PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA). Siswa penting memahami pelajaran fisika yang tentu saja berdampak
terhadap peminatan jurusan yang diambil siswa tersebut. Dalam pelajaran fisika, diharapkan
siswa mampu memahami materi yang dijelaskan.
Pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sedikit sulit dimengerti dan dipahami
karena oleh rumus – rumus yang banyak dan juga diperlukan gambar – gambar yang sesuai
dengan materi yang diajarkan maka untuk itu dibutuhkan suatu sistem pembelajaran untuk
mempermudah siswa dalam mempelajari suatu pelajaran dengan cepat dan menarik.
Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru,
siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model
pembelajaran yamg tepat dan sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya
tujuan pendidikan. Masih banyak kesulitan – kesulitan yang di alami siswa, salah satunya
adalah memahami konsep yang mengakibatkan banyak terjadinya miskonsepsi pada siswa.
Miskonsepsi adalah kesalahan pemahaman yang mungkin terjadi selama atau sebagai hasil
dari pengajaran yang baru saja diberikan, berlawanan dengan konsepsi – konsepsi ilmiah
yang dibawa atau berkembang dalam waktu lama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bisa muncul miskonsepsi pada siswa ?
2. Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi miskonsepsi pada siswa?
3. Apa pengaruh miskonsepsi terhadap pemecahan soal yang dikerjakan oleh siswa?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui penyebab muncul miskonsepsi pada siswa
2. Mengetahui cara untuk mengurangi miskonsepsi pada siswa
3. Mengetahui pengaruh miskonsepsi dalam menyelesaikan soal
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam setiap mengerjakan soal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DEFENISI MISKONSEPSI
Konsepsi siswa selalu berbeda dengan konsepsi fisikawan. Konsepsi fisikawan pada
umumnya akan lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak
hubungannya antara konsep daripada konsepsi. Kalau konsepsi siswa adalah sama dengan
konsepsi fisikawan yang disederhanakan, konsepsi siswa itu tidak dapat disebut salah. Tetap
kalau konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para fisikawan, yang dikenal dengan
istilah miskonsepsi. Biasanya miskonsepsi menyangkut kesalahan dalam pemahaman
hubungan antara konsep.
Dalam bahasa inggris para peneliti menggunakan istilah yang berbeda – beda. Di
samping istilah miskonsepsi juga ada peneliti atau fisikawan yang menggunakan alternative
frameworks, alternative conceptions atay children theoris. Ketiga istilah ini digunakan untuk
menghindari label salah dan untuk menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa sering kali
merupakan bagian suatu teori siswa dengan sendirinya cukup logis dan lumayang konsisten,
walaupun tidak cocok dengan pendapat ilmuwan atau fisikawan dan peristiwa – peristiwa
fisika.
Istilah – istilah tersebut juga digunakan untuk menunjukkan bahwa kebenaran dalam
ilmu tifak mutlak menurut filsafat ilmu sekarang. Peneliti memilih istilah miskonsepsi karena
: istilah itu komunikatif dan dalam konteks IPA di sekolah miskonsepsinya jelas salah.
B. PENYEBAB MISKONSEPSI
Miskonsepsi dari sudut Filsafat
1. Konsep Awal Siswa
Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal tentang suatu bahan sebelum siswa
mengikuti pelajaran formal dibawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali
mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada
saat mengikuti pelajaran fisika berikutnya, sampai kesalahan itu diperbaiki.
2. Pemikiran Asosiatif Siswa
Asosiatif siswa terhadap istilah – istilah sehari – hari kadang juga membuat
miskonsepsi. Contohnya siswa mengasosiasikan gaya dengan aksi atau gerakan. Gaya oleh
banyak siswa dianggap menyebabkan gerakan. Maka jika siswa tidak melihat suatu benda
bergerak, mereka memastikan tidak ada gaya, padahal dalam fisika hal itu tidak selalu benar.
Intuisi yang salah dan perasaan juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah
suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau
gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti.
Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat
menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Secara umum, siswa yang masih dalam tahap
operasional konkret bila mempelajari konsep bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering
salah mengerti tentang konsep tersebut.
5. Kemampuan Siswa
Siswa yang kurang berbakat fisika atau kurang mampu mempelajari fisika ,sering
mengalami kesulitan konsep yang benar dalam proses belajar sehingga bisa muncul
miskonsepsi.
6. Minat Belajar
Berbagai studi menunjukkan bahwa minat siswa terhadap fisika juga berpengaruh
pada miskonsepsi.
Guru/pengajar
Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru
fisika.Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti fisika secara tidak benar akan
menyebabkan siswa mendapat miskonsepsi
Buku
1. Buku
Buku juga dapat menyababkan miskonsepsi, entah karena bahasanya sulit atau karena
penjelasannya tidak benar. Para peneliti menemukan bahwa beberapa miskonsepsi datang
dari buku teks(lona,1987;Renner,1990)
Banyak negara menerbitkan buku fiksi sains untuk menarik anak – anak menyukai
bidang sains, termasuk fisika. Karena tujuannya untuk menarik anak maka seringkali
pengarang membuat gagasan fisika secara sederhana dan bahkan agak ekstrem yang kurang
berdasarkan kaidah ilmu yang sesungguhnya.
