatif. Pemimpin tidak hanya harus memiliki kreativitas dan inovasi
yang tinggi, tetapi juga harus mengembangkan budaya kreativitas dan
inovasi dalam organisasinya.
7) Komunikator
Agar dapat memengaruhi pengikutnya dengan baik, pemimpin harus
mempunyai kompetensi mengenai komunikasi interpersonal.
8) Kepribadian
Kepribadian pemimpin sangat memengaruhi pola perilakunya dalam
memimpin pengikutnya. Pemimpin yang mempunyai kepribadian kuat
mempunyai ketahan-malangan tinggi, sabar, dan santun dalam
menghadapi masalah sulit.
9) Pengambil risiko
Dalam menciptakan perubahan, pemimpin harus berani mengambil
risiko dan memengaruhi pengikutnya untuk ikut ambil risiko.
10) Integritas
Mempunyai integritas tinggi merupakan persyarata penting bagi
seorang pemimpin. Kepemimpinan dapat gagal jika pemimpin dan
para pengikutnya tidak memiliki integritas terhadap dirinya, organisasi
dan kepada para pengikutnya.
11) Toleransi terhadap stres
Seorang pemimpin memerlukan keterampilan mengendalikan stres.
3. Kepemimpinan, Manajemen, dan Administrasi
Dalam membahas ilmu kepemimpinan perlu dibahas juga perbedaan
kepemimpinan, manajemen dan administrasi. Ketiga istilah tersebut mempunyai
pengertian yang berbeda akan tetapi saling terkait. Menurut John P. Kotter
(1990), manajemen berupaya menciptakan stabilitas sedangkan kepemimpinan
berupaya menciptakan perubahan. Kotter juga menyatakan bahwa kepemimpinan
hanya dapat berhasil apabila didukung oleh manajemen yang kuat, manajemen
yang kuat hanya dapat dikembangkan oleh seorang pemimpin yang kuat. Berikut
perbedaan istilah kepemimpinan dan istilah manajemen.
Kepemimpinan Manajemen
 Proses pemimpin menciptakan visi,  Proses melaksanakan aktivitas,
misi, memengaruhi pengikut untuk dengan atau melalui orang dan
merealisasikan visi alat untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan
 Visi  Tujuan
 Menciptakan perubahan  Mempertahankan stabilitas
 Fungsi: memengaruhi,  Perencanaan, pengorganisasian,
memberdayakan, memotivasi, memimpin dan pengontrolan
mewakili sistem sosial,
mempersatukan, memanajemen
konflik
 Berani mengambil risiko tinggi  Berani mengambil risiko rendah
dan sedang
 Melakukan sesuatu yang benar (Do  Melakukan sesuatu dengan benar
the right thing) (Do the thing right)
 Mempunyai pengikut  Mempunyai bawahan
 Memimpin orang  Memanajemeni pekerjaan
 Fleksibel  Kaku
 Memberdayakan  Mengontrol
 Menggunakan konflik  Menghindari konflik

Istilah administrasi masuk ke Indonesia dibawa oleh Pemerintah Penjajahan


Belanda, sedangkan istilah manajemen dibawa orang Indonesia yang belajar di
Amerikat Serikat dan literatur luar negeri masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an.
Adapun perbedaan dari administrasi dan manajemen sebagai berikut:
Dasar Perbedaan Administrasi Manajemen
Sifat perkejaan Berhubungan dengan Menjabarkan objektif dan
penentuan objektif dan kebijakan menjadi tindakan
kebijakan utama organisasi dan melaksanakannya
Jenis fungsi Menentukan fungsi Melaksanakan fungsi
Cakupan level Merupakan level puncak Merupakan level aktivitas
otoritas dari aktivitas tengah
Sifat dari status Terdiri dari pemilik yang Merupakan kelompok
menginvestasikan modal personel manajerial yang
dan menerima keuntungan memakai pengetahuan
dari usaha khusus untuk melaksanakan
objektif dan usaha
Sifat pemakaian Istilah administrasi dipakai Istilah manajemen populer
dalam organisasi dipakai dalam organisasi
pemerintahan, militer, bisnis
pendidikan, dan
keagamaan
Pembuatan Pembuatan keputusan Pembuatan kepuusannya
keputusan ditentukan oleh opini dipengaruhi oleh nilai-nilai,
publik, kebijakan pendapat, dan kepercayaan
pemerintah, faktor sosial manajer
dan agama
Fungsi utama Fungsi perencanaan dan Fungsi memotivasi dan
pengorganisasian pengontrolan
Kemampuan Lebih memerlukan Memerlukan kemampuan
kemampuan administratif teknikal
daripada teknikal

