LANDASAN TEORI
1
Material biji besi ini disebut juga pig iron yaitu semua material
beku yang masih segar dan semua batuan metamorf yang masih segar,
c. Material hight quality
material ini antara lain, material yang berbentuk material seperti
material scrap rongsok bekas.
d. Material skull
Material ini adalah bahanya adalah moly,krom,nikel, besi dan
memiliki lapisan batu kapur dan magnetit.
e. Material manufactur
Material manufactur adalah ini bahan mentah contoh seperti plate
yang cacat lalu di potong kecil kecil kembali untuk dilakukan proses
peleburan bersama material lainnya.
2
d. Alat angkut mafi scrap
Alat ini digunakan untuk menarik chute yang sudah di isi
dengan beberapa material untuk di bawa ke tempat peleburan atau
pemasakan daur ulang material tersebut untuk menjadi bahan produksi
e. Bucket Wheel Excavator
Alat ini disebut juga land dredger yang bekerja menggali
dan memuatkan material/batuan secara kontineu ke dalam alat angkut
seperti lori atau truck. Beberapa buah bucket jika dirangkai akan
menyerupai roda (Gambar 3.7). Dalam operasinya rangkaian bucket
berputar pada porosnya. Cocok dipekerjakan untuk material yang lepas
dan lunak.
f. Tractor Shovel
Berdasarkan roda penggeraknya alat ini dibedakan menjadi
dua macam yaitu:
1) Crawler tractor shovel, umumnya disebut truck loader, karena
menggunakan roda rantai.
2) Wheel tractor shovel, umunya disebut wheel loader, karena
menggunakan roda dari ban karet.
Alat ini cocok untuk pekerjaan mengambil, mengangkut dan
memuatkan material/batuan ke dalam truck, juga untuk menggali seperti
halnya bulldozer. Klasifikasi alat ini dinyatakan dalam kapasitas bucket
atau berat bucket dan muatannya yang dapat diangkat.
3
3.2 Alat–alat proses loading scrap Utama
3.1.3 Hydraulic Excavator
Mesin yang menggunakan tekanan hydraulic untuk menggerakkan
bucket sehingga dapat menggali material. Berdasarkan pada cara bergeraknya
bucket, Hydraulic Excavator terbagi menjadi dua macam: Back Hoe dan
Power Shovel.
Pada kegiatan pengupasan overburden di PTMMI digunakan jenis
BackHoe, yang merupakan alat gali yang menggunakan tekanan hydraulic
untuk menggerakkannya. Alat ini dalam pengoerasiannya hampir sama
dengan Power Shovel, tetapi yang membedakannya adalah cara penggalian
materialnya. Bagian utama dari Excavator antara lain :
1. Bagian atas revolving unit (dapat berputar)
2. Bagian bawah travel unit (untuk berjalan)
3. Bagian attrachment (bagian yang dapat diganti)
a. Penggalian yang dapat dilakukan oleh Hydraulic Excavator (Gambar 3.1)
Antara lain:
1) Menggali di bukit, misalnya untuk menggali tanah liat, pasir, batu
gamping dan pengupasan tanah penutup (Striping Overburden).
2) Memuat (Loading) material ke sebuah alat angkut, misalnya lori,
dump truck, belt conveyor dan lain-lain.
3) Membuang tanah penutup ke bagian belakang daerah yang sudah
kosong (Dumping of Top Soil into Spoil Bank). Cara kerja ini di
sebut Back Filling Digging Method
4
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT cj logistic,,2019
5
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT cj logistic,2019
3.3.2 Bulldozer
Alat ini digunakan untuk pekerjaan menggaru (ripping) dan
mendorong (Gambar 3.4) agar memudahkan pekerjaan hydraulic excavator
memuat material ke dalam alat angkut. Ditinjau dari segi penggeraknya ada
dua macam bulldozer, yaitu:
a. Bulldozer yang memakai roda karet (Rubber Tired Bulldozer or Wheel
Dozer)
Bulldozer yang memakai rantai (Track Type Bulldozer or Crawler Dozer)
Ditinjau dari penggerak bilahnya (Blade Control ), ada dua macam
bulldozer, yaitu:
1) Bulldozer yang bilahnya digerakkan oleh kabel (Cable Controlled
Blade)
2) Bulldozer yang bilahnya digerakkan dengan tenaga hydraulic
(Hydraulic Controlled Blade)
3) Pembabatan atau penebasan (Clearing), yaitu semua pembersihan
tempat kerja dari semak-semak, pohon-pohon kecil, sisa pohon
yang sudah ditebang, kemudian membuang bagian tanah atau
batuan. Seluruh pekerjaan ini dapat dilakukan atau dikerjakan
bersama-sama, artinya bagian yang telah dibersihkan dapat segera
dilakukan pemindahan tanah, sementara pekerjaan pembabatan,
penebasan dan pembersihan terus dilakukan di tempat lain.
