Al Kautsar (192211101112)
Kelas : C
a. Buatlah prosedur ekstraksi simplisia daun jambu biji dengan pelarut etanol (1:10),
metode maserasi! (FHI Jilid I, 2008)
Hasil Ekstrak:
Pemerian : ekstrak kental, coklat tua, bau khas, rasa khelat
Kadar air : <10%
Abu total : <0,8%
Abu tidak larut asam : <0,2%
Kadar Flavonoid : <1,40%
Penetapan kadar flavonoid total digunakan kuersetin sebagai pembanding dan serapan
diukur pada panjang gelombang 425 nm
Rendemen : <12,3%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
Rendemen = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
- Disiapkan kertas saring dengan tinggi 18 cm dan lebar sama dengan bejana
- Kertas saring dimasukkan ke dalam bejana kromatografi
- Larutan pengembang/fase gerak (kloroform P : Aseton P : Asam Formiat P)
perbandingan (10:2:1) dimasukkan ke dalam bejana kromatografi (chamber)
- Dimasukkan ke dalam bejana kromatografi dengan ketinggian 0,5 – 1 dari dasar
bejana
- Ditutup kedap dan kertas saring dibiarkan hingga basah seluruhnya
- Kertas saring harus selalu tercelup ke dalam larutan pengembang pada dasar
bejana.
Chamber Jenuh
5) KLT Densitometri
Bahan
- Dilakukan penotolan pada lempeng tidak kurang dari tiga larutan baku dari zat
ditetapkan
- Dilakukan derivatisasi dengan pereaksi dan rekam pantulan (fluorosensi) pada
kromatogram
- Dihitung jumlah zat dalam larutan uji
Hasil
6) Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dengan KLT-Densitometri pada prinsipnya mengacu kepada nilai
Rf(Retardation factor) atau Faktor retardasi yaitu : membandingkan Rf analit dengan
Rf baku pembanding atau membandingkan bercak kromatogram sample dengan
kromatogram "Reference Standart" yang dikenal dengan : Factro Retensi Relatif (Rx).
Penentuan kualitatif dengan Rs harus dilakukan bersamaan dengan sample pada plat
yang sama.
7) Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif hampir sama dengan spektrofotometri, penentuan kadar analit
dikorelasikan dengan area bercak pada pelat KLT.
Cara penetapan kadar dapat dilakukan dengan :
(a) Membandingkan area bercak analit dengan area bercak baku pembanding yang
diketahui konsentrasinya.
Cx = Ax / Ap x Cp
Keterangan :
Cx = konsentrasi analit
Ax = area analit
Ap = area baku pembanding
Cp = konsentrasi baku pembanding
(b) Kurva kalibrasi :
Kurva kalibrasi dibuat dengan cara memplot area bercak terhadap konsentrasi dari
satu seri larutan baku pembanding. Kurva yang tebentuk harus linear, kemudian
dengan persamaan garis regresi dapat ditentukan kadar analit.
Penentuan kadar analit yang dikorelasikan dengan area noda plat KLT akan lebih
terjamin kesahihannya dibanding metode KCKT atau KGC, sebab area noda
kromatogram diukur pada posisi diam atau “zig-zag” menyeluruh. Korelasi kadar
analit pada noda kromatogram yang dirajah terhadap area tidak menunjukkan garis
lurus, akan tetapi merupakan garis lengkung mendekati parabola
d. Buatlah prosedur uji cemaran bakteri dengan metode angka lempeng total untuk sediaan
obat tradisional berbentuk cair (FI VI, 2020 hal. 1840)
1) Penyiapan Sampel
Disesuaikan dengan sifat fisik sediaan yang diuji :
(a) Sediaan larut air
- Larutkan atau encerkan sediaan yang akan diuji (1 dalam 10) dalam larutan
Dapar Natrium Klorida-Pepton pH 7,0, atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2,
atau Soybean-Casein Digest Broth bila perlu atur pH hingga 6 - 8.