C. Fungsi Kepemimpinan
1. Menciptakan Visi
Visi merupakan tujuan yang sangat luas, paling umum yang melukiskan
aspirasi masa depan tanpa menunjukkan cara yang diperlukan untuk mencapainya.
Akan tetapi tidak semua tujuan disebut visi. Suatu tujuan disebut visi jika
memenuhi persyaratan berikut:
a. Hasil abstraksi. Visi merupakan hasil abstraksi apa yang dicita-citakan,
sesuatu yang ingin dicapai dimasa mendatang. Visi mengandung
pengertian umum bukan pengertian rinci yang menyatakan pengertian dan
mempergunakan angka-angka kuantitatif.
b. Visi relatif tetap. Visi berada di benak pemimin dan para pengikutnya
relatif dalam jangka waktu yang lama, 5 sampai 25 tahun. Namun tidak
berarti visi tidak dapat berubah, jika lingkungan eksternal dan internal
berubah, maka visi dievaluasi dan mungkin berubah.
c. Visi dilukiskan dengan kalimat pendek, filosofis. Karena menggunakan
kalimat pendek isinya dapat ditafsirkan secara meluas sesuai dengan
perkembangan waktu.
d. Visi memberikan aspirasi dan motivasi. Visi memberikan aspirasi dan
motivasi untuk melakukan sesuatu kepada pemimpin dan pengikutnya.
Visi menarik dan mndorong merekauntu mencapai tujuan organisasi.
Sejumlah pemimpin menciptakan visinya melalui penelitian perkembangan
sejarah masyarakatnya dan berdialog dengan anggota masyarakatnya. Karena visi
bukan hanya untuk pemimpin saja tetapi juga untuk masyarakat luas, maka dalam
pembentukannya pemimpin mengajak pengikutnya untuk berdialog mengenai apa
yng diinginkan diharapkan di masa mendatang.
Gary Yukl (2010) menyatakan untuk menciptakan visi suatu organisasi
seornag pemimpin memerlukan kemampuan analisis, intuisi dan kretivitas untu
menyintesiskan visi. Visi yang sukses tidak hanya hasil kreasi dari seorang
pemimpin saja, tetapi hasil kerja dari berbagai orang dalam organisasi. Visi
tersebut diproses dan didiskusikan dalam waktu yang lama. Gary Yukl
mengemukakan panduan untuk memformulasikan suatu visi.
a. Mengikutsertakan para pemangku kepentingan kunci.
b. Mengidentifikasikan nilai-niai dan ide-ide bersama.
c. Mengidentifikasi objektif strategik yang mempunyai daya tarik meluas.
d. Mengidentifikasi elemen-elemen relevan dalam ideologi lama.
e. Pertautan visi dengan kompetensi para pengikut dan prestasi sebelumnya.
f. Secara terus-menerus menilai dan memperbaiki visi.
2. Mengembangkan Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah norma, nilai, asumsi, filsafat organisasi dan
sebagainya yang dikembangkan oleh pemimpin organisasi dan diajarkan kepada
para aggota baru dan diterapkan dalam perilaku organisasi mereka. Pemimpin
dapat memengaruhi budaya organisasi melalui berbagai cara, beberapa cara
menurut Gary Yukl sebagai berikut:
a. Perilaku kepemimpinan. Salah satu cara pemimpin untuk berkomunikasi
tentang nilai-nilai dan harapan dengan menunjukkan loyalitas,
pengorbanan diri dan layanan yang berlebih. Dalam aktivitas harian,
pemimpin juga mengomunikasikan prioritas mereka terhadap pemilihan
barang yang diminta, diukur, dikomentari, dikritik dan dipuji. Sebaliknya,
dengan tidak memerhatikan kepada sesuatu, pemimpin mengiri sinyal
bahwa sesuatu itu tidak penting.
b. Program dan sistem. Sesi mengenai anggaran formal, laporan, prosedur
evaluasi kinerja dan program pengembangan manajemen dapat dipakai
untuk menekankan sejumlah nilai-nilai dan kepercayaan mengenai
perilaku orang. Program orientasi dpat digunakan untuk menyosialisasikan
pegawai baru mengenai budaya organisasi.
c. Kriteria untuk imbalan dan keputusan personalia. Pengaruh dari budaya
lebih kuat jika organisasi menyediakan informasi realistik mengenai
kriteria dan persyaratan untuk sukse, dan keputusan personel akan
konsisten dengan kriteria.
d. Mendesain struktur dan fasilitas organisasi. Desain mengenai struktur
organisasi dapat merefleksikan nilai-nilai dan kepercayaan mengenai
orang dan proses. Desain fasilitas juga dapat merefleksikan nilai-nilai
dasar.
e. Bentuk-bentuk kultural. Nilai-nilai dan kepercayaan juga dipengaruhi oleh
bentuk-bentuk kultural seperti simbol, slogan, ritual dan seremoni.
3. Menciptakan Sinergi
Tugas penting seorang pemimpin adalah menyatukan para pengikutnya dan
menggerakkan mereka mencapaitujuan organisasi. Setiap anggota mempunyai
fungsi dan peran yang berbeda dan harus memberikan kontribusinya untuk
mencapai tujuan organisasi.
4. Menciptakan Perubahan
Gary Yukl mengemukakan pedoman untuk melaksanakan perubahan besar,
pedoman tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Menciptakan suatu rasa urgensinya keperluan terhadap perubahan.
b. Mengomunikasikan suatu visi jelas mengenai benefit yang akan diperoleh
dari perubahan.
c. Mengidentifikasi orang-orang yang dukungannya sangat esensial dan
resistensi.
d. Membangun koalisi untuk mendukung perubahan.
e. Memakai satuan tugas untuk mengarahkan pelaksanaan perubahan.
f. Mengisi posisi kunci dengan orang yang kompeten sebagai agen
perubahan.
g. Memeberdayakan orang-orang yang kompeten untuk membantu
perencanaan dan melaksanakan perubahan.
h. Membuat perubahan dramatik, simbolik yang memengaruhi pekerjaan.
i. Mempersiapkan para pemangku untukberubah dengan menjelaskan
bagaimana perubahan akan memengaruhi mereka.
j. Membantu para pemangku kepentingan menyelesaikan stres dan kesulitan
akibat perubahan besar.
k. Memberikan peluang untuk sukses awal yang membangun percaya diri.
l. Memonitor kemajuan perubahan dan membuat penyesuaian jika perlu.
m. Terus menginformasikan pemangku kepentingan mengenai kemajuan
perubahan.
n. Menunjukkan optimisme dan terus komitmen terhadap perubahan.
5. Memotivasi Para Pengikut
Memotivasi para pengikut merupakan upaya yang memerlukan pemikiran
sistematis mengenai keadaan para pengikut dan teknik motivasi yang digunakan.
Secara umum, motivasi para pengikut terdiri dari dua macam yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi intrinsik muncul dari diri pengikut, pemimpi hanya menumbuhkan
dan mendorong hasrat, keinginan, kesadaran, kemauan dan etos kerja untuk
bergerak mencapai tujuan. Mereka melaksanakannya dengan penuh kesadaran
tidak karena terpaksan dan tidak mengharapkan imbalan. Sedangkan motivasi
ekstrinsik berasal dari luar diri pengikut. Mereka bergerak, bekerja, bertindak
untuk mencapai tujuan karena ingin mendapat imbalan dari pemimpin berupa
penghargaan, komisi, dll.
6. Memberdayakan Pengikut
Pemberdayaan harus dilakukan melalui proses sistematis, adapun prosesnya
sebagai berikut:
a. Analisis kualitas pengikut. Pemimpin menganalisis kualitas pengikutnya
baik dari segi fisik, psikologis, maupun kompetensinya.
b. Keunggulan dan kelemahan pengikut. Hasil dari analisis kualitas pengikut
adalah keunggulan dan kelemahn pegikut.
c. Menentukan tujuan pemberdayan. Tujuan dirancang berdasarkan
ketentuan berikut:
1) Sasaran pemberdayaan orgnisasi
2) Melakukan benchmarking
d. Rencana intervensi. Intervensi yang harus dilakukan sangat bervariasi
tergantung tujuan pemberdayaan, antara lain:
1) Melakukan pygmallion effect kepada para pengikut.
2) Mengkooptasi
3) Memberikan deskripsi tugas kepada setiap pengikut dan
mendelegasikan kekuasaan kepada mereka.
4) Merencanakan dan melaksanakan program pengembangan sumber
daya manusia.
5) Mentoring dan modelling
6) Perencanaan dan pengembangan karir
7) Melakukan perluasan pekerjaan dan memperkaya pekerjaan
8) Mengembangkan kretivitas dan inovasi
9) Program pelatihan fisik
10) Pengembangan integritas dan etos kerja
11) Pengembangan disiplin
e. Pelaksanaan pemberdayaan. Dilaksanakan secara sistematis engan
mengobservasi perubahan, perkembangan dan bagaimana para pengikut
merespon intervesi pemberdayaan.
f. Evaluasi dan balikan pemberdayaan. Hasil evaluasi digunakan untuk
pembuatan keputusan manajemen SDM.
7. Mewakili Sistem Sosial
Seorang pemimpin mewakili sistem sosial atau organisasi yang dipimpin.
Pemimpin bertindak sebagai tokoh, simbol, dan wajah sistem sosial yang
dipimpin. Dalam memimpin sistem sosialnya, pemimpin melaksanakan sejumlah
peran kepemimpinan atau manajerialnya, Gary Yukl menguraikan peran-peran
pemimpin sebagai berikut:
a. Peran pemimpin (leader role)
b. Peran penghubung (laison role)
c. Peran kepala (figurehead role)
d. Peran memonitor (monitor role)
e. Peran diseminasi (disseminator role)
f. Peran jurubicara (spokeperson role)
g. Peran kewirausahaan ( enterpreneural role)
h. Peran penyelesaian gangguan (disturbance handler role)
i. Peran alokator sumber-sumber (resource alocator)
j. Peran negosiator (negotiator role)
8. Manajer Konflik
Terdapat lima gaya manajemen konflik, diantaranya sebagai berikut:
a. Kompetisi (competing). Gaya manajemen ini berorientasi pada kekuasaan
dan kekuatan untuk mengalahkan lawan konfliknya, solusi yang dituju
adalah solusi “win and lose”.
b. Kolaborasi (colaborating). Gaya manajemen ini mencari alternatif solusi
yang memuaskan kedua pihak yang berkonflik dengan mengadakan
pendekatan dan negosiasi baik secara langsung maupun mealui pihak
ketiga.
c. Kompromi (compromising). Pihak-pihak yang berkonflik melakukan
negosiasi dan menggunakan taktik “give and take” masing-masing untuk
mendapatkan sebagian dari tujuan mereka. Solusi yang dicapai merupakan
solusi jalan tengah yang memuaskan sebagian dari keinginan mereka.
d. Menghindar (avoiding). Gaya manajemen konfllik ini berupa menjauhkank
diri dari pokok masalah konflik yang merugikan dan tak mungkin
dimenangkan.
e. Mengakomodasi (accomodating). Pihak yang berkonflik mengabaikan
kepentingan dan tujuan diri sendiri dan berupaya memenuhi sepenuhnya
tujuan dan kepentingan lawan.
9. Membelajarkan Organisasi
Pemimpin harus membelajarkan organisasi terus menerus agar mampu
menyesuaikan diri dengan dengan masyarakat yang dilayani. Pembelajaran
organisasi merupakan keadaan dimana para anggota organisasi secara terus-
menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil-hasil yang
mereka inginkan.
BAB 2
PROFESI DAN ILMU KEPEMIMPINAN
A. Profesi Kepemimpinan
1. Pengertian Profesi
Menurut Lynn, profesi menyajikan layanan-layanan tertentu atau khusus.
Layanan tersebut disajikan oleh orang tertentu dan tidak sembarang orang dapat
melaksanakannya. Dalam profesi kepemimpinan, layanan khusus tersebut antara
lain berupa pelaksanaan fungsi kepemimpinan. Suatu pekerjaan dapat dikatakan
profesi jika memenuhi persyaratan berikut:
a. Profesi merupakan pekerjaan penuh waktu.
b. Profesi memerlukan penerapan ilmu pengetahuan.
c. Otonomi.
d. Lembaga pendidikan profesi.
e. Kode etik profesi.
f. Asosiasi profesi.
g. Literatur profesi.
h. Lembaga penelitian.
2. Kepemimpinan Langsung dan Tidak Langsung
Dalam kepemimpinan langsung, pemimpin memengaruhi pengikutnya secara
langsung tanpa perantara. Dalam kepemimpinan tidak langsung pemimpin
memengaruhi pengikutnya melalui sebuah perantara.
3. Kepemimpinan Formal dan Informal
Pemimpin formal mempunyai wewenang untuk memimpin suatu organisasi
dan memberikan perintah kepada para anggota organisasinya yang berada di
bawah kekuasaanya. Jika menolak, pemimpin formal berwenang memberikan
valensi negatif. Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang dasarnya
tidak dipilih secara formal, namun diangkat menjadi pemimpin informal karena
dianggap mempunyai keunggulan fisik, psikologis, ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Dalam organisasi formal, pemimpin informal tidak mempunyai
wewwnang untuk menghukum dan memberi perintah anggota organisasi. Tetapi,
ia mampu memengaruhi anggota organisasi melalui visinya, memberi contoh,
perilaku dan praktik menyelesaikan masalah.
4. Kepemimpinan Internasional
Organisasi dapat berkembang dari organisasi lokal, ke organisasi nasional,
regional dan internasional. Organisasi ini mempunyai pemimpin yang mereka
pilih untuk kurun waktu tertentu secara bergilir dan mempunyai sekretariat
bersama.

B. Etika Kepemimpinan
1. Pengertian
Etika adalah ilmu dan standar mengenai sesuatu yang benar dan sesuatu yang
salah, sesuatu yang boleh dilakukan dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
Perilaku yang benar adalah perilaku yang etis, dan perilaku yang salah adalah
perilaku yang tidak etis.
Kepemimpinan etis adalah kepemimpinan yang mendemontrasikan perilaku
yang secara normatif tepat melalui tindakan-tindakan personal dan interpersonal,
dan promosi perbuatan seperti itu kepada para pengikut melalui komunikasi dua
arah, penguatan dan pembuatan keputusan. Pemimpin juga mempunyai fungsi
menciptakan, menngembangkan dan mengubah budaya organisasi yang
memenuhi standar etika. Budaya organisasi yang etis membuat para pemimpin,
anggota organisasi merasa puas dan berupaya berkinerja tinggi.
2. Fungsi Etika Kepemimpinan
Etika memengaruhi perilaku pemimpin dan perilaku para pengikut, adapun
prosesnya sebagai berikut:
a. Norma etika. Norma yang ada dalam organisasi atau sistem sosial
merupakan bagian dari budaya organisasi.
b. Pemimpin. Pemimpin harus memberikan contoh penerapan norma dan
nilai dalam perilaku organisasi dan perilaku pribadi para anggota
organisasi.
c. Perilaku memengaruhi pemimpin yang etis. Jika pemimpin menerapkan
norma dan nilai-nilai etika, maka terciptalah teknik memengaruhi dari
pemimpin yang etis.
d. Iklim etika. Iklim etika adalah persepsi pemimpin dan pengikut mengenai
apa yang teerjadi secara rutin dalam lingkungan internal organisasi.
e. Kinerja pengikut. Iklim etika memungkinkan para pengikut bekerja secara
maksimal.
f. Visi tercapai. Jika kinerja pengikut maksimal, dapat diprediksi kinerja
organisasi akan maksimal dan visi tercapai.
3. Perilaku Etis
Seorang pemimpin yang etis perilakunya mengacu pada norma-norma etika,
karkteristik perilaku etis antara lain:
a. Dapat dipercaya
b. Menghargai dan menghormati orang lain.
c. Bertanggung jawab
d. Adil
e. Kewargaan organisasi
f. Menggunakan kekuasaannya secara bijak
g. Jujur

C. Ilmu Kepemimpinan
1. Fungsi Teori Kepemimpinan
Untuk memimin suatu organisasi, pemimpin sebaiknya mempelajari ilmu
kepemimpinan dan ilmu-ilmu yang mendukungnya. Dengan menerapkan ilmu-
ilmu tersebut kemungkinan keberhasilannya lebih besar dan malpraktik
kepemimpinan dapat dicegah.
2. Jenis Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi teori deskriptif dan teori
perskriptif. Teori deskriptif adalah teori yang melukiskan hakikat, definisi, arti
atau makna sesuatu. Teori perskriptif adalah teori yang memberikan preskripsi,
cara melakukan, dan model-model melakukan sesuatu.
Teori kepemimpinan juga dapat dikelompokkan berdasarkan aspek dari
kepemimpinan yang dibahas dalam teori, antara lain:
a. Teori kepemimpinan umum (general leadership theory). Teori ini
membahas kepemimpinan sebagai fenomena komprehensif, mencakup
semua aspek kepemimpinan.
b. Teori gaya kepemimpinan (leadership style theory). Teori yang membahas
pola perilaku pemimpin dalam memengaruhi pengikutnya.
c. Teori kekuasaan (social power theory). Teori yang membahas kekuasaan
atau potensi pemimpin dalam memengaruhi.
d. Teori kepengikutan (followership theory). Teori yang membahas mengenai
tipologi dan karakteristik pengikut dan perilakunya dalam berinteraksi
dengan pemimpin.
e. Teori memotivasi pengikut (motivation theory). Teori yang membahas
bagaimana pemimpin memotivasi para pengikutnya.
f. Teori membuat keputusan (decision making theory). Teori yang membahas
bagaimana pemimpin membuat keputusan.
g. Teori etika kepemimpinan (leadership ethics theory). Teori yang
membahas bagaimana kepemimpin yang etis.