4) Merintis (Pioneering), merupakan kelanjutan dari pekerjaan
pembabatan atau penebasan dan meliputi pekerjaan meratakan,
6
membuat jalan darurat untuk lewatnya alat-alat mekanis, lalu
membuat saluran air untuk penirisan tempat kerja.
5) Mendorong tanah ke tempat tertentu, misalkan membersihkan suatu
tempat penggalian pada tambang terbuka agar loading unit bias
lebih mudah untuk memuat material tersebut.
6) Menyebarkan material (Spreading), yaitu menyebarkan material ke
tempat-tempat tertentu dengan ketebalan yang di kehendaki.
7
Panjang ripping dan dozing yang optimal antara 10–25 meter tergantung
dari kekerasan material. Apabila panjang ripping dan dozing yang terlalu jauh
dapat menyebabkan penurunan produktivitas bulldozer.
8
Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami
gangguan. Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang
dikandunginya masih terkonsolidasi dengan baik.
2) Keadaan Gembur (Loose)
Material yang telah digali dari tempat aslinya, akan
mengalami perubahan volume yaitu pengembangan. Hal ini
disebabkan adanya penambahan hingga udara di antara butir-butir
scrap.
3) Keadaan Padat (Compact)
Keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami
proses pemadatan atau pemampatan. Perubahan volume terjadi karena
adanya penyusutan rongga udara di antara partikel-partikel tersebut.
c. Sifat Kohesi
Sifat pengikatan/kelengketan material yang sama jenis, terutama
ditentukan oleh kadar besi.
9
b. Paralel cut with Drive-by
Excavator bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian.
Pola ini ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan
berdekatan dengan lokasi penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar
daripada sudut frontal cut, tetapi waktu tunggu bagi excavator dan dump
truck lebih kecil daripada parallel cut with turn and back.
c. Parallel cut with turn and back
Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode
berdasarkan cara pemuatannya, yaitu:
1) Single stopping, dump truck kedua menunggu selagi excavator
memuat ke dump truck pertama. Setelah dump truck pertama
berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur. Saat dump truck
kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk manuver
dan seterusnya.
2) Double stopping, dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi
excavator selagi excavator memuati dump truck pertama. Begitu dump
truck pertama berangkat, excavator mengisi dump truck kedua. Ketika
dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang dan seterusnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat
gali-muat dan alat angkut, yaitu:
10
di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga
memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan
seterusnya.
3) Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang berada
di atas atau di bawah jenjang.
a) Top Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah
alat gali muat.
b) Bottom Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.
11
Keterangan:
Ctgm = waktu edar alat loadin-muat (detik)
Tm1 = waktu loading material (detik)
Tm2 = waktu putar dengan bucket terisi (detik)
Keterangan:
Cta = waktu edar alat angkut (menit)
Ta1 = waktu mengambil posisi untuk dimuati (menit)
Ta2 = waktu diisi muatan (menit)
Ta3 = waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 = waktu mengambil posisi untuk penumpahan (menit)
Ta5 = waktu pengosongan muatan (menit)
Ta6 = waktu kembali kosong (menit
12
60
Pm = x Hm x FFm x SF x, (Ton/jam)
Dimana :
Pm = Kemampuan Produksi Alat Muat (Ton/Jam)
Cm = Waktu Edar Alat Muat Sekali Pemuatan (Menit)
H = Kapasitas Bucket Munjung Alat Muat (Lcm)
FF = Faktor Pengisian (%)
Effisiensi Kerja
EK = (%)
SF = Swell Factor
Density
= (Ton/Bcm)
60
Dimana :
Pa = Kemampuan Produksi Alat Angkut, (Ton/Jam)
Ea = Effisiensi Kerja Alat Angkut, (%)
Np = Banyak Pengisian Dalam Satu Kali Loading
Hm = Kapasitas Bucket Munjung Alat Muat (Lcm)
FFm = Faktor Pengisian (%)
SF = Swell Factor
Ca = Waktu Edar Alat Angkut, (Menit)
= Density (Ton/Bcm)
13
3.4.3 Keserasian Kerja
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat proses
muat dan alat angkut, maka produktivitas alat proses muat harus sesuai
dengan produktivitas alat angkut. Faktor keserasian alat proses-muat dan alat
angkutdidasarkan pada produktivitas alat muat dan produktivitas alat angkut,
yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Secara perhitungan teoritis,
produktivitas alat muat haruslah sama dengan produktivitas alat angkut,
sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat muat mempunyai nilai
satu, yaitu:
Na x Ltm
MF =
Nm x Ca
Keterangan:
MF = Match Factor atau faktor keserasian
Na = Jumlah Alat angkut
Ltm = Jumlah Alat Muat x Jumlah Pengisian
Nm = Jumlah Alat Muat
Ca = Cycle Time Alat angkut
a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat
angkut yang belum datang.
b. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi waktu
tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
14