- Jika perlu encerkan dengan pelarut yang sama
(b) Sediaan bukan lemak yang tidak larut dalam air
- Encerkan sediaan yang akan diuji (biasanya 1 dalam 10) dalam Larutan Dapar
Natrium Klorida-Pepton pH 7,0, atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2, atau
Soybean-Casein Digest Broth.
- Dapat ditambahkan surfaktan seperti Polisorbat 80 1 g per L untuk membantu
mensuspensikan bahan yang sulit dibasahi
- jika perlu atur pH hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan dengan pelarut yang sama.
(c) Sediaan Berlemak
- Larutkan atau encerkan sediaan yang akan diuji dalam isopropil miristat steril
yang disterilkan dengan cara penyaringan atau campurkan sediaan yang akan
diuji dengan sesedikit mungkin surfaktan Polisorbat 80 steril atau surfaktan
non-inhibitor lain steril
- jika perlu hangatkan dalam tangas air pada suhu tidak lebih dari 40º atau pada
kasus tertentu tidak lebih dari 45º
- Aduk perlahan-lahan dan jika perlu pertahankan suhu dalam tangas air.
- Tambahkan secukupnya pengencer yang telah dihangatkan hingga diperoleh
pengenceran 1 dalam 10.
- Aduk perlahan-lahan dan jika perlu pertahankan suhu dengan waktu sesingkat
mungkin untuk pembentukan emulsi.
- Lakukan pengenceran bertingkat dengan pengencer yang sesuai mengandung
surfaktan Polisorbat 80 P dengan kadar sesuai atau surfaktan non-inhibitor
lain steril.
(d) Cairan atau padatan dalam bentuk aerosol
- Pindahkan seluruh isi sediaan dengan cara aseptik dalam penyaring membran
atau wadah steril yang sesuai untuk pengambilan sampel.
- Gunakan seluruh isi atau sejumlah tertentu sediaan dari tiap wadah yang diuji.
- “Transdermal Patches” Lepaskan lapisan, letakkan bagian berperekat
menghadap ke atas pada lempeng kaca steril atau baki plastik.
- Agar tidak saling menempel tutup permukaan berperekat dengan bahan
berpori steril yang sesuai (misal kasa steril)
- kemudian pindahkan lembaran transdermal dalam wadah berisi pengencer
yang mengandung polisorbat 80 P atau lesitin dengan volume yang sesuai.
- Kocok kuat selama tidak kurang dari 30 menit.
2) Metode Tuang
Sampel
- Disiapkan media sekurang – kurangnya dua cawan petri untuk tiap tingkat
pengenceran.
- Inkubasi cawan Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 300-350 selama 3 – 5 hari
dan cawan Sabouraud extrose Agar pada suhu 200 - 250 selama 5 – 7 hari
- Pilih cawan dari satu tingkat pengencean dengan jumlah koloni tertinggi yang
kurang dari 250 untuk ALT dan 50 koloni untuk AKK.
- Hitung jumlah rata – rata koloni dalam media biakan dan jumlah koloni per g atau
ml sediaan
Hasil
Interpretasi hasil :
Angka Lempeng Total (ALT) dianggap sama dengan angka koloni yang ditemukan
pada Soybean-Casein Digest Agar; jika koloni jamur ditemukan pada media ini,
dihitung sebagai bagian dari jumlah ALT. Jika telah ditetapkan kriteria keberterimaan
untuk mutu mikrobiologi, maka di-interpretasikan sebagai berikut:
- 101 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 20;
- 102 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 200;
- 103 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 2000; dan seterusnya
3) Metode Sebar
Dilakukan seperti yang tertera pada metode tuang
1 Pepton P 6,0 g
Digesti Pankreatik Kasein P 4,0 g
Ekstrak Ragi P 3,0 g
Ekstrak Daging P 1,5 g
Dekstrosa P 1,0 g
Agar P 15,0 g
Air 1000 ml
PH setelah sterilisasi 6,6 ± 0,1
11 Pepton P 6,0 g
Digesti Pankreatik Kasein P 4,0 g
Ekstrak Ragi P 3,0 g
Ekstrak Daging P 1,5 g
Dekstrosa P 1,0 g
Agar P 15,0 g
Air 1000 ml
PH setelah sterilisasi 8,3 ± 0,1
1) Larutan baku
- larutkan sejumlah baku pembanding yang sesuai dengan antibiotik
- encerkan hingga dosis yang ditentukan.