D. Teori Kepemimpinan Umum


1. Teori Pemimpin Dilahirkan atau Dibuat
Pada pertengahan kedua abad ke-19 muncul teori kepimimpinan Teori Orang
Besar atau Greatman Theory. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu
dilahirkan, dan tidak dapat dibuat. Teori ini disusun berdasarkan kepercayaan
bahwa para pemimpin merupakan orang istimewa yang ketika dilahirkan telah
membawa kualitas dan ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dan telah membawa
bakat dan sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi pemimpin sejak lahir.
2. Teori Sifat Pemimpin
Teori ini muncul tahun 1930an-1940an dan berasumsi bahwa setiap orang
dapat menjadi pemimpin jika mempunyai sifat-sifat dan keterampilan tertentu
yang diperlukan untuk memimpin. Sifat dan keterampilan itu ada yang dibawa
ketika dilahirkan dan ada yang diperoleh dari lingkungannya karena pendidikan
dan pengalamannya. Teori ini banyak diterapkan dalam rekrutmen dan seleksi
kepemimipinan.
3. Teori Perilaku Kepemimpinan
Hasil dari teori ini kurang memuaskan, karena dua orang pemimpin yang
sukses mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda, bahkan sring
bertentangan. Disamping itu, mengukur sifat pemimpin seperti kejujuran,
integritas, loyalitas atau percaya diri bukan suatu yang udah karena dimensi dan
indikatornya beragam.
4. Teori Kontrak Sosial Pemimpin dan Pengikut
Pemimpin dan para pengikut memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda
walaupun adakalanya sama. Untuk mencapai keinginan tersebut, mereka harus
bekerja sama untuk mencapai tujuan keduanya. Mereka harus melakukan kontrak
sosial untuk memberikan sesuatu kepada masing-masing pihak, jika keinginan dan
kebutuhan mereka ingin terpenuhi.
5. Teori Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformal memfokuskan pada pengembangan para pengikut
dan kebutuhan mereka.
6. Teori Kepemimpinan Karismatik
Menurut Weber, kepemimpinan karismati mempunyai kapasitas untuk
mengubah sistem sosial yang ada berdasarkan persepsi pengikut yang percaya
pemimpin ditakdirkan mempunyai kemampuan istimewa. Kepemimpinan
karismatik anak muncul jika terjadi krisis sosial, dengan visi yang radikal dan
menyajikan solusi terhadap krisis.
7. Teori Kepemimpinan Abdi
Kepemimpinan abdi dimulai ketika seorang pemimpin memikul posisi sebagai
abdi dalam interaksi dengan para pengikutnya. Kepemimpinan yang autentik dan
sah tidak muncul dikarenakan keinginan pribadi, melainkan dari dorongan
fundamental untuk membantu orang lain. Motivasi dan tujuan utama pemimpin
abdi untuk mendorong kejayaan orang lain, sedangkan kesuksesan organisasi
merupakan hasil tidak langsung kepemimpinan abdi.
8. Teori Kepemimpinan Birokrasi
Kepemimpinan birokrasi adalah kepemimpinan yang menggunakan prinsip-
prinsip birokrasinya dalam memengaruhi birokrat bawahannya. Kepemimpinan
birokras biasanya dilaksanakan di organisasi pemerntahan, tentara dan kepolisian.
9. Teori Kepemimpinan Spiritual
Kepemimpinan spiritual meliputi nilai-nilai, sikap dan perilaku yang
diperlukan untuk secara intrinsik memotivasi diri sendiri dan orang lain sehingga
mempunyai rasa terus hidup spiritual melalui panggilan hidup dan kenaggotaan
sistem sosial. Kepemimpinan spiritual memerlukan penciptaan suatu visi dimana
para anggota organisasi mengalami suatu perasaan panggilan hidup dalam
kehidupan mereka. Selain itu juga perlu dikembangkan suatu budaya organisasi
berdasarkan pada cinta altruistik dimana para pemimpin dan pengikut mempunyai
perhatian untuk diri sendiri dan orang lain.
10. Teori Kepemimpinan Autentik
Kepemimpinan autentik merupakan proses yang menarik dari kapabilitas
psikologi positif dan konteks organisasi yang dikembangkan secara meninggi,
yang menghasilkan kesadaran diri sendiri lebih besar dan perilaku positif yang
diatur diri sendiri pada pemimpin dan terkait dengan meningkatkan
pengembangan diri positif.
11. Teori Kepemimpinan Diri Sendiri
Kepemimpinan diri sendiri adalah proses memengaruhi diri sendiri. Suatu
proses dimana orang mencapai arahan diri sendiri dan memotivasi diri sendiri
yang diperlukan untuk bertindak.
BAB 3
KEKUASAAN DAN POLITIK ORGANISASI
A. Kekuasaan dan Peradaban
1. Pengertian dan Fungsi
Kekuasaan merupakan pengerak – pendorong dan penarik – perubahan
peradaban umat manusia. Kekuasaan sangat penting bagi kepemimpinan sehingga
sejumlah teoritisi kepemimpinan mendefinisikan kepemimpinan dalam pengertian
kekuasaan. Walaupun kekuasaan sangat diperlukan dalam kepemimpinan,
kekuasaan tidak sama dengan kepemimpinan. Kekuasaan merupakan salah satu
masukan dalam proses kepemimpinan.
2. Karakteritik Kekuasaan
Kekuasaan disamping dapat bertambah, dapat juga meredup, berkurang dan
akhirnya hilang dari diri seorang pemimpin. Dalam sejarah kepemimpinan,
banyak pemimpin yang kehilangan kekuasaannya. Ada sejumlah keadaan yang
menyebabkan seorang pemimpin kehilangan kekuasaannya.
a. Pemegang kekuasaan menyalahgunakan kekuasaan
b. Terjadi proses penuaan pemimpin
c. Pemimpin menderita sakit
d. Pergantian kepemimpinan
e. Coup d’etat (perebutan kekuasaan secara paksa)

B. Teori Tasksonomi Kekuasaan


1. Teori kekuasaan Klasik
Taksonomi atau pengategorian kekuasaan telah dilakuakan oleh Max Weber
(946), Ia mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan seorang aktor untuk
memahami keinginannya dalam aksi sosial, walaupun bertentangan dengan
keinginan aktor-aktor lainnya. Kekuasaan berhubungan dengan kemampuan
untuk memberi komando atau perintah sumber-sumber dalam konteks khusus.
Terdapat tiga jenis penggolongan kekuasaan, Kekuasaan karismatik (charismatic);
otoritas tradisional (traditional authority; dan legal rasional (legal rational).
2. Teori Basis Kekuasaan
Yang dimaksud dengan teori basis kekuasaan adalah sumber hubungan
kekuasaan antara Agen dengan Target. Kekuasaan adalah milik interaksi atau
hubungan sosial bukan milik individu. Ada lima jenis sumber kekuasaan yang
dipergunakan dalam interaksi kekuasaan yaitu : (1) paksaan (coercion), (2)
imbalan (reward), (3) keahlian (expertise), (4) legitimasi (legitimate), dan (5)
referensi (reference).
a. Sumber Kekuasaan
Menurut Robbins ada 4 jenis sumber kekuasaan
1) Posisi. Dalam berorganisasi formal sumber utama kekuasaan adalah
posisi struktural.
2) Sifat-sifat personal, personal seseorang seperti terus terang,
pendominasi, pengancam, karisma dan senang mistik dapat digunakan
untuk memengaruhi orang lain untuk melaksanakan apa yang
diinginkannya.
3) Keahlian, keahlian yang dilmiliki seseorang dapat digunakan untuk
memanipulasi dan memengaruhi orang lain.
4) Peluang, keberadaan orang pada tempat dan waktu tertentu memberikan
peluang untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaannya.
b. Basis Kekuasaan
Menurut Robbins ada empat jenis basis kekuasaan yang dapat dipergunakan
agen yaitu.
1) Paksaan, adalah basis kekuasaan berdasarkan ketaakutan target jika tidak
mematuhi perintah atau permintaan agen.
2) Imbalan, Agen dapat memberikan imbalan kepada target mempunyai
kekuasaan terhadapnya.
3) Persuasi, adalah alokasi imbalan simbolik
4) Pengetahuan, memberikan dasar kekuasaan kepada orang.
c. Kekuasaan Posisional
Merupakan potensi memengaruhi yang bersumber dari otoritas yang sah
1) Kontrol atas otoritas formal (formal authority), kekuasaan berdasarkan
persepsi hak prerogratif, kewajibab dan tanggung jawabb yang terkait
dengan posisi khusus dalam organisasi.
2) Kontrol atas hukuman (control over punishment) sumber kekuasaan
lainnya adalah kontrol atas hukuman dan kapasitas untuk menghalangi
seseorang memperoleh imbalan yang diinginkannya yang oleh Frech Jr
dan Raven disebut sebagai coercive power.
3) Kontrol atas sumber dan imbalan (control over resouces and rewards)
makin tinggi seseorang dalam hirarki organisasi maka ia makin banyak
mengontrol sumber-sumber organisasi yang terbatas jenis dan jumlahnya
dalam organisasi.
4) Kontrol atas informasi (control over information) adalah kontrol atas akses
dan distribusi informasi sebagian dari kontrol tersebut berasal dari posisi
seseorang dalam jaringan komunikasi.
5) Kotrol ekologikal (ecological control) manipulasi dari kondisi fisik dan
sosial itu memungkinkan pengaruh langsung atas perilaku orang lain .
jenis pengaruh disebut dengan enjinering situasional (situational
engenering) atau kontrol ekologikal (ekologikal control). Termasuk dalam
sumber kekuasaan ini adalah :
a) Mendesain pekerjaan yang mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
b) Kontrol atas lingkungan fisik kerja, peralatan, mesin, tata ruang kantor,
dan sebagainya.
c) Menyusun struktur organisasi termasuk sistem otoritas, sistem evaluasi
kinerja, imbalan, dan sistem informasi.
d. Kekuasaan personal
Menurut YukL kekuasaan personal bersumber pada potensi yang ada
dalam diri seseorang dan hubungannya dengan orang lain berupa keahlian,
pertemanan/loyalitas, karisma.
1) Keahlian (expertise). Sumber utama dari kekuasaan personal adalah
keahlian untuk menyelesaikan masalah dan melaksanakan tugas
penting.
2) Pertemanan/loyalitas (friendship/loyalty). French Jr dan Raven
menamakan jenis kekuasaan ini referens power (kekuasaan rujukan).
3) Karisma (charisma). Menurut YukL istilah karisma dipergunakan
untuk melukiskan seseorang yang mempunyai kemampuan istimewa
dan daya tarik personal yang kuat.
e. Kekuasaan Proses Politik
Menurut Yukl proses politik adalah upaya dari anggota oerganisasi untuk
meningkatkan kekuasaan mereka, atau melindungi sumber kekuasaan yang
ada. Kekuasaan politik meliputi pengaruh yang menginformasikan dan
memperbesar basis awal kekuasaan dengan cara yang unik. Proses politik
yang umum meliputi:
1) Kontrol atas pembuatan keputusan. Kekuasaan dalam organisasi dapat
dipertahankan dengan memperoleh kontrol yang penting.
2) Koalisi. Dalam organisasi orang tidak dapat brtindak sendiri untuk
memperoleh apa yang dikehendakinya, oleh sebab itu diperlukan
koalisi atau aliansi.
3) Kooptasi. Adalah upaya untuk menghilangkan oposisi atau sikap
negatf terhadap kebijakan atau proyek oleh kelompok atau fraksi yang
dukungannya diperlukan.
4) Institusionali. Para anggota sistem sosial/organisasi yang mempunyai
kekuasaan mempergunakannya untuk melindungi dan memperkuat
kekuasaan.
Denis W. Organ mengatakan terdapat lima sumber kekuasaan seperti ini,
yaitu:
1) Legitimasi
2) Kontrol atas sumber
3) keahlian
4) Hubungan sosial
5) Karakteristik personal
3. Jenis Kekuasaan
Teori jenis kekuasaan yang banyak dikembangkan oleh para ahli, jenis
kekuasaan tersebut antara lain:
a. Otoritas e. Kekuasaan rujukan
b. Kekuasaan imbalan f. Karisma
c. Kekuasaan paksa g. Kekuasaan informal
d. Kekuasaan keahlian h. Kekuasaan koneksi

C. Politik Organisasi
1. Pengertian
Politik organisasi adalah aktivitas individual dan kelompok anggota organisasi
yang menggunakan politik dalam hubungan interpersonal dalam organisasi untuk
memengaruhi anggota organisasi lainnya untuk merealisasi tujuannya atau
menghindari akibat negatif suatu tindakan.
Politik adalah proses memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk
mencapai tujuan tertentu dalam suatu sistem sosial atau organisasi. Manusia
merupakan makhluk politik yang berupaya memperoleh dan menggunakan
kekuasaannya untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan pribadinya.