Konteks
1. Pengalaman
Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari yang mempunyai arti lain
dengan bahasa fisika(Gilbert,Osborne,1982)
3. Orang lain
Orang muda sangat senang belajar kelompok bersama teman kelompoknya. Sehingga
saat teman nya mengungkapkan pendapatnya siswa lain nya mudah saja menyetujuinya
sehingga mempengaruhi dalam hal miskonsepsi
4. Matode Mengajar
Beberapa metode mengajar yang digunkan guru terlebih yang menekan kan satuu segi
saja dari konsep bahan yang digeluti ,meskipun membantu siswa menangkap bahan,tetapi
sering mempunyai dampak jelek,yaitu memunculkan miskonsepsi siswa.
C. CARA MENGATASI MISKONSEPSI
Guru perlu mengetahui kerangka berpikir siswa,dengan mengetahui cara berpikir ,cara
mengungkapkan dan bagaimana gagasan siswa,kita dapat mengetahui dengan tepat dimana
letak miskonsepsi siswa dan kita dapat membantunya
Diawal telah kita lihat bahwa penyebab miskonsepsi dari siswa dapat berupa
prakonsepsi,gagasan asosiatif,gagasan humanistic,reasoning yang tidak lengkap,intuisi yang
salah,tahap perkembangan kognitif siswa dan ketidakmampuan atau minat belajar
siswa.Untuk mengetahui penyebabnya kita perlu membangun konflik atau pengalaman
anomaly yang berarti pengalaman nyata yang dihadapkan pada siswa yang berbeda dengan
konsep yang mereka yakini benar.Agar data anomaly itu dapat diterima siswa dan dapat
pelan-pelan menyebabkan perubahan konsep siswa,data yang disajikan harus memenuhi
beberapa criteria (Chin,1993);
a. Data itu harus kredibel atau dapat dipercaya,untuk dapat dipercaya perlu dibuktikan
bahwa data itu memang terjadi berulang-ulang dan bukan hanya sekali saja
b. Data-data itu juga mempunyai bermacam-macam bukti dan bukan hanya satu macam
saja.
C. Penyebab Kesalahan dari Guru
Beberapa guru fisika diIndonesia tidak kompeten dan kurang menguasai bahan karena
mereka bukan lulusan fisika dan bukan lulusan pendidikan fisika,untuk mengatasi hal ini
beberapa langkah dapat dilakukan antara lain :
1. Guru yang ada ditingkatkan pemahamannya dengan penataran atau studi lanjut dala
bidang fisika
2. Mempersiapkan guru fisika dari lulusan pendidikan fisika sendiri untuk diangkat
menjadi guru-guru baru.
Beberapa siswa mengalami miskonsepsi dari metode mengajar yang digunakan guru.Maka
sangat penting,suatu metode mengajar yang dapat menimbulkan miskonsepsi,terlebih bila
sering perlu dikritisi dan dilihat kembali
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara kuantitatif, alasan kami memilih metode ini yaitu
karena Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan hasil analisis
untuk mendapatkan informasi yang harus disimpulkan sehingga mendapatkan data seefisien
mungkin.
B. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada siswa SMP dan pengamatan pada siswa SMP.
C. PELAKSANAAN PENELITIAN
NO 4.
Mengumpulkan data
Ahmad mengisi ember yang memiliki kapasitas 20 liter dengan air dari sebuah kran seperti
gambar berikut!
Jika luas penampang kran dengan diameter D2 adalah 2 cm2 dan kecepatan aliran air di kran
adalah 10 m/s tentukan:
a) Debit air
b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember
Jawaban
Data :
A2 = 2 cm2 = 2 x 10−4 m2
v2 = 10 m/s
a) Debit air
Q = A2v2 = (2 x 10−4)(10)
Q = 2 x 10−3 m3/s
b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember
Data :
V = 20 liter = 20 x 10−3 m3
Q = 2 x 10−3 m3/s
t=V/Q
t = ( 20 x 10−3 m3)/(2 x 10−3 m3/s )
t = 10 sekon
REKAYASA IDE
Pada pengamatan banyak siswa yang merasa tidak peduli dengan perolehan nilai
fisika, hal ini menunjukkan bahwa motivasi siswa untuk melakukan pembelajaran fisika
masih rendah. kemungkinan penyebab dari permasalahan ini adalah metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru yaitu metode pembelajaran ceramah kurang tepat. Penggunaan
metode ceramah membuat tingkat ketertarikan dan motivasi siswa untuk mempelajari
pelajaran fisika masih rendah. Kurangnya tingkat ketertarikan siswa dalam mempelajari
pelajaran fisika ini menyebabkan siswa kurang aktif pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang masih rendah mengakibatkan
kurangnya rasa ingin tahu terhadap fenomena sehari-hari yang berkaitan dengan konsep
fisika. Kurangnya rasa ingin tahu siswa menyebabkan keterampilan bertanya siswa masih
rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
rasa ingin tahu siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam pembelajaran fisika
secara aktif. Guru dapat mengarahkan perhatian siswa, agar khusus memperhatikan unsur-
unsur pokok dalam materi pelajaran.
Hasil pengolahan pretest dan posttes didapatkan bahwa sebelum dilakukan treatment
siswa yang memiliki nilai diatas KKM (KKM=75) hanya 9% . Sedangkan setelah treatment
dilakukan siswa yang memiliki nilai diatas KKM meningkat menjadi 63%. Perbedaan
kemampuan kognitif sebelum dan sesudah diterapkan teknik pembelajaran “Take-Away”
dapat dilihat pada setiap ranah melalui bagan dibawah ini.