- Simpan pada suhu 20-80, dan gunakan dalam waktu yang disarankan.
- Pada hari penetapan, siapkan pengenceran dari larutan persediaan 5 atau lebih
larutan untuk pengujian dengan dosis bertahap, umumnya dengan perbandingan
1:1,25.
- Gunakan pengencer akhir yang dinyatakan dan urutan dosis dengan dosis tengah
2) Larutan Sampel
- Tentukan perkiraan potensi per bobot atau volume sampel.
- Pada hari penetapan, siapkan larutan persediaan serta enceran larutan sampel setiap
antibiotik dengan pengencer akhir yang sama seperti untuk baku pembanding
- Encerkan larutan persediaan sampel dengan pengencer akhir untuk mendapatkan
dosis setara dengan dosis tengah larutan baku (S3).
3) Inokula
- Suspensikan mikroba uji dari biakan segar agar miring atau biakan lain dalam 3
mL salin LP steril.
- Sebarkan suspensi ke permukaan lapisan dari dua atau lebih lempeng agar atau
permukaan media agar dalam botol Roux (menutupi seluruh permukaan) yang
berisi 250 mL media
- Inkubasi selama waktu dan suhu tertentu atau hingga pertumbuhan terlihat jelas.
- Setelah inkubasi, mikroba uji dipanen dari biakan lempeng agar atau botol Roux
dengan lebih kurang 50 mL salin LP steril menggunakan batang kaca bengkok
steril atau butiran kaca steril
- Suspensi dipipet ke dalam wadah kaca steril, dan disebut suspensi persediaan.
- Encerkan sejumlah suspensi persediaan dengan salin LP steril, ukur transmitan
pada panjang gelombang 580 nm menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.
- Target nilai transmitan lebih kurang 25% pada panjang gelombang 580 nm.
- Nilai ini digunakan
- untuk membakukan volume suspensi persediaan yang ditambahkan ke dalam
lapisan agar inokula.
- penentuan proporsi dari suspensi persediaan yang ditambahkan ke dalam media
inokula yang menghasilkan diameter zona hambatan yang memuaskan lebih
kurang 14-16 mm pada dosis tengah baku (S3) dilakukan selama verifikasi metode.
Analisis :
Untuk setiap 12 lempeng, zona 1, 3, dan 5 adalah dosis pembanding dan tiga zona
lainnya merupakan salah satu dosis dari empat dosis lainnya. Kolom lain yang
diperlukan untuk penghitungan seperti dijelaskan berikut ini.
Langkah 1: Lakukan penghitungan awal dan periksa kesesuaian variasi. Untuk setiap
tiga lempeng, rata-ratakan sembilan nilai pembanding dan sembilan nilai baku. Untuk
setiap tiga lempeng, tetapkan simpangan baku dari sembilan nilai pembanding dan
simpanganbaku dari sembilan nilai baku. Untuk setiap simpangan baku, tetapkan
simpangan baku relatifnyaUntuk kriteria kesesuaian variasi, setiap laboratorium harus
menetapkan nilai keberterimaan maksimum untuk simpangan baku relatif. Jika ada
dari 8 simpangan baku relatif (4 untuk pembanding dan 4 untuk baku) melebihi nilai
maksimum yang telah ditetapkan, maka data penetapan yang tidak sesuai harus
dibuang. [Catatan Batas yang dianjurkan untuk simpangan baku relatif adalah tidak
lebih dari 10%.]