2. Faktor yang Memengaruhi Politik Organisasi


Perilaku politik organisasi muncul karena sejumlah faktor, yaitu:
a. Kepribadian orang. Kepribadian orang mendorong perilaku politik
organisasi. Sebagian orang mempunyai dorongan dan motivasi untuk
menguasai orang lain.
b. Keterbatasan sumber-sumber organisasi. Bukan saja ketika organisasi
berdiri, akan tetapi juga ketikan sudah pada tingkat perkembangan
selanjutnya, organisasi mengalami keterbatasan sumber-sumber.
c. Terjadinya perubahan. Setiap terjadi perubahan dan perkembangan
organisasi, aktivitas politik terus meningkat.
d. Ketidakpastian. Ketidakpastian yang sering terjadi dalam organisasi
memicu para anggota organisasi untuk melakukan perilaku politik
organisasi.
3. Taktik Politik Organisasi
Dalam melakukan perilaku politik organisasi untuk mencapai tujuannya,
individu atau kelompok organisasi mengunakan sejumlah taktik untuk mncapai
targetnya. Adapun taktik tersebut antara lain:
a. Taktik mengkambinghitamkan. Pertahanan yang baik adalah menyerang,
yang merupakan esensi dari mengkambinghitamkan.
b. Taktik memanipulasi informasi. Mengemukakan informasi salah atau
menyesatkan merupakan salah satu cara untuk memanipulasi kejadian.
c. Taktik pencitraan. Takti ini bertujuan untuk mengembangkan citra positif
yang diinginkan.
d. Taktik manajemen citra negatif. Sering seseorang menginginkan kelihatan
buruk atau bodoh dengan menyembunyikan kekuatan, keterampilan, dan
kinerja yang sesungguhnya untuk alasan diri sendiri.
e. Taktik membuli (bullying).
BAB 4
GAYA KEPEMIMPINAN
A. Pengertian
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin dalam memengaruhi sikap,
perilakudan sebagainya para pengikutnya. Pola perilaku ini adalah dalam pengertian
dinamis, yaitu gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat berubah ubah tergantung
pada kuantitas dan kualitas para pengikut, situasi dan budaya sistem sosialnya.
B. Teori-Teori Gaya Kepemimpinan
1. Teori Ohio State University
J.K. Hemphil (1949), mendasarkan pada dua dimensi yaitu dimensi perhatian
terhadap bawahan dan dimensi perhatian terhadap tugas, lalu dikombinasikan
dalam empat jenis pola perilaku sebagai berikut:
a. Pemimpin yang perhatiannya terhadap bawahan tinngi sedangkan terhadap
tugas rendah.
b. Pemimpin yang perhatiannya terhadap tugas dan terhadap bawahannya rendah.
c. Pemimpin yang perhatiannya terhadap bawahan dan terhadap tugas tinggi.
d. Pemimpin yang perhatiannya terhadap tugas tinggi dan terhadap bawahan
rendah.
2. Teori University Of Michigan
Studi ini mefokuskan diri pada hubungan antara perilaku pemimpin, proses
kelompok dan pengukuran kinerja kelompok. Rensis Likert mengemukakan
bahwa gaya kepemimpinan itu merupakan kontinu dari 4 sistem.
a. Sistem 1: Otoritatif Eksploitatif, dengan indikator :
 Berorientasi pada pada tugas yang tinggi dan tidak percaya pada
pegawai
 Otoriter, pengambilan keputusan hanya oleh manajemen puncak dan
para pegawai tidak diikutsertakan
 Para pegawai dimanajemeni dengan cara menakut-nakuti, hukuman
dan sering member imbalan.
b. Sistem 2: Otoritatif Bijak, dengan indikator:
 Kepercayaan pemimpin terhadap bawahan rendah
 Keputusan mengenai tujuan operasional diambil oleh manajemen akan
tetapi keputusan operasional diberikan kepad level manajemen bawah
yang ditunju
 Digunakannya imbalan dan hukuman potensial untuk memotivasi
pegawai
 Interaksi dalam situasi manajemen merendahkan pegawai
c. Sistem 3: Konsultatif, dengan indikator:
 Kepercayaan terhadap pegawai besar walaupun belum sepenuhnya
 Kebijakan umum dan keputusan dasar ditentukan oleh manajemen akan
tetapi pegawai diberi kekuasaan membuat keputusan khusus mengenai
operasional pekerjaan
 Komunikasi dua arah
 Memotivasi dengan memberi imbalan, terkadang hukuman dan
mengikutsertakan pegawai dalam kegiatan
 Proses pengontrolan pekerjaan diberikan ke level manajemen bawah
d. System 4: Partisipatif Demoktratif, dengan ciri:
 Manajemen mempunyai kepercayaan sepenuhnya kepada pegawai
 Pembuatan keputusan didistribusikan sepenuhnya kepada seluruh level
organisasi
 Komunikasi dua arah secara vertikal dan horizontal
 Para pegawai dimotivasi dengan partisipasi dan ikut serta dalam
menentukan imbalan ekonomi, menentukan tujuan, memperbaiki
metode, dan menilai pencapaian tujuan
 Hubungan antara manajemen dengan pegawai sangat erat dan saling
percaya
 Tanggung jawab pengontrolan diserahkan kepada unit paling rendah.
3. Teori Manajerial Grid
Teori kepemimpinan grid disusun berdasarkan asumsi bahwa kepemimpinan
seorang pemimpin ditentukan oleh dua dimensi, yaitu concern for people atau
memerhatikan orang dan concern for result atau memerhatikan hasil.
 Memerhatikan orang, yaitu seberapa tinggi pemimpin memerhatikan dan
membantu bawahannya dalam menyelesaikan pekerjaan
 Memerhatikan hasil, yaitu seberapa tinggi pemimpin memerhatikan
pencapaian produksi atau hasil
a. Pola manajemen:
1) Gaya Manjemen 1,9: Country Club Management (Manajemen Klub
Pedesaan): Gaya kepemimpinan ini menekankan pada pemimpin yang
menunjukkan perhatian besar terhadap pegawai, namun perhatian
pemimpin tehadap produksi rendah.
2) Gaya Manjemen 9+9 Paternalistic Management (Manajemen
Paternalistic): Gaya kepemimpinan ini memberikan imbalan kepada
orang yang loyal saja dan kepada orang yang tidak loyal tidak
diberikan imbalan, pemimpin juga member pujian dan kritikan pada
waktu yang bersamaan, dan pemimpin berperilaku seperti orangtua.
3) Gaya Manajemen 1,1 Improperished Management (Manjemen
Memelaratkan): Memelaratkan karena perhatian manajemen terhadap
orang dan produksi rendah.Orang hanya mengerjakan pekerjaan
sekedar untuk memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan agar
organisasi terus hidup dan pegawai tetap menjadi anggota
organisasi.Akan tetapi dalam keadaan persaingan yang ketat, organisasi
tidak kompetitf dan dapat mati.
4) Gaya Manajemen 5,5 Middle Of The Road Management (Manajemen
di Tengah Jalan): Dalam gaya manjemen ini setiap individu harus
barupaya mencapai kemajuan yang reasonable atau layak dengan
mematuhi peraturan dan mempertahankan statussebagai anggota
organisasi. Gaya manajemen ini beroperasi berdasarkan aturan give and
take yaitu memberi sedikit untuk mendapatkan yang sedikit.
5) Opportunistic Management (Gaya Manajemen Oppotunistik): Dalam
manajemen ini, manajemen menyesuaikan dengan situasi yang
dihadapi untuk memperoleh keuntungan maksimum. Pemimpin akan
menggunakan gaya manajemen apa saja untuk mencapai tujuannya.
Jenis ekstrim dari gaya manajemen opportunis adalah
menyembunyikan sesuatu dengan topeng.
6) Gaya Manajemen 9,9. Team Management (Manajemen Tim): Gaya
manajemen tin ini berupaya mengembangkan produksi semaksimal
munkgkin melalui suatu tim orang yang melibatkan diri saling
tergantung melalui tujuan bersama. Para anggota tim saling percaya,
saling membantu dan saling menghormati satu sama lain. Dengan
menggunakan gaya manajemen ini, produktivitas dapat dicapai secara
maksimal dan kepuasan anggota organisasi juga maksimal.
7) Gaya Manjemen 9,1. Authority-Compliance Management (Manajemen
Kepatuhan Pada Otoritas): Gaya manajemen 9,1 mempunyai
karakteristik perhatian terhadap produksi tinggi dan perhatian terhadap
kebutuhan orang rendah. Terjadi kontradiksi antara kebutuhan
organisasi dengan kebutuhan para anggota organisasi. Pekerjaan diatur
sedemikian rupa sehingga menghilangkan kebutuhan anggota
organisasi untuk berpiki, dan para anggota organisasi diperintahkan
agar hasil dicapai tanpa membuang waktu untuk menyelesaikan
konflik.
4. Teori Kepemimpinan Kontijensi
Teori dimana kepemimpinan tergantung atau kontinjen pada pengikut yang
dipimpinnya dan situasi lingkungan dimana kepemimpinan terjadi.
a. Teori Kontinum Perilaku Pemimpin
Menurut teori ini perilaku pemimpin ditentukan oleh kontinum empat
faktor:
1) Perilaku berorientasi tugas (task oriented). Yaitu berapa besar
pemimpin memusatkan perhatiannya pada tugas yang harus
diselesaikan dan menhasilkan produksi sesuai target
2) Perilaku berorientasi hubungan (relationship oriented). Yaitu berapa
besar pemimpin memerhatiakan hubungannya dengan para
pengikutnya
3) Jumlah otoritas yang digunakan pemimpin dalam memengaruhi para
pengikutnya
4) Jumlah kebebasan yang dimiliki para pegawai dalam melaksanakan
tugasnya.
b. Teori Gaya Kepemimpinan Berbagi Kekuasaan
1) Konsep dasar
Asumsi dari teori barbagi kekuasaan adalah:
 Kekuasaan merupakan bahan mentah kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi sedangkan kekuasaan
adalah potensi untuk memengaruhi.
 Kepemimpinan merupakan interaksi kekuasaan. Kepemimpinan
merupakan interaksi kekuasaan antara pemimpin dan pengikut.
 Kebebasan menggunakan kekuasaan. Kebebasan pemimpin dan
pengikut untuk menggunakan kekuasaan berbeda satu sama lain.
 Situasi kepemimpinan memengaruhi pola perilaku pemimpin
dalam memimpin pengikutnya.
2) Klarifikasi Gaya Kepemimpinan.
Berdasarkan ketiga asumsi tersebut, wirawan mengemukakan ada 5
pola prilaku pemimpin –gaya kepemimpinan- dalam memimpin para
pengikutnya, yaitu :
 Gaya Kepemimpinan Otokratik. Dalam gaya kepemimpinan ini
pemimpin mempunyai kekuasaan mutlak sedangkan para
pengikutnya tidak mempunyai kebebasan untuk menggunakan
kekuasaannya.
 Gaya Kepemimpinan Paternalistik. Dalam gaya kepemimpinan
paternalistic, pemimpin diaanggap sebagai orangtua dan pengikut
sebagai anak anak yang perlu dibimbing kearah kedewasaan.
 Gaya Kepemimpinan Partisipatif. Gaya kepemimpinan partisipatif
merupakan gaya yang terletak ditengah tengah dimana jumlah
kekuasaan dan kebebasan untuk menggunakan kekuasaan
pemimpin dan para pengikut sama besar. Pemimpin dan para
pengikutnya harus berpartisipasi secara aktif dalam menyusun
perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi hasilnya.
 Gaya Kepemimpinan Demokratik. Dalam gaya kepemimpinan
demokratik, jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk
menggunakannya. para pengikut lebih besar daripada pemimpin
mereka. Pemimpin tidak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan
para pengikutnya.
 Gaya Kepemimpinan Terima Beres. Gaya kepemimpinan terima
beres disebut juga free rein atau laissez faire. Dalam gaya
kepemimpinan ini bukan berarti kepemimpinan tanpa pemimpin,
pemimpin tetap ada dan diperlukan akan tetapi peranannya
minimal.
Pemimpin dapat menggunakan satu atau lebih gaya kepemimpinan
tergantung pada kualitas para pengikutnya dan situasi lingkungan
kepemimpinan ketika proses kepemimpinan terjadi. Setiap gaya
kepemimpinan mempunyai keunggulan dan kelemahan seperti
dikemukakan dalam tabel berikut.
Gaya
Keunggulan Kelemahan
Kepemimpinan
1. Cocok 1. J
dipergunakan untuk para ika pemimpin tidak bijak,
pengikut berkualitas rendah, dapat melanggar hak asasi
malas, biang kerok, tak mau para pengikut
melaksanakan perintah. 2. B
2. Untuk erakibat kepuasan kerja para
situasi darurat, situasi tidak pengikut rendah.
stabil, konflik deskruktif, dan 3. M
memerlukan pembuatan eninimbulkan stress kerja para
keputusan cepat. pengikut.
3. Jika 4. P
Otokratik
dipergunakan dengan engikut dapat menjadi pasif
kompensasi dan lingkungan dan masa bodoh
kerja baik dapat 5. T
meningkatkan kinerja para idak ada upaya para pemimpin
pengikut. untuk memberdayakan para
pengikut.
6. J
ika dipergunakan secara tidak
terukur dapat menurunkan
kinerja para pengikut.

1. Cocok untuk organisasi 1. Jika pemimpin terlalu


dengan hubungan kerja dominan dapat menimbulkan
menor dan protégé: lembaga rendahnya kreatifitas dan
pendidikan, pesantren, inovasi para pengikut
Paternalistic organisasi teknologi tinggi. 2. Pemimpin menganggap para
2. Dalam system sosial yang pengikut sebagai anak anak
menggunakan kepemimpinan yang harus selalu dibimbing
karismatik dan kekkuasaan dan diberi petunjuk
keahlian.
1. Cocok untuk organisasi 1.
dimana pemimpinnya berkualitas rendah dan pasif
berupaya memberdayakan 2.
para pengikutnya. drurat dan kritis.
Partisipatif 2. Menciptakan tim kerja 3.
pemimpin dan para pengikut kesabaran pemimpin.
yang kohesif. 4.
3. Menghasilkan kepuasan kerja lambat.
tinggi para pengikutnya.
Demokratik 1. Cocok untuk situasi normal 1. Memerlukan kualitas pengikut
2. Menciptakan tim kerja tinggi tinggi
3. Menghasilkan kepuasan 2. Jika pengikut tidak berkualitas
kerja para pengikut tinggi dapat menimbulkan anarkis
4. Jika para pengikut 3. Memerlukan peraturan yang
berkualitas, menghasilkan mengatur tentang hak dan
kinerja tinggi kewajiban pemimpin dan
pengikut serta bagaimana
berinteraksi satu sama lain
1. Cocok untuk para pengikut 1. Tidak cocock untuk para
dengan kemampuan tinggi pengikut dengan kemampuan
Pemimmpin 2. Memberdayakan pengikut dan kematangan kerja rendah
terima beres 3. Meningkatkan motivasi dan 2. Jika pemimpin lemah, rentan
kepuasan kerja akan terjadi penyalahgunaan
4. Meningkatkan kreatifitas dan oleh para pengikut
inovasi pengikutt

c. Leadership Match Concept


1) Konsep Dasar
Contingency model of leadership effeivenes teori model kontingensi
efektivitas pemimpin) dikembangkan oleh Fred E. Fiedler (1967).
Teori ini menyatakan bahwa kesuksesan seorang pemimpin tergantung
pada dua factor sebagai berikut.
 Cara tipikal pemimpin berinteraksi dengan anggota kelompok yang
dipimpinnya- misalnya gaya kepemimpinan
 Control situasi, yaitu tinggi rendahnya pemimpin mempunyai
control atas situasi misalnya mengontrol kelompok, tugas dan
hasilnya
2) Gaya Kepemimpinan
Menurut Fred E. Fiedler dan Martin M. Chemers (1984) gaya
kepemimpinan adalah tinggi rendahnya hubungan antara seseorang
dengan teman sekerjanya dengan siapa ia paling tidak ingin bekerja
atau least Prefefered Coworker (LPC). LPC dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
 Pemimpin termotivasi hubungan
 Pemimpin sosiodependen
 Pemimpin termotivasi tugas
3) Situasi Kepemimpinan
Dasar untuk menklasifikasi situasi kepemimpinan adalah sampai
seberapa tinggi situasi menyediakan pemimpin pengaruh. Ada tiga
komponen yang menentukan control dan pengaruh dalam suatu situasi:
 Hubungan antara pemimpin dan pengikut. Yaitu sampai seberapa
besar pengikut atau anggota kelompok mendukung dan loyal
kepada pemimpin.
 Struktur tugas. Yaitu sampai seberapa rinci tugas menyatakan
tujuan, prosedur dan pedoman khusus untuk melaksanakan tugas.
 Kekuasaan posisiona. Yaitu sampai seberapa besar posisi atau
jabatan memberikan otoritas atau wewenang kepada pemimpin.
4) Mencocokkan gaya kepemimpinan dengan situasi kepemimpinan
Dalam kepemimpinan yang efektif, pemimpin harus mencocokkannya
dengan situasi control kepemimpinan yang dihadapinya.
 Pemimpin yang termotivasi dengan tugas atau skor LPC rendah
akan efektif di situasi kepemimpinn yang tinggi atau rendah.
 Pemimpin yang termotivasi hubungan antara pemimpin dengan
pengikut atau skor LPC tinggi, kepemimpinannya efektif jika
berada pada control situasi sedang
d. Teori Kepemimpinan Situasional
Teori kepemimpinan situasional mulai dikembangkan tahun 1970an oleh
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard di centre for leadership studies.
Sampai tahun 1982 kedua teoritisi tersebut bekerja bersama sama untuk
mengembangkan teori tersebut.
1) Konsep dasar
Teori kepemimpinan situasional berdasarkan asumsi atau pola piker
sebagai berikut.
 Tak ada satu cara terbaik untuk memengaruhi orang.
 Perilaku kepemimpinan yang efektif ditentukan oleh tiga faktor
yaitu perilaku tugas, perilaku hubungan, kesiapan para pengikut.
2) Taksonomi Gaya Kepemimpinan
Perilaku tugas dan perilaku hubungan merupakan dimensi yang
terpisah dan dapat diletakkan pada as yang berbeda. Perilaku hubungan
terletak pada as vertikal sedangkan perilaku tugas terletak pada as
horizontal.
3) Kesiapan Pengikut
Menurut Hersey, Blandchard, dan Johnson kesiapan pengikut adalah
sampai seberapa besar pengikut menunjukkan kemampuan dan
kemauan untuk mencapai suatu tugas khusus. Kesiapan pengikut terdiri
dari dua komponen yaitu:
 Kemampuan pengikut yaitu pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang dibawa oleh individu atau kelompok pengikut
untuk melaksanakan tugas atau aktivitas tertentu.
 Kemauan pengikut yaitu sampai seberapa besar individu atau
kelompok pengikut mempunyai kepercayaan diri, komitmen dan
motivasi untuk melakukan tugas.
Berdasarkan kemampuan dan kemauan pengikut, kesiapan pengikut
dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
a) Kesiapan R1- kesiapan rendah-tidak mampu dan tidak mau.
b) Kesiapan R2- kesiapan sedang-tidak mampu akan tetapi mau.
c) Kesiapan R3- kesiapan sedang-mampu tetapi tidak mau.
d) Kesiapan R4- kesiapan tinggi-mampu dan mau.
Indikator-indikator tersebut sangat penting bagi pemimpin yang harus
menganalisis dan memahami situasi atau kematangan para
pengikutnya.
4) Memilih gaya kepemimpinan yang tepat
Agar kepemimpinan efektif, gaya kepemimpinan harus cocok dengan
kesiapan para pengikutnya. Dengan kata lain pemimpin harus
menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan para pengikut yang
dipimpinnya.
 Gaya kepemimpinan S1 (style 1) memberi tahu (telling)
 Gaya kepemimpinan S2 (style 2) menjual (selling)
 Gaya kepemimpinan S3 (style 3) partisipasi (participacing)
 Gaya kepemimpinan S4 (style 4) mendelegasikan (delegating)
5) Teknik Melakukan Perilaku Pemimpin
Untuk menentukan gaya kepemimpinan yang dipakai pemimpin dalam
situasi tertentu perlu diambilsejumlah keputusan dengan menjawab
sejumlah pertanyaan dibawah ini.
 objektif apa yang ingin dicapai?
 apa kesiapan pengikut?
 tindakan kepemimpinan apa yang harus diambil
 apakah hasil intervensi kepemimpinan yang diharapkan?
 tindak lanjut apa saja, jika ada, yang diperlukan?
6) Kefektivitas Pemimpin
Menurut Hersey, Blandchard, dan Johnson (1996) mengemukakanjuga
hubungan kepemimpinan situasional dengan sejumlah aspek
kepemimpinan seperti efektivitas kepemimpinan, kekuasaan, dan
komunikasi.
7) Penerapan Teori Kepemimpinan Situasional
Teori kepemimpinan situasional yang mula mula dikembangkan oleh
Paul Hersey dan Kenneth Blanchard tahun 1970an dan kemudian
dikembangkan lagi bersama Dewey E. Johnson tahun 1996, sampai
decade pertama abad ke-21 masih dipakai secara meuas diseluruh
dunia. Pertama, teori ini dipergunakan untuk pengembangan sumber
daya manusia, umumnya dan kepemimpinan diberbagai organisasi
bisnis, pemerintah dan militer. Kedua, teori ini banyak dipergunakan
untuk penelitian.
e. Teori Kepemimpinan Pembuatan Keputusan Normatif
1) Konsep Dasar
Sebagian besar perhatian, pikiran, dan waktu pemimpin dipergunakan
untuk proses pembuatan keputusan. Makin tinggi posisi pemimpin
dalam posisi kepemimpinan organisasi, pengambilan keputusan makin
menjadi tugas utamanya. Seorang ahli yang bernama victor Harold
Vroom dan Philip W. Yeton mengemukakan teori gaya kepemimpinan
berdasarkan pembuatan keputusan pemimpin.
 Model normatif dibangun dengan cara sedemikian rupa sehingga
berpotensi bernilai bagi para manajer atau para pemimpin dalam
menentukan metode kepemimpinan yang harus dipakai dalam
segala situasi dari berbagai situasi yang mereka temui dalam
melaksanakan peran formal mereka.
 Tak satupun metode kepemimpinan dapat diterapkan untuk semua
situasi, fungsi daripada model normatif harus menyediakan suatu
kerangka untuk menganalisis persyaratan situasional yang dapat
diterjemahkan menjadi preskripsi-preskripsi gaya kepemimpinan.
 Unit analisis yang tepat untuk menganalisis situasi adalah problem
khusus untuk diselesaikan untuk konteks dimana problem muncul.
 Metode kepemimpinan yang dipakai untuk merespons suatu situasi
tidak harus menghambat keleluasaan gaya kepemimpinan dalam
situasi lainnya.
f. Teori Kepemimpinan Primal
1) Konsep Dasar
Teori kepemimpinan primal dikemukakan oleh Daniel G. R. Boyazin
dan annie Mckee (2002) dalam buku mereka berjudul Primal
Leadership: Realizing the Power of Emotional intelligence (2002) dan
buku mereka berjudul Transforming the Art of Leadership into Science
of Result (2002). Menurut ketiga teorisi Kepemimpina Primal tersebut
mengatakan bahwa Pemimpin besar bekerja melalui emosi. Pemimpin
orisinil mendapatkan tempat sebab kepemimpinan mereka secara
emosional meyakinkan.
Istilah primal berasal dari Bahasa Latin Primalis, primus yang artinya
pertama, mula-mula.Istilah primal dalam istilah kepemimpinan primal
artinya pertama (first), orisinil (original), dan paling penting (the most
important).“ the emotional task of the leaders is primal-that is, first-in
two sense. It is both the original and the most important act of
leadership” (Goleman, Boyatzis dan McKee, 2002).
Menurut Teori Kepemimpinan Primal, tugas utama dari seorang
pemimpin adalah mempersiapkan perasaan dan emosi yang baik bagi
para pengikutnya. Untuk itu pemimpin menciptakan gema
(resonance)-reservioir positivitas yang membebaskan semua baik yang
ada setiap orang. Dengan demikian, pekerjaan utama kepemimpinan
adalah pekerjaan emosional. Dalam kaitan ini kecerdasan emosional-
intelegensia mengenai emosi-menentukan kesuksesan kepemimpinan
2) Kepemimpinan dan Desain Otak
Model Kepemimpinan Primal ada hubungannya dengan neurology atau
ilmu syaraf. Penelitian mengenai otak menunjukkan bahwa suasana
hati dan tindakan pemimpin mempunyai pengaruh sangat besar kepada
para pengikutnya. Sistem syaraf yang bertanggung jawab mengenai
intelektual dan mengenai emosi terpisah, akan tetappi keduanya
memiliki koneksi yang menekun keduanya.
Sirkuit otak yang menenun pikiran dan perasaan menyediakan dasar
syaraf dari kepemimpinan primal. Walaupun budaya
manusiamenempatkan nilai-nilai besar terhadap ketiadaan emosi, emosi
orang lebih kuat daripada intelektualnya. Dalam keadaan darurat, otak
limbik–pusat emosi seseorang-mengkomando keseluruhan otaknya.
3) Jenis Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
 Kelompok Gaya kepemimpinan Resonan
Resonan tercipta secara alami jika pemimpin mempnyai
kecerdasan emosional. Dibawah bimbingan KE, para pengikutnya
merasakan suatu level kenyamanan bersama.
 Kelompok Gaya Kepemimpinan Disonan
Pemimpin Disonans adalah Kepemimpinan yang menghasilkan
kelompok yang merasa secara emosional bertentangan.

C. Kepemimpinan Toksik
1. Pengertian
Menurut Marcia Lynn Qhicker (1996) kepemimpinan toksik adalah pemimpin
yang disebabkan oleh pemimpin yang idak etis, tidak berintegritas dan
kepemimpinan yang disfungsional. Menurut Lipman-blomen ada beberapa faktor
psikologi yang terjadi dalam kepemimpinan toksik, yaitu:
a. Tak kompeten
b. Kaku
c. Tanpa pengendalian diri
d. Tidak punya perasaan
e. Korup
Sedangkan Zangaro,yager, dan Proulx (2010) mengemukakan karakteristik
lainya dari kepemimpinan toksik antara lain:
a. Berpusat pada diri sendiri
b. Mengeksploitasi
c. Perilaku mengontrol
d. Tidak menghormati oranglain
e. Menekan kreativitas dan inovasi para pegawai
f. Tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi
2. Kepemimpinan Toksik di Indonesia
Ciri dari kepemimpinan toksik di Indonesia adalah pemanfaatan dan
penyalahgunaan kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin pemerintahan.
Fenomena kepemimpinan toksik yang nyata terlihat dilembaga-lembaga
pemerintah antara lain sebagai berikut.
a. Kapitalis birokrat. Sebagian besar para birokrat indonesia
memperjualbelikan jabatan dan posisinya untuk mendapatkan keuntungan
finansial bagi dirinya sendiri, kelompok dan golongannya.
b. Korupsi. Satu fenomena yang khas indonesia adalah korupsi yang
dilakukan oleh pemimpin unit organisasi pemerintah dan anak buahnya
secara bersama.
c. Kepemimpinan autokratik dan paternalistik. Kepemimpinan otokratik
membuat para birokrat pemerintah takut kepada pemimpin atau atasan.
d. Pemimpin memanfaatkan sumber-sumber organisasi tanpa hak. Banyak
pemimpin Indonesia memanfaatkan sumber-sumber organisasi tanpa hak
yang diatur oleh UU atau ketentuan organisasi.
e. Pemimpin tidak menyukai bawahannya yang lebih pandai, lebih kreatif,
dan inovatif. Di indonesia para pimpinan birokrasi tak menyukai bawahan
yang lebih pandai,lebih kreatif dan lebih inovatif dari mereka.
3. Mengatasi Kepemimpinan Toksik
Untuk meminimalkan dan mencegah kepemimpinan tosik langkah-langkah
berikut perlu dilakukan :
a. Melakukan pelatihan kepemimpinan
Disamping diberikan materi mengenai prinsip-prinsip kepemimpinan yang
baik, para peserta diberikan fenomena dan perilaku yang dapat
menimbulkan kepemimpinan toksik serta akibat kepemimpinan toksik
terhadap anggota organisasi dan organisasi.
b. Pementoran
Dalam hal ini mentor merupakan orang yang mempunyai kualitas
kepemimpinan tinggi yang telah berhasil melaksanakan kepemimpinan
dengan baik sesuai dengan nilai-nilai kepemimpinan organisasi dan
mencegah kepemimpinan toksik.
c. Audit internal kepemimpinan
Penelitian mengenai kepemimpinan toksik dilakukan dan hasilnya dibahas
dengan para anggota organisasi dan para manajer dan pemimpin organisasi
sebagai balikan.
d. Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasi tidak hanya melakukan perbaikan sistem renumerasi
pegawai, tapi juga menyusun peraturan di setiap unit erja dan mengawasi
dengan ketat pelaksanaannya.
e. Undang-undang Whistle Blower
Dewasa ini sudah saatnya indonesia memiliki undang-undang Whistle
Blower yang memungkinkan setiap warga negara Indonesia yang
mengetahui perilaku kepemimpinan toksik yang merugikan negara dapat
menuntutnya dipengadilan.
BAB 5
WANITA DAN KEPEMIMPINAN
A. Wanita dan Manajemen
1. Peran Wanita
Chizuko Ueno menyatakan bahwa PD II merupakan masa pembebasan wanita.
Ketika terjadi perang, sebagian besar kaum laki-laki di Jepang dan Amerika
Serikat menjadi tentara dan meninggalkan pabrik-pabrik perlatan perang, industri,
perdagangan, rumah sakit, sekolah-sekolah, pertanian dan sebagainya. Tanpa ada
yang mengantikannya, aktivitas-aktivitas tersebut tidak dapat berjalan dan
berfungsi dengan baik. Untuk mengisi kekosongan tersebut, wanita Jepang,
Amerika Serikat dan Inggris keluar dari fungsi tradisional mengurusi rumah
tangga menggantikan peran laki-laki. Mereka bekerja di pabrik-pabrik
persenjataan militer, membuat kapal perang, di samping bekerja diberbagai posisi
sipil. Tanpa peran wanita tentara Jepang tentara sekutu tidak akan mampu
bertahan dalam PD II selama 6 tahun.
2. Perstereotipan Wanita di Tempat Kerja
Dalam bidang ketenagakerjaan, sebagian manajer menganggap ada perbedaan
gender dalam dalam ketenagakerjaan walaupun wanita dan laki-laki memiliki hak
yang sama. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Menurut UU ketengakerjaan,
wanita tidak boleh bekerja pada hari pertama dan kedua masa haid
bulanannya.
b. Wanita harus diberi cuti
hamil sebulan sebelum melahirkan dan dua bulan setelah melahirkan.
c. Wanita yang mengalami PMS
akan terganggu fungsi pekerjaan yang dapat menurunkan kenerjanya.
d. Wanita yang sudah
melahirkan terganggu tidurnya karena harus mengurusi bayinya dimalam
hari.
Peran dan kepemimpinan wanita sangat menentukan perkembangan dan
kemakmuran sangat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu negara.
Negara-negara makmur, jumah wanita yang bekerja lebih banyak daripada
negara-negara miskin. Di negara-negara tersebut, wanita juga memegang peranan
besar dalam pemerintahan, bisnis dan layanan publik.
3. Pelecehan Seksual
Wirawan (2012) mendefinisikan pelecehan seksual adalah perilaku verbal,
perilaku tertulis dan/atau fisik dari agen yang tidak dikehendaki oleh target yang
bertujuan untuk terjadinya hubungan seksual dengan menggunakan kekuasaan
atau janji-janji. Menurut Deidre Takeyama dan Brian H. Kleiner, pelecehan
seksual muncul dalam 3 bentuk, yaitu:
a. Quid pro quo. Pelecehan seksual yang langsung dikaitkan dengan
pemberian atau tidak memberikan keuntungan ekonomi. Contoh, kenaikan
jabatan yang akan diberikan jika melakukan hubungan seksual.
b. Hostile environment harassment. Pelecehan seksual yang berdasarkan pada
perilaku tidak irasional, campur tangan terhadap kinerja seseorang, atau
menciptakan lingkungan kerja yang intimidatif, permusuhn dan ancaman.
Lingkungan tersebut terdiri dari:
1) Menggoda, lelucon, pernyataan atau pertanyaan seksual.
2) Tekanan untuk berkencan dan berhubungan seksual.
3) Surat atau telepon yang bersifat seksual.
4) Pandangan seksual penuh nafsu
5) Menyentuh, mendekap, memojokkan dan mencubit penuh nafsu.
6) Upaya untuk memerkosa atau serangan seksual.
c. Sexual favoritism. Muncul jika target mendapatkan sesuatu jika memenuhi
kehendak agen walaupun target tidak menginginkan. Target adalah orang
favorit agen.

B. Kepemimpinan Wanita
1. Dasar Perbedaan Gender dalam Kepemimpinan
Perbedaan tersebut berdasarkan pada asumsi berikut:
a. Perbedaan fisik.
b. Jenis dan jumlah hormon berbeda.
c. Otak
d. Psikologi
e. Persepsi lingungan sosial.
f. Undnag-undang
2. Takut Sukses
Walaupun prekembangan masyarakat dan hasil penelitian menunjukkan peran
wanita yang berkembang dalam lingkungan persamaan gender, dalam
kepemimpinan, wanita belum mampu menyamai laki-laki. Mayoritas
kepemimpinan masih dipimpin oleh pemimpin laki-laki. Mungkin salah satu
penyebabnya bahwa takut sukses wanita lebih tinggi daripada laki-laki.
BAB 6
KEPEMIMPINAN BISNIS
A. Konsep Kepemimpinan Bisnis
1. Pengertian
Kepemimpinan bisnis adalah kepemimpinan yang berlangsung di perusahaan
atau organisasi profit. Organisasi bisnis berbeda dengan organisasi nonprofit
seperti lembag pemerintahan, lembaga pendidikan, militer, polisi dan sebagainya
walaupun mungkin sama-sama menyajikan produk dalam bentuk jasa.
Kepemimpinan bisnis adalah proses pemimpin bisnis menentukan visi
perusahaan dan memengaruhi para pegawai, konsumen dan para pemasok
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mempergunakan prinsip-
prinsip kewirausahaan. Pemimpin bisnis mempunyai fungsi menciptakan fungsi
perusahaan yaitu menentukan arah perusahaan lima sampai dua puluh lima tahun
ke depan. Pemimpin bisnis berupaya mencapai tujuan perusahaan dengan
mempergunakan prinsip-prinsip kewirausahaan.
2. Kewirausahaan
a. Pengertian
Robert D. Hisrich, Michael P. Peters dan Dean A. Shepherd
mendefinisikan kewirausahaan sebagai berikut:
1) Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang baru
dengan nilai. Kewirausaan dapat membuat sesuatu yang tidak bernilai
menjadi bernilai.
2) Mengerahkan waktu, upaya, dan sumber-sumber. Untuk mencapai
tujuannya, wirausaha mengerahkan sumber-sumber bisnis yang
diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa yang diperlukan
masyarakat.
3) Memahami bahwa berwirausaha menghadapi risiko. Wirausaha
menyadari bahwa upayanya tersebut menghadapi risiko finansial
maupun kejiwaan.
4) Percaya akan mendapatkan imbalan. Wirausaha percaya jika ia
bekerja keras dan barang jasanya dikonsumsi oleh anggota
masyarakat, ia akan menerima sejumlah imbalan baik berupa
finansial, kepuasan jiwa dan independensi.
b. Karakteristik
Karakteristik seorang wirausaha sukses antara lain:
1) Mempunyai visi 7) Pekerja keras
dan misi bisnis. 8) Persuasif
2) Internal lokus 9) Disiplin
kontrol. 10) Ketahanmalangan
3) Pengambil risiko. 11) Energetik
4) Tidak takut gagal. 12) Kecerdasan emosional
5) Percaya diri tinggi. 13) Kecerdasan sosia
6) Adaptabilitas
3. Model
Kepemimpinan Bisnis
Model kepemimpinan bisnis adalah grafis yang melukiskan sistem
kepemimpinan bisnis dalam memproduksi barang dan jasa untuk disajikan
kepada para konsumen. Adapun komponen kepemimpinan bisnis sebagai berikut:
a. Kepemimpinan kewirausahaan.
b. Visi dan misi bisnis
c. Strategi bisnis
d. Aktivitas manajemen bisnis
e. Budaya dan iklim organisasi
f. Hasil bisnis

B. Karakteristik
Kepemimpinan bisnis adalah kepemimpinan yang berdasarkan pada
kewirausahaan, adapun karakeristik pemimpin jenis ini sebagai berikut:
1. Kepemimpinan autentik
Kepemimpinan yang diarahkan kepercayaan, nilai-nilai, dan filsafat pribadi
pemimpin yang bersifat unik.
2. Inovasi secara terus menerus
Seorang wirausaha merupakan inovator untuk memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat dan yang dihadapi para pegawainya.
3. Kepemimpinan berdasarkan prestasi
Pemimpin melakukan brainstorming, memetakan pikiran, dan berpikir untuk
menciptakan cara dan melakukan percobaan untuk mencapai tujuan yang
diimpikan.
4. Melakukan tindakan
Seorang wirausaha berupaya untuk merelisasikan mimpinya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan barang dan jasanya.
5. Pengambil risiko
Wirausaha mempercayai bahwa setiap tindakan usaha selalu mengandung risiko.
6. Kebutuhan untuk otonomi
Wirausaha membuat keputusan secara otonom dengan mempertimbangkan situasi
bisnis, kebutuhan konsumen dan faktor-faktor persaingan.
7. Internal locus control
Lokus kontrol berkaitan dengan kepercayaan mengenai tempat di mana seseorang
menentukan nasib, keberhasilan, dan kegagalan seseorang dalam mencapai
tujuannya.
BAB 7
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Konsep Kepemimpinan Pendidikan
1. Konsep Dasar
Kepemimpinan pendidikan adalah proses pemimpin pendidikan memengaruhi
para peserta didik dan para pemangku kepentingan pendidikan serta menciptakan
sinergi untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada sejumlah kata kunci yang perlu
dijabarkan dar definisi tersebut
a. Pemimpin pendidikan. Pemimpin lembaga pendidikan yang secara
langsung mengelola organisasi yang melaksanakan pendidikan.
b. Peserta didik. Siswa di sekolah dasar maupun menengah, mahasiswa
perguruan tinggi, siswa pendidikan nonformal, dan petatar program
pengembangan SDM.
c. Para pemangku kepentingan. Mereka yang ikut memengaruhi dan
dipengaruhi oleh proses pendidikan. Para pemangku kepentingan dibagi
menjadi dua, yaitu:
1) Pemangku kepentingan primer adalah yang memengaruhi dan
dipengaruhi oleh proses pendidikan secara langsung yaitu kepala
sekolah, guru, pegawai administrasi dll.
2) Pemangku kepentingan sekunder adalah memengaruhi dan dipengaruhi
oleh proses pembelajaran secara tidak langsung yaitu para pejabat
eksekutif dan birokrat pendidikan di tingkat pusat, pejabat eksekutif
daerah, dll.
d. Memengaruhi. Proses mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap,
perilaku, nilai-nilai, motivasi untuk memengaruhi peserta didik, para
pemangku kepentingan primer dan sekunder.
e. Menciptakan sinergi. Menciptakan sinergi para pemangku kepentingan
dan proses pebelajaran peserta didik untuk mencapai itujuan pendidikan.
f. Tujuan pendidikan. Bagian dari tujuan negara yanng tercantum dalam UU.
2. Model Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpin adalah suatu sistem dan berbagai pakar dan asosiasi
kepemimpinan telah membuat berbagai model mengenai kepemimpinan
pendidikan. Model AELM mneyatakan kepemimpinan pendidikan harus
mempunyai sejumlah kompetensi berikut:
a. Kepemimpinan kurikulum dan pedagogik.
b. Kepemimpinan organisasi dan manajemen.
c. Kepemimpinan kultural dan kebajikan.
d. Kepemimpinan politik dan masyarakat.
e. Optimalisasi pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik.
B. Sistem Pendidikan Nasional
1. Konsep dan Struktur Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional terdiri dari jalur pendidikan formal dan pendidikan
informal. Sistem pendidikan nasional terdiri dari beberapa jenjang, yaitu:
a. Pendidikan usia dini e. Pendidikan formal
b. Pendidikan dasar f. Pendidikan nonformal
c. Pendidikan menengah g. Pendidikan kedinasan
d. Pendidikan tinggi h. Pendidikan keagamaan
2. Struktur Kepemimpinan Pendidikan
a. Kepemimpinan pendidikan di pemerintah pusat. Puncak pimpinan
pendidikan berada di tangan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nasional yang menentukan kebijakan nasional pendidikna dan
kebudayaan.
b. Kepemimpinan pendidikan di pemerintah daerah. Terdiri dari:
1) Kepemimpinan pendidikan provinsi
2) Kepemimpinan pendidikan kabupaten
3) Kepemimpinan pendidikan kota
c. Kepemimpinan di satuan pendidikan. Yaitu kepemimpinan di satuan
penyelenggara pendidikan.
C. Kepemimpinan Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin sekolah dan manajer sekolah
atau administrator sekolah, adapun fungsinya sebagai berikut:
a. Menentukan visi, misi dan strategi sekolah.
b. Budaya organisasi sekolah.
c. Iklim yang kondusif.
d. Kurikulum
e. Proses pembelajaran.
f. Mengembangkan fasilitas pendidikan.
g. Mengembangkan manajemen sekolah.
h. Peran manajerial
i. Mengembangkan SDM sekolah
2. Guru
Sebagai tenaga pendidik, guru juga sebagai pemimpin dalam pendidikan dan
pembelajaran di kelas, dengan kata lain guru merupakan pemimpin bagi anak
didiknya. Seorang guru harus efektif dan efisien dalam melaksanakan tugasnya,
untuk itu seorang guru memerlukan karakteristik sebagai berikut:
a. Mencintai anak f. Rasa humor.
didiknya. g. Mengembangkan iklim
b. Pemimpin kelas.
c. Energetik dan antusias h. Manajemen waktu.
d. Kreatif dan inovatif. i. Penampilan yang menarik.
e. Optimis dan idealis. j. Adil.
3. Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah merupakan salah satu jenis pemimpin birokratik pendidikan
yang berperan aktif dalam mencapai keberhasilan sekolah dalam mencapai
tujuannya. Pengawas sekolah melaksanakan supervisi dalam mencapai standar
nasional pendidikan dan penjamin mutu pendidikan.
D. Kepemimpinan Pendidikan Tinggi
1. Pengertian dan Asas Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi yag terdiri PTN dan PTS. Pendidikan tinggi dirancang dan
dikelola dengan berasaskan sebagai berikut:
a. Kebenaran ilmiah f. Kebajikan
b. Penalaran g. Tanggung jawab
c. Kejujuran h. Kebinekaan
d. Keadilan i. Keterjangkauan
e. Manfaat
2. Tujuan Perguruan Tinggi
Menurut pasal 5 UUPT, pendidikan tinggi didirikan dengan tujuan sebagai
berikut:
a. Berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa.
b. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan/atau
teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya
saing bangsa.
c. Dihasilkannya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang
memerhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi
kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat
manusia.
d. Terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya
penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Bentuk Perguruan Tinggi
Menurut pasal 5 UUPT,bentuk perguruan tinggi terdiri atas:
a. Universitas yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan dapat mendirikan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun
ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
b. Institut yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademi dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah
rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu dan jika memenuhi
syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
c. Sekolah tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu rumpun ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi tertentu dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
d. Politeknik yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai
rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat
dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
e. Akademi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu daan/atau
dalam beberapa caban ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu.
f. Akademi komunitas yang menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat
diploma satu dan/atau diploma dua dalam satu atau beberapa cabang ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi tertentu yang berbasis keunggulan lokal
untuk memenuhi kebutuhan khusus.
4. Kepemimpinan
Prinsip dasar penentuan kepemimpinan perguruan tinggi adalah dipilih oleh
senat universitas untuk rektor dan direktur program sarjana, dan senat fakultas
untuk dekan fakultas. Untuk perguruan tinggi negeri diangkat oleh presiden atas
usul menteri pendidikan. Untuk perguruan tinggi swasta diangkat oleh yayasan
penyelenggara.
BAB 8
KEPEMIMPINAN MILITER
A. Doktrin Militer
1. Pengertian
Doktrin militer adalah pernyataan formal yang menyatakan bagaimana tentara
melaksanakan tugas dan fungsinya. Doktrin merupakan prinsip-prinsip dasar yang
mengarahkan aktivitas dan tindakan militer, akan tetapi bukan suatu peraturan
yang kaku karena untuk melaksanakannya memerlukan penilaian dan kreativitas
pemimpin dan para anggota militer. Doktrin militer menghubungkan teori,
sejarah, pengalaman dan eksperimen militer di suatu negara. Doktrin memberikan
panduan kepada para perenacana operasi militer dan pemimpin militer bagimana
melaksanankan tugas dan fungsinya.
2. Sumber-sumber Doktrin
Penyusunan doktrin militer perlu mempergunakan sumber-sumber yang
akurat, antara lain:
a. Pengalaman sejarah f. Keadaan lingkungan
b. Bentuk negara eksternal
c. Wilayah negara g. Keadaan lingkungan internal
d. Peraturan perundangan h. Agama
e. Masalah-masalah i. Geopolitik negara
pertahanan yang j. Komposisi suku bangsa dan
dihadapi ras negara
3. Jenis Doktrin Militer
Doktrin militer merupakan ketentuan dasar bagaimana menyelenggarakan dan
bagaimana melakukan perang suatu negara. Ketentuan tersebut dirinci menjadi
berbagai jenis doktrin, yaitu:
a. Sejarah militer merupakan akar dari doktrin militer.
b. Doktrin fundamental merupakan fondasi dari doktrin militer lainnya.
Doktrin fundamental mendefinisikan sifat dari perang, tujuan daripada
kekuatan militer, hubungan antara kekuatan militer dengan instrmen-
instrumen kekuasaan lainnya.
c. Doktrin lingkungan adalah penjabaran doktrin fundamental untuk doktrin
lingkungan tertentu.
d. Doktrin organizational adalah kepercayaan mengenai operasi organisasi
atau kelompok militer yang terkait dengan organisasi militer tertentu.
Doktrin jenis ini mengemukakan peran dan misi suatu organisasi, tujuan
yang sekarang, organisasi administrasi, penyebaran kekuatan dipengaruhi
situasi yang sedang terjadi dan taktik perang.

B. Konsep Kepemimpinan Militer


1. Pengertian Kepemimpinan Militer
Kepemimpinan militer merupakan bagian dari sistem kepemimpinan nasional
suatu bangsa dan negara yang terdiri dari kepemimpinan sipil di berbagai sektor
dan kepemimpinan militer. Kepemimpinan militer bertujuan memenangkan
pertempuran dan perang melawan musuh bangsa dan negara. Untuk itu pemimpin
militer di semua unit harus menjadi warrior dengan keberanian, pengetahuan dan
melakukan tugasnya dengan sempurna dengan memengaruhi anggotanya,
menyediakan arah dan tujuan serta memotivasi para anggotanya untuk
menghancurkan musuh bangsa dan negara.
Dalam kepemimpinan militer terdapat pemimpin formal dan pemimpin
informal. Pemimpin formal adalah pemimpin atau komandan yang diangkat untuk
menduduki jabatan atau posisi tertentu dalam hierarki komando organisasi militer.
Pemimpin jenis ini mempunyai otoritas untuk memberikan perintah kepada
bawahannya yang wajib mematuhi dan melaksanakan perintah tersebut.
Sedangkan pemimpin informal ada di setiap unit organisasi dan sering
memegang peranan penting dalam mencapai misi organisasi tanpa menduduki
posisi kepemimpinan dalam hierarki organisasi militer. Pemimpin informal
menjadi pemimpin karena mendapatkan pengakuan tentang pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, dan keberanian dalam melakukan tugas. Pemimpin
formal sering memberikan tugas kepada pemimpin informal untuk memimpin
aktivitas militer dalam mencapai misi unitnya.
2. Karakteristik Pemimpin Militer
Karakteristik militer antara lain sebagai berikut:
a. Setia kepada doktrin f. Tidak mementingkan diri
militer sendiri
b. Integritas g. Loyalitas
c. Keberanian h. Energetik
d. Tegas dalam membuat i. Menghargai orang
keputusan j. Empati
e. Komitemen terhadap
tugas dan kewajiban
3. Struktur Kepemimpinan Militer
Secara umum, kepemimpinan militer suatu negara terdiri dari tiga level, yaitu:
a. Level kepemimpinan langsung yaitu kepemimpinan di mana para anggota
militer dan anggota sipil dapat bertemu secara langsung dari muka ke
muka dengan pemimpin atau komandannya setiap hari.
b. Kepemimpinan level organisasi yaitu pemimpin yang memimpin dari
beberapa ratus sampai beberapa ribu anggota tentara dan sipil. Pemimpin
level organisasi mempunyai staf yang membantunya memimpin para
pemimpin yang ada di bawahnya yang masing-masing memimpin anggota
militer dan sipil kesatuannya.
c. Kepemimpinan level strategik yaitu kepemimpinan pada level Departemen
Pertahanan dan Level Panglima Tentara Nasional. Fungsi dan tugas
pemimpin level strategik adalah menyusun kebijakan petahanan negara
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, doktrin-doktrin
militer, pengembangan sistem pertahanan negara, kebijakan persenjataan,
kebijakan personailia militer dan menentukan perang yang harus
dilakukan.
BAB 9
MEMENGARUHI
A. Pengertian dan Model
Memengaruhi adalah daya atau kekuatan agen yang dipergunakan mengubah
sikap, perilaku, pendapat, tujuan, kebutuhan, nilai-nilai kemampuan dan tindakan
untuk bergerak ke arah tertentu dari target. Memengaruhi adalah proses interaksi
sosial antara agen dan target di mana kedua belah pihak secara sistematis berupaya
saling memengaruhi yaitu saling mengubah sikap, perilaku, nilai-nilai, norma,
kepercayaan, tujuan dan sebagainya.
Model proses memengaruhi dalam kepemimpinan meliputi dimensi-dimensi
sebagai berikut:
1. Proses dua arah. Artinya pemimpin berupaya memengaruhi pengikut dan para
pengikut juga berupaya memengaruhi pemimpinnya. Proses memengaruhi
merupakan proses bolak balik bukn proses sekali jadi.
2. Kekuasaan. Adalah potensi untuk memengaruhi, oleh karena itu orang yang
mempunyai kekuasaan mempunyai potensi untuk memengaruhi.
3. Perilaku memengaruhi. Terdiri dari taktik memengaruhi, keterampilan dan
pengalaman memengaruhi, gaya kepemimpinan, gaya kepengikutan, sumber-
sumber memengaruhi dan lingkungan memengaruhi.
4. Loop proses memengaruhi. Upaya memengruhi dapat merupakan upaya
berulang-ulang dengan balikan kedua belah pihak dengan mempergunakan
berbagai kekuasaan dan perilaku memengaruhi.
5. Keluaran memengaruhi. Secara umum, proses memengaruhi menghasilkan dua
keluaran, gagal dan berhasil.
6. Keluaran kepemimpinan. Jika proses memengaruhi berhasil, maka visi dapat
tercapai dan terjadi perubahan. Sebaliknya jika proses memengaruhi gagal, maka
visi dan perubahan tidak akan tercapai.

B. Taktik Memengaruhi
Dalam memengaruhi, agen mempergunakan taktik memengaruhi yaitu pola
perilaku yang dirancang dan dilaksanakan untuk menciptakan pengaruh yang
mengubah takdir. Ada beberapa taktik memengaruhi, diantaranya:
1. Taktik legitimasi. Dalam taktik ini agen menunjukkan kepada target bahwa agen
menduduki posisi tertentu dalam organisasi dimana target merupakan bawahan,
anak buah, atau pengikut dari agen.
2. Taktik persuasi personal. Taktik di mana agen mempergunakan data, fakta,
pengalaman, teori ilmu pengetahuan, visi, misi, peraturan, undang-undang,
prosedur kerja untuk memengaruhi target.
3. Taktik pertukaran. Dalam taktik ini agen menjanjikan untuk memberikan sesuatu
jika target menuruti perintah, begitu juga sebaliknya.
4. Taktik koalisi. Taktik dimana agen meminta bantuan orang lain untuk membujuk
atau memengaruhi target agar mematuhi perintah dan harapan agen.
5. Taktik meminta dukungan atasan. Agen meminta dukungan atau persetujuan
atasannya sebelum memengaruhi target.
6. Taktik mengambil hati. Agen berupaya mengambil hati target agar mempunyai
perasaan positif terhadap target.
7. Taktik permintaan personal. Agen menggunakan hubungan personal yang baik
untuk memengaruhi target.
8. Taktik mengkooptasi. Dalam taktik ini agen mengikutsertakan target dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi suatu program atau proyek atau
kegiatannya.
9. Taktik pygmallion effect. Adalah mengharapkan orang lain atau diri sendiri
terhadap seorang individu, menyebabkan individu tersebut cenderung berupaya
untuk memenuhi harapan tersebut.
10. Taktik menekan. Taktik ini agen menggunakan ancaman untuk memengaruhi
target.

C. Proses Memengaruhi
Pemimpin yang mempunyai keterampilan dan pengalaman tinggi lebih mudah
memengaruhi daripada mereka yang keterampilan dan pengalamannya rendah.
Sebelum memengaruhi, agen menentukan tujuan memengaruhi target. Setelah itu,
agen mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai target yang akan
dipengaruhi. Berdasarkan informasi tersebut, agen kemudian memilih taktik yang
tepat untuk memengaruhi target. Untuk memengaruhi diperlukan sumber-sumber
memengaruhi, yaitu kekuasaan, imbalan untuk target, dan penciptaan situasi untuk
memengaruhi target.
Keluaran memengaruhi adalah tinggi rendahnya pengaruh agen terhadap
target. Pengaruh adalah perubahan target dari posisi sebelum terjadinya proses
memengaruhi ke posisi sudah sesudah berakhirnya proses memengaruhi. keluaran
tersebut dapat berupa:
1. Target mematuhi baik sikap maupun perilaku.
2. Target menuruti perintah
3. Target menolak perintah.

Anda mungkin juga menyukai